Anda di halaman 1dari 8

ILTEK,Volume 6, Nomor 12, Oktober 2011

PENGGUNAAN LIMBAH SABUT KELAPA SAWIT SEBAGAI


BAHAN UNTUK MENGOLAH LIMBAH CAIR

Kasnawati
Dosen Sekoloh Tinggi Teknik Darma Yadi (STITEK)

ABSTRAK
Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman
penghasil minyak nabati. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai 6,5 juta ton pertahun dan
diperkirakan pada tahun 2012 akan meningkat menjadi 15 juta ton pertahun, kerena terjadinya pengembangan lahan
Pemakaian sabut kelapa sawit dapat digunakan sebagai mediator pertumbuhan mikrobiologi, dimana mikrobiologi yang
sangat berperan aktif dalam penurunan kadar BOD, COD dan TSS pada limbah kelapa sawit adalah bakteri hidrolik.
Semakin berat/tebal sabut kelapa sawit yang digunakan maka semakin tiunggi prosentasi penurunan kandungan BOD,
COD dan TSS pada limbah cair pabrik kelapa sawit. Pencapaian penurunan kandungan konsentrasi BOD, COD dan
TSS yang maksimal didapatkan pada proses perlakuab yang diawali dengan pencucian sabut kelapa sawit terlebih
dahulu, karena pada proses ini kandungan lemak yang ada dalam sabut kelapa sawit sudah berkurang.

Kata Kunci: Limbah, Sabut Kelapa Sawit

PENDAHULUAN yang lalu. Dalam pengelolaannya, industri ini


1.1. Latar Belakang menghasilkan tandan kelapa sawit yang ditumpuk di
Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai sekitar lokasi pabrik dan limbah cair yang mengalir di
ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah sepanjang sungai Lagego. Harian Tribun (2004)
satu tanaman penghasil minyak nabati. Produksi menyatakan bahwa BOD yang terkandung pada limbah
minyak kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai 6,5 cair mencapai 400 ppm, kandungan COD mencapai
juta ton pertahun dan diperkirakan pada tahun 2012 900 ppm dan limbah padat yang dihasilkan sekitar 50 –
akan meningkat menjadi 15 juta ton pertahun, kerena 60 ton produksi setiap minggu. Dalam proses industri
terjadinya pengembangan lahan. memprodes 500 – 600 ton tandan buah segar per hari
Limbah pabrik kelapa sawit yang mengandung sehingga kapasitas air buangan operasional maksimal
sejumlah padatan tersuspensi, terlarut dan 20/jam/hari menghasilkan limbah cair sekitar
mengambang merupakan bahan-bahan organic dengan 25,5m3/jam/hari.
konsentrasi tinggi. Selanjutnya disebutkan bahwa Sabut kelapa sawit mempunyai komposisi kimia
setiap ton tandan buah segar kelapa sawit yang cukup baik digunakan untuk mengolah limbah
menghasilkan limbah sebesar 900 kg yang berasal dari cair kelapa sawit dimana komposisi tersebut banyak
unit sterealisasi, klasifikasi dan unit hidrosiklon. mengandung sellulosa yaitu sekitar 40%. Kuadrat
Sabut kelapa sawit mengandung nutrient, fosfor (P), (2001) menyatakan bahwa bahan yang mempunyai
kalsium (ca), magnesium (Mg), dan karbon (C), komponen sellulosa dan lignin memiliki daya serap
sehingga limbah ini dapat menjadi sumber 6000 kali lebih besar dari pada daya serap karbon aktif.
pertumbuhan bakteri, dimana bakteri dapat juga Kandungan lain yang terdapat dalam jumlah kecil
digunakan dalam proses pengolahan limbah. Tabel adalah abu, hemiselulosa yang dapat dilihat pada tabel
berikut menunjukkan kare\akteristik limbah cair dari berikut :
kegiatan industry kelapa sawit.
Limbah cair industri kelapa sawit memiliki kadar 1.2 Rumusan Penelitia
air 95%, padatan dalam bentuk terlarut/tersuspensi Yang menjadi titik perhatian pada proses pengolahan
4,5%, sisa minyak dan lemak emulsi 0,5 – 1%. Selama limbah kelapa sawit adalah :
proses, asam lemak bebas akan dilepaskan. Limbah 1. Apakah limbah padat (sabut) kelapa sawit dapat
cair industri kelapa sawit juga memiliki temperature digunakan sebagai mediator pertumbuhan
yang tinggi yaitu 60 – 800C karena limbah tersebut mikroorganisme guna mengelolah limbah cair
berasal dari proses kondensasi serta mengandung kelapa sawit?
bahan organic yang tinggi sehingga limbah tersebut 2. Apakah limbah padat (sabut) kelapa sawit dapat
berpotensi untuk mencemari air tanah dan badan air. digunakan untuk menurunkan kandungan BOD,
pH limbah adalah ≤ 4,3 yang menunjukkan bahwa COD dan TSS pada limbah cair kelapa sawit?
limbah tersebut mengandung asam mineral atau asam 3. Apakah ada pengaruh berat sabut kelapa sawit
organic. Selain itu, gas CO2 yang dihasilkan dari terhadap penurunan kandungan BOD, COD dan
penggunaan zat organic oleh mikroorganisme, dapat TSS pada limbah cair kelapa sawit.
berdifusi dengan air membentuk asam karbonat yang
bersifat umum. Untuk mencapai titik perhatian tersebut maka
Industri kelapa sawit yang berada di Kecamatan diharapkan percobaan ini dapat:
Burau Kabupaten Luwu Utara didirikan sejak 20 tahun

