Anda di halaman 1dari 9

 KURIKULUMKTSP 2006

 KURIKULUM2013
 KELAS ITematik
 KELAS IITematik
 KELAS IIITematik
 KELAS IVTematik
 KELAS VTematik
 KELAS VITematik
 KELAS VIIITematik
 KELAS IXTematik
 KELAS XTematik
 KELAS XITematik
 KELAS XIITematik
 AYOCari Tahu

Perubahan Kondisi Masyarakat di Bidang Ekonomi pada


Masa Kerajaan Islam, Penjajahan dan Kemerdekaan
Keadaan Ekonomi Kerajaan Islam Di Nusantara
Samudra Pasai
Kerajaan Pasai merupakan kota dagang, mengandalkan lada sebagai komoditi
andalannya, dalam catatan Ma Huan disebutkan 100 kati lada dijual dengan harga
perak 1 tahil. Dalam perdagangan Kesultanan Pasai mengeluarkan koin emas sebagai
alat transaksi pada masyarakatnya, mata uang ini disebut Deureuham (dirham) yang
dibuat 70% emas murni dengan berat 0.60 gram, diameter 10 mm, mutu 17 karat.

Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam padi di ladang, yang dipanen 2
kali setahun, serta memilki sapi perah untuk menghasilkan keju. Sedangkan rumah
penduduknya memiliki tinggi rata-rata 2.5 meter yang disekat menjadi beberapa bilik,
dengan lantai terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun
dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan atau pandan

Aceh banyak memiliki komoditas yang diperdagangkan diantaranya :


1. Minyak tanah dari Deli,
2. Belerang dari Pulau Weh dan Gunung Seulawah,
3. Kapur dari Singkil,
4. Kapur Barus dan menyan dari Barus.
5. Emas di pantai barat,
6. Sutera di Banda Aceh.

Selain itu di ibukota juga banyak terdapat pandai emas, tembaga, dan suasa yang
mengolah barang mentah menjadi barang jadi. Sedang Pidie merupakan lumbung
beras bagi kesultanan.[14]Namun di antara semua yang menjadi komoditas unggulan
untuk diekspor adalah lada.

Produksi terbesar terjadi pada tahun 1820. Menurut perkiraan Penang, nilai ekspor
Aceh mencapai 1,9 juta dollar Spanyol. Dari jumlah ini $400.000 dibawa ke Penang,
senilai $1 juta diangkut oleh pedagang Amerika dari wilayah lada di pantai barat.
Sisanya diangkut kapal dagang India, Perancis, dan Arab. Pusat lada terletak di pantai
Barat yaitu Rigas, Teunom, dan Meulaboh

Kesultanan CirebonSebagai sebuah kesultanan yang terletak diwilayah pesisir pulau


Jawa, Cirebon mengandalkan perekonomiannya pada perdangangan jalur laut. Dimana
terletak Bandar-bandar dagang yang berfungsi sebagai tempat singgah para pedagang
dari luar Cirebon. Juga memiliki fungsi sebagai tempat jual beli barang dagangan. Dari
artikel yang ditulis oleh Uka Tjandrasasmita, yang dibukukan dalam sebuah buku
kumpulan artikel oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Jakarta. Dituliskan
sebuah artikel yang berjudul “Bandar Cirebon dalam Jaringan Pasar Dunia”, dalam
artikelnya terbagi menjadi 3 periode, yaitu: Bandar Cirebon masa pra-islam, Bandar
Cirebon masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan islam, dan masa pengaruh
kolonial.

Kesultanan Demak
Dilihat dari letaknya, Kerajaan Demak terletak disebelah utara Pulau Jawa atau
dipesisir pantai utara Pulau Jawa.Dengan letak yang begitu strategis dalam jalur
perdagangan Nusantara, karena berperan sebagai penghubung antara daerah
penghasil rempah-rempah Indonesia bagian barat dan penghasil rempah-rempah
Indonesia bagian timur.Dengan demikian perdagangan Demak semakin
berkembang.Letak kerajaan Demak yang strategis, sangat membantu Demak sebagai
kerajaan Maritim.Pada zaman dulu Demak terletak ditepi pantai Selat Muria yang
memisahkan Jawa dari pegunungan Muria.Sampai sekitar abad ke-17 selat cukup lebar
dan dalam serta dapat dilayari, sehingga kapal-kapal dagang dari Semarang dapat
mengambil jalan pintas berlayar melalui Demak terus ke Rembang.Kemudian Demak
dapat berkembang menjadi pangkalan yang amat penting, karena pelayaran dunia yang
melintang di laut Nusantara dari Malaka ke Maluku dan sebaliknya mesti melalui dan
singgah di Bandar Demak.

