Anda di halaman 1dari 38

KETERAMILAN DASAR KEBIDANAN (KDK) II

HAND OUT

AKADEMI KEBIDANAN AL-ISHLAH CILEGON

FIKY ROFIQOH E. F., SKM


2014 – 2015
HAND OUT

Topik : Pemberian Obat dan Cairan


Sub Pokok : Menguasai dan melaksanakan prinsip pemberian obat, tehnik pemberian obat dan
pemberian cairan serta transfusi
Objektif : Setelah Mengikuti pelajaran ini mahasiswa diharapkan dapat :
Perilaku 1. Menjelaskan dan memahami konsep dasar pemberian obat
Mahasiswa 2. Menjelaskan dan memahami obat-obatan yang lazim digunakan dalam
pelayanan kebidanan dan khasiat masing-masing obat-obatan yang lazim
digunakan pada pelayanan kebidanan
3. Menjelaskan dan melaksanakan pengelolaan dan pemberian obat sesuai
dengan kebutuhan
4. Menjelaskan dan memahami pencegahan injury pengobatan
5. Memahami dan melaksanakan tehnik pemberian obat
6. Memahami dan menerapkan pemberian cairan dan transfusi
Referensi : 1. Johnson R. Taylor W. (2000). Skill For Midwifery Practice
2. Smith S. Duell D. (1985). Clinical Nursing Skill
3. Varney. (1997). Varney’s Midwifery
4. Hotma R. dkk. (2000). Pemeriksaan Fisik
5. Carcio H.A. (1999)., Advanced Health Assesment Of Woman
6. Maryunani, A. (2002). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan
7. Hidayat, A. Aziz Aimul. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik
Kebidanan. Penerbit Salemba Medika, Jakarta
8. Uliyah, M., dkk, (2012), Keterampilan Dasar Kebidanan (KDK) I, Surabaya,
Health Book Publishing
A. Konsep Dasar Pemberian Obat
1. Obat
a. Definisi Obat
Obat adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau kimiawi
yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat menyembuhkan,
meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya.
Obat adalah suatu substans untuk mengatasi, mencegah dan membebaskan
penyakit.
b. Nama Obat
1) Nama kimia = memberi gambaran pasti komposisi obat
Contoh  asetil salisilat dikenal sebagai aspirin
2) Nama generik = diberikan oleh pabrik pertama kali diproduksi sebelum
mendapat izin dari FDA
Contoh  Aspirin
3) Nama dagang, merk, pabrik = nama yang digunakan pabrik untuk
memasarkan obat. Ex aspirin dikenal dengan nama dagang Bufferin
c. Klasifikasi Obat
1) Analgesik
Adalah kelas obat yang dirancang untuk meringankan atau mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri dan memberikan rasa nyaman pada orang ynag
menderita tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran.
Contoh : Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAID), Narkotika,
Tylenol (Acetaminophen).
2) Anti piretik
Adalah kelas obat yang dirancang untuk menurunkan suhu tubuh (tinggi ke
normal) dan menekan gejala-gejala yang biasa menyertai demam seperti
mialgia, kedinginan, nyeri kepala, dll.
Contoh : Paracetamol, NSAID, Aspirin, Metamizole, Nabumetone, Quinine,
Nimesulide, Phenazone, dll.
3) Anti inflamasi
Adalah kelas obat yang dirancang untuk mengurangi tanda-tanda dan gejala
peradangan yang disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi).
Contoh : NSAID, ibuprofen, asam mefenamat
4) Anti biotik
Adalah kelas obat yang dirancang untuk menekan dan menghentikan suatu
proses biokimia di dalam mikroorganisme, khususnya dalam proses infeksi
oleh bakteri.
Contoh : amoxicillin, rifampdisin, gentamisin, sulfonamida
Adakalanya sebuah obat dapat memiliki klasifikasi lebih dari satu, ex aspirin
(analgetik, antipiretik, anti inflamasi)
Setiap golongan obat memiliki implikasi keperawatan untuk pemberian dan
pemantauan yang tepat.
Ex. golongan diuretik  memberikan implikasi keperawatan :
1) Memantau input dan output cairan
2) Menimbang BB tiap hari
3) Mengkaji adanya edema
4) Memantau kadar elektrolit serum
d. Bentuk Obat
1) Kaplet = dosis padat, bentuk seperti kapsul dan bersalut, sehingga mudah
ditelan
2) Kapsul = dosis padat, bentuk bubuk, cairan atau minyak, dibungkus
selongsong gelatin
3) Eliksir = cairan jernih berisi air/alkohol, ditambah pemanis
4) Ekstrak = bentuk pekat
5) Gliserit = dikombinasi dengan gliserin + 50%, untuk penggunaan luar
6) Liniment = obat gosok, dioles di kulit
7) Salep = semisolid (agak padat)
8) Pasta = semisolid, lebih kental, kaku, diabsorbsi kulit lebih lambat dari pada
salep
9) Larutan = cairan (per oral, parenteral)
10) Supositoria = dosis padat dicampur gelatin, bentuk peluru, meleleh saat
mencapai suhu tubuh
11) Suspensi = partikel obat yang dibelah sampai halus dan larut dalam media
cair
12) Syrup = obat larut dalam gula pekat, mengandung perasa membuat terasa
lebih
e. Sifat Kerja Obat
Farmakokinetik = ilmu tentang cara obat masuk ke dalam tubuh, mencapai
tempat kerjanya, dimetabolisme, dan keluar dari tubuh.
f. Sistem Perhitungan Obat
1) Sistem metrik
a. Paling teratur
b. Mudah dikonversi dan dihitung (perkalian, pembagian sederhana)
Contoh : 10,0 mg x 10 = 100 mg atau 10,0 mg / 10 = 1,00 mg (pecahan selalu
dala bentuk desimal)
2) Sistem apothecary
a. Dikenal di Amarika Serikat, Kanada
b. Standar pengukuran biasanya di rumah
c. Sistem ini tidak akurat
Contoh : susu dalam botol = pint = 0,568 liter ; quarts = 0,9463 liter (satuan
berat di Inggris yaitu grain / pound atau dalam Indonesia dram, ons)
3) Sistem ukuran rumah tangga
a. Keuntungan : nyaman, mudah dikenal
Contoh : tetesan, sendok teh, sendok makan
Tabel EKUIVALENSI UKURAN

METRIK APOTHECARY RUMAH TANGGA


1 ml fluidram 1 sendok teh (sdt)
4-5 ml 4 fluidrams 1 sendok makan (sdm)
16 ml 1 fluid ounce 2 sendok makan (sdm)
30 ml 8 fluid ounce 1 cangkir ©
240 ml 1 pint (pt) 1 pint (pt)
480 ml (Kira2 500ml) 1 quart (qt) 1 quart (qt)
960 ml (Kira2 1 Ltr) 1 galon (gal) 15 tetes (tts) 1 galon (gal)
3840 ml (Kira2 5 Ltr) 15 – 16 minim (m) - -

