ANGKATAN 2017-2018
DISUSUN OLEH
KELOMPOK : 9 (SEMBILAN)
1.NURYANA RAUF
2.SUSI N. NASAR
3.MUHIDIN KILWOUW
PRODI : AKUNTANSI
SEMESTER : 1 ( Satu )
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Proses perjalanan kehidupan manusia adalah lahir, hidup dan mati. Semua tahap itu
membawa pengaruh dan akibat hukum kepada lingkungannya, terutama dengan orang yang
dekat dengannya. Baik dekat dalam arti nasab maupun dalam arti lingkungan.
Kelahiran membawa akibat timbulnya hak dan kewajiban bagi dirinya dan orang lain
serta timbulnya hubungan hukum antara dia dengan orang tua, kerabat dan masyarakat
lingkungannya.
Demikian jugadengan kematian seseorang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada
diri, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya, selain itu kematian tersebut menimbulkan
kewajiban orang lain bagi dirinya (si mayit) yang berhubungan dengan pengurusan jenazahnya.
Dengan kematian timbul pula akibat hukum lain secara otomatis, yaitu adanya hubungan ilmu
hukum yang menyangkut hak para keluarganya (ahli waris) terhadap seluruh harta
peninggalannya.
Adanya kematian seseorang mengakibatkan timbulnya cabang ilmu hukum yang
menyangkut bagaimanacara penyelesaian harta peninggalan kepada keluarganya yang dikenal
dengan nama Hukum Waris. Dalam syari’at Islam ilmu tersebut dikenal dengan nama Ilmu
Mawaris, Fiqih Mawaris, atau Faraidh.
Dalam hukum waris tersebut ditentukanlah siapa-siapa yang menjadi ahli waris, siapa-
siapa yang berhak mendapatkan bagian harta warisan tersebut, berapa bagian mereka masing-
masing bagaimana ketentuan pembagiannya serta diatur pula berbagai hal yang berhubungan
dengan soal pembagian harta warisan.
Namun dalam makalah ini kami hanya menjelaskan pengertian, sejarah dan hukum
mempelajari dan mengajarkan ilmu mawaris.
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Kewarisan
Waris adalah mashdar ( )ورث ا يرثارثاوميزاثاyang artinya si Fulan
mewariskan kepada kerabatnya, dan mewariskan kepada ayah-ayahnya.[1]
Secara etimologis Mawaris adalah bentuk jamak dari kata miras ()موارث, yang merupakan
mashdar (infinitif) dari kata : warasa –yarisu – irsan – mirasan. Yang maknanya menurut bahasa
adalah ; berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain, atau dari suatu kaum kepada
kaum lain.
Sedangkan makna mawaris menurut istilah yang dikenal para ulama ialah, berpindahnya
hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang
ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah, atau apa saja yang berupa hak milik yang legal
secara syar’i. Jadi yang dimaksudkan dengan mawaris dalam hukum Islam adalah pemindahan
hak milik dari seseorang yang telah meninggal kepada ahli waris yang masih hidup sesuai
dengan ketentuan dalam al-Qur’an dan al-Hadits.
Sedangkan istilah Fiqih Mawaris dimaksudkan ilmu fiqih yang mempelajari siapa-siapa
ahli waris yang berhak menerima warisan, siapa yang tidak berhak menerima, serta bagian-
bagian tertentu yang diterimanya.
Menurut Wirjono Prodjodikoro mendefinisikan warisan sebagai berikut adalah soal
apakah dan bagaimanakah berbagai hak-hak dan kewajiban-kewajiban tentang kekayaan
seseorang pada waktu ia meninggal dunia akan beralih kepada orang lain yang masih hidup. Hal
ini sesuai dengan hadits Nabi SAW. yang berbunyi;
ان هللا قداعطى كل ذي حق حقهه فال وصية لوارث (رواه ا
)حمدوا بوداودوالترمذى وابن ما جه
Sesungguhnnya Allah SWT. telah memberi kepada orang yang berhak atasa haknya. Ketahuilah!
Tidak ada wasiat kepada ahli waris. (H.R. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu
Majah) [2]
Fiqih Mawaris juga disebut Ilmu Faraid, yang diambil dari lafazh faridhah, yang oleh
ulama’ faradhiyun semakna dengan lafazh mafrudhah, yakni bagian yang telah dipastikan
kadarnya. Jadi disebut dengan ilmu faraidh, karena dalam pembagian harta warisan telah
ditentukan siapa-siapa yang berhak menerima warisan, siapa yang tidak berhak, dan jumlah
(kadarnya) yang akan diterima oleh ahli waris telah ditentukan
Pembagian harta waris dalam islam menggunakan dasar hukum yang terdapat dalam Q.S.
