Modul 1 Forensik Laporan 1
Modul 1 Forensik Laporan 1
TUTORIAL MODUL 1
LUKA DAN TRAUMA
SISTEM FORENSIC MEDICINE MEDICOLEGAL
disusun oleh:
KELOMPOK : IV (Empat)
SKENARIO 2
Seorang wanita berumur 28 tahun dibawa ke PUSKESMAS diantar oleh polisi.Ia menyatakan
bahwa semalam ia dianiaya oleh suaminya. Ia sudah berusaha lari dari rumah, namun sang suami
terlalu kuat dibandingkan dirinya. Mereka baru saja memasuki tahun ke 3 pernikahan dengan
seorang putri berumur 2 tahun. Mata kanannya terasa nyeri, tetapi ia tidak mengalami gangguan
penglihatan. Ia mengalami sakit kepala sejak semalam dan disertai mual. Ia dapat mengingat
secara detail insiden semalam. Ia melaporkan kebrutalan suaminya pada pos polisi terdekat.
Akan tetapi, ia tidak tahu apakah telah melakukan keputusan yang benar. Ia tidak berniat
membuat suaminya ditahan oleh polisi, karena secara finansial seluruh keluarga bergantung pada
sang suami.
Wanita 28 tahun
Dianiaya oleh suaminya
Usia pernikahan 3 tahun dengan seorang anak
Mata kanannya terasa nyeri tetapi tidak mengalami gangguan penglihatan
Mengalami sakit kepala sejak semalam disertai mual
Ia dapat mengingat secara detail insiden semalam
Melaporkan kebrutalan suaminya pada polisi
PERTANYAAN PENTING
1. Menjelaskan patomekanisme luka / trauma yang berkaitan dengan anatomi, histology
danfisiologi tubuh manusia ?
2. Mendeskripsikan karakteristik luka ?
3. Menjelaskan karakteristik kemungkinan ‘agen’ penyebab luka ?
4. Menjelaskan keparahan / derajat luka sesuai dengan hukum yang berlaku ?
JAWABAN :
1.
Dari luar, mata itu tampak berbentuk bulat dan dilindungi oleh kelopak mata. Conjunctiva,
yang mengandung banyak pembuluh darah, adalah selaput lendir yang melapisi bagian dalam
kelopak mata dan bagian depan bola mata hingga ke cornea. Selaput ini mencegah benda-
benda asing di dalam mata seperti bulu mata atau lensa kontak (contact lens), agar tidak
tergelincir ke belakang mata.Bersama-sama dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air
mata, selaput ini turut menjaga agar cornea tidak kering.Air mata mempunyai fungsi yang
penting sebagai minyak pelumas dan turut mencegah kekeringan pada mata.Kelebihan air
mata dibuang melalui lubang-lubang kecil pada kelopak mata dan mengalir ke dalam hidung.
Bulu mata (pada bagian luar kelopak mata) serupa fungsinya dengan kumis pada kucing,
yang bereaksi cepat terhadap rangsangan eksternal, yang menyebabkan mata berkedip dengan
cepat untuk menghindari cedera.
Bola Mata
- sklera
- kornea.
Isi bola mata terdiri atas uvea,retina, badan kaca dan lensa.2
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di bagian depan
(kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2
kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu :1
1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan
bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang
bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan
kornea lebih besar dibanding sklera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang
yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa yang disebut
perdarahan suprakoroid.
Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid.Pada iris didapatkan pupil yang
oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata.Otot dilatator
dipersarafi oleh parasimpatis, sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh parasim-
patis.Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan
akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor),
yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan
sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan
lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah
sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang
potensial antara retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut
ablasi retina.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya
menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat jaringan ikat di dalam
badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi ablasi retina.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan siliar
melalui Zonula Zinn.Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat dekat
sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang terletak di
daerah temporal atas di dalam rongga orbita.
Rongga Orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang yang
membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan dasar orbita yang
terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang palatinum dan zigomatikus.
Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga hidung.
Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding medialnya.
Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf
optik, arteri, vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid.
Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakrimal (V), saraf
frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf nasosiliar (V), abdusen (VI), dan
arteri vena oftalmik.
Fisura orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf infra-
orbita dan zigomatik dan arteri infra orbita.
HISTOLOGI MATA
SKLERA
3. Lamina Fuska
Serat kolagen; khas : melanosit & makrofag yg berisi melanin
Fungsi sklera:
Proteksi bola mata
Bersama kornea ª pertahankan ukuran & btk b. mata
Palpebra
◦ Lipatan kulit
◦ Terdiri dari :
Kulit
Subkutan
Tarsus
Septum orbita
Konjungtiva palpebralis
Kulit mepunyai tiga lapisan utama: epidermis, dermis dan jaringan subkutis. Epidermis
tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami tahap diferensiasi pematangan.
Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya terhadap kehilangan air, cedera
mekanik atau kimia dan mencegah masuknya mikroorganisme penyebab penyakit. Lapisan
paling dalam epidermis membentuk sel–sel baru yang bermigrasi kearah permukaan luar
kulit. Epidermis terdalam juga menutup luka dan mengembalikan integritas kulit sel–sel
khusus yang disebut melanosit dapat ditemukan dalam epidermis. Mereka memproduksi
melanin, pigmen gelap kulit. Orang berkulit lebih gelap mempunyai lebih banyak melanosit
aktif.
Epidermis terdiri dari 5 lapisan yaitu :
a. Stratum Korneum
Selnya sudah mati, tidak mempunyai intisel, intiselnya sudah mati dan mengandung
zat keratin.
b. Stratum lusidum
Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel–sel sudah banyak yang
kehilangan inti dan butir–butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar.
Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.
c. Stratum Granulosum
Stratum ini terdiri dari sel–sel pipih. Dalam sitoplasma terdapat butir–butir yang
disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin.
d. Stratum Spinosum
Stratum ini terdiri dari sel-sel bentuk polygonal dan mengalami mitosis.Lapisan inilah
yang paling tebal.
e. Stratum Basal/Germinativum
Stratum germinativum menggantikan sel–sel yang diatasnya dan merupakan sel–sel
induk.
Dermis terdiri dari 2 lapisan :
a. Bagian atas, papilaris ( stratum papilaris )
b. Bagian bawah, retikularis ( stratum retikularis )
Kedua jaringan tersebut terdiri dari jaringan ikat lonngar yang tersusun dari serabut–serabut
kolagen, serabut elastis dan serabut retikulus. Serabut kolagen untuk memberikan kekuatan
pada kulit. Serabut elastis memberikan kelenturan pada kulit. Retikulus terdapat terutama
di sekitar kelenjar dan folikel rambut dan memberikan kekuatan pada alat tersebut.
Subkutis
Terdiri dari kumpulan–kumpulan sel–sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan
serabut–serabut jaringan ikat dermis.
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kutis/kulit akibat pecahnya kapiler dan vena
yang disebabkan oleh kekerasan tumpul.Letak , bentuk dan luas memar dipengaruhi oleh besarnya
kekerasan, jenis benda penyebab, kondisi dan jenis jaringan, usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit,
kerapuhan pembuluh darah, serta penyakit yang diderita. Bila kekerasan benda tumpul mengenai
jaringan longgar, seperti didaerah mata, leher, atau pada bayi dan orang usia lanjut, maka memar
cenderung lebih luas. Adanya jaringan longgar juga memungkinkan berpindahnya ‘memar’ ke daerah
yang lebih rendah akibat gravitasi, seperti kekerasan benda tumpul pada dahi menimbulkan hematom
palpebra. Informasi mengenai bentuk benda tumpul dapat diketahui jika ditemukan adanya ‘perdarahan
tepi’ , seperti bila tubuh korban terlindas ban. Pada ‘perdarahan tepi’ perdarahan tidak dijumpai pada
lokasi yang bertekanan, tetapi perdarahan akan menepi sehingga bentuk perdarahan sesuai dengan
bentuk celah antara kedau kembang yang berdekatan (cetakan negatif). Umur memar dapat dilihat dari
warnanya. Pada saat perlukaan, memar berwarna merah, lalu berubah menjadi ungu atau hitam, dan
setelah 4 sampai 5 hari akan berwarna hijau yang kemudian berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10
hari, dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Perubahan warna terjadi mulai dari tepi kea rah
tengah.Hematom antemortem dapat dibedakan dari lebam mayat dengan melakukan penyayatan kulit.
Pada hematoma antemortem akan dijumpai adanya pembengkakan dan infiltrasi darah merah
kehitaman dalam jaringan, sedankan pada lebam mayat warna merah tampak merata.
Merupakan luka kulit yang superfisial, akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda
yang memiliki permukaan kasar atau runcing. Walaupun kerusakannya minimal tetapi luka lecet dapat
memberikan petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam tubuh. Sesuai
mekanisme terjadinya luka lecet dibedakan dalam 3 jenis :
Pada kekerasan akibat kepala bergerak mengenai benda diam, lesi otak selain ditemukan di
daerah benturan (coup) juga ditemukan pada sisi lain dari titik benturan (contre coup) dan
diantara keduanya (intermediate lesion). Lesi contre coup terjadi akibat gaya positif akselerasi,
dorongan likuor, dan tekanan oleh tulang yang mengalami deformitas. Tekanan negative akibat
deformitas tulang dapat menyebabkan contre coup bila tekanan lebih dari 1 atm.
b. Cedera leher
Dapat terjadi bila korban tertabrak dari belakang di mana kepala mengalami percepatan
mendadak sehingga terjadi hiperekstensi kepalanyang disusul dengan hiperfleksi.