g. Efek Obat
Obat memiliki dua efek yakni :
1) Efek terapeutik
Efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan
sesuai kandungan obatnya seperti :
a) Paliatif (berefek untuk mengurangi gejala)
b) Kuratif (memiliki efek pengobatan)
c) Suportif (berefek untuk menaikkan fungsi atau respons tubuh)
d) Substitutif (berefek sebagai pengganti)
e) Efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat)
f) Restoratif (berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat).
2) Efek samping
Efek samping merupakan dampak yang tidak di harapkan, tidak bisa diramal,
dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alergi,
toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan
lain-lain.
h. Reaksi Alergi
1) Pengertian
Respon lain yang tidak dapat diperkirakan terhadap obat. Dari seluruh reaksi
obat, 5% – 10% merupakan reaksi alergi. Timbul bila obat diberikan secara
berulang, dapat bersifat ringan s/d berat
2) Klasifikasi
a) Reaksi ringan
- Urtikaria = Erupsi kulit yang bentuknya tidak beraturan, meninggi,
ukuran dan bentuk bervariasi, erupsi memiliki batas berwarna merah
dan bagian tengahnya berwarna pucat
- Ruam = vesikel kecil dan meninggi yang biasanya berwarna merah,
seringkali tersebar di seluruh tubuh
- Pruritis = gatal – gatal pada kulit, kebykn timbul bersama ruam
- Rinitis = inflamasi lapisan membran mukosa hidung, menimbulkan
bengkak dan pengeluaran rabas encer dan berair
b) Reaksi berat / anafilaksis
- Konstriksi otot bronkhiolus
- Edema faring dan laring
- Mengi berat dan sesak nafas
- Hipotensi berat
i. Diagnosa Kebidanan Untuk Terapi Obat
1) Kurang pengetahuan tentang terapi obat b/d =
a) Kurang informasi dan pengalaman
b) Keterbatasan kognitif
c) Tidak mengenal sumber informasi
2) Ketidakpatuhan terhadap terapi obat b/d =
a) Sumber ekonomi yang terbatas
b) Keyakinan tentang kesehatan
c) Pengaruh budaya
3) Hambatan mobilitas fisik b/d =
a) Penurunan kekuatan
b) Nyeri dan ketidaknyamanan
4) Perubahan sensori / persepsi b/d = Pandangan kabur
5) Gangguan menelan b/d =
a) Kerusakan neuromuskuler
b) Irigasi rongga mulut
c) Kesadaran yang terbatas
6) Penatalaksanaan program terapetik tidak efektif b/d =
a) Terapi obat yang kompleks
b) Pengetahuan yang kurang
j. Pengaruh Kerja Obat Pada Lansia
1) Saluran cerna
Elastisitas hilang pada mukosa mulut, sehingga menjadi kering dan pecah-
pecah. Intervensi =
a) Sering kumur dengan air hangat
b) Dental fross
c) Sikat gigi dan gusi dengan lembut
2) Esofagus
Bersihan esofagus lambat krn kontraksi melemah dan sfingter esogafus
bawah tidak bisa relaksasi. Intervensi =
a) Posisi klien tegak
b) Berikan cairan segelas bersama obat
c) Gerus tablet, campur dengan air
3) Gaster
Penurunan keasaman lambung dan peristaltik. Intervensi = minta klien minum
1 gelas penuh air dan meminum obat dengan kudapan tidak berlemak untuk
mengurangi ggn lambung
4) Usus besar
Tonus otot kolon menurun, refleks defekasi menghilang, aliran darah di usus
menurun. Intervensi =
a) Beri asupan cairan dalam jumlah normal
b) Anjurkan klien makan pembentuk feses
5) Integumen dan vaskularisasi
Penurunan ketebalan lipatan kulit, elastisitas kulit dan vaskularisasi menurun.
Intervensi =
a) Hindari penggunaan vena di tangan sebagai tempat suntikan IV
b) Tekan tempat injeksi setelah penyuntikan
c) Observasi perdarahan di tempat injeksi
6) Hepar
Penurunan ukuran hati, menurunnya aliran darah hati. Intervensi =
a) Pantau tanda kerusakan hati (ikterus, pruritis, urine gelap)
b) Tanyakan dosis untuk klien yang menderita penyakit hati
7) Ginjal
Filtrasi glomerolus menurun, fungsi tubulus dan aliran ginjal menurun.
Intervensi =
a) Cegah retensi urine, pantau kateter
b) Pantau tanda kerusakan ginjal (keluaran menurun, sulit berkemih)
k. Faktor yang Mempengaruhi Obat
Respon Farmakologik terhadap suatu obat bersifat komplek, maka dari itu
perawat harus tahu jumlah dan macam-macam factor yang mempengaruhi respon
individu terhadap suatu obat.Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap
obat antara lain :
1) Absorpsi : suatu variabel yang utama dalam rute pemberian obat. Absorpsi
oral terjadi pada saat partikel-partikel obat keluar dari saluran gastrointestinal
(lambung dan usus halus) menuju cairan tubuh. Setiap gangguan intestinal
seperti muntah/diare akan mempengaruhi absorpsi obat.
2) Distribusi : dengan protein merupakan pengubah utama dari distribusi obat
didalam tubuh.
3) Metabolisme / biotransformasi : semua bayi khususnya neonates dan bayi
dengan BBLR mempunyai fungsi hati dan ginjal yang belum matang,
demikian pula lansia juga kehilangan sebagian dari fungsi sel ginjalnya. Hal
ini akan berpengaruh pada metabolisme obat.
4) Ekskresi : rute utama dari ekskresi obat adalah melalui ginjal, empedu, feses,
paru-paru, saliva, dan juga keringat.
5) Usia : Bayi dan lansia lebih sensitif terhadap obat-obatan. Absorpsi yang
buruk melalui saluran gastrointestinal akibat berkurangnya sekresi lambung.
Dosis bayi dihitung berdasarkan berat badan dalam kilogram daripada
berdasarkan usia biologis atau gastrointestinalnya.
6) Berat badan : dosis obat, misalnya anti neoplastik dapat diberikan sesuai berat
badan. Orang yang obesitas mungkin perlu penambahan dosis atau
sebaliknya.
7) Toksisitas : Istilah ini merujuk pada gejala merugikan, yang bisa terjadi pada
dosis tertentu. Hal ini sering terjadi pada orang-orang yang mempunyai
gangguan hati dan ginjal.
8) Farmakokinetik : istilah ini merujuk pada faktor-faktor genetik terhadap
respon obat. Jika orang tua Anda memiliki respon yang merugikan terhadap
suatu obat, mungkin Anda juga bisa memiliki hal yang sama.
9) Rute pemberian : obat-obat yang diberikan intravena lebih cepat bekerja
daripada yang diberikan peroral.
10) Saat pemberian : ada atau tidaknya makanan didalam lambung dapat
mempengaruhi beberapa kerja obat
11) Faktor emosional : komentar-komentar yang sugestif mengenai obat dan efek
sampingnya dapat mempengaruhi efek obat
12) Toleransi : kemampuan klien untuk merespon terhadap dosis tertentu dari
suatu obat dapat hilang setelah beberapa hari atau minggu setelah pemberian.
13) Efek penumpukan : ini terjadi jika obat dimetabolisme atau diekskresi lebih
lambat daripada kecepatan pemberian obat
14) Interaksi Obat : efek kombinasi obat dapat lebih besar, sama, atau lebih lemah
dari efek obat tunggal.

