Kasnawati
Dosen Sekoloh Tinggi Teknik Darma Yadi (STITEK)
ABSTRAK
Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi karena merupakan salah satu tanaman
penghasil minyak nabati. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai 6,5 juta ton pertahun dan
diperkirakan pada tahun 2012 akan meningkat menjadi 15 juta ton pertahun, kerena terjadinya pengembangan lahan
Pemakaian sabut kelapa sawit dapat digunakan sebagai mediator pertumbuhan mikrobiologi, dimana mikrobiologi yang
sangat berperan aktif dalam penurunan kadar BOD, COD dan TSS pada limbah kelapa sawit adalah bakteri hidrolik.
Semakin berat/tebal sabut kelapa sawit yang digunakan maka semakin tiunggi prosentasi penurunan kandungan BOD,
COD dan TSS pada limbah cair pabrik kelapa sawit. Pencapaian penurunan kandungan konsentrasi BOD, COD dan
TSS yang maksimal didapatkan pada proses perlakuab yang diawali dengan pencucian sabut kelapa sawit terlebih
dahulu, karena pada proses ini kandungan lemak yang ada dalam sabut kelapa sawit sudah berkurang.
891
ILTEK,Volume 6, Nomor 12, Oktober 2011
4 dan 6 hari menunjukkan penurunan yang cukup limbah. Pengaliran udara itu mempunyai peranan
signifikan yaitu 33,48% dan 42,65%. Analisis dengan penting dalam merombak limbah. Udara dalam kolam
menggunakan berat serabut kelapa sawit 2 kg dengan aerobic, berfungsi sebagai pemasok oksigen untuk
waktu kontak 2,4 dan 6 hari menunjukkan penurunan bakteri aerobic. Begitu juga juga penambahan hidrolis,
BOD yang cukup signifikan yaitu senilai 0,23%, kontribusi dapat ditingkatkan dari 2,71%-5,26%
33,48% dan 52,49%. Sedangkan hasil analisis BOD menjadi 3,46% hingga 5,76%.
dengan menggunakan berat sabut kelapa sawit 3 kg Uji lanjut dengan menggunakan beda nyata jujur
dengan waktu kontak 2,4 dan 6 hari menunjukkan (BNJ) dengan nilai pembanding (NP) adalah 80 untuk
penurunan yang cukup signifikan, prosentase mengetahui perlakuan yang berbeda. Hasil uji lanjut
penurunannya adalah 11,26%, 42,98% dan 66,75%. menunjukkan bahwa t1W1 dan t1W2 (simnol A)
Penurunan nilai BOD yang cukup signifikan dari berbeda dengan t1W3 (symbol B), berbeda dengan
setiap penambahan sabut kelapa sawit pada tiap t2W1, t2W2, t2W3 dan t3W3 (symbol C), berbeda
perlakuan, memberikan indikasi bahwa sabut kelapa dengan t3W4 (symbol D), dan berbeda pula dengan
sawit mampu digunakan sebagai bahan pengolah t3W3 (symbol E) seperti yang dapat dilihat pada tabel
limbah. analisii sidik ragam BOD di atas.
Bakteri yang lebih berperan dalam proses Hasil uji lanjut BNJ ini menunjukkan bahwa
penurunan BOD air limbah kelapa sawit adalah bakteri penambahan berat sabut kelapa sawit dan waktu tinggal
hidrolitik (mampu menghidrolisasi/menguraikan dari setiap perlakuan cenderung menunjukkan hasil
bahan-bahan organic yang terkandung dalam air limbah yang berbeda, yang ditandai dengan penurunan hasil
kelapa sawit). konsentrasi BOD dari hasil perlakuan yang diamati.