891
ILTEK,Volume 6, Nomor 12, Oktober 2011

1. Menentukan seberapa efektifnya penggunaan sabut HASIL DAN PEMBAHASAN


kelapa sawit sebagai mediator pertumbuhan Kondisi Awal Limbah Cair Sebelum Pengolahan
mikroorganisme. Tabel 3 menunjukkan hasil analisis awal pada
2. Menentukan seberapa besar kandungan BOD, COD limbah cair Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Luwu :
dan TSS yang dapat diturunkan dalam pengelolaan
limbah cair kelapa sawit. Tabel 3. Hasil Analisis Awal Pada Limbah Cair Pabrik
3. Mengetahui pengaruh berat sabut kelapa sawit Kelapa Sawit (PKS) Luwu
terhadap penurunan kandungan BOD, COD dan
Kadar Sumber Sampel (Titik)
TSS pada limbah cair kelapa sawit. Parameter Satuan
Maksimum I II III IV

METODE PENELITIAN BOD mg/l 80 9.172,65 5.875,29 6.623,49 5.539,56


Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah
COD mg/l 160 50.040 26.688 40.032 13.344
sebagai berikut :
TSS mg/l 200 10.420 9.890 9.880 10.418
Penentuan Bahan dan Alat
Penentuan bahan dan alat dilakukan karena Dianalisis : Laboratorium Pemberantasan Penyakit
merupakan penelitian ini merupakan penelitian Menular Kelas I Makassar dan
eksperimen yang akan menentukan kemampuan sabut Laboratorium Pusat Studi Lingkungan
kelapa sawit untuk penurunan kadar BOD, COD dan Universitas Hasanuddin Makassar.
TSS. Dari hasil penelitian awal pada limbah cair
pabrik kelapa sawit diperoleh nilai BOD 5540mg/l,
Jenis dan Desain Penelitian COD 13344mg/l dan TSS menghasilkan 10418 mg/l.
Desain penelitian menggunakan Rancangan Hasil ini masih melampaui standar baku mutu yang
Acak Lengkap yang digunakan untuk mengetahui ditetapkan di Propinsi Sulawesi Selatan (Surat
tingkat perkembangan bakteri pada limbah padat sabut Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 14
kelapa sawit dan mengetahui seberapa besar kadar Tahun 2003).
BOD, COD dan TSS yang dapat diturunkan dengan Tingginya nilai BOD, COD dan TSS pada
asumsi bahwa bila Ho fn > f (1-1,∑ ri – t) maka hipotesis limbah cair ini menunjukkan tingginya kebutuhan
ditolak dan bila Ho fn < f (1-1,∑ ri – t) maka hipotesa oksigen yang diperlukan untuk melakukan dekomposisi
diterima (Sudjana, 1996), dengan bentuk desai sebagai terhadap bahan-bahan organic yang terdapat dalam
berikut : limbah tersebut. Sebagai akibatnya, kehidupan dalam
1. Pada penentuan waktu optimum dilakukan tiga kali air dapat terganggu karena oksigen terlarut habis
perlakuan pada satu percobaan, t = waktu kontak : terpakai untuk proses dekomposisi aerobic dari zat-zat
t1 = 2 hari t2 = 4 hari t3 = 6 hari organic yang terkandung dalam limbah. Hal ini seiring
2. Pada penentuan berat optimum sabut kelapa sawit dengan teori yang diungkapkan oleh Fardiaz (1992),
dilakukan tiga kali perlakuan pada satu percobaan bahwa badan air yang dialiri limbah akan kekurangan
dengan pengulangan tiga kali pula, W = Berat oksigen, sehingga kehidupan tumbuhan maupun hewan
sabut kelapa sawit. air akan terganggu, termasuk plankton yang penting
W1 = 1 kilo gram W2 = 2 kilo gram artinya bagi ikan.
W3 = 3 kilo gram
Dengan model matriks sebagai berikut : Hasil Analisis Setelah Pengolahan
Waktu Berat Kelapa 1). Penyaringan Dengan Sabut Kelapa Sawit Tanpa
tinggal sabut sawit Pencucian :
(hari) W1 W2 W3 a. Biological Oxygen Demand (BOD)
Hasil analisis BOD setelah penyaringan melalui
t1 t1W1 t1W2 t1W3
sabut kelapa sawit yang tidak dicuci diperlihatkan pada
t2 t2W1 t2W2 t2W3
T3 t3W1 t3W2 t3W3 6000
5000
Teknik Pengumpulan data 4000
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga 1 KG
3000
cara yaitu : 2 KG
1. Perencanaan bak pengolahan 2000
2. Penyediaan bahan 1000 3 KG
3. Pelaksanaan penelitian, yang dilakukan dengan cara 0
pengambilan sampel dan pengolahan sampel.
2 4 6
Ketiga hal diatas digunakan untuk penentuan kadar
sebelum dan sesudah perlakuan untuk menurunkan
kadar BOD, COD dan TSS. Gambar 1. BOD sebagai fungsi waktu
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan Hasil analisis COD, dengan menggunakan berat
Rancangan Acak Lengkap dan Analisa varians untuk sabut kelapa sawit sebesar 1 kg dengan waktu kontak 2
mendapatkan hasil dari penelitian tersebut. hari menunjukkan penurunan nilai BOD yang tidak
terlalu menyolok yaitu sekitar 0,18%, sedangkan pada
892
ILTEK,Volume 6, Nomor 12, Oktober 2011

