Anda di halaman 1dari 2

Jaminan Kesehatan Masyarakat

Istilah jaminan sosial muncul pertama kali di Amerika Serikat dalam The Social
Security Act tahun 1935 untuk mengatasi masalah- masalah pengangguran, manula, orang-
orang sakit dan anak-anak akibat depresi ekonomi. Meskipun penyelenggaraan jaminan sosial
di negara-negara maju belakangan ini mengalami perubahan, pada dasamya penyelenggaraan
jaminan sosial di sana pada hakekatnya difahami sebagaibentuk nyata perlindungan negara
terhadap rakyatnya.
Mudiyono, Jaminan Sosial di Indonesia: Relevansi Pendekatan Informal, Jurnaillmu Sosial dan llmu
Politik, Volume 6, Nomor I, Juli 2002, h. 68.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional


dimana Pasal 1 angka 1 mendefinisikan bahwa Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya yang layak. dan Pasal 1 ayat 2 mendefisinikan Sistem Jaminan Sosial Nasional
adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan
penyelenggara jaminan sosial. Selanjutnya, Subianto menjelaskan bahwa SJSN adalah sistem
pemberian jaminan kesejahteraan berlaku kepada semua warganegara dan sifatnya adalah
dasar (Basic).
Achmad Subianto, Sistem Jaminan Sosial Nasional, hal: 277, Gibon Books, Jakarta, 2010

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS )

Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 Jaminan Kesehatan Nasional


diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Dengan
adanya JKN, kesehatan seluruh rakyat Indonesia dapat terjamin. Rakyat miskin pun bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan gratis setelah terdaftar di BPJS. Mereka yang
mampu pun tidak perlu membayar biaya kesehatan lagi karena telah membayar iuran setiap
bulannya. Iuran inilah yang digunakan untuk pembiyaan JKN. JKN menjamin pelayanan
kesehatan secara komprehensif mulai dari peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
sakit (preventif), pengobatan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif),
termasuk obat-obatan dan bahan medis habis pakai (Iriani, 2014).

Iriani Marisa R. Sutopo J. 2014. Studi Evaluasi Efektivitas Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional
oleh Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan di Kabupaten Temanggung. Surakarta: FISIP
UNS.
Jaminan Kesehatan Nasional JKN adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah
membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Sedangkan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial ( BPJS ) merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan.
BPJS Kesehatan merupakan transformasi PT Askes, Jamsostek, Jamkesmas serta
layanan jaminan kesehatan Kemenhan TNI POLRI yang dimulai pada 1 Januari 2014.
Sedangkan BPJS Ketenagakerjaan jamsostek adalah merupakan transformasi PT Jamsostek
yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2014 dan selambat-lambatnya sudah beroperasi paling
lambat pada tanggal 1 Juli 2015. Sedangkan untuk pengalihan PT ASABRI (Asuransi
Kesehatan ABRI) dan PT TASPEN (Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri) ke BPJS
Ketenagakerjaan Jamsostek paling lambat tahun 2029.

Peran Farmasis Dalam Program BPJS

Dalam pelaksanaannya, program BPJS melibatkan seluruh komponen kesehatan, agar


taraf hidup kesehatan masyarakat meningkat. Tugas Apoteker adalah melakukan praktik
kefarmasian yang meliputi pembuatan, termasuk pengendalian untuk sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan penyimpanan dan pendistribusian, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Hal ini
berarti Apoteker tidak berhubungan langsung dengan pasien terkait dalam proses
penyembuhan penyakitnya. Sehingga Apoteker tidak berhak mendapatkan Jasa Medis yang
m dilakukan tenaga medis (dokter) dan perawat.

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) telah menjadi sebuah revolusi dalam pelayanan
kesehatan di Indonesia. Melalui program JKN, pemerintah mengatur harga obat agar dapat
dijangkau dengan daya beli masyarakat. Sayangnya kondisi tersebut di sisi lain justru
membebani pelaku industri farmasi.

Anda mungkin juga menyukai