2. Pemberian Obat
a. Macam-macam Pemberian Obat
1) Pemberian obat per oral
2) Pemberian obat sublingual
3) Pemberian obat secara bukal
4) Pemberian obat parenteral/injeksi
a) Injeksi intradermal
b) Injeksi subcutan
c) Injeksi intra musculer
d) Injeksi intra vena
5) Pemberian obat secara topical
a) Pemberian obat mata
b) Pemberian obat tetes telinga
c) Pemberian obat tetes hidung
d) Pemberian obat melalui vagina
e) Pemberian obat suppositoria melalui rectal
6) Pemberian obat secara inhalasi
b. Tujuan Pemberian Obat
1) Memberikan efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun keluhan
yang dirasakan klien.
2) Membantu mengurangi atau menghilangkan rasa tidak nyaman (nyeri) pada
klien
3) Meminimalisasikan efek samping obat
c. Prinsip Pemberian Obat (Penerapan Pencegahan Injury Pengobatan)
1) Benar obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak tiga kali, yakni : ketika
memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan,
dan saat mengembalikan obat ke tempat penyimpanan.
2) Benar pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang
diprogramkan.hal ini dilakukan dengan mengidentifikasikan identitas
kebenaran obat, yaitu mencocokkan nama, nomor registrasi, alamat, dan
program pengobatan pada pasien.
3) Benar rute
Kesalahan rute pada pemberian dapat menimbulkan efek sistenik yang fatal
pada pasien. Untuk itu, cara pemberiannya adalah dengan melihat cara
pemberian atau jalur obat pada lebel yang dada sebelum memberikannya ke
pasien.
4) Benar waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan
karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi
dari obat
5) Benar dosis
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis
harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus
dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk
membelah tablet, dan lain-lain. Dengan demikian, penghitungan dosis benar
untuk diberikan ke pasien.
6) Benar dokumentasi
Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera untuk mencatat
informasi sesuai dengan obat-obatan yang telah diberikan. Hal ini meliputi
nama obat, dosis, rute, waktu dan tanggal serta inisial dan tanda tangan
pelaksana pemberi obat.
7) Benar evaluasi
Perawat / bidan selalu melihat atau memantau efek kerja dari obat setelah
pemberian.
8) Benar prosedur
Perawat/bidan selalu memeriksa Tanda-tanda Vital (TTV) sebelum
pemberian obat
9) Benar usia
10) Benar kadaluarsa
d. Persiapan Pemberian Obat
Perawat/bidan bertanggung-jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman.
Caranya adalah perawat/bidan harus mengetahui semua komponen dari perintah
pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap/jelas
atau dosis yang diberikan diluar batas yang direkomendasikan. Secara hukum
perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan
dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status
kesehatan klien. Perawat/bidan wajib membaca buku-buku referensi obat untuk
mendapatkan kejelasan mengenai efek terapeutik yang yang diharapkan,
kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi atau reaksi yang
merugikan dari pengobatan.
e. Hak Klien yang Berhubungan dengan Pemberian Obat
1) Hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat
Hak ini adalah prinsip dari pemberian persetujuan setelah mendapatkan
informasi (informed consent) yang berdasarkan pengetahuan individu yang
diperlukan untuk membuat keputusan.
2) Hak klien untuk menolak pengobatan
Klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan. Adalah tanggung
jawab perawat untuk menentukan, jika memungkinkan, alasan penolakan dan
mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau
menerima pengobatan. Jika tetap menolak, perawat wajib
mendokumentasikan pada catatan perawatan dan melapor kepada dokter yang
menginstruksikan.
f. Pedoman Umum Pemberian Obat (Penerapan Pencegahan Injury
Pengobatan)
Beberapa pedoman umum dalam pemberian obat dijelaskan dalam prosedur
pemberian obat yang benar yang terdiri dari 4 langkah (persiapan, pemberian,
pencatatan, dan hal-hal yang tidak boleh dalam pemberian obat)
1) Persiapan
a) Cuci tangan sebelum menyiapkan obat
b) Periksa riwayat, kardek dan riwayat alergi obat
c) Periksa perintah pengobatan
d) Periksa label tempat obat sebanyak 3 kali
e) Periksa tanggal kadaluarsa
f) Periksa ulang perhitungan dosis obat dengan perawat lain
g) Pastikan kebenaran obat yang bersifat toksik dengan perawat lain atau ahli
Farmasi
h) Tuang tablet atau kapsul kedalam tempat obat. Jika dosis obat dalam unit,
buka obat disisi tempat tidur pasien setelah memastikan kebenaran
identifikasi pasien
i) Tuang cairan setinggi mata. Miniskus atau lengkung terendah dari cairan
harus berada pada garis dosis yang diminta
j) Encerkan obat-obat yang mengiritasi mukosa lambung (kalium, aspirin)
atau berikan bersama-sama dengan makanan
2) Pemberian
a) Periksa identitas pasien melalui gelang identifikasi
b) Berikan obat yang rasanya tidak enak terlebih dahulu baru kemudian
diikuti dengan obat dengan rasa yang menyenangkan
c) Berikan hanya obat yang disiapkan
d) Bantu klien mendapatkan posisi yang tepat tergantung rute pemberian
e) Tetaplah bersama klien sampai obat diminum/dipakai
f) Jika memberikan obat pada sekelompok klien, berikan obat terakhir pada
klien yang memerlukan bantuan ekstra.
g) Berikan tidak lebih dari 2,5 – 3 ml larutan intramuscular pada satu tempat.
- Bayi tidak boleh menerima lebih dari 1 ml larutan intramuskuler pada
satu tempat.
- Tidak boleh memberikan lebih dari 1 ml jika melalui rute subkutan.
- Jangan menutup kembali jarum suntik.
- Buang jarum dan tabung suntik pada tempat yang benar
h) Buang obat kedalam tempat khusus jangan kedalam tempat sampah
i) Buang larutan yang tidak terpakai dari ampul.
- Simpan larutan stabil yang tidak terpakai di dalam tempat yang tepat
(bila perlu masukkan ke dalam lemari es).
- Tulis tanggal waktu dibuka serta inisial Anda pada label
j) Simpan narkotik kedalam laci atau lemari dengan kunci ganda
- Kunci untuk lemari narkotik harus disimpan oleh perawat/bidan dan
tidak boleh disimpan didalam laci atau lemari.
3) Pencatatan
a) Catat obat segera setelah diberikan
b) Laporkan kesalahan obat dengan segera kepada dokter dan perawat
supervisor. Lengkapi laporan peristiwa
c) Masukkan kedalam kolom, catatan obat yang diberikan, dosis, waktu rute,
dan inisial petugas.
d) Laporkan obat-obat yang ditolak dan alasan penolakan
e) Catat jumlah cairan yang diminum bersama obat pada kolom intake dan
output. Sediakan cairan yang hanya diperbolehkan dalam diet.
4) Hal yang Tidak Boleh dalam Pemberina Obat
a) Jangan sampai konsentrasi terpecah sewaktu menyiapkan obat
b) Jangan memberikan obat yang dikeluarkan oleh orang lain
c) Jangan mengeluarkan obat dari tempat obat dengan label yang sulit
dibaca, atau yang labelnya sebagian terlepas atau hilang
d) Jangan memindahkan obat dari satu tempat ke tempat lain
e) Jangan mengeluarkan obat ke tangan Anda
f) Jangan memberikan obat yang tanggalnya telah kadaluwarsa
g) Jangan menduga-duga mengenai obat dan dosis obat. Tanya jika ragu-
ragu
h) Jangan memakaim obat yang telah mengendap, atau berubah warna, atau
berawan.
i) Jangan tinggalkan obat-obat yang telah dipersiapkan
j) Jangan berikan suatu obat kepada klien jika ia memiliki alergi terhadap
obat itu.
k) Jangan memanggil nama klien sebagai satu-satunya cara untuk
mengidentifikasi
l) Jangan berikan jika klien mengatakan bahwa obat tersebut berlainan
dengan apa yang telah ia terima sebelumnya.Periksa perintah pengobatan.
m) Jangan menutup kembali jarum suntik.

3. Dosis Obat
a. Definisi Dosis Obat
Dosis adalah jumlah atau takaran obat yang diberikan kepada pasien dalam satuan
berat (gram, milligram, mikrogram), isi (volume, liter & milliliter) atau unit (UI).
Dosis obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek farmakologi
obat.
b. Macam-macam Dosis Obat
1) Dosis minimal : dosis paling kecil yang masih memberikan efek terapeutik
2) Dosis maksimal : dosis yang tertinggi yang masih dapat diberikan tanpa efek
toksis.
3) Dosis permulaan (inisiasi) : dosis yang diberikan pada permulan
menggunakan obat untuk mencapai kadar tertentu dalam darah.
4) Dosis pemeliharaan : dosis untuk menjaga agar penyakitnya tidak timbul lagi
5) Dosis terapeutik (dosis lazim, dosis medicinalis) : dosis optimal yang paling
baik. Dipengaruhi oleh umur, berat badan, jenis kelamin, waktu pemberian
obat, cara pemberian obat.
6) Dosis toksis : penggunaan obat melebihi dosis maksimal atau menimbulkan
keracunan
7) Dosis letalis : dosis yang menimbulkan kematian
8) Dosis tunggal : pemberian tunggal lazim (berkhasiat secara terapeutik)
9) Dosis ganda : pemberian dosis tungga yang berulang yang mengakibatkan
akumulasi obat dalam tubuh, supaya Minimal Effect Conncentration (MEC)
tercapai.
c. Perhitungan Dosis Obat
1) Berdasarkan umur
a) Rumus Young (untuk anak < 8 tahun)
𝑛
𝐷𝑀 = 𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑀𝑎𝑘𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 𝑛 = 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑛 + 12

b) Rumus Dilling (untuk anak ≥ 8 tahun)


𝑛
𝐷𝑀 = 𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑀𝑎𝑘𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 𝑛 = 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
20

c) Rumus Fried (untuk bayi)


𝑛
𝐷𝑀 = 𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑀𝑎𝑘𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 𝑛 = 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
150
2) Berdasarkan berat badan
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan dengan rumus ini lebih tepat
karena sesuai dengan kondisi pasien
𝑛
𝐷𝑀 = 𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑀𝑎𝑘𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 𝑛 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚
70
3) Menentukan Persentase DM Obat
a) Persentase DM sekali
𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑙𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝
= 𝑥 100%
𝐷𝑀 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑙𝑖

b) Persentase DM sehari
𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝
= 𝑥 100%
𝐷𝑀 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑙𝑖
Contoh soal : sedian serbuk
R/ Atropin sulfat 0,5 mg (DM sekali: 1 mg, DM sehari 3 mg)
Sacchar.lact. qs
m.f.pulv. d.t.d. no.X.
S. t.d.d. Pulv. I
Pro: Rifki (12th)

Analisa resep : dari resep diketahui untuk membuat 10 bungkus serbuk sediaan,
mengandung 0,5 mg atropin sulfat setiap bungkus, aturan pakai 3 kali sehari satu
bungkus
Jawaban :
1) DM sekali pakai = (12/20) x 1 mg = 0,6 mg DM atropin sulfat sekali pakai
sedangkan untuk Persentase DM sekali :

= (0,5/0,6 mg) x 100%


= 83,3% (boleh diracik dan diserahkan karna tidak lebih dari 100%)
2) DM untuk sehari untuk anak 12 tahun
DM sehari = (12/20) x 3 mg = 1,8 mg DM dosis atropin untuk sehari.
Sedangkan untuk Persentase DM searah sehari :