4 dan 6 hari menunjukkan penurunan yang cukup limbah. Pengaliran udara itu mempunyai peranan
signifikan yaitu 33,48% dan 42,65%. Analisis dengan penting dalam merombak limbah. Udara dalam kolam
menggunakan berat serabut kelapa sawit 2 kg dengan aerobic, berfungsi sebagai pemasok oksigen untuk
waktu kontak 2,4 dan 6 hari menunjukkan penurunan bakteri aerobic. Begitu juga juga penambahan hidrolis,
BOD yang cukup signifikan yaitu senilai 0,23%, kontribusi dapat ditingkatkan dari 2,71%-5,26%
33,48% dan 52,49%. Sedangkan hasil analisis BOD menjadi 3,46% hingga 5,76%.
dengan menggunakan berat sabut kelapa sawit 3 kg Uji lanjut dengan menggunakan beda nyata jujur
dengan waktu kontak 2,4 dan 6 hari menunjukkan (BNJ) dengan nilai pembanding (NP) adalah 80 untuk
penurunan yang cukup signifikan, prosentase mengetahui perlakuan yang berbeda. Hasil uji lanjut
penurunannya adalah 11,26%, 42,98% dan 66,75%. menunjukkan bahwa t1W1 dan t1W2 (simnol A)
Penurunan nilai BOD yang cukup signifikan dari berbeda dengan t1W3 (symbol B), berbeda dengan
setiap penambahan sabut kelapa sawit pada tiap t2W1, t2W2, t2W3 dan t3W3 (symbol C), berbeda
perlakuan, memberikan indikasi bahwa sabut kelapa dengan t3W4 (symbol D), dan berbeda pula dengan
sawit mampu digunakan sebagai bahan pengolah t3W3 (symbol E) seperti yang dapat dilihat pada tabel
limbah. analisii sidik ragam BOD di atas.
Bakteri yang lebih berperan dalam proses Hasil uji lanjut BNJ ini menunjukkan bahwa
penurunan BOD air limbah kelapa sawit adalah bakteri penambahan berat sabut kelapa sawit dan waktu tinggal
hidrolitik (mampu menghidrolisasi/menguraikan dari setiap perlakuan cenderung menunjukkan hasil
bahan-bahan organic yang terkandung dalam air limbah yang berbeda, yang ditandai dengan penurunan hasil
kelapa sawit). konsentrasi BOD dari hasil perlakuan yang diamati.
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa factor
berat sabut kelapa sawit dan waktu kontak berpengaruh b. Chemical Oxygen Deman (COD)
nyata pada penurunan BOD dimana Fhitung = 0,003 < Hasil analisis COD setelah penyaringan melalui
Ftabel pada taraf kepercayaan 95% (9.28) seperti yang sabut kelapa sawit yang tidak dicuci diperlihatkan pada
dapat dilihat pada tabel analisii sidik ragam BOD Gambar 2.
sebagai berikut :
Sumber Db Jk Kt Fhitung Ftabel
14000
Keragaman 12000
Perlakuan 8 13244087,56 13244087,56
10000
A 2 750326 375163 0,003** 9,28
B 2 10127174 5063587 5,40* 9,28
8000 1 Kg
AxB 4 375528,07 93882,02 -0,03** 19,43 6000 2 Kg
Acak 26 -85441882,4 -3386226,25
4000
Jumlah 42 1019915939,63 3 Kg
2000
Ket : ** = Berpengaruh sangat nyata 0
* = Berpengaruh nyata 2 4 6
ns = non signifikan
(tidak berpengaruh) KK = 0,443
Uji Lanjut BNJ untuk BOD dengan nilai pembanding Gambar 2. COD Sebagai Fungsi Waktu
80 Hasil analisis COD, dengan menggunakan berat
No Perlakuan BOD Simbol
sabut kelapa sawit sebesar 1 kg dengan waktu kontak
1 t1W1 5530 A 2,4 hari dan 6 hari, menunjukkan penurunan nilai COD
2 t1W2 5527 A
3 t1W3 4916 B
dengan menggunakan sabut kelapa sawit sebesar 2 kg
4 t2W1 3685 C dengan waktu kontak 2, 4 dan 6 hari juga menunjukkan
5 t2W2 3685 C penurunan nilai COD yaitu masing-masing 1,3 %,
6 t2W3 3159 C 5,73% dan 21,1%. Analisis COD dengan menggunakan
7 t3W1 3177 C
8 t3W2 2632 D
sabut kelapa sawit sebesar 3 kg dengan waktu kontak
9 t3W3 1842 E 2, 4 dan 6 ahari menunjukkan penurunan yang cukup
signifikan yaitu 5,65%, 21,1% dan 60,55%.
Pengaruh interaksi antara sabut kelapa sawit dan Penurunan nilai COD yang cukup signifikan dari
waktu tinggal juga berpengaruh nyata dimana Fhitung = - setiap penambahan berat sabut kelapa sawit pada setiap
0,03 < Ftabel pada taraf kepercayaan 95% (19.42). Nilai perlakuan, juga memberikan suatu indikasi bahwa
KK = 0,443 atau 4,43% dari keragaman hasil sabut kelapa sawit jika digunakan sebagai bahan
penurunan BOD disebabkan oleh factor berat sabut pengolahan limbah mampu bekerja maksimal.
kelapa sawit dan waktu tinggal, sedangkan sisanya Data tersebut di atas menunjukkan bahwa semakin
95,57% disebabkan oleh faktor lain yang tidak diamati berat sabut kelapa sawit maka semakin tinggi
dalam penelitian ini. penurunan COD. Demikian pula dengan waktu kontak,
Evalysa Siregar (1996) mengatakan pada proses ini semakin lama waktu kontak maka semakin tinggi pula
perlu dilakukan perbaikan pada system, peningkatan konsentrasi COD yang terserap oleh sabut kelapa
aktifitas mikroorganisme, penambahan oksigen dan sawit. Penurunan konsentrasi COD.
waktu penahanan hidrolisis. Perbaikan system yaitu Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa factor
dengan meningkatkan pengaliran udara ke dalam berat sabut kelapa sawit berpengaruh nyata pada
893
ILTEK,Volume 6, Nomor 12, Oktober 2011