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa factor
berat sabut kelapa sawit dan waktu kontak berpengaruh b. Chemical Oxygen Deman (COD)
nyata pada penurunan BOD dimana Fhitung = 0,003 < Hasil analisis COD setelah penyaringan melalui
Ftabel pada taraf kepercayaan 95% (9.28) seperti yang sabut kelapa sawit yang tidak dicuci diperlihatkan pada
dapat dilihat pada tabel analisii sidik ragam BOD Gambar 2.
sebagai berikut :
Sumber Db Jk Kt Fhitung Ftabel
14000
Keragaman 12000
Perlakuan 8 13244087,56 13244087,56
10000
A 2 750326 375163 0,003** 9,28
B 2 10127174 5063587 5,40* 9,28
8000 1 Kg
AxB 4 375528,07 93882,02 -0,03** 19,43 6000 2 Kg
Acak 26 -85441882,4 -3386226,25
4000
Jumlah 42 1019915939,63 3 Kg
2000
Ket : ** = Berpengaruh sangat nyata 0
* = Berpengaruh nyata 2 4 6
ns = non signifikan
(tidak berpengaruh) KK = 0,443
Uji Lanjut BNJ untuk BOD dengan nilai pembanding Gambar 2. COD Sebagai Fungsi Waktu
80 Hasil analisis COD, dengan menggunakan berat
No Perlakuan BOD Simbol
sabut kelapa sawit sebesar 1 kg dengan waktu kontak
1 t1W1 5530 A 2,4 hari dan 6 hari, menunjukkan penurunan nilai COD
2 t1W2 5527 A
3 t1W3 4916 B
dengan menggunakan sabut kelapa sawit sebesar 2 kg
4 t2W1 3685 C dengan waktu kontak 2, 4 dan 6 hari juga menunjukkan
5 t2W2 3685 C penurunan nilai COD yaitu masing-masing 1,3 %,
6 t2W3 3159 C 5,73% dan 21,1%. Analisis COD dengan menggunakan
7 t3W1 3177 C
8 t3W2 2632 D
sabut kelapa sawit sebesar 3 kg dengan waktu kontak
9 t3W3 1842 E 2, 4 dan 6 ahari menunjukkan penurunan yang cukup
signifikan yaitu 5,65%, 21,1% dan 60,55%.
Pengaruh interaksi antara sabut kelapa sawit dan Penurunan nilai COD yang cukup signifikan dari
waktu tinggal juga berpengaruh nyata dimana Fhitung = - setiap penambahan berat sabut kelapa sawit pada setiap
0,03 < Ftabel pada taraf kepercayaan 95% (19.42). Nilai perlakuan, juga memberikan suatu indikasi bahwa
KK = 0,443 atau 4,43% dari keragaman hasil sabut kelapa sawit jika digunakan sebagai bahan
penurunan BOD disebabkan oleh factor berat sabut pengolahan limbah mampu bekerja maksimal.
kelapa sawit dan waktu tinggal, sedangkan sisanya Data tersebut di atas menunjukkan bahwa semakin
95,57% disebabkan oleh faktor lain yang tidak diamati berat sabut kelapa sawit maka semakin tinggi
dalam penelitian ini. penurunan COD. Demikian pula dengan waktu kontak,
Evalysa Siregar (1996) mengatakan pada proses ini semakin lama waktu kontak maka semakin tinggi pula
perlu dilakukan perbaikan pada system, peningkatan konsentrasi COD yang terserap oleh sabut kelapa
aktifitas mikroorganisme, penambahan oksigen dan sawit. Penurunan konsentrasi COD.