= (3x0,5)/1,8 x 100%
= 83,3 % (boleh diracik dan diserahkan karna tidak lebih dari 100%)
Contoh soal : sediaan sirup
R/ Efedrin HCl 0,2 (DM sekali: 0,05 , DM sehari 0,15 )
Syrupus simpleks 10 mL
m.f.pot 100 mL
S. 2 d.d Cth
Pro: Rico (18 kilogram)
Analisa resep : dari resep dikatahui untuk membuat sirup sebanyak 100 mL berisi
0,2 Efedrin HCl, aturan pakai 2 kali satu sendok teh.
Jawab:
Ingat Rumus menggunakan berat badan
Rumus Thermich

n ; dalam kilogram
1) Perhitungan DM sekali pakai :
DM = (18/70)x 0,05 gram = 0,0114 gram untuk sekali pakai
Sekali minum obat 1 sendok = 5 mL, jumlah efedrin HCL dalam tiap sendok
= (5 mL/100mL) x 0,2 gram = 0,01 gram
Sedangkan untuk Persentase DM sekali pakai :

= (0,01 gram/0,0114 gram)x 100% = 87,7%


2) Perhitungan DM sehari

= (18/70) x 0,15 gram = 0,0386 gram DM efedrin HCL dalam sehari


Sedangkan untuk Persentase DM searah sehari :