penurunan COD dimana Fhitung = 4,03 , Ftabel pada taraf


kepercayaan 95% (9,28). Variasi waktu kontak
800
berpengaruh sangat nyata pada penurunan COD
700
dimana Fhitung = 6,27 , Ftabel pada taraf kepercayaan 600
95% (9,28). Tetapi interaksi antara berat sabut kelapa
sawit dan waktu kontak tidak berpengaruh nyata
500 1 Kg
400
dimana Fhitung = 0,48 , Ftabel pada taraf kepercayaan 300 2 Kg
95% (19,43) seperti yang dapat dilihat pada tabel 200
analisii sidik ragam COD sebagai berikut : 100 3 Kg
Sumber Db Jk Kt Fhitung Ftabel 0
Keragaman
Perlakuan
A
8
2
366334332
2371854 1185927 0,0023* 9,28 2 4 6
B 2 937056942 468528471 1,77** 9,28
AxB 4 -2880281844 -72007046 3,92** 19,43
Acak 26 -5724563676 -22017564 Gambar 3. TSS Sebagai Fungsi Waktu
Jumlah 42 -7299082392
Ket : ** = Berpengaruh sangat nyata Hasil analisis TSS dengan menggunakan berat
* = Berpengaruh nyata sabut kelapa sawit sebesar 1 kg dengan waktu kontak
ns = non signifikan 2,4 dan 6 hari, menunjukkan penurunan konsentrasi
(tidak berpengaruh) KK = 6,59% TSS yang cukup signifikan yaitu 93,3%, 95,19% dan
95,45%. Analisisi TSS dengan menggunakan sabut
Uji Lanjut BNJ untuk COD dengan nilai pembanding kelapa sawit sebesar 2 kg dengan waktu kontak 2,4 dan
160 6 hari menunjukkan penurunan yang cukup signifikan
No Perlakuan BOD Simbol yaitu masing-masing 95,43%, 96,56% dan 96,8%.
1 t1W1 13300 A Sementara analisisi TSS dengan menggunakan sabut
2 t1W2 13170 A kelapa sawit sebesar 3 kg dengan waktu kontak 2,4 dan
3 t1W3 12590 B
4 t2W1 13278 A 6 hari menunjukkan penurunan yang cukup signifikan
5 t2W2 12579 B yaitu 97,83%, 98,06% dan 98,32%.
6 t2W3 10528 C Berdasarkan data tersebut di atas menunjukkan
7 t3W1 10528 C bahwa berat sabut kelapa sawit mempunyai nilai
8 t3W2 10528 C
9 t3W3 5264 D pariatif pada penurunan nilai TSS.
Analisis sidik raga menunjukkan bahwa factor berat
Nilai KK = 0,659 menunjukkan bahwa 6,59% dari sabut kelapa sawit dan waktu kontak berpengaruh
keragaman hasil penurunan COD disebabkan oleh nyata pada penurunan TSS dimana Fhitung = 0,02 , Ftabel
factor berat sabut kelapa sawit dan waktu kontak, pada taraf kepercayaan Fhitung = 19,23 . Ftabel pada taraf
sedangkan sisanya 93,41% disebabkan oleh factor lain kepercayaan 95% (9,28) seperti yang dapat dilihat pada
yang tidak diamati dalam penelitian ini. tabel analisis sidik ragam TSS sebagai berikut :
Sumber Db Jk Kt Fhitung Ftabel
Uji lanjut dengan menggunakan beda nyata jujur Keragaman
Perlakuan 8 701583
(BNJ) dengan nilai pembanding (NP) adalah 160 untuk A 2 334574 167287 0,02* 9,28
mengetahui perlakuan yang berbeda. Hasil uji lanjut B 2 2104694 1052347 19,23ns 9,28
AxB 4 -2394305 -598576,25 4,00** 19,43
menunjukkan bahwa t1W1, t1W2, t2W1 (symbol A) Acak 26 -4788609 -184177,27
Jumlah 42 -4042063
berbeda dengan t1W2 dan t2W2 (symbol B), berbeda
dengan t2W3, t3W1 dan t3W2 (symbol C), berbeda Ket : ** = Berpengaruh sangat nyata
dengan t3W3 (symbol D) seperti yang dapat dilihat * = Berpengaruh nyata
pada tabel analisii sidik ragam COD di atas. ns = non signifikan
Hasil uji lanjut BNJ ini menunjukkan bahwa (tidak berpengaruh) KK = 3,28%
penambahan konsentrasi sabut kelapa sawit dari setiap Uji Lanjut BNJ untuk TSS dengan nilai
perlakuan cenderung menunjukkan hasil yang berbeda, pembanding 200
No Perlakuan BOD Simbol
yang ditandai dengan penurunan hasil konsentrasi 1 t1W1 698 A
COD dari hasil perlakuan yang diamati. 2 t1W2 476 C
Gambar 2 menunjukkan bahwa hasil yang terbaik 3 t1W3 226 E
terdapat pada berat sabut kelapa sawit 3 kg dengan 4 t2W1 501 B
5 t2W2 358 D
waktu kontak 6 hari. Jika dilihat dari hasil perlakuan 6 t2W3 202 E
ini mempunyai kecenderungan bahwa semakin berat 7 t3W1 474 C
sabut kelapa sawit dan semakin lama waktu kontak, 8 t3W2 335 D
maka semakin baik pula hasil yang dicapai, sehingga 9 t3W3 174 F
berat sabut kelapa sawit 3 kg dan waktu kontak 6 hari
merupakan perlakuan yang terbaik untuk parameter Interaksi antara sabut kelapa sawit dan waktu
COD pada penelitian ini. kontak juga berpengaruh sangata nyata dimana Fhitung =
4,00 , Ftabel pada taraf kepercayaan 95% (19,43). Nilai
c. Padatan Tersuspensi (TSS) KK = 0,0328 atau 3,28% menunjukkan bahwa 3,28%
Hasil analisisi TSS setelah penyaringan melalui dari keragaman hasil penurunan TSS disebabkan oleg
sabut kelapa sawit yang tidak dicuci diperlihatkan pada factor bear sabut kelapa sawit dan waktu kontak,
Gambar 3.
894
ILTEK,Volume 6, Nomor 12, Oktober 2011