An-Nisa’ ayat: 7 dan 12 yang berbunyi:
Èb#t$Î!ºuqø9$# x8t•s? $£JÏiB Ò=ŠÅÁtR ÉA%y`Ìh•=Ïj9
Èb#t$Î!ºuqø9$# x8t•s? $£JÏiB Ò=ŠÅÁtR tbqç/t•ø%F{$#urÏä!$|¡ÏiY=Ï9ur
$ZÊrã•øÿ¨B $Y7ŠÅÁtR 4 uŽèYx. ÷rr& çm÷ZÏB $£JÏB¨@s% šcqç/t•ø%F{$#ur
ÇÐÈ
Artinya: “Bagi seorang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan
bagi seorang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya,
baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang Telah ditetapkan.”
Dan ayat 12 yang berbunyi;
Yang artinya; “Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu,
jika mereka tidak mempunyai anak. jika Isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka
buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka para isteri
memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu
buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupun
perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai
seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi
masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika Saudara-saudara seibu
itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi
wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat
(kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar
dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun.”
E. Furudul Muqadarah
1. Faraid dalam al-Qur’an
Allah SWT. menetapkan hak kewarisan dalam al-Qur’an yaitu; 1/2, ¼, 1/8, 1/3, 3/2, dan 1/6, dan
menyebutkan pula orang yang memperoleh harta warisan menurut angka-angkanya. Di dalam
surat an-Nisa’ ayat 11 telah dijelaskan pembagian waris diantaranya adala;
a. Hak anank-anak laki-laki dan perempuan :
1. anak tunggal saja mendapatkan ½
2. anak perempuan lebih dari dua orang mendapat 2/3
3. anak perem[uan bersamadenngan anak laki-laki dengan bandingan pembagian seorang anak
laki-laki sama denngan dua rang perempuan.
b. Hak ibu dan ayah dengan uraian ;
1. ibu dan ayah masing-masing menerima 1/6 bila pewaris meninggalkan anak
2. Ibu menerima 1/3 bila pewari tidak ada meninggalkan anak
3. ibu menerima 1/6 bila pewaris tidak meninggalkan anak nemun memiliki beberapa orang saudara
c. ayah dan ibu bersama dengan anak-anak berada dalam kedudukan yang sama.
Sedangkan ayat 12 berbicara tentang dua hal yaitu;
a. Hak kewarisan suami atau istri dengan uraian:
Suami yang kematian istri menerima hak ½ bila istrinya tidak ada meninggalkan anak, dan ¼
kalau istrinya ada meninggalkan anak.
Istri yang kematian suami menerima ¼ bila suaminya tidak ada meninggalkan anak dan 1/8 jika
sang suami meninggalkann anak.
b. Hak saudara-saudara bila pewaris adalah kalalah dengan uraian:
Bila saudara (laki-laki atau perempuan) hanya seorang dan tidak ada meninggalkan anak.
c. Bila pewaris adalah kalalah, saudara menerima hak dengan uraian sebagai berikut;
Seorang saudara perempuan saja mendapat ½
Dua orang (atau lebih) saudara perempuan mendapat 2/3
Bila bergabung saudara laki-laki dan peremppuan, mereka menerima dengan bandingan seorang
laki-laki sebesar dua perempuan.
2. Faraid dalam sunnah
Sunnah Nabi pada dasarnya muncul untuk memberikan penjelasan kepada ayat-ayat al-Qur’an
yang memerlukan penjelasan, baik penjelasan itu dalam penjelasan arti maupun dalam bentuk
membatasi atau memperluas pengertian. Kewarisan atau faraid termasuk bidang fiqih yangpaling
jelas diatur dalam al-Qur’an.
Penjelasan terhadap hak ayah, anak laki-laki dan saudara laki-laki yang tidak dijelaskan
oleh al-Qur’an yang berbunyi:
الحقواالفراءض با هلها فما بقى فهو ل ولى رجل ذكر
“berilah bagian yang telah ditentukan itu kepada yang berhak menerimanya dan kelebihannya
berikanlah kepada orang terdekat dari laki-laki dan garis kerabat laki-laki.”
Hadi yang disebutkan diatas menjadi landasan kewarisan ashabah yang berlaku
dikalangannya ulama Ahlu Sunnah. Hadis menyebutkan kewarisan furudhdalam jumlah yang
terbatas sebagai tambahan penjelasan dari apa yang segala dzahir dinyatakan Allah dalam al-
Qur’an.
Hak kewarisan kakek terdapat dalam hadis Nabi yang diriwayatkan Abu Daud dari Qatadah dari
al-Hasan dai ‘Amran bin Husein:
ابن: جا ء رجل الى النبى صلى هللا عليه وسلم فقال
لك السدس: ابنى ما ت فما لى من مير ا ثه قال
Seorang laki-laki datang kepada rasul Allah dan berkata:” cucu saya meninggal dunia, apa
warisannya yang dapat saya peroleh .” Nabi menjawab: “untukmu seper enam”.”
:جا ئت الجدة الىبى بكر تطلب عن مير اثها فقال
مالك فى كتا ب هللا عز وجل ثئ وما اعمل لك فى سنة
رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ثيا ولكن ارجعى حتى اسا ل
حضر ت رسول هللا صلى هللا: النا س فقال المغير ةشعبة
هل معك غيرك فشهد: عليه و سلم ا عطا ه السدس فقال
له محمد ابن سلمة فامضاه لها ابو بكر
Seorang nenek datang kepada Abu Bakar meminta hak warisan dari cucunya. Abu Bakar
berkata: “saya tidak menemukan hak nenek sekalipun dalam al-Qur’an dan saya juga tidak tau
adanya sunnah Nabi yang menetapkannya. Tapi pergilah dulu nanti saya tanyaka kepada orang
lain kalau ada yang tahu.” Berkata al-Mughirah bin Syu’bah: “saya pernah hadir bersama
Rasul Allah yang memberikan hak warisan untuk nenek sebesar seper enam.” Abu Bakar
berkata. “ apakah ada orang lain bersamamu ?” maka tampil Muhammad bin Maslamah.
Selanjutnya Abu Bakar memberikan kepada nenek itu dan seperenam.
Dengan melihat kepada apa yang secara dhahir disebutkan dalam al-Qur’an dan ditambahkan
oleh Nabi terlihat ada enam furudh dan ahli waris yang menerimanya disebut dzaul furudh.
Mereka adalah sebagaimana dirinci di bawah ini:
1. Furudh ½. Ahli waris yang memperoleh furudh ini adalah:
Anak perempuan bila ia hanya seorang diri saja
Saudara perempuan bila (kandung atau seayah) ia hanya seorang saja
Suami, bila pewaris tidak ada meninggalkan anak
2. Furudh ¼. Ahli waris yang menerima furudh ¼ ini adalah;
Suami, bila pewaris (istri) meninggalkan anak
Istri, bila pewaris (suami) tidak meninnggalkan anak
3. Furudh 1/8. Ahli waris yang menerima furudh ini adalah
Istri, bila pewaris meninggalkan anak
4. Furudh 1/6. Ahli waris yang menerima furudh ini adalah;
Ayah, bila pewaris meninggalkan anak
Kakek bila pewaris tidak meninggalkan ayah
Ibu, bila pewaris meninggalkan anak
Ibu, bila pewari meninggalkan beberapa orang saudara
Nenek bila pewaris tidak meninnggalkan ibu
Seorang saudara seibu laki-laki atau perempuan.
5. Furudh 1/3. Ahli waris yang memperoleh furudh 1/3 ini adalah;
Ibu, bila ia mewaris bersama ayah dan pewaris tidak meninggalkan anakk atau saudara
Saudara seibu laki-laki atau perempuan, bila terdapat lebih dari seorang.
6. Furudh 2/3. Ahli waris yang menerima 2/3 ini adalah;
Anak perempuan bila ia lebish dari dua orang
Saudara perempuan kandung atau seayah, bila dia dua orang atau lebih.[3]
Parasit adalah penyebab bau mulut tak sedap!! Sebelum tidur, gunakan sesendok...
Berat Anda 89 kg? Bisa jadi 55 kg!Cara cepat langsing untuk pemalas! Lanjut baca
Pendidikan formal akan memberi anda mata pencarian; pendidikan sendiri akan
memb
Bau mulut-tanda parasit dalam tubuh. Mereka lenyap jika Anda minum sesendok
Bau mulut-tanda parasit dalam tubuh. Mereka lenyap jika Anda minum sesendok
Bau mulut-tanda parasit dalam tubuh. Mereka lenyap jika Anda minum sesendok
Bagikan di Google+ Bagikan di Facebook Bagikan di Twitter
Artikel Terkait
Popular Post
MAKALAH HAM (Hak Asasi Manusia) LENGKAP
MAKALAH TENTANG NARKOBA LENGKAP
MAKALAH ATLETIK LENGKAP
Makalah Sejarah Bahasa Indonesia Lengkap
MAKALAH EKONOMI ISLAM LENGKAP
MAKALAH PELANGGARAN LALULINTAS
MAKALAH MULTIKULTURAL LENGKAP
MAKALAH MANAJEMEN RESIKO
STATISTIK INFERENSIAL