HIPERMETROPI
PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH:
1. FITRI RAMADHANI
2. NISRINA NUR HANIFAH
3. SEPRINDO
4. WENDI DERMAWAN
5. ASRA HUSNI
6. INDAH NOVIA PUTRI
7. PEMILLA PUISENA GUSMAN
8. SRI YULIA MUSTISA
TAHUN 2018
LEMBAR PENGESAHAN
3. Seprindo
4. Wendi Dermawan
Mengetahui
Pujisyukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah I yang
berjudul tentang “HIPERMETROPI”. Selain itu bertujuan untuk memberikan informasi dan
menambah wawasan tentang penyakit Hipermetropi.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen
pembimbing mata kuliah Materi Dokumentasi Keperawatan.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun penyusunan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dan memperbaiki kesalahan
dimasa yang akan datang.
Penulis
DAFTAR ISI
1. Kata Pengantar
2. Daftar Isi
3. Bab I Pendahuluan
4. Bab II Pembahasan
2.1 Pengertian
2.2 Penyebab
2.3 Tanda dan Gejala
2.4 Patofisiologi
2.5 Askep Hipermetropi
5. Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan
6. Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mata merupakan salah satu panca indra yang sangat penting bagi kehidupan
manusia dan penglihatan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan
kualitas hidup manusia. Tanpa mata, manusia mungkin tidak dapat melihat sama
sekali apa yang ada disekitarnya. Dalam penglihatan, mata mempunyai berbagai
macam kelaina n refraksi. Kelainan refraksi atau yang serinag disebut dengan
ametropia tersebut, terdiri dari miopia, hipermetropia, dan astigamatisme. Kelainan
refraksi merupakan gangguan yang banyak terjadi di dunioa tanpa memandang jenis
kelamin, usia maupun kelompok etris.
Hipermetropi merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di dunia. Indonesia
memiliki angka penderita hipermetropi tertinggi di Asia Tenggara dari sekitar 240
juta penduduk, 1.5% atau lebih dari 3 juta orang menderita hipermetropi. Sebagian
besar penderita hipermetropi adalah lansia berusia 60 tahun keatas.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Hipermetropi?
2. Apa penyebab Hipermetropi?
3. Apa tanda dan gejala Hipermetropi?
4. Apa patofisiologi Hipermetropi?
5. Bagaimana contoh Askep Hipermetropi?
6.
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian Hipermetropi.
2. Untuk mengetahui penyebab Hipermetropi
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala Hipermetropi.
4. Untuk mengetahui patofisiologi Hipermetropi.
5. Untuk mengetahui contoh Askep Hipermetropi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN HIPERMETROPI
Hipermetropia adalah suatu kondisi ketika kemampuan refraktif mata terlalu lemah
yang menyebabkan sinar yang sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi difokuskan di
belakang retina. Gangguan ini terjadi pada diameter anteroposterior bola mata yang pendek
sehingga jarak antara lensa dan retina juga pendek dan sinar difokuskan di belakang retina.
Hal ini menyebabkan kesulitan melihat objek dekat dan disebut farsightedness atau hyperopia
(IndrianiIstiqomah, 2004 : 205).
Rabun dekat atau dikenal dengan hipermetropi merupakan keadaan gangguan
kekuatan pembiasan mata, yang mana pada keadaan ini sinar sejajar jauh tidak cukup
dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak di belakang retina. Hipermetropi terjadi apabila
berkas sinar sejajar difokuskan di belakang retina (SidartaIlyas, 2010 : 78).
B. PENYEBAB HIPERMETROPI
Hipermetropia dapat disebabkan :
1. Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan refraksi akibat
bola mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek.
2. Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang sehingga
bayangan difokuskan di belakang retina
3. Hipermetropia refraktif, dimana terdapat indeks bias kurang pada sistem optik mata
(SidartaIlyas, 2010 : 78).
ANATOMI MATA
Gejala yang ditemukan pada hipermetropia adalah penglihatan dekat dan jauh kabur,
sakit kepala, silau, dan kadang rasa juling atau lihat ganda. Pasien hipermetropia sering
disebut sebagai pasien rabun dekat.