sedangkan sisanya 96,72% disebabkan oleh factor lain yaitu dengan 75,76%, 81% dan 89,6%. Analisis dengan
yang tidak diamati dalam penelitian ini. menggunakan berat sabut kelapa sawit 2 kg dengan
Uji lanjut dengan menggunakan beda nyata jujur waktu kontak 2,4 dan 6 hari menunjukkan penurunan
(BNJ) dengan nilai pembanding (NP) adalah 200 untuk nilai BOD yang cukup signifikan yaitu senilai 86,81%,
mengetahui perlakuan yang berbeda. Hasil uji lanjut 87,89% dan 89,77%. Sedangkan hasil analisis BOD
menunjukkan bahwa t1W1 (symbol A) berbeda dengan dengan menggunakan berat sabut kelapa sawit 3 kg
t2W1 (symbol B), berbeda dengan t1W2, t3W1 dengan waktu kontak 2,4 dan 6 hari menunjukkan
(symbol C), berbeda dengan t2W2, t3W2 (symbol D), kenaikan nilai BOD yaitu 92,2%, 92,64% dan 98%.
dan berbeda dengan t3W3 (symbol F). seperti yang Pada perlakuan ini nilai BOD mengalami
dapat dilihat pada tabel analisii sidik ragam TSS di penurunan yang cukup signifikan pada setiap
atas. perlakuan, karena penurunan BOD sangat terkait
Hasil uji lanjut BNJ ini menunjukkan bahwa dengan penurunan konsentrasi zat organic baik dalam
penambahan konsentrasi sabut kelapa sawit dari setiap badan air maupun pada limbah.
perlakuan cenderung menunjukkan hasil yang berbeda, Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa factor
yang ditandai dengan penurunan hasil konsentrasi TSS berat sabut kelapa sawit dan waktu kontak berpengaruh
dari hasil perlakuan yang diamati. nyata pada penurunan BOD dimana Fhitung = 0,025 ,
Dari Sembilan kombinasi yang diberikan dengan Ftabel pada taraf kepercayaan 95% (9,28), sedangkan
pengulangan sebanyak tiga kali, ternyata umumnya variasi waktu tinggal Fhitung = 6,79 , Ftabel pada taraf
ditemukan penurunan yang optimal pada berat sabut kepercayaan 95% (9,28) seperti yang dapat dilihat pada
kelapa sawit tanpa perlakuan pencucian 3 kg dengan tabel analisis sidik ragam BOD sebagai berikut :
waktu kontak 6 hari (t3W3) untuk nilai BOD, COD Sumber Db Jk Kt Fhitung Ftabel
Keragaman
dan TSS. Hal ini memberikan indikasi bahwa semakin Perlakuan 8 3245844 3245844
A 2 1293872 646936 0,025* 9,28
berat sabut kelapa sawit akan lebih memungkinkan B 2 9749828 4874914 6,79** 9,28
terjadinya adsorpsi lebih banyak terhadap bahan AxB
Acak
4
26
-6671980
-13346996
-1667995
-513230,62
3,99** 19,43

organic yang terdapat dalam limbah. Jumlah 42 -5729432


Pada penelitian dengan perlakuan tanpa pencucian Ket : ** = Berpengaruh sangat nyata
sabut kelapa sawit, semua parameter yang diamati * = Berpengaruh nyata
masih belum memenuhi standar baku mutu limbah cair ns = non signifikan
kelapa sawit. Hasil analisis laboratorium dari sampel (tidak berpengaruh) KK = 2,85%
yang telah diproses ternyata nilai tertingggi yang Uji Lanjut BNJ untuk BOD dengan nilai
didapatkan setelah melakukan perlakuan untuk nilai pembanding 80
BOD = 5530 mg/L pada hal baku mutu limbah kelapa No Perlakuan BOD Simbol
sawit yang diharapkan adalah 80 mg/l, sedangkan 1 t1W1 1343 A
2 t1W2 731 B
untuk nilai COD = 13300 mg/l pada hal baku mutu 3 t1W3 432 E
limbah cair kelapa sawit yang diharapkan adalah 160 4 t2W1 1079 A
mg/l, sementara untuk nilai TSS = 698 mg/l pada hal 5 t2W2 671 C
baku mutu limbah cair kelapa sawit yang diharapkan 6 t2W3 408 E
7 t3W1 576 D
adalah 200 mg/l. 8 t3W2 567 D
2). Penyaringan Dengan Sabut Kelapa Sawit 9 t3W3 109 F
dengan Metode Pencucian.
a. Biological Oxygen Demand (BOD) Pengaruh interaksi antara berat sabut kelapa sawit
Hasil analisis BOD setelah penyaringan melalui dan waktu tinggal juga berpengaruh nyata dimana
sabut kelapa sawit yang sudah dicuci diperlihatkan Fhitung = 3,99 , Ftabel pada taraf kepercayaan 95%
pada Gambar 4. (19,43). Nilai KK = 0,0295 atau 2,85% dari keragaman
1600 hasil penurunan BOD disebabkan oleh factor berat
sabut kelapa sawit dan waktu tinggal, sedangkan
1400
sisanya 97,15% disebabkan oleh factor lain yang tidak
1200 diamati dalam penelitian ini.
1000 Uji lanjut dengan menggunakan beda nyata jujur
1 Kg
800 (BNJ) dengan nilai pembanding (NP) adalah 80 untuk
600 2 Kg mengetahui perlakuan yang berbeda. Hasil uji lanjut
menunjukkan bahwa t1W1 dan t2W1 (symbol A)
400 3 Kg berbeda dengan t1W2 (symbol B), berbeda dengan
200 t2W2 (symbol C), berbeda dengan t3W1 (symbol E)
0 dan berbeda pula dengan perlakuan t3W3 (symbol F)
2 4 6 seperti yang dapat dilihat pada tabel analisis sidik
ragam BOD di atas.
Hasil uji lanjut BNJ di atas menunjukkan bahwa
Gambar 4. BOD Sebagai Fungsi Waktu
dari hasil uji penambahan berat sabut kelapa sawit dan
Hasil analisis BOD, dengan menggunakan berat waktu tinggal dari setiap perlakuan cenderung
sabut kelapa sawit 1 kg dengan waktu kontak 2,4 dan 6 menunjukkan hasil yang berbeda, yang ditandai dengan
hari menunjukkan penurunan yang cukup signifikan
895
ILTEK,Volume 6, Nomor 12, Oktober 2011

