HAND OUT
g. Efek Obat
Obat memiliki dua efek yakni :
1) Efek terapeutik
Efek terapeutik obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan
sesuai kandungan obatnya seperti :
a) Paliatif (berefek untuk mengurangi gejala)
b) Kuratif (memiliki efek pengobatan)
c) Suportif (berefek untuk menaikkan fungsi atau respons tubuh)
d) Substitutif (berefek sebagai pengganti)
e) Efek kemoterapi (berefek untuk mematikan atau menghambat)
f) Restoratif (berefek pada memulihkan fungsi tubuh yang sehat).
2) Efek samping
Efek samping merupakan dampak yang tidak di harapkan, tidak bisa diramal,
dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti adanya alergi,
toksisitas (keracunan), penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan
lain-lain.
h. Reaksi Alergi
1) Pengertian
Respon lain yang tidak dapat diperkirakan terhadap obat. Dari seluruh reaksi
obat, 5% – 10% merupakan reaksi alergi. Timbul bila obat diberikan secara
berulang, dapat bersifat ringan s/d berat
2) Klasifikasi
a) Reaksi ringan
- Urtikaria = Erupsi kulit yang bentuknya tidak beraturan, meninggi,
ukuran dan bentuk bervariasi, erupsi memiliki batas berwarna merah
dan bagian tengahnya berwarna pucat
- Ruam = vesikel kecil dan meninggi yang biasanya berwarna merah,
seringkali tersebar di seluruh tubuh
- Pruritis = gatal – gatal pada kulit, kebykn timbul bersama ruam
- Rinitis = inflamasi lapisan membran mukosa hidung, menimbulkan
bengkak dan pengeluaran rabas encer dan berair
b) Reaksi berat / anafilaksis
- Konstriksi otot bronkhiolus
- Edema faring dan laring
- Mengi berat dan sesak nafas
- Hipotensi berat
i. Diagnosa Kebidanan Untuk Terapi Obat
1) Kurang pengetahuan tentang terapi obat b/d =
a) Kurang informasi dan pengalaman
b) Keterbatasan kognitif
c) Tidak mengenal sumber informasi
2) Ketidakpatuhan terhadap terapi obat b/d =
a) Sumber ekonomi yang terbatas
b) Keyakinan tentang kesehatan
c) Pengaruh budaya
3) Hambatan mobilitas fisik b/d =
a) Penurunan kekuatan
b) Nyeri dan ketidaknyamanan
4) Perubahan sensori / persepsi b/d = Pandangan kabur
5) Gangguan menelan b/d =
a) Kerusakan neuromuskuler
b) Irigasi rongga mulut
c) Kesadaran yang terbatas
6) Penatalaksanaan program terapetik tidak efektif b/d =
a) Terapi obat yang kompleks
b) Pengetahuan yang kurang
j. Pengaruh Kerja Obat Pada Lansia
1) Saluran cerna
Elastisitas hilang pada mukosa mulut, sehingga menjadi kering dan pecah-
pecah. Intervensi =
a) Sering kumur dengan air hangat
b) Dental fross
c) Sikat gigi dan gusi dengan lembut
2) Esofagus
Bersihan esofagus lambat krn kontraksi melemah dan sfingter esogafus
bawah tidak bisa relaksasi. Intervensi =
a) Posisi klien tegak
b) Berikan cairan segelas bersama obat
c) Gerus tablet, campur dengan air
3) Gaster
Penurunan keasaman lambung dan peristaltik. Intervensi = minta klien minum
1 gelas penuh air dan meminum obat dengan kudapan tidak berlemak untuk
mengurangi ggn lambung
4) Usus besar
Tonus otot kolon menurun, refleks defekasi menghilang, aliran darah di usus
menurun. Intervensi =
a) Beri asupan cairan dalam jumlah normal
b) Anjurkan klien makan pembentuk feses
5) Integumen dan vaskularisasi
Penurunan ketebalan lipatan kulit, elastisitas kulit dan vaskularisasi menurun.
