Anda di halaman 1dari 4

Dari hasil pengamatan kelompok kami , kelompok V didapatkan pembahasan bahwa Metode

garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode
ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini,
apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan,
biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak
belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi
yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990). Pada metode garis
ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang
selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama
sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.
Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat
merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu
tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan
kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).
Penarikan contoh (sampling) harus menggunakan metode sampling yang tepat, karena
jika tidak hasil yang diperoleh akan bias. Ada beberapa metode sampling yang biasa dipelajari,
yaitu, Metode Plot (Berpetak) Suatu metode yang berbentuk segi empat atau persegi (kuadrat)
ataupun lingkaran. Biasanya digunakan untuk sampling tumbuhan darat, hewan sessile
(menetap) atau bergerak lambat seperti hewan tanah dan hewan yang meliang. Untuk sampling
tumbuhan terdapat dua cara penerapan metode plot, yaitu
a. Metode Petak Tunggal, yaitu metode yang hanya satu petak sampling yangmewakili suatu areal
hutan. Biasanya luas minimum ini ditetapkan dengan dar penambahan luas petak tidak
menyebabkan kenaikan jumlah spesies lebih 5 % atau 10 %.
b. Metode Petak Ganda, yaitu pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan banyak petak
contoh yang letaknya tersebar merata (sebaiknya secara sistematik). Ukuran berbeda-beda
berdasarkan kelompok tumbuhan yang akan dianalisis. Perbandingan panjang dan lebar petak 2
: 1 merupakan alternatif terbaik daripada bentuk lain.
Metode Transek (Jalur). Untuk vegetasi padang rumput penggunaan metode plot kurang
praktis. Oleh karena itu digunakan metode transek, yang terdiri dari :
Line Intercept (Line Transect), yaitu suatu metode dengan cara menentukan dua titik sebagai
pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m atau 100 m. Tebal garis
transek biasanya 1 cm. Garis transek kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya 1 m, 5
m atau 10 m. Selanjutnya dilakukan pencatatan, penghitungan dan pengukuran panjang
penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen tersebut.
a. Belt Transect, yaitu suatu metode dengan cara mempelajari perubahan keadaan vegetasi
menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi. Transek dibuat memotong garis topografi dari tepi
laut ke pedalaman, memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar
transek 10 – 20 m dengan jarak antar transek 200 – 1000 m (tergantung intensitas yang
dikehendaki). Untuk kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang digunakan 2 %
dan hutan yang luasnya 1.000 Ha atau kurang intensitasnya 10 %.
b. Strip Sensus, yaitu pada dasarnya sama dengan line transect hanya saja penerapannya ekologi
vertebrata terestrial (daratan). Metode ini meliputi berjalan sepanjang garis transek dan mencatat
spesies-spesies yang diamati di sepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa
indeks populasi (indeks kepadatan).
Metode Kuadran pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang
menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui
komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya.

Arief, A. 1994. Hutan: Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Jakarta:


Penerbit Yayasan Obor Indonesia.
Damanik, J.S., J. Anwar., N. Hisyam., A. Whitten. 1992. Ekologi Ekosistem Sumatera.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Daniel, T.W., J.A. Helms, F.S. Baker. 1992. Prinsip-Prinsip Silvinatural. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Ewusie, J.Y. 1990. Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB
Hafild & Aniger. 1984. Lingkungan Hidup di Hutan Hujan Tropika. Cet 1. Jakarta:

Penerbit Sinar Harapan


Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara.

Suatu organisme berkembang-biak untuk melestarikan keturunannya, oleh karena itu


organisme tersebut akan melakukan segala cara agar tidak punah. Dari setiap individu akan
menghasilkan anakan yang baru dan memiliki ciri yang tidak jauh berbeda dengan induknya.
Dari ciri-ciri tersebut, akan menghasilkan suatu paduan yang menarik dan unik yaitu macam-
macam sifat yang berbeda dari sebelumnya dan akan menghasilkan sifat beda lagi setelah
berkembang biak lagi. Dari sinilah akan terjadi keragaman sifat individu tetapi tidak jauh
berbeda dengan sebelumnya yang artinya masih dalam kelas yang sama(Ikhwan,2006)