penurunan hasil konsentrasi BOD dari hasil perlakuan


yang diamati.
b. Chemical Oxygen Demand (COD) Uji Lanjut BNJ untuk COD dengan nilai
Hasil analisis COD setelah penyaringan melalui pembanding 160
sabut kelapa sawit yang sudah dicuci diperlihatkan No Perlakuan BOD Simbol
pada gambar 5. 1 t1W1 1842 A
2 t1W2 1316 A
2000 3 t1W3 711 B
4 t2W1 1842 A
1500 5 t2W2 632 C
6 t2W3 658 C
1 Kg 7 t3W1 579 D
1000 8 t3W2 526 D
2 Kg 9 t3W3 395 E
500
3 Kg
0 Nilai KK = 0,0341 atau 3,41% menunjukkan
bahwa 3,41% dari keragaman hasil penurunan COD
2 4 6 disebabkan oleh factor berat sabut kelapa sawit dan
waktu kontak, sedangkan sisanya 96,56% disebabkan
Gambar 5. COD Sebagai Fungsi Waktu oleg factor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.
Hasil analisis COD, dengan menggunakan berat Uji lanjut dilakukan dengan beda nyata jujur (BNJ)
sabut kelapa sawit sebesar 1 kg dengan waktu kontak dengan nilai pembanding (NP) adalah 160 untuk
2,4 dan 6 hari, menunjukkan penurunan konsentrasi mengetahui perlakuan yang berbeda. Hasil uji lanjut
COD yang cukup signifikan yaitu 86,2%, 862% dan menunjukkan bahwa t1W1 dan t1W2 (symbol A)
95,66%. Analisis COD dengan menggunakan sabut berbeda dengan t1W3 (symbol B), berbeda dengan
kelapa sawit sebesar 2 kg dengan waktu kontak 2,4 dan t2W2 dan t2W3 (symbol C), berbeda dengan t3W1 dan
6 hari juga menunjukkan penurunan nilai COD yang t3W2 (symbol D), dan berbeda pula dengan t3W3 dan
cukup signifikan yaitu 90,14%, 95,26% dan 96,1%. A2B2 (symbol E) seperti yang dapat dilihat pada tabel
Sementara analisis COD dengan menggunakan sabut analisis sidik ragam COD di atas.
kelapa sawit sebesar 3 kg dengan waktu kontak 2,4 dan Hasil uji lanjut BNJ ini menunjukkan bahwa
6 hari juga menunjukkan penurunan nilai COD yang penambahan konsentrasi sabut kelapa sawit dari setiap
cukup signifikan yaitu 94,67%, 95,06% dan 97,4%. perlakuan cenderung menunjukkan hasil yang berbeda,
Penurunan nilai COD yang cukup signifikan dari yang ditandai dengan penurunan hasil konsentrasi
setiap penambahan berat sabut kelapa sawit setiap COD dari hasil perlakuan yang diamati.
perlakuan, juga memberikan suatu indikasi bahwa Nilai maksimum yang dicapai dari hasil
sabut kelapa sawit jika digunakan sebagai bahan pengamatan gambar 2 terlihat bahwa hasil yang terbaik
pengolah limbah mampu bekerja maksimal hal ini terdapat pada berat sabut kelapa sawit 3 kg dengan
dapat dilihat dari hasil yang diperoleh setelah waktu kontak 6 hari. Jika dilihat dari hasil perlakuan
perlakuan. ini mempunyai kecenderungan bahwa semakin berat
Data tersebut ragam menunjukkan bahwa factor sabut kelapa sawit dan semakin lama waktu kontak,
sabut kelapa sawit tidak mempunyai pengaruh nyata maka semakin baik pula hasil yang dicapai, sehingga
pada penurunan COD dimana Fhituing = 0,01 > Ftabel berat sabut kelapa sawit 3 kg dan wktu kontak 6 hari
pada taraf kepercayaan 95% (9,28), sedangkan variasi merupakan perlakuan yang terbaik untuk parameter
waktu kontak berpengaruh sangat nyata pada COD pada penelitian ini.
penurunan COD dimana Fhitung = 2,17<Ftabel pada taraf c. Padatan Tersuspensi (TSS)
kepercayaan 95% (9,28), namun pengaruh interaksi hasil analisis COD setelah penyaringan melalui
antara berat sabut kelapa sawit dan waktu kontak tidak sabut kelapa sawit yang sudah dicuci diperlihatkan
berpengaruh nyata dimana Fhitung = 1,49 < Ftabel pada pada gambar 6.
taraf kepercayaan 95% (19,43) seperti yang dapat 120
dilihat pada tabel analisis sidik ragam COD sebagai
100
berikut :
80
Sumber Db Jk Kt Fhitung Ftabel 1 Kg
Keragaman 60
Perlakuan 8 7792702,67 7792702,67 2 Kg
A 2 1921868 960934 0,01*
9,28 40
B 2 23378054 11689027 2,17**
AxB 4 -13435335,33 -3358833,83 1,49** 9,28
20 3 Kg
Acak 26 -26870685,33 -1033487,89
19,43
Jumlah 42 -7213395,99 0
Ket : ** = Berpengaruh sangat nyata 2 4 6
* = Berpengaruh nyata
ns = non signifikan Gambar 6. TSS Sebagai Fungsi Waktu
(tidak berpengaruh) KK = 3,41%
Hasil analisis TSS, dengan menggunakan berat
sabut kelapa sawit sebesar 1 kg dengan waktu kontak
896
ILTEK,Volume 6, Nomor 12, Oktober 2011