Demak juga merupakan kerajaan agraris. Sebagai kerajaan Islam yang memiliki
wilayah dipedalaman, maka Demak juga memperhatikan masalah pertanian, sehingga
beras merupakan salah satu hasil pertanian yang menjadi komoditi dagang.Dengan
demikian kegiatan perdagangannya ditunjang oleh hasil pertanian, mengakibatkan
Demak memperoleh keuntungan di bidang ekonomi.Pertanian di Demak tumbuh
dengan baik karena aliran sungai Demak lewat pelabuhan Bergota dan Jepara.Demak
bisa menjual produksi andalannya seperti beras, garam dan kayu jati.Pada abad ke-16
demak menjadi pusat penimbunan beras hasil dari daerah-daerah sebelah Selat
Muria.Demikianlah akhirnya Demak menjadi pengekspor tunggal hasil beras di daerah
lautan Nusantara, ekspor lainnya adalah kain tenun Jawa, terutama kedaerah-daerah
Indonesia Timur.Bagi daerah rempah-rempah itu kain tenun Jawa dapat menyaingi
tekstil Impor dari India ataupun Cina.Meskipun rempah-rempah dan beras merupakan
mata dagangan pokok bagi Demak dibandar-bandar Jawa dan di Bandar dunia Malaka,
namun perdagangan antar Asia pun sebagaian besar dikuasai pula oleh Demak.

Kesultanan Banten
Dalam meletakan dasar pembangunan ekonomi Banten, selain di bidang perdagangan
untuk daerah pesisir, pada kawasan pedalaman pembukaan sawah mulai
diperkenalkan. Asumsi ini berkembang karena pada waktu itu di beberapa kawasan
pedalaman seperti Lebak, perekonomian masyarakatnya ditopang oleh kegiatan
perladangan, sebagaimana penafsiran dari naskah sanghyangsiksakandangkaresian
yang menceritakan adanya istilah pahuma (peladang), panggerek (pemburu) dan
panyadap (penyadap). Ketiga istilah ini jelas lebih kepada sistem ladang, begitu juga
dengan nama peralatanya seperti kujang, patik, baliung, kored dan sadap.

Pada masa Sultan Ageng antara 1663 dan 1667 pekerjaan pengairan besar dilakukan
untuk mengembangkan pertanian. Antara 30 dan 40 km kanal baru dibangun dengan
menggunakan tenaga sebanyak 16 000 orang. Di sepanjang kanal tersebut, antara 30
dan 40 000 ribu hektar sawah baru dan ribuan hektar perkebunan kelapa ditanam. 30
000-an petani ditempatkan di atas tanah tersebut, termasuk orang Bugis dan Makasar.
Perkebunantebau, yang didatangkan saudagar Cina pada tahun 1620-an,
dikembangkan. Di bawah Sultan Ageng, perkembangan penduduk Banten meningkat
signifikan.

Tak dapat dipungkiri sampai pada tahun 1678, Banten telah menjadi kota metropolitan,
dengan jumlah penduduk dan kekayaan yang dimilikinya menjadikan Banten sebagai
salah satu kota terbesar di dunia pada masa tersebut

Pajang merupakan dinasti atau kerajaan Islam yang berada di pedalaman pertama di
Jawa. Dengan demikian, masyarakatnya agraris. Kerajaan pajang memiliki kondisi
tanah yang baik dan subur. Oleh karena itu masyarakat pajang mengandalkan hasil
pertanian dan perkebunan. Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian sehingga
menjadi lumbung beras dalam abad ke-16 dan 17. Lokasi pusat kerajaaan Pajang ada
di dataran rendan tempat bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng (ke dua-duanya
bermata air di lereng gunung Merapi) dengan bengawan solo. Irigasi berjalan lancar
karena air tanah di sepanjan tahun cukup untuk mengairi sehingga pertanian di Pajang
maju.