= ((2x0,01 gram)/0,0386 gram) x 100% = 51,81%


d. Obat Yang Lazim dalam Pelayanan Kebidanan
Dalam setiap Puskesmas atau Rumah sakit, bidan merupakan tenaga profesi
kesehatan yang sangat penting peranannya terutama terhadap pelayanan
kesehatan keluarga. Seorang bidan dalam menjalankan setiap tugasnya
mempunyai standar pelayanan dan kode etik yang harus dipatuhi.adapun
wewenang bidan diantaranya:
1) Pemberian kewenangan lebih luas kepada bidan dimaksudkan untuk
mendekatkan pelayanan kegawatan obstetrik dan neonatal kepada setiap ibu
hamil / bersalin, nifas dan bayi baru lahir (0-28 hari), agar penanganan dini
atau pertolongan pertama sebelun rujukan dapat dilakukan secara cepat dan
tepat waktu
2) Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan oleh
bidan adalah kelainan ginekologik ringan, seperti keputihan dan penundaan
haid.Pengobatan tersebut pada dasarnya bersifat pertolongan sementara
sebelum dirujuk kedokter
3) Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang
sesuai dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan segera merujuk pada dokter.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI, nomor :
900/MENKES/SK/VII/2002, tanggal 25 Juli 2002. Wewenang seorang bidan
adalah sebagai berikut :
a) Pelayanan dan pengobatan kelaianan ginekologik yang dapat dilakukan
oleh bidan adalah kelainan ginekologik ringan, seperti keputihan dan
penundaaan haid. Pengobatan ginekologik yang diberikan tersebut pada
dasarnya bersifat pertolongan sementara sebelum dirujuk ke dokter, atau
tindak lanjut pengobatan sesuai advis dokter.
b) Memberikan imunisasi kepada wanita usia subur termasuk remaja puteri,
calon pengantin, ibu dan bayi.
c) Memberikan suntikan kepada penyulit kehamilan meliputi pemberian
secara parental antbiotika pada infeksi /sepsis, oksitoksin pada kala III dan
kala IV untuk pencegahan/penanganan perdarahan post partum karena
hipotonia uteri, sedativa pada preeklamsia/eklamsi, sebagai pertolongan
pertama sebelum dirujuk.
d) Melakukan tindakan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm
pada letak belakang kepala, pada distosia karena inertia uteri dan diyakini
bahwa bayi dapat lahir pervaginam.
e) Kompresi bimanual internal dan atau eksternal dapat dilakukan untuk
menyelamatkan jiwa ibu pada perdarahan post partum untuk
menghentikan perdarahan. Diperlukan keterampilan bidan dan
pelaksanaan tindakan sesuai dengan protap yang berlaku.
f) Versi luar pada gameli pada kelahiran bayi kedua. Kehamilan ganda
seharusnya sejak semula direncanakan di rumah sakit oleh dikter. Bila hal
tersebut tidak diketahui, bidan yang menolong persalinan terlebih dahulu
dapat melakukan versi luar pada bayi kedua yang tidak dalam masa
presentasi kepala, sesuai dengan protap.
g) Ekstraksi vacuum pada bayi dengan kepala di dasar penaggul. Demi
penyelamatan hidup bayi dan ibu, bidan yang telah mempunyai
kompetensi, dapat melakukan ekstraksi vacuum atau ekstraksi cunam bila
janin dalam presentasi belakang kepala dan kepala janin telah berada di
dasar panggul.
h) Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia. Bidan diberikan
wewenang melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang mengalami
asfiksia, yang sering terjadi pada partus lama, ketuban pecah dini,
persalinan dengan tindakan dan pada bayi dengan berat badan lahir
rendah, utamanya bayi premature. Bayi tersebut selanjutnya perlu dirawat
di fasilitas kesehatan, khususnya yang mempunyai berat lahir kurang dari
1750 gram
i) Hipotermi pada bayi baru lahir. Bidan diberi wewenang untuk
melaksanakan penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dengan
mengeringkan, menghangatkan, kontak dini dan metode kangguru.
Bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berncana harus memperhatikan
kompetensi dan protap yang berlaku di wilayahnya meliputi :
1) Memberikan pelayanan Keluarga Berencana yakni pemasangan IUD, alat
kontrasepsi bawah kulit (AKBK), pemberian suntikan,tablet, kondom,
diafragma, jelly dan melaksanakan konseling.
2) Memberikan pelayanan efek samping pemakaian kontasepsi. Pertolongan
yang diberikan oleh Bidan bersifat pertolongan pertam yang perlu mendapat
pengobatan oleh dokter bila gangguan belanjut.
3) Melakukan pencabutan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) tanpa penyulit.
Tindakan ini dilakukan atas dasar kompetensi dan pelaksanaanya berdasrkan
protap. Pencabutan AKBK tidak dianjurkan untuk dilaksanakan melalui
pelayanan KB keliling.
4) Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa, Bidan berwenanang
melakukan pelayanan kebidanan selain kewewnangan yang diberikan bila
tidak mungkin memperoleh pertolongan dari tenaga ahli. Dalam memberikan
pertolongan Bidan harus mengikuti protap yang berlaku.
Penyediaan dan Penyerahan obat-obatan :
1) Bidan harus menyediakan obat-obatan maupun obat suntik sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
2) Bidan diperkenankan menyerhakan obat kepada apsien sepanjang untuk
keperlua darurat sesuai dengan protap.
Jenis Obat Dalam Praktik Kebidanan
Dalam praktek kebidanan terdapat standarisasi pengobatan yang distandarkan
oleh pemerintahan dan digunakan oleh seorang bidan. Maka Sesuai kebijaksanaan
Pemerintah, Bidan dapat menberikan perawatan termasuk pertolongan atau
pengobatan diare; Petunjuk pemberian makanan Memberikan obat-obatan :-
roborantia; - pengobatan tertentu dalam bidang kebidanan, sepanjang hak itu
tidak melalui suntikan, kecuali uterotonika. Pemberian imunisasi dasar dan ulang
(BCG, Polio, DPT dan Campak).
B. Tehnik Pemberian Obat
1. Pemberian obat per oral
a. Definisi
Pemberian obat per oral adalah memberikan obat yang dimasukkan melalui
mulut.
b. Tujuan Pemberian
1) Untuk memudahkan dalam pemberian
2) Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat
tersebut dapat segera diatasi
3) Menghindari pemberian obat yang menyebabkan nyeri
4) Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan
jaringan
c. Persiapan alat
1) Baki berisi obat
2) Kartu atau buku berisi rencana pengobatan
3) Pemotong obat (bila diperlukan)
4) Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan)
5) Gelas pengukur (bila diperlukan)
6) Gelas dan air minum
7) Sedotan
8) Sendok
9) Pipet
10) Spuit sesuai ukuran untuk mulut anak-anak
d. Prosedur kerja
1) Siapkan peralatan dan cuci tangan
2) Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual,
muntah, adanya program tahan makan atau minum, akan dilakukan
pengisapan lambung dll)
3) Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat,
waktu dan cara pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada
kerugian pada perintah pengobatan laporkan pada perawat/bidan yang
berwenang atau dokter yang meminta.
4) Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil
obat yang diperlukan)
5) Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai
dengan dosis yang diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik
aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
a) Tablet atau kapsul
- Tuangkan tablet atau kapsul ke dalam mangkuk disposibel tanpa
menyentuh obat
- Gunakan alat pemotong tablet bila diperlukan untuk membagi obat
sesuai dengan dosis yang diperlukan
- Jika klien mengalami kesulitan menelan, gerus obat menjadi bubuk
dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus, kemudian
campurkan dengan menggunakan air. Cek dengan bagian farmasi
sebelum menggerus obat, karena beberapa obat tidak boleh digerus
sebab dapat mempengaruhi daya kerjanya
b) Obat dalam bentuk cair
- Kocok /putar obat/dibolak balik agar bercampur dengan rata
sebelum dituangkan, buang obat yang telah berubah warna atau
menjadi lebih keruh
- Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Untuk
menghindari kontaminasi pada tutup botol bagian dalam
- Pegang botol obat sehingga sisa labelnya berada pada telapak
tangan, dan tuangkan obat kearah menjauhi label. Mencegah obat
menjadi rusak akibat tumpahan cairan obat, sehingga label tidak
bisa dibaca dengan tepat
- Tuang obat sejumlah yang diperlukan ke dalam mangkuk obat
berskala
- Sebelum menutup botol tutup usap bagian tutup botol dengan
menggunakan kertas tissue. Mencegah tutup botol sulit dibuka
kembali akibat cairan obat yang mengering pada tutup botol
- Bila jumlah obat yang diberikan hanya sedikit, kurang dari 5 ml
maka gunakan spuit steril untuk mengambilnya dari botol
6) Berikan obat pada waktu dan cara yang benar
a) Identifikasi klien dengan tepat.
b) Menjelaskan mengenai tujuan dan daya kerja obat dengan bahasa yang
mudah dimengerti oleh klien.
c) Atur pada posisi duduk, jika tidak memungkinkan berikan posisi
lateral. Posisi ini membantu mempermudah untuk menelan dan
mencegah aspirasi.
d) Beri klien air yang cukup untuk menelan obat, bila sulit menelan
anjurkan klien meletakkan obat di lidah bagian belakang, kemudian
anjurkan minum. Posisi ini membantu untuk menelan dan mencegah
aspirasi.
e) Catat obat yang telah diberikan meliputi nama dan dosis obat, setiap
keluhan, dan tanda tangan pelaksana. Jika obat tidak dapat masuk atau
dimuntahkan, catat secara jelas alasannya.
f) Kembalikan peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar, buang alat-
alat disposibel kemudian cuci tangan.
g) Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada klien.
2. Pemberian obat sublingual
a. Pengertian
Pemberian obat sub lingual adalah memberika obat dengan cara meletakkan
obat di bawah lidah sampai habis diabsorbsi ke dalam pembuluh darah.
b. Tujuan
1) Mencegah efek lokal dan sistemik
2) Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara
oral
3) Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar
c. Prosedur kerja
Secara umum persiapan dan langkah pemberian sama dengan pemberian obat
secara oral. Yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberikan penjelasan
untuk meletakkan obat di bawah lidah, obat tidak boleh ditelan, dan dibiarkan
berada di bawah lidah sampai habis diabsorbsi seluruhnya.
3. Pemberian obat secara bukal
a. Pengertian
Pemberian obat secara bukal adalah memberikan obat dengan cara meletakkan
obat di antara gusi dengan membran mukosa diantara pipi.
b. Tujuan
1) Mencegah efek lokal dan sistemik
2) Untuk memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara
oral
3) Untuk menghindari kerusakan obat oleh hepar
c. Prosedur kerja
Secara umum persiapan dan langkah pemberian sama dengan pemberian obat
secara oral. Yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberikan penjelasan
untuk meletakkan obat diantara gusi dan selaput mukosa pipi sampai habis
diabsorbsi seluruhnya.
4. Pemberian obat parenteral/injeksi
a. Definisi
Pemberian obat parenteral merupakan pemberian obat yang dilakukan dengan
menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau pembuluh darah dengan
menggunakan spuit.
b. Tujuan
1) Untuk mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan cara yang
lain
2) Untuk memperoleh reaksi setempat (tes alergi)
3) Membantu menegakkan diagnosa (penyuntikan zat kontras)
4) Memberikan zat imunologi
c. Jenis atau Macam Pemberian Obat Parenteral
1) Injeksi intradermal
a) Pengertian
Injeksi intradermal adalah pemberian obat dengan cara memasukkan
obat kedalam jaringan dermis di bawah epidermis kulit dengan
menggunakan spuit
b) Tujuan
- Memasukkan sejumlah toksin atau obat yang disimpan dibawah
kulit untuk diabsorbsi
