OLEH:
KELOMPOK 4:
1. CHAIRUNISYA
2. GERRY PINTO
3. MELLY REZQIA HELMI
4. PEMILLA PUISENA GUSMAN
5. SENTOT EKO HADIYATMO
6. SONYA ADHISTY
7. TRI SUDARI
8. RAFI WAHYU KURNIAWAN
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena masih
dilimpahi rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah manajemen patient safety tentang kebijakan yang mendukung
keselamatan patient safety ini sebagai tugas dalam mata kuliah manajemen patient
safety.
Melalui penyusunan tugas ini diharapkan kita sebagai mahasiswa yang
mengambil mata kuliah manajemen patient safety mempunyai bahan rujukan
sebagai bahan acuan dalam perkuliahan. Selain itu, penyusunan makalah ini
semoga dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh semua pihak yang memerlukannya
khususnya penulis.
Dalam pengerjaan tugas ini penulis selaku penyusun telah berusaha sebaik
mungkin, namun penulis menyadari masih ada kekurangan dan kelemahan,
sehingga dengan segala kerendahan hati, penulis sangat terbuka untuk menerima
saran dan kritik guna kebaikan dan kemajuan di masa yang akan datang. Penulis
berharap semoga penyusunan tugas ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami
selaku penyusun dan umumnya bagi semua pihak yang telah membaca makalah
mengenai kebijakan yang mendukung keselamatan patient safety ini. Selain itu,
dengan adanya makalah ini penulis berharap dapat menjadi sumbangan pemikiran
dalam mata manajemen patient safety.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh setiap petugas
medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Tindakan
pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya
menunjang keselamatan serta kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu,
tenaga medis harus memiliki pengetahuan mengenai hak pasien serta mengetahui
secara luas dan teliti tindakan pelayanan yang dapat menjaga keselamatan diri pasien.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Perumusan
PEMBAHASAN
Menurut Supari tahun 2005, patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan
cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Patient safety (keselamatan
pasien) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini
termasuk : assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insident dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
di sebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya dilakukan (DepKes RI, 2006).
Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya
kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient safety;;) adalah suatu
system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden,
tindak lanjut dan implementasi solusi. untuk meminimalkan resiko. Meliputi: assessment risiko,
identifikasi dan pengelolaan hal berhubungan dengan risiko pasien,pelaporan dan analisis Insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko
3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi)
5. Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh)
Aspek hukum terhadap “patient safety” atau keselamatan pasien adalah sebagai berikut.
“Pasien berhak memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah
Sakit.
c. Pasal 58 UU No.36/2009
1) “Setiap orang berhak menuntut G.R terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara
kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam Pelkes yang diterimanya.”
2) “…..tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.”
”Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.”
b. Pasal 46 UU No.44/2009
“Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian Yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan di RS.”
“Rumah sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka menyelamatkan nyawa
manusia.”
Pasal 45 (1) UU No.44/2009 Tentang Rumah sakit “Rumah Sakit Tidak bertanggung jawab secara hukum
apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat
kematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang kompresehensif. “
4. Hak Pasien
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional”
“Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar
dari kerugian fisik dan materi”
c. Pasal 32j UU No.44/2009
“Setiap pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan”
“Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana”
Kebijakan yang mendukung keselamatan pasien
Pasal 43 UU No.44/2009
2) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan
pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
3) RS melaporkan kegiatan keselamatan pasien kepada komite yang membidangi keselamatan pasien
yang ditetapkan oleh menteri
4) Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk mengoreksi system
dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien Pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan
kebijakan tentang keselamatan pasien. Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu system dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi:
a. Assessment risiko
2) Standar keselamatan pasien dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menetapkan
pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan.
4) Pelaporan insiden keselamatan pasien dibuat secara anonym dan ditujukan untuk mengoreksi
system dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien. pemerintah bertanggung jawab mengeluarkan
kebijakan tentang keselamatan pasien. Keselamatan pasien yang dimaksud adalah suatu system dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. System tersebut meliputi:
a. Assessment risiko
rumah sakit
d. Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD. Kebijakan patient safety
di rumah sakit antara lain:
a. Rumah Sakit wajib melaksanakan sistim keselamatan pasien.
d. Evaluasi pelaksanaan keselamatan pasien akan dilakukan melalui program akreditasi rumah sakit.