2,4 dan 6 hari, menunjukkan penurunan konsentrasi yang ditandai dengan penurunan hasil konsentrasi TSS
TSS yang cukup signifikan yaitu 99,06%, 99,08% dan dari hasil perlakuan yang diamati.
99,14%. Analisis TSS dengan menggunakan sabut Pada perlakuan ini Nampak bahwa penurunan nilai
kelapa sawit sebesar 2 kg dengan waktu kontak 2,4 dan TSS lebih tinggi dengan penurunan BOD, hal ini
6 hari menunjukkan penurunan yang cukup signifikan terjadi karena dalam uji TSS media penyaringan yang
yaitu masing-masing 99,09%, 99,14% dan 99,27%. menggunakan sabut kelapa sawit yang mempunyai
Sementara hasil analisis TSS dengan menggunakan struktur sabut yang halus menyebabkan padatan
sabut kelapa sawit sebesar 3 kg dengan waktu kontak tersuspoensi solid mengendap di atas media
2,4 dan 6 hari menunjukkan penurunan yang cukup penyaringan.
signifkan yaitu 99,23%, 99,17% dan 99,39%. Penurunan konsentrasi kandungan BOD, COD dan
Beredasarkan data tersebut di atas menunjukkan padatan tersuspensi total setelah perlakuan terjadi,
bahwa berat sabut kelapa sawit mempunyai nilai karena adanya kandungan selulosa dan lignin yang
pariatif pada kadar penurunan nilai TSS. terdapat pada sabut kelapa. Selulosa merupakan serat
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa factor utama dalam biomassa. Serat inilah yang
berat sabut kelapa sawit dan waktu kontak berpengaruh berkemampuan tinggi menyerap zat warna dan bahan
nyata pada penurunan TSS dimana Fhitung = organic dalam limbah.
0,0009 < Ftabel pada taraf kepercayaan 95% (9,28),
sedangkan variasi waktu kontak mempunyai Fhitung =
0,90 < Ftabel pada taraf kepercayaan 95% (9,28). seperti KESIMPULAN DAN SARAN
yang dapat dilihat pada tabel analisis sidik ragam TSS
sebagai berikut : Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian maka dapat
Sumber Db Jk Kt Fhitung Ftabel disimpulkan bahwa :
Keragaman
Perlakuan 8 2725 2725 1. Pemakaian sabut kelapa sawit dapat digunakan
A 2 500 250 0,0009* 9,28 sebagai mediator pertumbuhan mikrobiologi,
B 2 8772 4386 0,90* 9,28
AxB 4 -127791 -31947,75 3,99** 19,43 dimana mikrobiologi yang sangat berperan aktif
Acak 26 -255619 -9831,5
Jumlah 42 -371413
dalam penurunan kadar BOD, COD dan TSS pada
Ket : ** = Berpengaruh sangat nyata limbah kelapa sawit adalah bakteri hidrolik.
* = Berpengaruh nyata 1. Waktu kontak yang paling optimal digunakan
ns = non signifikan adalah pada waktu kontak 6 haru agar mendapatkan
(tidak berpengaruh) KK = 19,07% prosentase penurunan BOD, COD dan TSS yang
Uji Lanjut BNJ untuk TSS dengan nilai maksimal.
pembanding 200 2. Semakin berat/tebal sabut kelapa sawit yang
No Perlakuan BOD Simbol digunakan maka semakin tiunggi prosentasi
1 t1W1 97 A
penurunan kandungan BOD, COD dan TSS pada
2 t1W2 94 A limbah cair pabrik kelapa sawit. Pencapaian
3 t1W3 80 B penurunan kandungan konsentrasi BOD, COD dan
4 t2W1 95 A TSS yang maksimal didapatkan pada proses
5 t2W2 89 B
6 t2W3 86 B
perlakuab yang diawali dengan pencucian sabut
7 t3W1 89 B kelapa sawit terlebih dahulu, karena pada proses ini
8 t3W2 76 C kandungan lemak yang ada dalam sabut kelapa
9 t3W3 64 D sawit sudah berkurang.

Pengaruh interaksi antara sabut kelapa sawit dan Saran


waktu kontak juga berpengaruh sangat nyata dimana 1. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam
Fhitung = 3,99 < Ftabel pada taraf kepercayaan 95% pengolahan limbah cair disarankan untuk lebih
(19,43). Nilai KK = 0,1907 atau 19,07% menunjukkan memperhatikan perbandingan antara konsentrasi
bahwa 19,07% dari keragaman hasil penurunan TSS sabut kelapa sawit dengan volume limbah yang
disebabkan oleh factor berat sabut kelapa sawit dan diolah, karena penambahan konsentrasi sabut
waktu kontak, sedangkan sisanya 80,93% disebabkan kelapa sawit atau penurunan volume limbah cair
oleg factor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini. yang diolah akan memberikan pengaruh terhadap
Uji lanjut dengan menggunakan beda nyata jujur kualitas hasil pengolahan.
(BNJ) dengan nilai pembanding (NP) adalah 200 untuk 2. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan nilai
mengetahui perlakuan yang berebeda. Hasil uji lanjut ambang batas, maka diharapkan untuk
menunjukkan bahwa t1W1, t1W2 dan t2W1 (symbol menggunakan sabut kelapa sawit yang digunakan
A) berbeda dengan t1W3, T2W2, T2W3 dan t3W1 maka semakin baik hasil yang dicapai.
(symbol B), berbeda dengan t3W2 (symbol C), berbeda 3. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka
dengan T3W3 (symbol D). seperti yang dapat dilihat disarankan penggunakaan sabut kelapa sawit yang
pada tabel analisis sidik ragam TSS di atas. mempunyai kadar lemak yang rendah. Hal ini
Hasil uji lanjut BNJ ini menunjukkan bahwa didapatkan dari penggunaan mesin untuk
penambahan konsentrasi sabut kelapa sawit dari setiap mendapatkan hasil proses produksi yang
perlakuan cenderung menunjukkan hasil yang berbeda,
897
ILTEK,Volume 6, Nomor 12, Oktober 2011