waktu penahanan hidrolisis. Perbaikan system yaitu Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa factor
dengan meningkatkan pengaliran udara ke dalam berat sabut kelapa sawit berpengaruh nyata pada
893
ILTEK,Volume 6, Nomor 12, Oktober 2011
sedangkan sisanya 96,72% disebabkan oleh factor lain yaitu dengan 75,76%, 81% dan 89,6%. Analisis dengan
yang tidak diamati dalam penelitian ini. menggunakan berat sabut kelapa sawit 2 kg dengan
Uji lanjut dengan menggunakan beda nyata jujur waktu kontak 2,4 dan 6 hari menunjukkan penurunan
(BNJ) dengan nilai pembanding (NP) adalah 200 untuk nilai BOD yang cukup signifikan yaitu senilai 86,81%,
mengetahui perlakuan yang berbeda. Hasil uji lanjut 87,89% dan 89,77%. Sedangkan hasil analisis BOD
menunjukkan bahwa t1W1 (symbol A) berbeda dengan dengan menggunakan berat sabut kelapa sawit 3 kg
t2W1 (symbol B), berbeda dengan t1W2, t3W1 dengan waktu kontak 2,4 dan 6 hari menunjukkan
(symbol C), berbeda dengan t2W2, t3W2 (symbol D), kenaikan nilai BOD yaitu 92,2%, 92,64% dan 98%.
dan berbeda dengan t3W3 (symbol F). seperti yang Pada perlakuan ini nilai BOD mengalami
dapat dilihat pada tabel analisii sidik ragam TSS di penurunan yang cukup signifikan pada setiap
atas. perlakuan, karena penurunan BOD sangat terkait
Hasil uji lanjut BNJ ini menunjukkan bahwa dengan penurunan konsentrasi zat organic baik dalam
penambahan konsentrasi sabut kelapa sawit dari setiap badan air maupun pada limbah.
perlakuan cenderung menunjukkan hasil yang berbeda, Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa factor
yang ditandai dengan penurunan hasil konsentrasi TSS berat sabut kelapa sawit dan waktu kontak berpengaruh
dari hasil perlakuan yang diamati. nyata pada penurunan BOD dimana Fhitung = 0,025 ,
Dari Sembilan kombinasi yang diberikan dengan Ftabel pada taraf kepercayaan 95% (9,28), sedangkan
pengulangan sebanyak tiga kali, ternyata umumnya variasi waktu tinggal Fhitung = 6,79 , Ftabel pada taraf
ditemukan penurunan yang optimal pada berat sabut kepercayaan 95% (9,28) seperti yang dapat dilihat pada
kelapa sawit tanpa perlakuan pencucian 3 kg dengan tabel analisis sidik ragam BOD sebagai berikut :
waktu kontak 6 hari (t3W3) untuk nilai BOD, COD Sumber Db Jk Kt Fhitung Ftabel
Keragaman
dan TSS. Hal ini memberikan indikasi bahwa semakin Perlakuan 8 3245844 3245844
A 2 1293872 646936 0,025* 9,28
berat sabut kelapa sawit akan lebih memungkinkan B 2 9749828 4874914 6,79** 9,28
terjadinya adsorpsi lebih banyak terhadap bahan AxB
Acak
4
26
-6671980
-13346996
-1667995
-513230,62
3,99** 19,43
2,4 dan 6 hari, menunjukkan penurunan konsentrasi yang ditandai dengan penurunan hasil konsentrasi TSS
TSS yang cukup signifikan yaitu 99,06%, 99,08% dan dari hasil perlakuan yang diamati.
99,14%. Analisis TSS dengan menggunakan sabut Pada perlakuan ini Nampak bahwa penurunan nilai
kelapa sawit sebesar 2 kg dengan waktu kontak 2,4 dan TSS lebih tinggi dengan penurunan BOD, hal ini
6 hari menunjukkan penurunan yang cukup signifikan terjadi karena dalam uji TSS media penyaringan yang
yaitu masing-masing 99,09%, 99,14% dan 99,27%. menggunakan sabut kelapa sawit yang mempunyai
Sementara hasil analisis TSS dengan menggunakan struktur sabut yang halus menyebabkan padatan
sabut kelapa sawit sebesar 3 kg dengan waktu kontak tersuspoensi solid mengendap di atas media
2,4 dan 6 hari menunjukkan penurunan yang cukup penyaringan.