Intervensi =
a) Hindari penggunaan vena di tangan sebagai tempat suntikan IV
b) Tekan tempat injeksi setelah penyuntikan
c) Observasi perdarahan di tempat injeksi
6) Hepar
Penurunan ukuran hati, menurunnya aliran darah hati. Intervensi =
a) Pantau tanda kerusakan hati (ikterus, pruritis, urine gelap)
b) Tanyakan dosis untuk klien yang menderita penyakit hati
7) Ginjal
Filtrasi glomerolus menurun, fungsi tubulus dan aliran ginjal menurun.
Intervensi =
a) Cegah retensi urine, pantau kateter
b) Pantau tanda kerusakan ginjal (keluaran menurun, sulit berkemih)
k. Faktor yang Mempengaruhi Obat
Respon Farmakologik terhadap suatu obat bersifat komplek, maka dari itu
perawat harus tahu jumlah dan macam-macam factor yang mempengaruhi respon
individu terhadap suatu obat.Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap
obat antara lain :
1) Absorpsi : suatu variabel yang utama dalam rute pemberian obat. Absorpsi
oral terjadi pada saat partikel-partikel obat keluar dari saluran gastrointestinal
(lambung dan usus halus) menuju cairan tubuh. Setiap gangguan intestinal
seperti muntah/diare akan mempengaruhi absorpsi obat.
2) Distribusi : dengan protein merupakan pengubah utama dari distribusi obat
didalam tubuh.
3) Metabolisme / biotransformasi : semua bayi khususnya neonates dan bayi
dengan BBLR mempunyai fungsi hati dan ginjal yang belum matang,
demikian pula lansia juga kehilangan sebagian dari fungsi sel ginjalnya. Hal
ini akan berpengaruh pada metabolisme obat.
4) Ekskresi : rute utama dari ekskresi obat adalah melalui ginjal, empedu, feses,
paru-paru, saliva, dan juga keringat.
5) Usia : Bayi dan lansia lebih sensitif terhadap obat-obatan. Absorpsi yang
buruk melalui saluran gastrointestinal akibat berkurangnya sekresi lambung.
Dosis bayi dihitung berdasarkan berat badan dalam kilogram daripada
berdasarkan usia biologis atau gastrointestinalnya.
6) Berat badan : dosis obat, misalnya anti neoplastik dapat diberikan sesuai berat
badan. Orang yang obesitas mungkin perlu penambahan dosis atau
sebaliknya.
7) Toksisitas : Istilah ini merujuk pada gejala merugikan, yang bisa terjadi pada
dosis tertentu. Hal ini sering terjadi pada orang-orang yang mempunyai
gangguan hati dan ginjal.
8) Farmakokinetik : istilah ini merujuk pada faktor-faktor genetik terhadap
respon obat. Jika orang tua Anda memiliki respon yang merugikan terhadap
suatu obat, mungkin Anda juga bisa memiliki hal yang sama.
9) Rute pemberian : obat-obat yang diberikan intravena lebih cepat bekerja
daripada yang diberikan peroral.
10) Saat pemberian : ada atau tidaknya makanan didalam lambung dapat
mempengaruhi beberapa kerja obat
11) Faktor emosional : komentar-komentar yang sugestif mengenai obat dan efek
sampingnya dapat mempengaruhi efek obat
12) Toleransi : kemampuan klien untuk merespon terhadap dosis tertentu dari
suatu obat dapat hilang setelah beberapa hari atau minggu setelah pemberian.
13) Efek penumpukan : ini terjadi jika obat dimetabolisme atau diekskresi lebih
lambat daripada kecepatan pemberian obat
14) Interaksi Obat : efek kombinasi obat dapat lebih besar, sama, atau lebih lemah
dari efek obat tunggal.