- Metode untuk tes diagnostik terhadap alergi atau adanya penyakit-
penyakit tertentu
c) Tempat Injeksi
- Lengan bawah bagian dalam
- Dada bagian atas
- Punggung di bawah skapula
d) Peralatan
- Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
- Kapas alkohol
- Sarung tangan
- Obat yang sesuai
- Spuit I ml
- Pulpen/spidol
- Bak spuit
- Baki obat
- Bengkok
e) Prosedur kerja
- Cuci tangan
- Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
- Identifikasi klien
- Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
- Atur klien pada posisi yang nyaman
- Pakai sarung tangan
- Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan,
atau rasa gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera
dan nyeri yang berlebihan
- Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol,
dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter
sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk
membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme
- Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non
dominan
- Buka tutup jarum
- Tempatkan ibu jari dengan tangan non dominan sekitar 2,5cm
dibawah area penusukan, kemudian tarik kulit
- Dengan ujung jarum menghadap keatas dan menggunakan tangan
dominan, masukkan jarum tepat dibawah kulit dengan sudut 150
- Masukkan obat perlahan-lahan, perhatikan adanya jendalan
(jendalan harus terbentuk)
- Cabut jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan
- Usap pelan-pelan area penyuntikan (jangan melakukan masage
pada area penusukan)
- Buat lingkaran dengan diameter 2,5 cm disekitar jendalan dengan
menggunakan pupen. Intruksikan klien untuk tidak menggosok
area tersebut
- Observasi kulit adanya kemerahan atau bengkak. Jika tes alergi,
observasi adanya reaksi sistemik (misalnya sulit bernafas,
berkeringat dingin, pingsan, mual, muntah)
- Kembalikan posisi klien
- Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
- Buka sarung tangan
- Cuci tangan
- Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
- Kaji kembali klien dan tempat injeksi setelah 5 menit, 15 menit
dan selanjutnya secara periodik
2) Injeksi subcutan
a) Pengertian
Injeksi subcutaneous adalah pemberian obat dengan cara memasukkan
obat kedalam jaringan subcutan dibawah kulit dengan menggunakan
spuit
b) Tujuan
Memasukkan sejumlah obat kedalam jaringan subcutan dibawah kulit
untuk diabsorbsi.
c) Tempat Injeksi
- Lengan bagian atas luar
- Paha depan
- Daerah abdomen
- Area scapula pada punggung bagian atas
- Daerah ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas
d) Peralatan
- Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
- Kapas alkohol
- Sarung tangan
- Obat yang sesuai
- Spuit 2 ml
- Bak spuit
- Baki obat
- Plester
- Kassa steril (bila perlu)
- Bengkok
e) Prosedur kerja
- Cuci tangan
- Siapkan obat sesuai dengan prinsip 6 benar
- Identifikasi klien
- Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
- Atur klien pada posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan.
Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang
berlebihan
- Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan
atau rasa gatal. (area penusukan yang utama adalah pada lengan
bagian atas dan paha anterior)
- Pakai sarung tangan
- Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol
dengan gerakan sirkuler dan arah keluar dengan diameter sekitar 5
cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk
membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
- Pegang kapas alkohol dengan jari – jari tengah pada tangan non
dominan
- Buka tutup jarum
- Tarik kulit dan jaringan lemak dengan ibu jari dan jari tangan non
dominan
- Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan
dominan, masukkan jarum dengan sudut 45 atau dengan
menggunakan sudut 90 (untuk orang gemuk). Pada orang gemuk
jaringan subcutannya lebih tebal.
- Lepaskan tarikan tangan non dominan
- Tarik plunger dan observasi adanya darah pada spuit
- Jika tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan
- Jika ada darah :
 Tarik kembali jarum dari kulit
 Tekan tempat penusukan selama 2 menit
 Observasi adaya hematoma atau memar
 Jika perlu berikan plester
 Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah a, pilih area
penusukan yang baru.
- Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama seperti saat
dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan
kapas alkohol pada area penusukan.
- Jika terdapat perdarahan, maka tekan area tersebut dengan
menggunakan kassa steril sampai darah berhenti.
- Kembalikan posisi klien
- Buang peralatan yang tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya
masing-masing
- Buka sarung tangan dan cuci tangan
- Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
3) Injeksi intra musculer
a) Pengertian
Injeksi intramuskuler adalah pemberian obat dengan cara memasukkan
obat kedalam jaringan otot dengan menggunakan spuit
b) Tujuan
Memasukkan sejumlah obat pada jaringan otot untuk diabsorbsi
c) Tempat Injeksi
- Pada Daerah Lengan Atas (Deltoid)
- Pada Daerah Dorsogluteal (Gluteus Maximus)
- Pada Daerah Paha Bagian Luar (Vastus Lateralis)
- Pada Daerah Paha Bagian Depan (Rectus Femoris)
d) Peralatan
- Buku catatan atau pemberian obat
- Kapas alkohol
- Sarung tangan disposibel
- Obat yang sesuai
- Spuit 2-5 ml
- Needle
- Bak spuit
- Baki obat
- Plester
- Kassa steril
- Bengkok
e) Prosedur kerja
- Cuci tangan
- Siapkan obat sesuai dengan prinsip 6 benar
- Identifikasi klien
- Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
Atur klien pada posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan.
Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera dan nyeri yang
berlebihan
- Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan
atau rasa gatal
- Pakai sarung tangan
- Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol
dengan gerakan sirkuler dan arah keluar dengan diameter sekitar 5
cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk
membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
- Pegang kapas alkohol dengan jari – jari tengah pada tangan non
dominan
- Buka tutup jarum
- Tarik kulit ke bawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan
dengan tangan non dominan dengan tangan dominan, masukkan
sampai pada jaringan otot
- Dengan cepat masukkan jarum dengan sudut 90
- Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari
spuit dan tangan dominan menarik plunger.
- Observasi adanya darah pada spuit
- Jika tidak ada darah masukkan obat perlahan-lahan
- Jika ada darah :
 Tarik kembali jarum dari kulit
 Tekan tempat penusukan selama 2 menit
 Observasi adaya hematoma atau memar
 Jika perlu berikan plester
- Siapkan obat yang baru, mulai dengan langkah a, pilih area
penusukan yang baru
- Cabut jarum perlahan-lahan dengan sudut yang sama seperti saat
dimasukkan, sambil melakukan penekanan dengan menggunakan
kapas alkohol pada area penusukan.
- Jika terdapat perdarahan, maka tekan area tersebut dengan
menggunakan kassa steril sampai darah berhenti.
- Kembalikan posisi klien
- Buang peralatan yang tidak diperlukan sesuai dengan tempatnya
masing-masing
- Buka sarung tangan
- Cuci tangan
- Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
4) Injeksi intra vena
a) Pengertian
Injeksi intravena adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat
ke dalam pembuluh darah vena dengan menggunakan spuit
b) Tujuan
- Untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada
dengan injeksi parenteral lain.
- Untuk menghindari terjadinya kerusakan jaringan
- Untuk memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar
c) Tempat Injeksi
- Pada lengan (vena basalika dan vena sefalika)
- Pada tungkai (vena saphenous)
- Pada leher (vena jugularis)
- Pada kepala (vena frontalis atau vena temporalis)
d) Peralatan
- Buku catatan pemberian obat atau kartu obat
- Kapas alkohol
- Sarung tangan
- Obat yang sesuai
- Spuit 2 ml – 5 ml
- Bak spuit
- Baki obat
- Plester
- Perlak pengalas
- Pembendung vena (torniquet)
- Kassa steril (bila perlu)
- Bengkok
e) Prosedur kerja
- Cuci tangan
- Siapkan obat dengan prinsip 6 benar
- Identifikasi klien
- Beritahu klien dan jelaskan prosedur yang akan diberikan
- Atur klien pada posisi yang nyaman
- Pasang perlak pengalas
- Bebaskan lengan klien dari baju atau kemeja
- Letakkan pembendung cm
- Pilih area penusukan yang bebas dari tanda kekakuan, peradangan,
atau rasa gatal. Menghindari gangguan absorbsi obat atau cidera
dan nyeri yang berlebihan.
- Pakai sarung tangan
- Bersihkan area penusukan dengan menggunakan kapas alkohol,
dengan gerakan sirkuler dari arah dalam keluar dengan diameter
sekitar 5 cm. Tunggu sampai kering. Metode ini dilakukan untuk
membuang sekresi dari kulit yang mengandung mikroorganisme.
- Pegang kapas alkohol, dengan jari-jari tengah pada tangan non
dominan.
- Buka tutup jarum
- Tarik kulit kebawah kurang lebih 2,5 cm dibawah area penusukan
dengan tangan non dominan. Membuat kulit menjadi lebih
kencang dan vena tidak bergeser, memudahkan penusukan. Sejajar
vena yang akan ditusuk perlahan dan pasti). Pegang jarum pada
posisi 300
- Rendahkan posisi jarum sejajar kulit dan teruskan jarum ke dalam
vena
- Lakukan aspirasi dengan tangan non dominan menahan barel dari
spuit dan tangan dominan menarik plunger.
- Observasi adanya darah pada spuit
- Jika ada darah, lepaskan terniquet dan masukkan obat perlahan-
lahan.
- Keluarkan jarum dengan sudut yang sama seperti saat dimasukkan,
sambil melakukan penekanan dengan menggunakan kapas alkohol
pada area penusukan.
- Tutup area penusukan dengan menggunakan kassa steril yang
diberi betadin.
- Kembalikan posisi klien
- Buang peralatan yang sudah tidak diperlukan
- Buka sarung tangan
- Cuci tangan
- Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
5. Pemberian obat secara topical
a. Definisi
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara lokal pada kulit
atau pada membrane pada area mata, hidung, lubang telinga, vagina dan rectum.
b. Tujuan
Tujuan dari pemberian obat topikal secara umum adalah untuk memperoleh
reaksi lokal dari obat tersebut.
c. Macam – macam pemberian obat topikal
1) Pemberian obat mata
a) Pengertian
Pemberian obat melalui mata adalah memberi obat kedalam mata
berupa cairan dan salep.
b) Tujuan
- Untuk mengobati gangguan pada mata
- Untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur internal mata
- Untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi mata
- Untuk mencegah kekeringan pada mata
c) Persiapan alat
- Botol obat dengan penetes steril atau salep dalam tube (tergantung
jenis sediaan obat)
- Buku obat
- Bola kapas kering steril (stuppers)
- Bola kapas basah (normal salin) steril
- Baskom cuci dengan air hangat
- Penutup mata (bila perlu)
- Sarung tangan
d) Prosedur kerja
- Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan
tempat pemberian
- Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
- Identifikasi klien secara tepat
- Jelaskan prosedur pengobatan dengan tepat
- Atur klien dengan posisi terlentang atau duduk dengan
hiperektensi leher
- Pakai sarung tangan
- Dengan kapas basah steril, bersihkan kelopk mata dari dalam
keluar
- Minta klien untuk melihat ke langit-langit
- Teteskan obat tetes mata :
 Dengan tangan dominan anda di dahi klien, pegang penetes
mata yang terisi obat kurang lebih 1-2 cm (0,5 – 0,75 inci)