signifkan yaitu 99,23%, 99,17% dan 99,39%. Penurunan konsentrasi kandungan BOD, COD dan
Beredasarkan data tersebut di atas menunjukkan padatan tersuspensi total setelah perlakuan terjadi,
bahwa berat sabut kelapa sawit mempunyai nilai karena adanya kandungan selulosa dan lignin yang
pariatif pada kadar penurunan nilai TSS. terdapat pada sabut kelapa. Selulosa merupakan serat
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa factor utama dalam biomassa. Serat inilah yang
berat sabut kelapa sawit dan waktu kontak berpengaruh berkemampuan tinggi menyerap zat warna dan bahan
nyata pada penurunan TSS dimana Fhitung = organic dalam limbah.
0,0009 < Ftabel pada taraf kepercayaan 95% (9,28),
sedangkan variasi waktu kontak mempunyai Fhitung =
0,90 < Ftabel pada taraf kepercayaan 95% (9,28). seperti KESIMPULAN DAN SARAN
yang dapat dilihat pada tabel analisis sidik ragam TSS
sebagai berikut : Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian maka dapat
Sumber Db Jk Kt Fhitung Ftabel disimpulkan bahwa :
Keragaman
Perlakuan 8 2725 2725 1. Pemakaian sabut kelapa sawit dapat digunakan
A 2 500 250 0,0009* 9,28 sebagai mediator pertumbuhan mikrobiologi,
B 2 8772 4386 0,90* 9,28
AxB 4 -127791 -31947,75 3,99** 19,43 dimana mikrobiologi yang sangat berperan aktif
Acak 26 -255619 -9831,5
Jumlah 42 -371413
dalam penurunan kadar BOD, COD dan TSS pada
Ket : ** = Berpengaruh sangat nyata limbah kelapa sawit adalah bakteri hidrolik.
* = Berpengaruh nyata 1. Waktu kontak yang paling optimal digunakan
ns = non signifikan adalah pada waktu kontak 6 haru agar mendapatkan
(tidak berpengaruh) KK = 19,07% prosentase penurunan BOD, COD dan TSS yang
Uji Lanjut BNJ untuk TSS dengan nilai maksimal.
pembanding 200 2. Semakin berat/tebal sabut kelapa sawit yang
No Perlakuan BOD Simbol digunakan maka semakin tiunggi prosentasi
1 t1W1 97 A
penurunan kandungan BOD, COD dan TSS pada
2 t1W2 94 A limbah cair pabrik kelapa sawit. Pencapaian
3 t1W3 80 B penurunan kandungan konsentrasi BOD, COD dan
4 t2W1 95 A TSS yang maksimal didapatkan pada proses
5 t2W2 89 B
6 t2W3 86 B
perlakuab yang diawali dengan pencucian sabut
7 t3W1 89 B kelapa sawit terlebih dahulu, karena pada proses ini
8 t3W2 76 C kandungan lemak yang ada dalam sabut kelapa
9 t3W3 64 D sawit sudah berkurang.
mempunyai kadar lemak pada limbah sudah 20. Sugiharto, 1987, Dasar-Dasar Pengolahan Air
menurun. Limbah, Universitas Indonesia, Jakarta.
21. Sunu. P., 2001, Melindungi Lingkungan dengan
menerapkan ISO 14001, Gramedia Widasarana
DAFTAR PUSTAKA Indonesia, Jakarta.
1. Ahmad, A.A., and Hameed, B.H., 2007, 22. Taiwa, O.E., and Osionowo, F.A.O., 2001.
Adsorption of Direct Dye on Palm Ash; Kinetic Evaluation of Various Agro Wastes from
and Equilibrium Modeling, J. Hazardous Mater, Traditional Black Soap Production, Bioresource
141, 70 – 76. Technel, 79, 95 – 97.