Environment atau lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar suatu mahkluk hidup.
Lingkungan bagi seorang manusia diantaranya adalah faktor-faktor suhu, makanan dan
manusia lainnya. Suatu lingkungan tanaman bisa terdiri dari tanah, sinar matahari dan
binatang yang akan memakan tanaman. Lingkungan abiotik diantaranya adalah suhu, air,
udara dan sinar matahari. Lingkungan biotik diantaranya ganggang dan makanan. Keduanya
biotik dan abiotik membentuk keseluruhan lingkungan dari mahkluk hidup maupun non
hidup. (http://www.acehforum.or.id/lingkungan)

Lingkungan abiotik terdiri dari faktor-faktor seperti tanah, air, udara dan radiasi. Lingkungan
abiotik membentuk banyak objek dan memberi kekuatan yang mempengaruhi satu dengan
yang lainnya dan mempengaruhi komunitas di sekitar mahkluk hidup. Misalnya jenis-jenis
tanaman dan binatang yang hidup dan bagaimana cara mereka hidup di ekosistem suatu
sungai sangat dipengaruhi oleh arus sungai, suhu, kejernihan, dan komposisi kimianya.
Faktor-faktor abiotik lainnya termasuk diantaranya adalah luasnya daerah untuk hidup dan
banyaknya nutrien-nutrien tertentu yang tersedia bagi organisme. Semua organisme
membutuhkan luas wilayah tertentu untuk dapat hidup dan bergerak di dalam hubungan
komunitas. Mereka juga membutuhkan nutrien yang berasal dari bukan mahkluk hidup
seperti fospor, untuk menjaga aktifitas tubuh seperti peredaran darah dan pencernaan.
Ekologi merupakan studi keterkaitan di antara organisme – organisme dengan lingkungan –
lingkungannya, baik lingkungan abiotik maupun lingkungan biotik. Lingkungan abiotik
terdiri dari atmosfer, cahaya, air, kelembapan, tanah dan sebagainya. Semua faktor – faktor
lingkungan tersebut saling terkait satu sama lain. (Sambas Wirakusumah, 2003)
Komponen Abiotik mencakup unsur-unsur litosfer (lithosphere atau lapisan kerak bumi
termasuk tanah) yang mencakup tipe tanah, bahan induk, serta parameter-parameternya
seperti struktur, tekstur, sifat-sifat fisik, kimia dan kesuburan, hidrosfer (hydrosphere) yang
meliputi lautan dan perairan lainnya dengan parameter-parameter keasaman (pH) , suhu, arus,
dll. Serta atmosfer (atmosphere) yang meliputi kelembaban udara, intensitas cahaya, angin,
suhu, dll(Kartasapoetra,1985)

Vegetasi dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi
merupakan bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem.
Beraneka tipe hutan, kebun,padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur)
vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan yang diselidiki
adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit (Rohman dan Sumberartha, 2001).
Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan (Rohman dan Sumberatha, 2001)

Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem
lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah
tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan
dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik (Setiadi, 1984).

DAFTAR PUSTAKA

Fazaqih. 2015.http://izafaqih.blogspot.co.id/2012/02/praktikum-biologi-dasar-i-
interaksi.html. diakses pada tanggal 5 November 2015.

Ikhwan.2006.Lingkungan dan Makhluk Hidup. Tiga Putra.Yogyakarta.

Kartasapoetra, G dkk. 1985. Teknologi Konservasi Tanah dan Air.Bina Aksara.


Jakarta

Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.
JICA. Malang.
Setiadi. 1984. Ekologi Tropika. ITB. Bandung

Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar – Dasar Ekologi Menopang Pengetahuan Ilmu –


Ilmu Lingkungan. Jakarta : Universitas Indonesia
Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk mengetahui kondisi
kawasan yang diukur secara kuantitatif. Dibawah ini adalah rumus yang penting
diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi, yaitu :
a. Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis
terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan
kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR)
dan Dominansi Relatif (DR), (Mueller-Dombois dan ellenberg, 1974;
Soerianegara dan Indrawan, 2005).

b. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk
membandingkan dua komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh
gangguan biotik, untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan suatu
komunitas.
(Anonymous a, 2010)
Faktor Abiotik
Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor
fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut.
a. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap ekosistem karena suhu merupakan syarat yang
diperlukan organisme untuk hidup. Ada jenis-jenis organisme yang hanya dapat
hidup pada kisaran suhu tertentu.
b. Sinar matahari
Sinar matahari mempengaruhi ekosistem secara global karena matahari
menentukan suhu. Sinar matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan
oleh tumbuhan sebagai produsen untuk berfotosintesis.

Anda mungkin juga menyukai