diatas sacus konjungtiva. Sementara jari tangan non dominan
menarik kelopak mata ke bawah
 Teteskan sejumlah obat yang diresepkan kedalam sacus
konjungtiva. Sacus konjungtiva normal menahan 1-2 tetes.
Meneteskan obat tetes ke dalam sacus memberikan
penyebaran obat yang merata di seluruh mata
 Bila klien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh
ke pinggir luar kelopak mata, ulangi prosedur
 Setelah meneteskan obat tetes, minta klien untuk menutup
mata dengan perlahan
 Berikan tekanan yang lembut pada duktus nasolakrimal klien
selama 30-60 detik
- Memasukkan salep mata :
 Pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata, pencet
tube sehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam
kelopak mata bawah pada konjungtiva
 Minta klien untuk melihat kebawah
 Membuka kelopak mata atas
 Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada
konjungtiva bagian dalam
 Biarkan klien memejamkan mata dan menggosok kelopak
mata secara perlahan dengan gerakan sirkuler menggunakan
bola kapas
- Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, dengan perlahan
usap dari bagian dalam ke luar kantus
- Bila klien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang
bersih diatas pada mata yang sakit sehingga seluruh mata
terlindungi. Plester dengan aman tanpa memberikan penekanan
pada mata
- Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang
sudah dipakai
- Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian dan mata
(kiri, kanan atau kedua duanya) yang menerima obat
2) Pemberian obat tetes telinga
a) Definisi
Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal, dalam bentuk
cair.
b) Tujuan
- Untuk memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan,
membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga
eksternal)
- Menghilangkan nyeri
- Untuk melunakkan serumen agar mudah untuk diambil
c) Persiapan alat
- Botol obat dengan penetes steril
- Buku obat
- Cotton bud
- Normal salin
- Sarung tangan
d) Prosedur kerja
- Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada
telinga bagian mana obat harus diberikan
- Siapkan klien
 Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
 Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada
bayi dan anak kecil
 Atur posisi klien miring ke samping (side lying) dengan
telinga yang akan diobati pada bagian atas
- Bersihkan daun telinga dan lubang telinga
 Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
 Dengan menggunakan cotton bud yang dibasahi cairan,
bersihkan daun telinga dan meatus auditory
- Hangatkan obat dengan tangan anda atau rendam obat ke dalam air
hangat dalam waktu yang singkat
- Tarik daun telinga keatas dan kebelakang (untuk dewasa dan anak-
anak diatas 3 tahun), tarik daun telinga kebawah dan kebelakang
(bayi)
- Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat sepanjang sisi kanal
telinga
- Berikan penekanan yang lembut beberapa kali pada tragus telinga
- Minta klien untuk tetap berada pada posisi miring selama 5 menit
- Kaji respon klien
Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya
ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah
obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja
- Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
- Dokumentasikan semua tindakan
3) Pemberian obat tetes hidung
a) Definisi
Memberikan obat tetes melalui hidung
b) Tujuan
- Untuk mengencerkan sekresi dan memfasilitasi drainase dari
hidung
- Mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus
c) Persiapan Alat
- Botol obat dengan penetes steril
- Buku obat
- Sarung tangan
d) Prosedur Kerja
- Cek kembali pengobatan, waktu, jumlah dan dosis serta pada
telinga bagian mana obat harus diberikan
- Siapkan klien
 Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
 Sediakan asisten bila diperlukan, untuk mencegah cidera pada
bayi dan anak kecil
 Atur posisi klien berbaring supinasi dengankepala
hiperekstensi diatas bantal (untuk pengobatan sinus ethmoid
dan sphenoid) atau posisi supinasi dengan kepala hiperektensi
dan miring kesamping (untuk pengobatan sinus maksilaris dan
frontal)
- Bersihkan lubang telinga
- Gunakan sarung tangan bila dicurigai ada infeksi
- Masukkan sejumlah tetes obat yang tepat pada bagian tengah
konka superior tulang etmoidalis
- Minta klien untuk tetap berada pada posisi ini selama 1 menit
- Kaji respon klien
Kaji pada karakter dan jumlah pengeluaran, adanya
ketidaknyamanan dan lain sebagainya. Lakukan segera setelah
obat dimasukkan dan ulangi pada saat efek obat telah bekerja.
- Rapikan alat dan buang peralatan yang sudah tidak dipakai
- Dokumentasikan semua tindakan
4) Pemberian obat melalui vagina
a) Definisi
Memberikan sejumlah obat ke dalam vagina
b) Tujuan
- Untuk mengobati infeksi pada vagina
- Untuk menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan
pada vagina
- Untuk mengurangi peradangan
c) Persiapan alat
- Obat sesuai yang diperlukan (cream, jelly, foam, atau suppositoria)
- Aplikator untuk krim vagina
- Pelumas untuk suppositoria
- Sarung tangan
- Pembalut
- Handuk bersih
- Korden/pembatas/sketsel
d) Prosedur kerja
- Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu,
jumlah dan dosis
- Siapkan klien
 Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
 Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih
dahulu
 Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan
pinggul supinasi eksternal
 Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area
perineal saja
- Pakai sarung tangan
- Inspeksi orifisium vagina, catat adanya pengeluaran, bau atau rasa
yang tidak nyaman
- Lakukan tindakan perawatan perineum
 Suppositoria
▫ Buka bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan
sejumlah pelumas yang larut dalam air pada ujung
supositoria yang bulat dan halus. Lumaskan jari telunjuk
yang telah dipasang sarung tangan dari tangan dominan.
▫ Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung
tangan, regangkan lipatan labia
▫ Masukkan suppositoria sekitar 8-10 cm sepanjang dinding
vagina posterior
▫ Tarik jari tangan dan bersihkan pelumas yang tersisa
sekitar orifisium dan labia
▫ Mintalah klien untuk tetap berada pada posisi tersebut
selama 5-10 menit setelah insersi
▫ Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang sesuai
▫ Cuci tangan
▫ Kaji respon klien
▫ Dokumentasikan seluruh tindakan
 Kream, vagina, jelly atau foam
▫ Isi aplikator, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan
▫ Regangkan lipatan labia secara perlahan dengan tangan
non dominan yang memakai sarung tangan
▫ Dengan tangan dominan yang telah memakai sarung
tangan, masukkan aplikatot ke dalam vagina sekitar 5 cm.
Dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat
hingga aplikator kosong.
▫ Tarik aplikator dan letakkan diatas handuk. Bersihkan sisa
kream pada labia dan orifisium vagina.
▫ Buang aplikator atau bersihkan kembali sesuai dengan
petunjuk penggunaan dari pabriknya.
 Instruksikan klien untuk tetap berada pada posisi semula
selama 5-10 menit
 Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
 Cuci tangan
 Kaji respon klien
 Dokumentasikan semua tindakan
5) Pemberian obat kulit
a) Definisi
Pemberian obat secara topical adalah memberikan obat secara lokal
pada kulit.
b) Tujuan
Tujuan dari pemberian obat secara topical pada kulit adalah untuk
memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut
c) Persiapan alat
- Obat topical sesuai yang dipesankan (krim, lotion, aerosol, bubuk,
spray)
- Buku obat
- Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
- Sarung tangan
- Lidi kapas atau tongue spatel
- Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah
- Kassa balutan, penutup plastic dan plester (sesuai kebutuhan)
d) Prosedur Kerja
- Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, daya kerja dan
tempat pemberian
- Cuci tangan
- Atur peralatan disamping tempat tidur klien
- Tutup gorden atau pintu ruangan
- Identifikasi klien secara tepat
- Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya
membuka area yang akan diberi obat
- Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris
dan kerak pada kulit
- Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
- Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal
- Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
- Oleskan agen topical :
- Krim, salep dan losion yang mengandung minyak
▫ Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di
telapak tangan kemudian lunakkan dengan menggosok
lembut diantara kedua tangan
▫ Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan gerakan
memanjang searah pertumbuhan bulu
▫ Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak
setelah pemberian
- Lotion mengandung suspensi
▫ Kocok wadah dengan kuat
▫ Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau
bantalan kecil
▫ Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan
kering
- Bubuk
▫ Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh
▫ Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti diantara ibu
jari atau bagian bawah lengan
▫ Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
- Spray aerosol
▫ Kocok wadah dengan keras
▫ Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang
spray menjauhi area (biasanya 15-30 cm)
▫ Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta
klien untuk memalingkan wajah dari arah spray
▫ Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang
sakit
- Rapikan kembali peralatan yang masih dipakai, buang peralatan
yang sudah tidak digunakan pada tempat yang sesuai
- Cuci tangan
6) Pemberian obat suppositoria melalui rectal
a) Definisi
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan
memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
b) Tujuan Pemberian
- Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
- Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
c) Persiapan alat
- Kartu obat
- Supositoria rectal
- Jeli pelumas
- Sarung tangan
- Tissue
d) Prosedur kerja
- Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu,
jumlah dan dosis
- Siapkan klien
 Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
 Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih
dahulu
 Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan
pinggul supinasi eksternal
 Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area
perineal saja
- Pakai sarung tangan
- Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung
bulatnya dengan jelly. Beri pelumas sarung tangan pada jari
telunjuk dari tangan dominan anda.
- Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk
merelakkan sfingter ani
- Regangkan bokong klien dengan tangan non dominan, dengan jari
telunjuk masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani
dan mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm
pada bayi dan anak- anak
- Tarik jari anda dan bersihkan area kanal klien
- Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama
5 menit
- Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan
tombol pemanggil dalam jangkauan klien sehingga ia dapat
mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
- Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
- Cuci tangan
- Kaji respon klien
- Dokumentasikan semua tindakan
6. Inhalasi
7. Epidural Tersedia Dalam
8. Terapi Panas Dingin
9. Zid Bath / Kompres
Bentuk PPT
10. Manajemen Nyeri