2. Pemberian Obat
a. Macam-macam Pemberian Obat
1) Pemberian obat per oral
2) Pemberian obat sublingual
3) Pemberian obat secara bukal
4) Pemberian obat parenteral/injeksi
a) Injeksi intradermal
b) Injeksi subcutan
c) Injeksi intra musculer
d) Injeksi intra vena
5) Pemberian obat secara topical
a) Pemberian obat mata
b) Pemberian obat tetes telinga
c) Pemberian obat tetes hidung
d) Pemberian obat melalui vagina
e) Pemberian obat suppositoria melalui rectal
6) Pemberian obat secara inhalasi
b. Tujuan Pemberian Obat
1) Memberikan efek penyembuhan terhadap suatu penyakit ataupun keluhan
yang dirasakan klien.
2) Membantu mengurangi atau menghilangkan rasa tidak nyaman (nyeri) pada
klien
3) Meminimalisasikan efek samping obat
c. Prinsip Pemberian Obat (Penerapan Pencegahan Injury Pengobatan)
1) Benar obat
Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus
memperhatikan kebenaran obat sebanyak tiga kali, yakni : ketika
memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan,
dan saat mengembalikan obat ke tempat penyimpanan.
2) Benar pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang
diprogramkan.hal ini dilakukan dengan mengidentifikasikan identitas
kebenaran obat, yaitu mencocokkan nama, nomor registrasi, alamat, dan
program pengobatan pada pasien.
3) Benar rute
Kesalahan rute pada pemberian dapat menimbulkan efek sistenik yang fatal
pada pasien. Untuk itu, cara pemberiannya adalah dengan melihat cara
pemberian atau jalur obat pada lebel yang dada sebelum memberikannya ke
pasien.
4) Benar waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan
karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi
dari obat
5) Benar dosis
Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis
harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus
dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk
membelah tablet, dan lain-lain. Dengan demikian, penghitungan dosis benar
untuk diberikan ke pasien.
6) Benar dokumentasi
Dokumentasi yang benar membutuhkan tindakan segera untuk mencatat
informasi sesuai dengan obat-obatan yang telah diberikan. Hal ini meliputi
nama obat, dosis, rute, waktu dan tanggal serta inisial dan tanda tangan
pelaksana pemberi obat.
7) Benar evaluasi
Perawat / bidan selalu melihat atau memantau efek kerja dari obat setelah
pemberian.
8) Benar prosedur
Perawat/bidan selalu memeriksa Tanda-tanda Vital (TTV) sebelum
pemberian obat
9) Benar usia
10) Benar kadaluarsa
d. Persiapan Pemberian Obat
Perawat/bidan bertanggung-jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman.
Caranya adalah perawat/bidan harus mengetahui semua komponen dari perintah
pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap/jelas
atau dosis yang diberikan diluar batas yang direkomendasikan. Secara hukum
perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan dan
dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status
kesehatan klien. Perawat/bidan wajib membaca buku-buku referensi obat untuk
mendapatkan kejelasan mengenai efek terapeutik yang yang diharapkan,
kontraindikasi, dosis, efek samping yang mungkin terjadi atau reaksi yang
merugikan dari pengobatan.
e. Hak Klien yang Berhubungan dengan Pemberian Obat
1) Hak klien untuk mengetahui alasan pemberian obat
Hak ini adalah prinsip dari pemberian persetujuan setelah mendapatkan
informasi (informed consent) yang berdasarkan pengetahuan individu yang
diperlukan untuk membuat keputusan.
2) Hak klien untuk menolak pengobatan
Klien dapat menolak untuk menerima suatu pengobatan. Adalah tanggung
jawab perawat untuk menentukan, jika memungkinkan, alasan penolakan dan
mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau
menerima pengobatan. Jika tetap menolak, perawat wajib
mendokumentasikan pada catatan perawatan dan melapor kepada dokter yang
menginstruksikan.
f. Pedoman Umum Pemberian Obat (Penerapan Pencegahan Injury
Pengobatan)
Beberapa pedoman umum dalam pemberian obat dijelaskan dalam prosedur
pemberian obat yang benar yang terdiri dari 4 langkah (persiapan, pemberian,
pencatatan, dan hal-hal yang tidak boleh dalam pemberian obat)
1) Persiapan
a) Cuci tangan sebelum menyiapkan obat
b) Periksa riwayat, kardek dan riwayat alergi obat
c) Periksa perintah pengobatan
d) Periksa label tempat obat sebanyak 3 kali
e) Periksa tanggal kadaluarsa
f) Periksa ulang perhitungan dosis obat dengan perawat lain
g) Pastikan kebenaran obat yang bersifat toksik dengan perawat lain atau ahli
Farmasi
h) Tuang tablet atau kapsul kedalam tempat obat. Jika dosis obat dalam unit,
buka obat disisi tempat tidur pasien setelah memastikan kebenaran
identifikasi pasien
i) Tuang cairan setinggi mata. Miniskus atau lengkung terendah dari cairan
harus berada pada garis dosis yang diminta
j) Encerkan obat-obat yang mengiritasi mukosa lambung (kalium, aspirin)
atau berikan bersama-sama dengan makanan
2) Pemberian
a) Periksa identitas pasien melalui gelang identifikasi
b) Berikan obat yang rasanya tidak enak terlebih dahulu baru kemudian
diikuti dengan obat dengan rasa yang menyenangkan
c) Berikan hanya obat yang disiapkan
d) Bantu klien mendapatkan posisi yang tepat tergantung rute pemberian
e) Tetaplah bersama klien sampai obat diminum/dipakai
f) Jika memberikan obat pada sekelompok klien, berikan obat terakhir pada
klien yang memerlukan bantuan ekstra.
g) Berikan tidak lebih dari 2,5 – 3 ml larutan intramuscular pada satu tempat.
- Bayi tidak boleh menerima lebih dari 1 ml larutan intramuskuler pada
satu tempat.
- Tidak boleh memberikan lebih dari 1 ml jika melalui rute subkutan.
- Jangan menutup kembali jarum suntik.
- Buang jarum dan tabung suntik pada tempat yang benar
h) Buang obat kedalam tempat khusus jangan kedalam tempat sampah
i) Buang larutan yang tidak terpakai dari ampul.
- Simpan larutan stabil yang tidak terpakai di dalam tempat yang tepat
(bila perlu masukkan ke dalam lemari es).
- Tulis tanggal waktu dibuka serta inisial Anda pada label
j) Simpan narkotik kedalam laci atau lemari dengan kunci ganda
- Kunci untuk lemari narkotik harus disimpan oleh perawat/bidan dan
tidak boleh disimpan didalam laci atau lemari.
3) Pencatatan
a) Catat obat segera setelah diberikan
b) Laporkan kesalahan obat dengan segera kepada dokter dan perawat
supervisor. Lengkapi laporan peristiwa
c) Masukkan kedalam kolom, catatan obat yang diberikan, dosis, waktu rute,
dan inisial petugas.
d) Laporkan obat-obat yang ditolak dan alasan penolakan
e) Catat jumlah cairan yang diminum bersama obat pada kolom intake dan
output. Sediakan cairan yang hanya diperbolehkan dalam diet.
4) Hal yang Tidak Boleh dalam Pemberina Obat
a) Jangan sampai konsentrasi terpecah sewaktu menyiapkan obat
b) Jangan memberikan obat yang dikeluarkan oleh orang lain
c) Jangan mengeluarkan obat dari tempat obat dengan label yang sulit
dibaca, atau yang labelnya sebagian terlepas atau hilang
d) Jangan memindahkan obat dari satu tempat ke tempat lain
e) Jangan mengeluarkan obat ke tangan Anda
f) Jangan memberikan obat yang tanggalnya telah kadaluwarsa
g) Jangan menduga-duga mengenai obat dan dosis obat. Tanya jika ragu-
ragu
h) Jangan memakaim obat yang telah mengendap, atau berubah warna, atau
berawan.
i) Jangan tinggalkan obat-obat yang telah dipersiapkan
j) Jangan berikan suatu obat kepada klien jika ia memiliki alergi terhadap
obat itu.
k) Jangan memanggil nama klien sebagai satu-satunya cara untuk
mengidentifikasi
l) Jangan berikan jika klien mengatakan bahwa obat tersebut berlainan
dengan apa yang telah ia terima sebelumnya.Periksa perintah pengobatan.
m) Jangan menutup kembali jarum suntik.
3. Dosis Obat
a. Definisi Dosis Obat
Dosis adalah jumlah atau takaran obat yang diberikan kepada pasien dalam satuan
berat (gram, milligram, mikrogram), isi (volume, liter & milliliter) atau unit (UI).
Dosis obat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efek farmakologi
obat.
b. Macam-macam Dosis Obat
1) Dosis minimal : dosis paling kecil yang masih memberikan efek terapeutik
2) Dosis maksimal : dosis yang tertinggi yang masih dapat diberikan tanpa efek
toksis.
3) Dosis permulaan (inisiasi) : dosis yang diberikan pada permulan
menggunakan obat untuk mencapai kadar tertentu dalam darah.
4) Dosis pemeliharaan : dosis untuk menjaga agar penyakitnya tidak timbul lagi
5) Dosis terapeutik (dosis lazim, dosis medicinalis) : dosis optimal yang paling
baik. Dipengaruhi oleh umur, berat badan, jenis kelamin, waktu pemberian
obat, cara pemberian obat.
6) Dosis toksis : penggunaan obat melebihi dosis maksimal atau menimbulkan
keracunan
7) Dosis letalis : dosis yang menimbulkan kematian
8) Dosis tunggal : pemberian tunggal lazim (berkhasiat secara terapeutik)
9) Dosis ganda : pemberian dosis tungga yang berulang yang mengakibatkan
akumulasi obat dalam tubuh, supaya Minimal Effect Conncentration (MEC)
tercapai.
c. Perhitungan Dosis Obat
1) Berdasarkan umur
a) Rumus Young (untuk anak < 8 tahun)
𝑛
𝐷𝑀 = 𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑀𝑎𝑘𝑠 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑠𝑎 𝑛 = 𝑢𝑚𝑢𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑛 + 12
b) Persentase DM sehari
𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑠𝑒ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑟𝑒𝑠𝑒𝑝
= 𝑥 100%
𝐷𝑀 𝑠𝑒𝑘𝑎𝑙𝑖
Contoh soal : sedian serbuk
R/ Atropin sulfat 0,5 mg (DM sekali: 1 mg, DM sehari 3 mg)
Sacchar.lact. qs
m.f.pulv. d.t.d. no.X.
S. t.d.d. Pulv. I
Pro: Rifki (12th)
Analisa resep : dari resep diketahui untuk membuat 10 bungkus serbuk sediaan,
mengandung 0,5 mg atropin sulfat setiap bungkus, aturan pakai 3 kali sehari satu
bungkus
Jawaban :
1) DM sekali pakai = (12/20) x 1 mg = 0,6 mg DM atropin sulfat sekali pakai
sedangkan untuk Persentase DM sekali :
= (3x0,5)/1,8 x 100%
= 83,3 % (boleh diracik dan diserahkan karna tidak lebih dari 100%)
Contoh soal : sediaan sirup
R/ Efedrin HCl 0,2 (DM sekali: 0,05 , DM sehari 0,15 )
Syrupus simpleks 10 mL
m.f.pot 100 mL
S. 2 d.d Cth
Pro: Rico (18 kilogram)
Analisa resep : dari resep dikatahui untuk membuat sirup sebanyak 100 mL berisi
0,2 Efedrin HCl, aturan pakai 2 kali satu sendok teh.
Jawab:
Ingat Rumus menggunakan berat badan
Rumus Thermich
n ; dalam kilogram
1) Perhitungan DM sekali pakai :
DM = (18/70)x 0,05 gram = 0,0114 gram untuk sekali pakai
Sekali minum obat 1 sendok = 5 mL, jumlah efedrin HCL dalam tiap sendok
= (5 mL/100mL) x 0,2 gram = 0,01 gram
Sedangkan untuk Persentase DM sekali pakai :