Di zaman Kerajaan Demak baru muncul, Pajang telah mengekspor beras dengan
mengangkutnya melalui perniagaan yang berupa Bengawan Solo. Walaupun Pajang
berada di daerah pedalaman akan tetapi kerajaan ini tetap bisa mengekspor beras dan
menjadi lumbung padi pada masa itu. Jelas bisa diketahui bahwa sungai Bengawan
Solo merupakan salah satu keuntungan tersendiri bagi kerajaan Pajang. Sungai ini
dapat mempermudah irigasi terhadap sawah-sawah dan ladang perkebunan. Sehingaa
hasil pertaniannya pun bisa jadi lebih maksimal dibandingkan daerah-daerah lain. Dan
dari hasil pertanian ini lah masyarakat Pajang dapat berkembang.

Akan tetapi kehidupan ekonomi kerajaan Pajang yang terpaku pada kehidupan agraris
tidaklah berlangsung lama, karena Pajang kurang begitu bisa menguasai perniagaan
yang berbasis laut yang pada saat itu sedang berkembang dengan pesat diwilayah
Jawa. Pergantian sifat dari Maritim ke Agraris kurang begitu membuat nama Pajang
dapat bersaing dengan Kerajaan Demak yang menjadi wilayah transit para pedagang.
Karena Pajang ini berada didaerah pedalaman maka masyarakatnya tidak bisa begitu
lihai menguasai wilayah lautan seperti yang dilakukan kerajaan-kerajaan sebelum
Pajang.

Kesultanan Pasir
Jalur perdagangan sungai Kendilo merupakan sungai besar pada zaman mereka,
mereka berdagang memanfaatkan arus sungai kendilo dengan pedagang arab dan cina
Kesultanan banjar
berdagang "lada" sebagai komoditas utama perdagangannya, ekonomi perdagangan
lada ini berkembang pesat sehingga masyarakat banjar bisa melakukan ekspor ke
negara arab dan cina

Kesultanan Pontianak
Kesultanan Kadriah berkembang pesat karena didukung dengan adanya jalur pelayaran
dan perdagangan yang menyebabkan banyaknya kapal nusantara dan asing yang
datang ke pelabuhan tersebut untuk memasarkan berbagai jenis barang dagang. Di
antara jenis barang yang dimaksud adalah: berlian, emas, lilin, rotan, tengkawang,
karet, tepung sagu, gambir, pinang, sarang burung, kopra, lada, kelapa, dan
sebagainya. Proses ini juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat yang
kemudian banyak mengembangkan kegiatan ekonomi, pertanian, dan perdagangan

Kesultanan Kadriah berkembang pesat karena didukung dengan adanya jalur pelayaran
dan perdagangan yang menyebabkan banyaknya kapal nusantara dan asing yang
datang ke pelabuhan tersebut untuk memasarkan berbagai jenis barang dagang. Di
antara jenis barang yang dimaksud adalah: berlian, emas, lilin, rotan, tengkawang,
karet, tepung sagu, gambir, pinang, sarang burung, kopra, lada, kelapa, dan
sebagainya. Proses ini juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat yang
kemudian banyak mengembangkan kegiatan ekonomi, pertanian, dan perdagangan.

Masa Penjajahan Belanda


a. Perluasan penggunaan lahan

Perkebunan di Indonesia telah berkembang sebelum masa penjajahan. Bangsa kalian


telah memiliki teknologi turun temurun untuk mengembangkan berbagai teknologi
pertanian. Pada masa penjajahan, terjadi perubahan besar dalam perkembangan
perkebunan di Indonesia. Penambahan jumlah lahan untuk tanaman ekspor dilakukan
di berbagai wilayah di Indonesia. Bukan hanya pemerintah kolonial yang
mengembangkan lahan perkebunan di Indonesia, tetapi juga melibatkan perusahaan.

Banyak sekali peninggalan masa Hindia Belanda Pada masa Pemerintah Kolonial
Hindia Belanda dan banyak perusahaan asing yang menanamkan investasi di
Indonesia. Berhektar-hektar hutan dibuka untuk pembukaan lahan perkebunan. Apakah
kamu menemukan bekas-bekas perkebunan yang dahulu dikuasai Belanda?