Berdasarkan Skenario : Luka akibat kekerasan benda tumpul yang sesuai dengan skenario yakni memar.
Meskipun sering bersamaan dengan abrasi dan laserasi, memar murni terjadi karena kebocoran
pada pembuluh darah dengan epidermis yang utuh oleh karena proses mekanis. Ekstravasasi
darah dengan diameter lenih dari beberapa millimeter disebut memar atau kontusio, ukuran yang
lenih kecil disebut ekimosis dan yang terkecil seukuran ujung peniti disebut petekie.Baik
ekimosis dan petekie biasanya terjadi bukan karena sebab trauma mekanis.
Kontusio disebabkan oleh kerusakan vena, venule, arteri kecil.Perdarahan kapiler hanya dapat
dilihat melalui mikroskop, bahkan petekie berasal dari pembuluh darah yang lebih besar dari
kapiler.Kata ‘memar’ mengacu pada lesi yang dapat dilihat pada kulit atau yang terjadi pada
subkutanea, sementara ‘kontusio’ dapat terjadi pada bagian tubuh mana saja seperti limpa,
mesenterium atau otot.Penggunaan kata memar lebih banyak digunakan dokter saat memberikan
laporan atau keterangan pada kalangan non-medik.
Memar Intradermal
Memar yang biasa terjadi akibat penekanan berada pada subkutanea, sering pada jaringan
adiposa.Jika dilihat, memar terjadi pada perbatasan dermis dan epidermis.Namun kadang
samara.Ketika memar terjadi akibat penekanan dengan obyek berpola, perdarahan yang terjadi
lebih dapat dilihat, jika berada di lapisan subepidermal.Jumlah darahnya sedkiti namun karena
posisinya yang superfisial dan lapisan tipis di atasnya yang jernih sehingga polanya dapat
dibedakan.Memar ini terjadi ketika obyek yang menekan memiliki pinggiran dan alur, sehingga
kulit dipaksa mengikuti alur dan bentuknya.
Namun pada memar akibat ‘gigitan asmara’ (cupang) akan menghilang dala waktu beberapa hari,
ini dikemukakan oleh nRoberts yang mengadakan penelitian.
Beberapa faktor yang berpengaruh antara lain:
Besarnya ekstravasasi
Umur korban
Idosinkrasi seseorang
Beberapa observasi yang ditemukan:
Jika ditemukan memar yang nampak baru tanpa disertai perubahan warna, diperkirakan
terjadi 2 hari sebelum kematian
Jika memar terdapat perubahan warna kehijauan, diperkirakan terjadi tidak lebih dari 18
jam sebelum kematian
Jika ada beberapa memar dengan beberapa warna yang berbeda, berarti tidak terjadi pada
saat yang sama. Penting pada kasus penyiksaan anak.
1. Patofisiologi / mekanisme terbentuknya : suatu kekerasan tumpul yang relative lunak dapat tidak
mengakibatkan cedera pada kulit / epidermis. Namun kekerasan tersebut telah dapat
mencederai pembuluh darah kapiler dibawahnya sehingga terjadinya perdarahan dibawah
epidermis (kulit ari), dibawah dermis (kulit) ataupun di jaringan dan otot.
2. “Marginal Hemorrhage ”: memar terjadi di tepi daerah yang terkena trauma, terjadi karena
tekanan yang besar. Memar jenis ini bisa menggambarkan bentuk benda penyebabnya, misalnya
jejas ban, jejas pukulan cambuk / tongkat dsb.
3. Lokasi memar tak selalu sama dengan lokasi trauma. Contoh : trauma pada dahi yang jaringan
ikat dibawahnya jarang memar dapat terjadi di daerah kelopak mata. Dengan demikian adanya
brill-haematome belum menunjukkan letak traumanya. Trauma pada betis, memar dapat terlihat
di pergelangan kaki.
4. Warna, sesuai dengan waktu penyembuhan luka (Memar menghilang dengan perubahan warna;
biru-hijau-coklat-kuning-hilang ). Adanya warna kuning di sekitar warna memar menunjukkan
bahwa memar telah berusia lebih dari 18 jam.
5. Memar merupakan salah satu tanda intravitalitas trauma, yang berarti bahwa trauma terjadi
semasa korban hidup.
6. Bila letaknya di daerah atau di dekat lebam mayat, memar kadang-kadang harus dibedakan
dengan lebam mayat.
Mansjoer A,Suprohaita,wardhani,Wahyu ika dkk. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga Jilid 2.
Media Aeusculapius FKUI. Jakarta ; 2000.
Idries Abdul M. Pedoman Ilmu kedokteran Forensik edisi pertama. Binarupa Aksara. Jakarta barat
; 1997.
Budiyanto A, Widiatmaka W, Siswandi S, dkk. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK. Bagian Kedokteran
Forensik FKUI.Jakarta : 1997.
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, Balai Penerbit FKUI, Jakarta: 2009. h:1-12.