mempunyai kadar lemak pada limbah sudah 20. Sugiharto, 1987, Dasar-Dasar Pengolahan Air
menurun. Limbah, Universitas Indonesia, Jakarta.
21. Sunu. P., 2001, Melindungi Lingkungan dengan
menerapkan ISO 14001, Gramedia Widasarana
DAFTAR PUSTAKA Indonesia, Jakarta.
1. Ahmad, A.A., and Hameed, B.H., 2007, 22. Taiwa, O.E., and Osionowo, F.A.O., 2001.
Adsorption of Direct Dye on Palm Ash; Kinetic Evaluation of Various Agro Wastes from
and Equilibrium Modeling, J. Hazardous Mater, Traditional Black Soap Production, Bioresource
141, 70 – 76. Technel, 79, 95 – 97.
2. Alaerts, G dan Santika, SS, 1987, Metode 23. Tan. I.A.W., Hameed. B.H., and Ahmad, A.L.,
Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya, 2007, Equilibrium and Kinetic Studies on Basic
Indonesia. Dye Adsorption by Oil Palm Fibre Activated
3. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 2001, Carbon, Chem, Eng. J., 127, 111 – 119.
Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 1997 24. Tan, J.S., and Ani, F.N., 2004, Carbon Moleculer
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bapedal Sieves Produced from Oil Palm Shell for Air
Regional III, Makassar. Separation, Sep.Pur.Technol., 35, 47 – 54.
4. Basri, H.B., Mannan, M.A., and Zain, M.F.M., 25. Teo, D.C.O., Mannan, M.A., Kurian, V.J., and
1999. Textural and Chemical Properties of Ganapathy, C., 2007, Lightweight Concrete Made
Adsrobent Prepared from Palm Shell by from Oil Palm Shell (OPS), Structural Bond and
Phosphoriq Acid Activation, Cement Concrete Durability Properties, Building Environt, 42, 2614
Res, 29, 61 – 62. – 2621.
5. Betti dan Winiati, 1995. Penanganan Limbah 26. Tiro, A.M., 2000. Analisis Korelasi dan Regresi,
Industri Pangan, IPB, Kansius, Yogyakarta. Makassar State University Press, Makassar.
6. Guo. J., and Luo. Y., 2003. Textural and 27. Wardhana, W.A., 2001, Dampak Pencemaran
Chemical Properties of Adsrobent Prepared from Lingkungan, Andi, Yogyakarta.
Palm Shell by Phosphoriq Acid Activation,Mater, 28. www.hamline.edu/apakabar/basisdata.
Chem.Phys., 80. 114 – 119. 29. www.ipard.com/penelitian sawit.asp.
7. Guo. J., Lua. Y.A.C., Chi. R.A., Chen. Y. L., Bao. 30. Yan Fauzi, Yustina Erna Widyastuti, Iman
X.T., and Xiang. S.X., 2007, Adsorption of Satyawibawa, Rudi Hartono, 2006, Kelapa Sawit,
Hydrogen Sulphide (H2S) by Activated Carbons Edisi Revisi, Penebar Swadaya, Jakarta.
Derived from Oil-Palm Shell, Carbon, 45, 330 –
360.
8. Hanafiah.K.A., 2005, Rancangan Percobaan
Aplikatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
9. http://www.iptek.net.id/ind/jurnal/jurnal idex
php? doc = vs.Ns.23.htm.
10. Kusnoputranto. H, 1983. Kesehatan Lingkungan,
Universitas Indonesia, Jakarta.
11. Lua, A.C., and Guo, J., 1998, Preparation and
Characterization of Chars from Oil Palm Waste,
Carbon, 36, 1636 – 1670.
12. Mannan, M.A., and Ganapathy,C., 2002.
Engineering Properties of Concrete with Oil
Palm Shell as Coarse Aggregate, Construction &
Building., Mater, 16, 29 – 34.
13. Mannan, M.A., and Ganapathy,C., 2004,
Concrete from An Agricultural Waste-Oil Palm
Shell (OPS),Building Environt, 39, 441 – 448.
14. Mahida, UN., 1986, Pencemaran Air dan
Pemanfaatan Limbah Industri, Jakarta.
15. Marsono, 1997, Teknik Pengolahan Air Limbah
Secara Biologi, Media Informasi Teknik
Lingkungan ITS, Surabaya.
16. Miswan, 2004, Penurunan Tingkat Pencemaran
Limbah Cair Rumah Potong Hewan dengan
Menggunakan Sabut Kelapa, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
17. Pahan. I, 2006, Panduan Lengkap Kelapa Sawit,
Penebar Swadaya, Jakarta.
18. Sastrawijaya Tresna, 1991, Pencemaran
Lingkungan, Penerbit Rhineka Cipta, Jakarta,
19. Sudjana, 1996, Metoda Statika, Tarsito, Bandung.

898

Anda mungkin juga menyukai