2. Alaerts, G dan Santika, SS, 1987, Metode 23. Tan. I.A.W., Hameed. B.H., and Ahmad, A.L.,
Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya, 2007, Equilibrium and Kinetic Studies on Basic
Indonesia. Dye Adsorption by Oil Palm Fibre Activated
3. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 2001, Carbon, Chem, Eng. J., 127, 111 – 119.
Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 1997 24. Tan, J.S., and Ani, F.N., 2004, Carbon Moleculer
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Bapedal Sieves Produced from Oil Palm Shell for Air
Regional III, Makassar. Separation, Sep.Pur.Technol., 35, 47 – 54.
4. Basri, H.B., Mannan, M.A., and Zain, M.F.M., 25. Teo, D.C.O., Mannan, M.A., Kurian, V.J., and
1999. Textural and Chemical Properties of Ganapathy, C., 2007, Lightweight Concrete Made
Adsrobent Prepared from Palm Shell by from Oil Palm Shell (OPS), Structural Bond and
Phosphoriq Acid Activation, Cement Concrete Durability Properties, Building Environt, 42, 2614
Res, 29, 61 – 62. – 2621.
5. Betti dan Winiati, 1995. Penanganan Limbah 26. Tiro, A.M., 2000. Analisis Korelasi dan Regresi,
Industri Pangan, IPB, Kansius, Yogyakarta. Makassar State University Press, Makassar.
6. Guo. J., and Luo. Y., 2003. Textural and 27. Wardhana, W.A., 2001, Dampak Pencemaran
Chemical Properties of Adsrobent Prepared from Lingkungan, Andi, Yogyakarta.
Palm Shell by Phosphoriq Acid Activation,Mater, 28. www.hamline.edu/apakabar/basisdata.
Chem.Phys., 80. 114 – 119. 29. www.ipard.com/penelitian sawit.asp.
7. Guo. J., Lua. Y.A.C., Chi. R.A., Chen. Y. L., Bao. 30. Yan Fauzi, Yustina Erna Widyastuti, Iman
X.T., and Xiang. S.X., 2007, Adsorption of Satyawibawa, Rudi Hartono, 2006, Kelapa Sawit,
Hydrogen Sulphide (H2S) by Activated Carbons Edisi Revisi, Penebar Swadaya, Jakarta.
Derived from Oil-Palm Shell, Carbon, 45, 330 –
360.
8. Hanafiah.K.A., 2005, Rancangan Percobaan
Aplikatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
9. http://www.iptek.net.id/ind/jurnal/jurnal idex
php? doc = vs.Ns.23.htm.
10. Kusnoputranto. H, 1983. Kesehatan Lingkungan,
Universitas Indonesia, Jakarta.
11. Lua, A.C., and Guo, J., 1998, Preparation and
Characterization of Chars from Oil Palm Waste,
Carbon, 36, 1636 – 1670.
12. Mannan, M.A., and Ganapathy,C., 2002.
Engineering Properties of Concrete with Oil
Palm Shell as Coarse Aggregate, Construction &
Building., Mater, 16, 29 – 34.
13. Mannan, M.A., and Ganapathy,C., 2004,
Concrete from An Agricultural Waste-Oil Palm
Shell (OPS),Building Environt, 39, 441 – 448.
14. Mahida, UN., 1986, Pencemaran Air dan
Pemanfaatan Limbah Industri, Jakarta.
15. Marsono, 1997, Teknik Pengolahan Air Limbah
Secara Biologi, Media Informasi Teknik
Lingkungan ITS, Surabaya.
16. Miswan, 2004, Penurunan Tingkat Pencemaran
Limbah Cair Rumah Potong Hewan dengan
Menggunakan Sabut Kelapa, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
17. Pahan. I, 2006, Panduan Lengkap Kelapa Sawit,
Penebar Swadaya, Jakarta.
18. Sastrawijaya Tresna, 1991, Pencemaran
Lingkungan, Penerbit Rhineka Cipta, Jakarta,
19. Sudjana, 1996, Metoda Statika, Tarsito, Bandung.
898