Hampir setiap tindakan medic menyimpan potensi resiko. Banyaknya jenis obat, jenis pemeriksaan
dan prosedur, serta jumlah pasien dan staf Rumah Sakit yang cukup besar, merupakan hal yang potensial
bagi terjadinya kesalahan medis (medical errors). Menurut Institute of Medicine (1999), medical error
didefinisikan sebagai: The failure of a planned action to be completed as intended (i.e., error of
execusion) or the use of a wrong plan to achieve an aim (i.e., error of planning). Artinya kesalahan medis
didefinisikan sebagai: suatu kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak
seperti yang diharapkan (yaitu kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu
tujuan (yaitu kesalahan perencanaan). Kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis ini akan
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien, bisa berupa Near Miss atau Adverse
Event (Kejadian Tidak Diharapkan/KTD). Near Miss atau Nyaris Cedera (NC) merupakan suatu kejadian
akibat melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil (omission), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak
terjadi, karena keberuntungan (misalnya,pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul
reaksi obat), pencegahan (suatu obat dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui
dan membatalkannya sebelum obat diberikan), dan peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal
diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya). Adverse Event atau Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD) merupakan suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada
pasien karena suatu tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission), dan bukan karena “underlying disease” atau kondisi pasien. Kesalahan tersebut bisa terjadi
dalam tahap diagnostic seperti kesalahan atau keterlambatan diagnose, tidak menerapkan pemeriksaan
yang sesuai, menggunakan cara pemeriksaan yang sudah tidak dipakai atau tidak bertindak atas hasil
pemeriksaan atau observasi; tahap pengobatan seperti kesalahan pada prosedur pengobatan,
pelaksanaan terapi, metode penggunaan obat, dan keterlambatan merespon hasil pemeriksaan asuhan
yang tidak layak; tahap preventive seperti tidak, memberikan terapi provilaktik serta monitor dan follow
up yang tidak adekuat; atau pada hal teknis yang lain seperti kegagalan berkomunikasi,
kegagalan alat atau system yang lain. Dalam kenyataannya masalah medical error dalam system
pelayanan kesehatan mencerminkan fenomena gunung es, karena yang terdeteksi umumnya adalah
adverse event yang ditemukan secara kebetulan saja. Sebagian besar yang lain cenderung tidak
dilaporkan, tidak dicatat, atau justru luput dari perhatian kita semua. Pada November 1999, the
American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trusteesmengidentifikasikan bahwa keselamatan dan
keamanan pasien (patient safety) merupakan sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan
capaian-capaian peningkatan yang terukur untuk keselamata obat sebagai target utamanya. Tahun 2000,
Institute of Medicine, Amerika Serikat dalam “TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health System”
melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit ada sekitar 3-16% Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD/Adverse Event). Menindaklanjuti penemuan ini, tahun 2004, WHO mencanangkan
World Alliance for Patient Safety, program bersama dengan berbagai Negara untuk meningkatkan
keselamatan pasien di rumah sakit. Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor
496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah
untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan
keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua stakeholder rumah sakit
untuk lebih memperhatian keselamatan pasien di rumah sakit. Mempertimbangkan betapa pentingnya
misi rumah sakit untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien
mengharuskan rumah sakit untuk berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari
penghargaannya terhadap kemanusiaan, maka dikembangkan system Patient Safety yang dirancang
mampu menjawab permasalahan yang ada.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keselamatan pasien adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan
pelayanan pasien secara aman. Proses tersebut meliputi pengkajian mengenai resiko,
identifikasi, manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk
mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko.
Pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga medis kepada pasien mengacu kepada
tujuh standar pelayanan pasien rumah sakit yang meliputi hak pasien, mendididik pasien
dan keluarga, keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan, penggunaan metode-
metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan
keselamatan pasien, peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien,
mendidik staf tentang keselamatan pasien, dan komunikasi merupakan kunci bagi staf
untuk mencapai keselamatan pasien. Selain mengacu pada tujuh standar pelayanan
tersebut, keselamatan pasien juga dilindungi oleh undang-undang kesehatan sebagaimana
yang diatur dalam UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 serta UU Rumah Sakit No. 44 tahun
2009.
B. SARAN
Sebagai tenaga kesehatan kita wajib melakukan tindakan dengan baik dan benar
sesuai standar pelayanan kesehatan pada pasien, sehingga akan terjamin keselamatan
pasien dari segala aspek tindakan yang kita berikan.
DAFTAR PUSTAKA
Komalawati, Veronica. 2010. Community&Patient Safety Dalam Perspektif Hukum
Kesehatan.
Pabuti, Aumas. 2011. Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah
Sakit. Proceedings of expert lecture of medical student of Block 21 st of Andalas
University, Indonesia