b. Persebaran penduduk dan urbanisasi


Kamu tentu masih ingat dengan Politik Etis yang terdiri dari irigasi, transmigrasi, dan
edukasi. Sejarah transmigrasi Indonesia terutama terjadi pada akhir abad XIX. Tujuan
utama transmigrasi pada masa tersebut adalah untuk menyebarkan tenaga murah di
berbagai perkebunan Sumatra dan Kalimantan. Bagi kamu yang tinggal di beberapa
daerah di Sumatra, mungkin dapat menelusuri sejarah keluargamu atau teman-
temanmu. Mungkin sebagian dari mereka memiliki garis keturunan dari Jawa.
Pembukaan perkebunan pada masa Kolonial Barat di Indonesia telah berhasil
mendorong persebaran penduduk Indonesia. Persebaran penduduk yang pada
umumnya dari Jawa ke luar Jawa, hingga sekarang di samping memiliki dampak sosial
juga memiliki dampak ekonomi yang positif. Semula tujuan utama transmigrasi pada
masa tersebut adalah untuk menyebarkan tenaga murah di berbagai perkebunan
Sumatra dan Kalimantan, namun sekarang sebagian besar transmigran tidak lagi
menjadi tenaga kerja murah tetapi berbalik menjadi majikan. Mereka dapat menggarap
lahan dengan tanaman yang produktif seperti kelapa sawit, coklat, kopi, dan lain
sebagainya. Dari aktivitas tersebut mereka dapat meningkatkan kondisi ekonominya. Di
samping itu hasil produksi mereka telah dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, tidak hanya masyarakat di lingkungan sekitar, namun sudah menjadi
komoditas ekspor.

Munculnya berbagai pusat industri dan perkembangan berbagai fasilitas di kota menjadi
daya dorong terjadinya urbanisasi. Urbanisasi terjadi hampir di berbagai daerah di
Indonesia. Daerah yang awalnya hutan belantara menjadi ramai dan gemerlap karena
ditemukan tambang.

c. Pengenalan tanaman baru

Pengaruh pemerintah Kolonial Barat dalam satu sisi memiliki pengaruh positif dalam
mengenalkan berbagai tanaman dan teknologi dalam pertanian dan perkebunan.
Beberapa tanaman andalan ekspor dikenalkan dan dikembangkan di Indonesia.
Pengenalan tanaman baru sangat bermanfaat dalam pengembangan pertanian dan
perkebunan di Indonesia.

d. Penemuan tambang-tambang

Pembukaan lahan pada masa Kolonial Barat juga dilakukan untuk pertambangan
minyak bumi, batu bara, dan logam. Pembukaan lahan untuk pertambangan ini
terutama terjadi pada akhir abad XIX dan awal abad XX. Coba kamu cari pertambangan
yang terdapat di lingkungan provinsimu! Dapatkah kamu mencari sejarah
pertambangan tersebut? Apakah ada hubungan pertambangan tersebut dengan
penjajahan Bangsa Barat?

e. Transportasi dan komunikasi

Pada zaman penjajahan Belanda banyak dibangun jalan raya, rel kereta api, dan
jaringan telepon. Pembangunan berbagai sarana transportasi dan komunikasi tersebut
mendorong mobilitas barang dan jasa yang sangat cepat. Pada transportasi laut juga
dibangun berbagai dermaga di berbagai daerah di Indonesia.

Kamu tentu masih ingat bagaimana proses pembangunan jalur Anyer Panarukan yang
dibangun pada masa Pemerintah Daendels. Satu sisi pembangunan tersebut
menimbulkan kesengsaraan rakyat, terutama akibat kerja paksa. Disisi lain
pembangunan jalur tersebut telah mempermudah jalur transportasi dan komunikasi
masyarakat Indonesia, khususnya di Jawa. Pembangunan rel kereta api juga dilakukan
di berbagai daerah Jawa dan Sumatra.

f. Perkembangan kegiatan ekonomi

Perubahan masyarakat dalam kegiatan ekonomi pada masa pemerintah kolonial terjadi
baik dalam kegiatan produksi, konsumsi, maupun distribusi. Kegiatan produksi dalam
pertanian dan perkebunan semakin maju dengan ditemukannya berbagai teknologi
pertanian yang bervariasi.

Rakyat mulai mengenal tanaman yang bukan hanya untuk dipanen semusim.
Pembukaan berbagai perusahaan telah melahirkan berbagai jenis pekerjaan dalam
bidang yang berbeda. Sebagai contoh munculnya kuli-kuli perkebunan, mandor dan
administrasi di berbagai perusahaan pemerintah maupun swasta. Kegiatan ekspor-
impor juga mengalami kenaikan signifikan pada masa pemerintah Kolonial Barat. Hal ini
tidak lepas dari usaha pemerintah kolonial menggenjot jumlah ekspor. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi mengalami perkembangan, dilihat dari kualitas
proses produksi dari tradisional ke teknologi modern. Dilihat dari hasil produksinya
terlihat ada peningkatan kualitas. Dilihat dari distribusi juga mengalami perkembangan,
hal ini terlihat dari aktivitas distribusi yang pada awalnya hanya dilakukan antar daerah
kemudian meningkat menjadi antar negara. Hal ini tampak dari peningkatan aktivitas
ekspor-impornya. Sedangkan dilihat dari aktivitas konsumsi, masyarakat dapat
menikmati hasil produksi dengan kualitas yang lebih baik.

g. Uang sebagai Alat Pembayaran Jasa

Untuk memahami perubahan masyarakat Indonesia di masa penjajahan, dapat dilihat


dari perubahan penggunaan uang sebagai sarana tukar menukar. Pada masa sebelum
kedatangan Bangsa-bangsa Barat, biasanya masyarakat melaksanakan aktivitas sehari
hari secara bergotong royong. Misalnya dalam mengerjakan sawah, setiap kelompok
penduduk akan mengerjakan secara bersama dari sawah satu ke sawah lainnya. Pada
masa pemerintah Kolonial Barat, uang mulai dikenalkan sebagai alat pembayaran jasa
tenaga kerja. Keberadaan uang sebagai barang baru dalam kehidupan masyarakat
menjadi daya tarik tersendiri.

Masa Penjajahan Jepang


Awal mula tujuan Jepang menguasai Indonesia ialah untuk kepentingan ekonomi dan
politik. Jepang merupakan negara industri yang sangat maju dan sangat besar. Dilihat
dari segi ekonomi, Jepang sangat menginginkan bahan baku industri yang tersedia
banyak di Indonesia untuk kepentingan pengembangan aktivitas ekonominya. Di
samping sebagai penyedia bahan baku, Indonesia juga merupakan daerah pemasaran
industri yang strategis bagi Jepang untuk menghadapi persaingan dengan tentara
Sekutu. Bahkan dampaknya hingga sekarang, Indonesia menjadi konsumen besar bagi
Jepang. Selain itu Jepang harus menggalang kekuatan pasukannya, dan mencari
dukungan dari bangsa-bangsa Asia.

a. Tenaga Kerja pada Masa Pengerahan Romusha


Jepang melakukan rekrutmen anggota Romusha yang bertujuan untuk mencari bantuan
tenaga yang lebih besar untuk membantu perang dan melancarkan aktivitas Jepang.
Anggota-anggota Romusha dikerahkan oleh Jepang untuk membangun jalan, kubu
pertahanan, rel kereta api, jembatan, dan sebagainya. Jumlah Romusha paling besar
berasal dari Jawa, yang dikirim ke luar Jawa, bahkan sampai di Malaya, Burma, dan
Siam.

Sebagian besar Romusha adalah penduduk yang tidak berpendidikan. Mereka terpaksa
melakukan kerja paksa ini karena rasa takutnya kepada Jepang. Pada saat mereka
bekerja sebagai romusha makanan yang mereka dapat tidak terjamin, sehingga
kesehatan mereka buruk, sementara pekerjaan sangat berat. Ribuan rakyat Indonesia
meninggal akibat Romusha.

b. Eksploitasi Kekayaan Alam


Jepang tidak hanya menguras tenaga rakyat Indonesia. Pengerukan kekayaan alam,
dan harta benda yang dimiliki bangsa Indonesia jauh lebih kejam daripada pengerukan
yang dilakukan oleh Belanda. Semua usaha yang dilakukan di Indonesia harus
menunjang semua keperluan perang Jepang.

Jepang mengambil alih seluruh aset ekonomi Belanda, dan mengawasi secara
langsung seluruh usahanya. Usaha perkebunan dan industri harus mendukung
keperluan perang, seperti tanaman jarak untuk minyak pelumas. Rakyat wajib
menyerahkan bahan pangan besar-besaran kepada Jepang. Jepang memanfaatkan
Jawa Hokokai, dan intansi-instansi pemerintah lainnya. Keadaan inilah yang semakin
menyengsarakan rakyat Indonesia.

c. Kemunduran dalam bidang ekonomi

Sistem ekonomi perang Jepang membawa kemunduran dalam bidang perekonomian di


Indonesia. Pemutusan hubungan dengan perdagangan dunia, mempersempit kegiatan
perekonomian di Indonesia. Perkebunan tanaman ekspor diganti menjadi lahan
pertanian untuk kebutuhan sehari-hari.

Pembatasan ekspor menyebabkan sulitnya memperoleh bahan pakaian, sehingga


rakyat mengusahakan sendiri. Pakaian terbuat dari benang gono menjadi tren
masyarakat masa pendudukan Jepang. Wajib setor padi dan tingginya pajak pada
masa pendudukan Jepang menyebabkan terjadinya kemiskinan luar biasa. Nah,
apakah kamu pernah mendengar pajak. Tentu jawabnya iya, karena bapak/ibu kalian
memiliki tanggung jawab membayar pajak, seperti: pajak kendaraan sepeda motor,
mobil, pajak bumi dan bangunan, dan lain sebagainya. Apa yang kalian ketahui tentang
pajak? Apa yang kalian pikirkan jika mendengar kata pajak? Pajak adalah iuran
(pembayaran) wajib yang dibayarkan oleh wajib pajak kepada negara berdasarkan UU.

Pajak merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. Di mana terdapat
sistem pemerintahan pasti kemudian muncul pajak. Membayar pajak adalah wajib bagi
seorang wajib pajak. Bayarlah pajak tepat waktu sesuai dengan peraturan yang
berlaku! Jujurlah dalam membayar pajak, karena hasil pemungutan pajak akan
digunakan untuk membiayai pembangunan.

Kondisi Perekonomian Pasca Pengakuan Kedaulatan


Sejak memperoleh pengakuan kedaulatan dari Belanda, bangsa Indonesia mengalami
krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa bangsa Indonesia
menanggung beban ekonomi dan keuangan akibat ketentuan-ketentuan dalam
Konferensi Meja Bundar, situasi politik yang belum stabil, dan adanya kenyataan bahwa
perusahaan swasta besar dan bank pada saat itu masih dikuasai oleh orang-orang
Belanda.

Untuk mengatasi krisis, Kabinet Sukiman (1951–195) menjalankan kebijakan nasionali


sasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia. Nasionalisasi dapat diartikan sebagai
tindakan untuk menjadikan sesuatu kekayaan milik asing menjadi milik negara.
Kebijakan nasionalisasi De Javasche Bank dikeluarkan berdasarkan Undang-Undang
nasionalisasi De Javasche Bank Nomor 24 Tahun 1951. Sebelumnya, pemerintah telah
memberhentikan Presiden De Javasche Bank, Dr. Howink dan mengangkat Mr.
Syafrudin Prawiranegara. Nasionalisasi De Javasche Bank melengkapi kepemilikan
pemerintah terhadap bank-bank peninggalan Belanda.

Sejak tahun 1950 bangsa Indonesia mulai meninggalkan sistem perekonomian kolonial
dan menggantinya dengan sistem ekonomi nasional. Pelopor perokonomian nasional
adalah Drs. Moh. Hatta yang menyatakan bahwa ekonomi bangsa Indonesia harus
dibangun oleh bangsa Indonesia sendiri dengan asas gotong royong. Pemikiran untuk
menyusun perekonomian nasional dilanjutkan oleh Dr. Sumitro Djojohadikusumo.
Beliau menyatakan bahwa dalam alam kemerdekaan perlu diada kan kelas pengusaha
melalui Gerakan Benteng. Pada hakikatnya, Gerakan Benteng merupakan kebijakan
untuk melindungi pengusaha-pengusaha pribumi karena desakan pengusaha kuat
bermodal besar yang berasal Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka dari golongan
nonpribumi. Para pengusaha pribumi mendapat lisensi (semacam hak istimewa) dalam
dunia bisnis.

Dalam waktu tiga tahun, yaitu pada tahun 1950–1953 telah ada tujuh ratus pengusaha
yang memperoleh kesempatan itu. Setelah berjalan beberapa tahun ternyata Gerakan
Benteng belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa kaum pribumi tidak banyak memiliki pengalaman bisnis, bahkan para
pemegang lisensi banyak yang menjual lisensi yang diperolehnya kepada pengusaha
asing terutama Cina.
Sumber: damaruta.blogspot.com dari sooal.blogspot.com

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest


Labels: Tema 7

Newer PostOlder PostHome


Komentar

Ayo Cari Tahu

1512780

Anda mungkin juga menyukai