Pasien dengan hipermetropia apapun penyebabnya akan mengeluh matanya lelah dan
sakit karena terus menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan
yang terletak di belakang makula agar terletak di daerah makula lutea. Keadaan ini disebut
astenopia akomodatif. Akibat terus menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama
melakukan konvergasi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia atau
juling kedalam (SidartaIlyas, 2010 : 79).
Gejala klinis Hipermetropia :
1. subjektif :
a) Kabur bila melihat dekat.
b) Mata cepat lelah, berair, sering mengantuk dan sakit kepala
(astenopiaakomodatif).
2. objektif :
a) Pupil agak miosis.
b) Bilik mata depan lebih dangkal (IndrianiIstiqomah, 2004 : 206).
D. PATOFISIOLOGI HIPERMETROPI
Sumbu utama bola mata yang terlalu pendek, daya pembiasan bola mata yang terlalu
lemah, kelengkungan kornea dan lensa tidak adekuat perubahan posisi lensa dapat
menyebapkan sinar yang masuk dalam mata jatuh di belakang retina sehingga penglihatan
dekat jadi terganggu (Sidarta Ilyas, 2010 : 78-79).
E. ASKEP HIPERMETROPI
FORMAT DOKUMENTASI
1. PENGKAJIAN
a. Data Demografi
1) Biodata, meliputi :
Nama, Usia, Jenis kelamin, Alamat, Suku / bangsa, Status pernikahan,
Agama / keyakinan, Pekerjaan, Diagnosa medik, No. medical record, Tanggal
masuk, Tanggal pengkajian.
2) Penanggung jawab, meliputi :
Nama, Usia, Jenis kelamin, Pekerjaan, Hubungan dengan klien.
3) Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai
dengan dibawa kerumah sakit. Meliputi keluhan sekarang dan keluhan
saat dikaji.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Merupakan penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan
penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau
mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini.
Riwayat Kesehatan keluarga
Menanyakan mengenai latar belakang kesehatan keluarga.
b. Pemeriksaan Fisik
Pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan kondisi fisik dari
pasien. Meliputi:
Keadaan umum klien
Sistem pernafasan
Sistem kardiovaskuler
Sistem perncernaan
Sistem indra
c. Pemeriksaan Penunjang
Suatu pemeriksaan medis yang dilakuan atas indikasi tertentu guna memperoleh
ketarangan yang lebih lengkap. Pemeriksaan penunjang untuk hipermetropi dapat
dilakukan dengan cara:
d. Pengelompokan Data
1) Data subyektif :
Klien mengatakan susah membaca huruf pada jarak dekat
Klien mengatakan apabila lama membaca dia sering pusing dan sakit
kepala.
Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.
2) Data obyektif :
Klien tampak cemas dan gelisah
Gangguan nervus II (Optikus)
Kesulitan membaca huruf pada jarak dekat
Menjauhkan bacaan pada saat membaca
Fungsi penglihatan menurun pada jarak dekat
Skala nyeri 3 (0-5)
e. Analisa Data
Penurunan penglihatan
3. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil
No. Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
1. Nyeri Akut b/d Tujuan: 1. Observasi keadaan,
Kelelahan otot-otot Setelah dilakukan tindakan intensitas nyeri dan tanda-
penggerak lensa. keperawatan selama tiga hari, tanda vital
nyeri berangsur-angsur 2. Ajarkan Klien untuk
berkurang . mengalihkan suasana dengan
Kriteria Hasil: melakukan metode relaksasi
- Klien mengatakan nyeri saat nyeri yang teramat
berkurang sangat muncul, relaksasi
- Ekspresi wajah tenang yang seperti menarik nafas
- Nyeri skala 2 (0-5 panjang.
3. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
analgesic
4. Kolaborasi untuk
pemeriksaan kemampuan
otot - otot penggerak lensa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rabun dekat adalah yang mengakibatkan seseorang tidak dapat melihat benda pada
jarak dekat. Titik dekat penderita rabun dekat akan bertambah, tidak lagi sebesar 25 cm tapi
mencapai jarak tertentu yang lebih jauh. Penderita rabun dekat dapat melihat benda pada
jarak yg jauh.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA