Anda di halaman 1dari 19

Penyakit Ca Tiroid

Lisda Yolanda
102014061/C3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara N0. 6 Jakarta Barat 11510
Lisda.2014fk061@civitas.ukrida.ac.id

Pendahuluan
Kelenjar tiroid merupakan salah satu organ dari sistem endokrin. Kelenjar tiroid
berfungsi untuk mempertahankan tingkat metabolisme di berbagai jaringan agar optimal,
merangsang konsumsi oksigen pada sebagian besar sel ditubuh, mengatur metabolisme lemak
dan karbohidrat, dan penting untuk pertumbuhan. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang
tiroid (Thyroid Stimulating Hormone = TSH = Tirotropin) dari hipofisis anterior. Sebenarnya,
kelenjar tiroid merupakan bagian tubuh yang jarang mengalami keganasan, hal ini dapat dilihat
dari jumlah ditemukannya kasus hanya 0,25% dari semua keganasan pada pria dan wanita.
Tetapi jika dibandingkan dengan kelenjar endokrin lainnya, keganasan tiroid adalah yang paling
sering ditemukan.1
Pada PBL kali ini didapati kasus seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke klinik
tempat anda bekerja dengan keluhan terdapat benjolan di leher bagian depan yang kian hari
makin membesar, sejak 1 tahun yang lalu. Pasien menjadi semakin sulit menelan dan pasien
mengeluh tidak bisa bernafas dengan lapang. Pasien juga mengeluh suaranya menjadi serak
akhir-akhir ini dan berat badannya menurun. Berdasarkan kasus diatas, akan dibahas lebih lanjut
mengenai anatomi dan fisiologi kelenjar tiroid, serta jenis-jenis kanker tiroid.
Anamnesis
Wawancara yang baik seringkali sudah dapat mengarah masalah pasien dengan diagnosa
penyakit tertentu. Adapun anamnesis meliputi:
1. Identitas pasien
Nama, alamat, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status sosial
ekonomi keluarga, keadaan sosial ekonomi. Termasuk anamnesis mengenai faktor resiko dan
mengenai adanya gangguan aktivitas.

1
2. Riwayat penyakit sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah keluhan yang
membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari pertolongan,
misalnya pada skenario 6 keluhan utamanya ialah seorang pria 60 tahun datang dengan
keluhan terdapat benjolan dileher bagian depan yang kian hari makin membesar. Keluhan
utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan.
 Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
 Onset (kapan terjadinya? Berapa lama?)
Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah berlangsung berapa lama?
Apakah keluhan itu timbul mendadak atau perlahan-lahan, hilang timbul atau menetap?
Apakah ada waktu-waktu tertentu keluhan timbul?
 Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan penderita. Hal ini tergantung dari
penyebab penyakitnya, tetapi sangat subjektif, karena dipengaruhi antara lain kepekaan
seorang penderita terhadap rasa sakit, status emosi dan kepedulian terhadap penyakitnya.
Dapat ditanyakan apakah sakitnya ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya
mengganggu kegiatan sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas fisik lainnya.
 Kualitas keluhan (rasa seperti apa?)
Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan, misalnya rasa sakit yang
tajam (jelas) seperti rasa panas, terbakar, pedih, diiris, tertusuk, menunjukkan inflamasi
organ.
 Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit, seperti aktifitas makan,
menelan, bernafas, atau aktivitas fisik lainnya.
 Keluhan penyerta
Perlu ditanyakan keluhan–keluhan lain yang timbul menyertai dan faktor pencetusnya,
misalnya bila penderita mengeluh nyeri ulu hati, yang perlu ditanyakan lebih lanjut
adalah :
- adakah nyeri tekan pada daerah benjolan?
- Adakah demam, batuk, suara serak, sulit menelan, sesak nafas, nyeri dada, berdebar-
debar, keringat dingin atau badan lemas?

2
- Adakah penurunan berat badan ?
3. Riwayat pengobatan
Apakah sudah pernah berobat dan mengkonsumsi obat, jamu, dll? Apabila telah
mengkonsumsi obat, tanyakan obat apa dan bagaimana hasilnya? Apakah membaik atau
memburuk.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak
keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor atau keganasan (contohnya tumor otak atau
kanker tulang dll) atau riwayat penyakit yang menular.
6. Riwayat pribadi, sosial dan ekonomi
Menanyakan seputar kebiasaan hidupnya meliputi apakah makan yodium dan cukup gizi,
tanyakan juga mengenai konsumsi obat-obatan, kebiasaan merokok, minum alkohol dan
kebersihan dirinya. Menyakan seputar tempat tinggalnya apakah memang lingkungannya
kotor, padat, atau bersih. Kemudian tanyakan kembali apakah ditempat ia bekerja pasien
mendapatkan asuransi dan pembayaran pengobatan.
Pada auotoanamnesis keluhan gemetaran, jantung berdeebar-debar, pilek dan atau batuk
disangkal oleh pasien.
Pemeriksaan Fisik
 Tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda vital adalah pemeriksaan umum yang dilakukan oleh dokter untuk
menilai kondisi pasien baik atau buruk. Antara lain pemeriksaan yang dilakukan ialah
memeriksa suhu tubuh, nadi, tekanan darah dan frekuensi nafas pasien.
Pemeriksaan Ciri/karakteristik
Tekanan darah 120/80 mmHg
Nadi 82 kali/menit
Frekuensi nafas 26 kali/menit (cepat)
Suhu 36,8oc
Tabel 1 : Pemeriksaan tanda vital pada pasien.

3
 Pemeriksaan Fisik Tiroid
Inspeksi : Melaporkan adanya pembesaran difus/nodul
Palpasi : Palpasi anterior approarch
Palpasi posterior approarch
Pengukuran lingkar leher
Pengukuran dimensi benjolan
Auskultasi : Melaporkan adanya bunyi bruit/tidak.
Temuan pada Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik nodul mencakup 7 kriteria. Nodul diidentifikasi berdasarkan
konsistensinya keras atau lunak, ukurannya, terdapat tidaknya nyeri, permukaan nodul
rata atau berdungkul-dungkul, berjumlah tunggal atau multipel, memiliki batas yang
tegas atau tidak, dan keadaan mobilitas nodul.2,3
b. Pada tumor primer dapat berupa suatu nodul soliter atau multiple dengan konsistensi
bervariasi dari kistik sampai dangan keras bergantung kepada jenis patologi anatomi (PA)
nya. 2
c. Perlu diketahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening regional. 3
d. Disamping ini perlu dicari ada tidaknya benjolan pada kalvaria, tulang belakang,
klavikula, sternum dll, serta tempat metastasis jauh lainnya yaitu di paru-paru, hati, ginjal
dan otak.3
Pada pemeriksaan fisik, teraba benjilan pada leher berdiameter kurang lebih 12 cm,
konsistensi keras, terdapat nyeri tekan, sukar digerakkan dari dasarnya. Pada palpasi daerah leher
dan supraclavicular teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening.
Pemeriksaan Penunjang4
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan neoplasma jinak dan ganas tiroid belum
ada yang khusus. Kecuali karsinoma meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonin (tumor marker)
dalam serum. Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma
tiroid dapat terjadi tirotoksikosis walaupun jarang. Human Thyroglobulin (HTG) Tera dapat
dipergunakan sebagai tumor marker terutama pada karsinoma berdiferensiasi baik. Walaupun
pemeriksaan ini tidak khas untuk karsinoma tiroid, namun peninggian HTG setelah
tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif.

4
2. Pemeriksaan Radiologi
Tujuan pemeriksaan ini tidak hanya dapat mendeteksi morfologi tiroid, ukuran,
jumlah, namun juga dapat menentukan jenis tumor massa kistik atau massa solid. Saat
menemukan ada nodul tiroid makanodul tersebut perlu dievaluasi. The American Thyroid
Association (ATA) Guidelines Taskforce menganjurkan evaluasi nodul dengan
menggunakan USG sehingga bisa diketahui ukuran nodul, ada tidaknya nodul lain dalam
tiroid, karateristik nodul bisa diketahui dengan lebih jelas sehingga bisa dibedakan apakan
nodul itu jinak atau ganas.5
USG merupakan pemeriksaan yang non invasif, mudah didapat dan cukup murah,
setiap penderita yang ditemukan nodul dalam tiroidnya harus menjalani evaluasi seluruh
jaringan jaringan tiroidnya termasuk nodul dan kelenjar limfe leher dengan USG. Yang
dievaluasi adalah ukuran nodul, ada tidaknya nodul lain dalam tiroid, komposisi dalam nodul
dan tanda tanda ganas dalam nodul tersebut.5
Ciri yang menunjukkan suatu keganasan adalah adanya mikrokalsifikasi, batas yang
ireguler, aliran darah meningkat, hypoechoic. USG merupakan pemeriksaan yang cukup baik
dan akurat dalam mendeteksi metastasis kelenjar dan rekurensi dari kanker tiroid.
Pemeriksaan CT scan dan MRI. Pemeriksaan CT scan (Computed Tomographic
scanning) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) tidak direkomendasikan untuk evaluasi
keganasan tiroid. Karena disamping tidak memberikan keterangan berarti untuk diagnosis,
juga sangat mahal. CT scan atau MRI baru diperlukan bila ingin mengetahui adanya
perluasan struma substernal atau terdapat kompresi/penekanan pada jalan nafas.5
3. Pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus
Biopsi aspirasi jarum halus tiroid telah berusia lebih dari 50 tahun dan merupakan
metode utama yang digunakan untuk diagnosis preopreatif pada anak-anak dan dewasa.
Biopsi aspirasi jarum halus memegang peranan yang penting dalam mendeteksi neoplasma
tiroid dan membantu dalam penanganan reseksi pembedahan selanjutnya serta
mengidentifikasi lesi-lesi non neoplastik yang dapat ditangani secara konservatif.5
Biopsi aspirasi jarum halus merupakan test yang sensitif dan spesifik untuk diagnosis
lesi tiroid dan telah banyak publikasi yang mengkonfirmasi keunggulan dari biopsi aspirasi
jarum halus ini. Akan tetapi, walaupun merupakan test yang akurat dengan biaya yang murah

5
dan sering tanpa komplikasi, biopsi aspirasi jarum halus juga memiliki keterbatasan-
keterbatasan yaitu:5
1. Ketidakmampuan biopsi aspirasi jarum halus untuk memberikan diagnosis banding nodul
pada hypercellular goitre dan neoplasma folikular benign dan malignan. Keterbatasan ini
menyebabkan ahli sitologi sering mendiagnosisnya sebagai suspect (4-24%) dan
mengharuskan penderita untuk melakukan lobectomy untuk diagnosis yang lebih objektif
2. Keterbatasan yang berkaitan dengan jumlah negatif palsu (1,3-17%) yang akhirnya
akan menyebabkan kegagalan penanganan neoplasma malignan.
3. Sejumlah kasus dimana tidak mungkin merumuskan satu diagnosis disebabkan karena
material inadekuat (2-31%) sehingga menurunkan akurasi metode ini dan jumlah
penderita yang menjalani lobectomy meningkat untuk mendapatkan hasil diagnosis yang
lebih akurat.
Klasifikasi sitologi biopsi jarum halus dikatakan :
1. Jinak
Sel-sel epitel tersebar dan sebagian membentuk kelompokan atau mikrofolikular. Inti sel
bulat atau oval dengan kromatin yang padat dan homogen. Sitoplasma sedikit dan agak
eosinofilik, tetapi terkadang ditemukan sel-sel onkositik. Sejumlah koloid dapat
ditemukan.
2. Curiga
Sel-sel epitel membentuk kelompokan atau susunan folikular. Inti sel membesar, bulat
atau oval dengan kromatin yang bergranul dan anak inti yang menonjol. Sitoplasma
eosinofilik, bergranul, dikarakteristikkan dengan perubahan sel-sel onkositik. Koloid
sedikit atau tidak dijumpai.
3. Ganas
 Bentuk papiler : sel-sel epitel tersusun dalam gambaran papiler. Inti bulat atau oval
dengan adanya pseudoinklusi biopsi, nuclear grooves dan/atau bentuk palisading.
 Bentuk meduler : sel-sel yang hiperselular. Bentuk bervariasi dengan inti bentuk
bulat, oval atau lonjong. Inti terletak eksentrik dengan gambaran plasmasitoid.
Struktur amiloid jarang terlihat.

6
 Bentuk anaplastik : terdiri dari sel-sel yang kecil, adanya multinucleated giant cell
dan sel-sel bentuk lonjong. Inti besar, bizarre, satu atau banyak, dan kromatin kasar
dan anak inti yang menonjol. Kadang dijumpai mitosis atipik.

Kategori Bajah Sitologi

THY 1 Bahan tidak cukup ((Insufficient material)

THY 2 Jinak (nodul goiter)


( Benign (nodular goiter)

THY 3 Curiga suatu neoplasma


(Suspicious of neoplasm (follicular)
THY 4 Curiga keganasan (papilari/meduler/anaplastik)
(Suspicious of malignancy (papillary/medullary/anaplastic))

THY 5 Positif ganas


(Definite malignancy)

Tabel 1. Klasifikasi diagnosis sitologi biopsi aspirasi jarum halus5


Untuk meminimalisasi hasil negatif palsu pada BAJAH (Biopsi Aspirasi Jarum Halus)
ialah dengan terapi supresi TSH dengan tiroksin. Yang dimaksud dengan terapi supresi TSH
dengan L-tiroksin ialah menekan sekresi TSH dari hipofisis sampai kadar TSH di bawah batas
nilai terendah angka normal. Rasionalitas supresi TSH berdasarkan bukti bahwa stimulator kuat
untuk fungsi kelenjar tiroid dan pertumbuhannya. Cara ini diharapkan dapat memisahkan nodul
yang memberikan respon, dan kelompok terakhir ini lebih lebih besar kemungkinan ganasanya.1
Diagnosa Kerja
Karsinoma Tiroid
Karsinoma tiroid termasuk kelompok penyakit keganasan dengan prognosis relatif baik
namun perjalanan klinisnya sukar diramalkan.6,7 Klien dengan Ca Tiroid mengalami stres dan
kecemasan yang tinggi. Manifestasi klinik awal dari karsinoma tiroid adalah berbentuk
menyendiri dan suatu nodul dikelenjar tiroid yang tidak menimbulkan rasa sakit. Tanda dan
gejala tambahan tergantung pada ada tidaknya metastase serta lokasi metastase (penyebaran sel
kanker) itu sendiri. Klasifikasi atau pembagian tipe kanker tiroid, yaitu sebagai berikut:

7
 Kanker Papiler
60-70% dari kanker tiroid adalah kanker papiler. 2-3 kali lebih sering terjadi pada
wanita. Kanker papiler lebih sering ditemukan pada orang muda, tetapi pada usia lanjut
kanker ini lebih cepat tumbuh dan menyebar.6,7 Resiko tinggi terjadinya kanker papiler
ditemukan pada orang yang pernah menjalani terapi penyinaran di leher.
 Kanker Folikuler
15-20% dari kanker tiroid adalah kanker folikuler. Ini merupakan jenis kanker yang
paling tidak ganas dan paling mudah diobati. Kanker folikuler juga lebih sering ditemukan
pada wanita, usia 20-50 tahun. Mirip tiroid normal namun dapat berkembang lambat dan
bermetastase cepat. Pada penderita yang tidak diobati, kematian disebabkan karena perluasan
lokal atau karena metastasis jauh mengikuti aliran darah dengan keterlibatan yang luas dari
tulang dan paru-paru.
 Kanker Anaplastik
Kurang dari 10% kanker tiroid merupakan kanker anaplastik. Ini merupakan jenis
kanker tiroid yang sangat ganas. Kanker ini paling sering ditemukan pada wanita usia lanjut.
Kanker anaplastik tumbuh sangat cepat dan biasanya menyebabkan benjolan yang besar di
leher. Kanker ini mengakibatkan kematian dalam beberapa minggu (bulan). Biasanya terjadi
pada pasien-pasien tua dengan riwayat goiter yang lama dimana kelenjar tiba-tiba (dalam
waktu beberapa minggu atau bulan) mulai membesar dan menghasilkan gejala-gejala
penekanan, disfagia atau kelumpuhan pita suara, kematian akibat perluasan lokal yang masif
biasanya terjadi dalam 6-36 bulan. Kanker ini sangat resisten terhadap pengobatan.
 Kanker Meduler
Pada kanker meduler, kelenjar tiroid menghasilkan sejumlah besar kalsitonin (dari sel
C). Kanker meduler ini sangat jarang terjadi dan merupakan penyakit keturunan. 5-10% dari
semua kasus. Karakteristiknya adalah bentuk tumor bulat, keras yang terletak di lobus tengah
dan atas kelenjar tiroid. Kanker cenderung menyebar melalu sistem getah bening ke kelenjar
getah bening dan melalui darah ke hati, paru-paru dan tulang. Pada metastase stadium dini
dapat merupakan komplikasi dari masalah kelenjar lain (sindroma neoplasia endokrin
multipel), yakni Pheochromocytomo (kelainan pada kelenjar adrenal) dan pertumbuhan pesat
kelenjar paratiroid. Kanker ini lebih agresif dari pada kanker papiler atau folikuler tetapi
tidak seagresif kanker tiroid anaplastic.

8
Tumor sekunder dan unclassified tumors
Untuk menyederhanakan penatalaksanaan Mc Kenzie membedakan kanker tiroid atas 4
tipe yaitu : karsinoma papilare, karsinoma folikulare, karsinoma medulare dan karsinoma
anaplastik.
Klasifikasi Klinik TNM Edisi 6 – 2002
Klasifikasi klinik berdasarkan TNM adalah:8
1. T-Tumor Primer
Tx Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak didapat tumor primer
T1. Tumor dengan ukuran terbesar 2cm atau kurang masih terbatas
pada tiroid
T2 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid
T3 Tumor dengan ukuran terbesar lebih dari 4 cm masih terbatas pada tiroid atau tumor ukuran berapa saja
dengan ekstensi ekstra tiroid yang minimal (misalnya ke otot sternotiroid atau jaringan lunak peritiroid)
T4a Tumor telah berkestensi keluar kapsul tiroid dan menginvasi ke tempat berikut : jaringan lunak subkutan,
laring, trakhea, esofagus, n.laringeus recurren
T4b Tumor menginvasi fasia prevertebra, pembuluh mediastinal atau arteri karotis
T4a (karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa saja) masih terbatas pada tiroid
T4b (karsinoma anaplastik) Tumor (ukuran berapa saja) berekstensi keluar kapsul tiroid
2. N Kelenjar Getah Bening Regional
Nx Kelenjar Getah Bening tidak dapat dinilai
N0 Tidak didapat metastasis ke kelenjar getah bening
N1 Terdapat metastasis ke kelenjar getah bening
N1a Metastasis pada kelenjar getah bening cervical Level VI
(pretrakheal dan paratrakheal, termasuk prelaringeal dan Delphian)
N1b Metastasis pada kelenjar getah bening cervical unilateral, bilateral atau kontralateral atau ke kelenjar
getah bening mediastinal atas/superior
3. M Metastasis jauh
Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
Terdapat empat tipe histopatologi mayor:9
a. Papillary carcinoma (termasuk dengan fokus folikular)
b. Follicular carcinoma (termasuk yang disebut dengan Hürthle cell carcinoma)
c. Medullary carcinoma

9
d. Anaplastic/undifferentiated carcinoma
Stadium klinis
Pembagian stadium berdasarkan klinis adalah:8
Karsinoma Tiroid Papilare atau Folikulare Umur < 45 th
Stadium I Tiap T Tiap N M0
Stadium II Tiap T Tiap N M1
Papilare atau Folikulare umur > 45tahun dan Medulare
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1,T2,T3 N1a M0
Stadium IVA T1,T2,T3 N1b M0
T4a N0,N1 M0
Stadium IVB T4b Tiap N M0
Stadium IVC Tiap T Tiap N M1
Anaplastik/Undifferentiated (Semua kasus stadium IV)
Stadium IVA T4a Tiap N M0
Stadium IVB T4b Tiap N M0
Stadium IVC TiapT TiapN M1
Diagnosa Banding
Hipertiroid atau hipertiroidesme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat
produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Hipertiroid pada
penyakit graves adalah akibat antibodi reseptor TSH yang merangsng aktivitas tiroid, sedang
pada goiter multimodular toksik berhubungan dengan autonomi tiroid itu sendiri.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar.
Gejala klinis pasien yang sering terjadi adalah berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat
dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita
hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur.

10
Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari
hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali
perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardia
atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormone tiroid pada system kardiovaskular.
Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah
jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar. Perjalanan
penyakit hipertiroid biaanya perlahan-lahan dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun.
Manifestasi klinis yang paling sering adalah penurunan berat badan, kelelahan, tremor : gugup
berkeringat banyak, tidak tahan panas, palpasi dan pembesaran tiroid.10
Epidemiologi
Karsinoma tiroid termasuk jenis kanker kelenjar endokrin terbanyak jumlahnya, hampir
10 kali lebih banyak dibandingkan kanker kelenjar endokrin lainnya. Angka kejadian karsinoma
tiroid tidak dapat ditentukan secara pasti. Temuan karsinoma tiroid pada autopsi berkisar 2,3 -
2,8 %. Bila diambil dari kasus nodul tiroid, angka ini mencapai 4 % dari kasus nodul tiroid.
Berdasarkan registrasi patologi (pathological base registration) dapat dikemukakan bahwa
karsinoma tiroid menempati urutan ke 9 dari sepuluh keganasan tersering yang dijumpai yaitu
4,3 % dengan angka kematian (mortality rate) yang belum ada catatannya.1
The American cancer society memperkirakan terdapat 17.000 kasus baru dari karsinoma
tiroid yang terdiagnosis setiap tahunnya di Amerika Serikat dan 1.300 kasus karsinoma tiroid
berhubungan dengan kematian setiap tahunnya. Walaupun begitu, dengan pengobatan yang
tepat, angka harapan hidup sangat tinggi. Di Amerika Serikat diperkirakan ada 190.000 pasien
dengan karsinoma tiroid yang tetap bertahan hidup.1
Dari berbagai laporan di Indonesia distribusi penyakit ini berdasarkan perbandingan jenis
kelamin perempuan:laki-laki adalah berkisar antara 2-3:1. Walaupun demikian angka kematian
lebih tinggi pada pria, diduga karena ditemukan pada usia yang lebih tua saat terdiagnostik. Bila
dilihat pula distribusi berdasarkan usia maka didapat kecenderungan bahwa pada usia dekade ke-
3 keganasan ini cukup tinggi dan semakin meningkat sampai dekade 5 dan menurun kembali
setelah dekade ke-6, dan distribusi umur ini terkait pula dengan distribusi jenis histopatologi
karsinoma tiroid. Anak-anak usia dibawah 20 tahun dengan nodul tiroid dingin mempunyai
resiko keganasan dua kali lebih besar dibanding kelompok dewasa. Pada usia 15-24 tahun
karsinoma tiroid merupakan 7,5-10% dari semua keganasan.1