C. Konsep dasar pemberian cairan


1. Pengertian Terapi Intravena (Infus)
Terapi Intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung ke
vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium,
kalium), nutrient (biasanya glukosa), vitamin atau obat. (Wahyuningsih, 2005 : 68)
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah
cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh
balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari
tubuh.(Yuda, 2010)
Memasang Infus adalah memasukkan cairan atau obat langsung ke dalam
pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang lama dengan
menggunakan infus set. (Protap RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu, 2009)
Terapi intravena (IV) digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak
dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang
dirperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang
diperlukan untuk metabolisme dan memberikan medikasi. (Wahyuningsih, 2005 :
68)
2. Tujuan Pemberian Terapi Intravena (Infus)
a. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein, lemak, dan kalori, yang tidak dapat dipertahankan secara
adekuat melalui oral.
b. Memperbaiki keseimbangan asam-basa.
c. Memperbaiki volume komponen-komponen darah.
d. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh.
e. Memonitor tekanan vena sentral (CVP).
f. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan.
3. Tipe-tipe Cairan Intravena
a. Isotonik
Suatu cairan yang memiliki tekanan osmotic yang sama dengan ada didalam
plasma.
1) Nacl normal 0,9%
2) Ringer Laktat
3) Komponen-komponen darah (albumin 5%, plasma)
4) Dextrose 5% dalam air ( D 5 W )
b. Hipotonik
Suatu larutan yang memiliki osmotic yang lebih kecil dari pada yang ada
didalam plasma darah. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi
konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk
memperbaiki keseimbangan di Intrasel dan Ekstrasel, sel-sel tersebut akan
membesar atau membengkak.
1) Dextrose 2,5% dalam Nacl 0,45%
2) Nacl 0,45%
3) Nacl 0,2%
c. Hipertonik
Suatu larutan yang memiliki tekanan osmotic yang lebih tinggi dari pada yang
ada dalam plasma darah. Pemberian cairan ini meningkatkan konsentrasi larutan
plasma dan mendorong air masuk kedalam sel untuk memperbaiki
keseimbangan osmotic, sel kemudian akan menyusut.
1) Dextrose 5% dalam Nacl 0,9%
2) Dextrose 5% dalam Nacl 0,45% (hanya sedikit hipertonis karena dextrose
dengan cepat dimetabolisme dan hanya sementara mempengaruhi tekanan
osmotic).
3) Dextrose 10% dalam air
4) Dextrose 20% dalam air
5) Nacl 3% dan 5%
6) Larutan hiperalimentasi
7) Dextrose 5% dalam ringer laktat
8) Albumin 25
4. Komposisi Cairan Terapi Intravena
a. Larutan Nacl, berisi air dan elektrolit (Na+, cl-)
b. Larutan dextrose, berisi air atau garam dan kalori
c. Ringer laktat, berisi air (Na+, K+, cl-, ca++, laktat)
d. Balance isotonic, isi bervariasi : air, elektrolit, kalori ( Na+, K+, Mg++, cl-,
HCO, glukonat ).
e. Whole blood (darah lengkap) dan komponen darah.
f. Plasma expanders, berisi albumin, dextran, fraksi protein plasma 5%, hespan
yang dapat meningkatkan tekanan osmotic, menarik cairan dari intertisiall,
kedalam sirkulasi dan meningkatkan volume darah sementara.
g. Hiperelimentasi parenteral (cairan, elektrolit, asam amino, dan kalori).
5. Menentukan kecepatan cairan Intravena (Infus)
a. Pertama atur kecepatan tetesan pada tabung IV. Tabung makrodrip dapat
meneteskan 10 atau 15 tetes per 1 ml. Tabung mikrodrip meneteskan 60 tetes
per 1 ml. Jumlah tetesan yang diperlukan untuk 1 ml disebut faktor tetes.
b. Atur jumlah mililiter cairan yang akan diberikan dengan jumlah total cairan
yang akan diberikan dengan jumlah jam infuse yang berlangsung. Kemudian
kalikan hasil tersebut dengan faktor tetes.
c. Untuk menentukan berapa banyak tetesan yang akan diberikan permenit, bagi
dengan 60.
d. Hitung jumlah tetesan permenit yang akan diinfuskan. Jika kecepatan alirannya
tidak tepat, sesuaikan dengan kecepatan tetesan.
6. Hal-hal yang harus diperhatikan terhadap Tipe-tipe Infus
a. D 5 W (dextrose 5% in water)
1) Digunakan untuk menggantikan air (cairan hipotonik) yang hilang,
memberikan suplai kalori, juga dapat dibarengi dengan pemberian obat-
obatan atau berfungsi untuk mempertahankan vena dalam keadaan terbuka
dengan infus tersebut
2) Hati-hati terhadap terjadinya intoksikasi cairan (hiponatremia, sindroma
pelepasan hormon antidiuretik yang tidak semestinya). Jangan digunakan
dalam waktu yang bersamaan dengan pemberian transfusi (darah atau
komponen darah).
b. Nacl 0,9%
1) Digunakan untuk menggantikan garam(cairan isotonik) yang hilang,
diberikan dengan komponen darah, atau untuk pasien dalam kondisi syok
hemodinamik.
2) Hati-hati terhadap kelebihan volume isotonik (misalnya : gagal jantung dan
gagal ginjal).
c. Ringer laktat
Digunakan untuk menggantikan cairan isotonik yang hilang, elektrolit tertentu,
dan untuk mengatasi asidosis metabolik tingkat sedang.
7. Tipe-tipe Pemberian Terapi Intravena (Infus)
a. IV push
IV push (IV bolus), adalah memberikan obat dari jarum suntik secara langsung
kedalam saluran/jalan infus. Indikasi :
1) Pada keadaan emergency resusitasi jantung paru, memungkinkan pemberian
obat langsung kedalam intravena.
2) Untuk mendapat respon yang cepat terhadap pemberian obat (furosemid
dan digoksin).
3) Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara terus menerus
melalui infus ( lidocain, xilocain).
4) Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan
akan injeksi
5) Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat yang
dicampur. (Setyorini, 2006 : 7)
b. Continous Infusion (infus berlanjut)
Continoius Infusion dapat diberikan secara tradisional melalui cairan yang
digantung, dengan atau tanpa pengatur kecepatan aliran. Infus melalui intravena,
intra arteri, dan intra thecal (spinal) dapat dilengkapi dengan menggunakan
pompa khusus yang ditanam maupun eksternal. Hal yang perlu dipertimbangkan
yaitu :
1) Keuntungan
a) Mampu untuk mengimpus cairan dalam jumlah besar dan kecil dengan
akurat.
b) Adanya alarm menandakan adanya masalah seperti adanya udara di
selang infus atau adanya penyumbatan.
c) Mengurangi waktu perawatan untuk memastikan kecepatan aliran
infus.
2) Kerugian
a) Memerlukan selang yang khusus.
b) Biaya lebih mahal
c) Pompa infus akan dilanjutkan untuk menginfus kecuali ada infiltrat.
3) Tanggung jawab perawat
a) Efektivitas penggunaan pengaturan infus secara mekanis sama dengan
perawat yang memerlukannya.
b) Perawat harus waspada terhahap terjadinya komplikasi (adanya infiltrat
atau infeksi)
c) Ikuti aturan yang diberikan oleh perusahaan yang memproduksi alat
tersebut.
d) Lakukan pemeriksaan ulang terhadap kecepatan aliran infus.
c. Intermitten Infusion (Infus Sementara)
Infus sementara dapat diberikan melalui heparin lock, “piggy bag” untuk infus
yang kontiniu, atau untuk terapi jangka panjang melalui perangkat infus.
8. Komplikasi Terapi Intravena (Infus)
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:
a. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya
pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang
tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.
b. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan
pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
c. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat
infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
d. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat
masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah
Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus:
a. Rasa perih/sakit
b. Reaksi alergi
9. Prosedur Pemasangan Terapi Intravena (Infus)
Prinsip pemasangan terapi intravena (infus) memperhatikan prinsip steril, hal ini
yang paling penting dilakukan tindakan untuk mencegah kontaminasi jarum
intravena (infus).
Langkah-langkah dalam pemasangan terapi intravena (Infus) menurut Susiati
(2008), adalah sebagai berikut :
a. Berikan penjelasan kepada pasien menggenai maksud pemasangan IV line,
untuk memperoleh persetujuan dan kerja sama pasien. Pasien hendaknya dalam
keadaan tenang, dalam kondisi baring atau duduk.
b. Atur posisi pasien senyaman mungkin. Persiapkan lengan yang akan dipasang
kanulasi (bila memungkinkan, cari lengan yang tidak dominan).
c. Ciptakan suasana yang mendukung dan bersahabat.
d. Jika kanulasi akan diteruskan dengan pemasangan infus, sedangkan baju pasien
agak ketat, maka lepaskan atau longgarkan baju dari lengan pasien.
e. Cuci tangan medikal.
f. Persiapkan set infus
g. Cek aliran infus
h. Dekatkan peralatan (yang telah disiapkan dalam troli injeksi) ke pasien.
i. Kenakan sarung tangan.
j. Letakkan perlak pada bagian bawah lengan.
k. Pasang tourniquet.
l. Identifikasi vena yang layak digunakan.
m. Disinfeksi kulit dengan alkohol swab, sirkuler (biarkan mengering, jangan
ditiup).
n. Gunakan kanula steril.
o. Masukkan kanula ke vena (kanulasi) dengan sudut 15-20 derajat.
p. Insersi kanula (IV insertion).
q. Buka tourniquet.
r. Dorong kanula masuk secara perlahan, tarik stilet keluar secara perlahan.
s. Setelah darah tampak keluar, sambungkan dengan IV line.
t. Letakkan kasa steril di bawah kanula, agar jika ada darah yang keluar akan
segera diserap.
u. Buang jarum kedalam sharp container.
v. Atur tetesan infus sesuai program terapi dokter.
w. Bersihkan daerah sekitar bekas penusukan dengan kasa steril.
x. Buang kasa kedalam tempatnya.
y. Tutup dengan plaster transparan.
z. Fiksasi dengan plester antialergi dengan cara jangkar.
aa. Beri label pada :
1) Botol infus : cantumkan (tanggal, bulan, tahun, mulai dan selesai pemberian
infus)
2) Set infus : cantumkan (jam, tanggal, bulan, dan nama pemasang infus).
bb. Rapikan alat seperti semula.
cc. Cuci tangan
dd. Dokumentasikan kedalam catatan perkembagan pasien.

Anda mungkin juga menyukai