11
Banyak tipe tumor yang dapat tumbuh pada kelenjar tiroid. Hampir semua tumor-tumor
ini adalah jinak (non-kanker). Yang lainnya adalah maligna (kanker), yang berarti dapat
menyebar kedalam jaringan terdekat dan kebagian lain dari tubuh. Sekitar 1 dari 20 nodul tiroid
adalah kanker. Dua tipe kanker tiroid yang paling sering adalah karsinoma papiliferum dan
karsinoma folikuler. Karsinoma sel hurthle adalah subtipe dari karsinoma folikuler. Ada
beberapa tipe lain dari kanker tiroid seperti karsinoma tiroid meduler dan karsinoma anaplastik.1
Berdasarkan jenis histopatologi dan urutan angka kejadian (menurut National Cancer
Data Base [NCDB]) terbanyak adalah: karsinoma tiroid jenis papilar (80%), kemudian berturut-
turut karsinoma tiroid jenis folikuler (11%), jenis sel hurthel (3%), jenis anaplastik (4%), dan
jenis meduler (2%).1
Etiologi
Seperti pada banyak jenis kanker yang lainnya, penyebab spesifik timbulnya karsinoma
tiroid masih merupakan suatu misteri pada sebagian besar pasien. Diketahui ada beberapa faktor
yang mendukung, antara lain adanya riwayat terkena radiasi pada bagian kepala dan leher,
terutama saat masih anak-anak, adanya faktor genetic (terutama karsinoma jenis medular).1
Belum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk karsinoma anaplastk dan
meduler. Diperkirakan jenis anaplastik berasal dari perubahan karsinoma tiroid berdeferensiasi
baik (papiler dan folikuler) dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar. Ada dua hal
yang sering dibicarakan yang berperan dalam timbulnya karsinoma tiroid khususnya untuk well
differentiated carcinoma (papiler dan folikuler) yaitu radiasi dan endemic goiter. Sedangkan
limfoma pada tiroid diperkirakan karena perubahan-perubahan degenerasi ganas dari tiroiditis
Hashimoto.
Radiasi sebagai penyebab karsinoma tiroid, hal ini terbukti di Amerika Serikat bahwa
pada tahun 1925-1955 banyak sekali anak-anak diterapi dengan radiasi pada daerah leher dan
kepala. Dari penelitian diperoleh data adenoma dan karsinoma tiroid pada anak-anak yang diberi
radiasi demikian tinggi dan ini diobservasi dan terjadi antara 3-17 tahun kemudian. Demikian
pula penelitian di kepulauan Marshall tempat percobaan bomb hydrogen dekat Atol Bikini,
ditemukan hal yang sama yaitu orang-orang dan anak-anak yang mendapat radiasi menderita
kelainan tiroid dan karsinoma tiroid lebih tinggi dan keganasan ini terlihat antara 11- 15 tahun
kemudian.1

12
Patofisiologi
Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada, riwayat keluarga yang menderita kanker
tiroid dan gondok menahun serta tetangga atau penduduk sekampung ada yang menderita
kelainan kelenjar gondok (endemis) dapat mencetuskan timbulnya neoplasma yang
menyebabkan timbulnya pertumbuhan kecil (nodul) di dalam kelenjar tiroid seseorang. Hal ini
dipengaruhi oleh pelepasan TRH oleh Hipotalamus. Dimana karena pengaruh TRH, Hipofisis
anterior akan merangsang peningkatan sekresi TSH sebagai reaksi adanya neoplasma.
Peningkatan TSH ini akan meningkatkan massa tiroid yang akan berdiferesiasi sehingga
memunculkan kanker tiroid. Kanker ini umumnya akan meluas dengan metastasis dan invasi
kelenjar dan organ tubuh. Berikut perluasan kanker pada organ tubuh yang lain11:
 Pada kanker papiler, kanker ini biasanya meluas dengan metastasis dalam kelenjar dan
dengan invasi kelenjar getah bening lokal. Selama bertahun-tahun tumbuh sangat lambat dan
tetap berada dalam kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening lokal. Pada pasien tua kanker ini
bisa jadi lebih agresif dan menginvasi secara lokal ke dalam otot dan trakea. Selain itu, dapat
tumbuh cepat dan berubah menjadi karsinoma anaplastik. Pada stadium lanjut, dapat
menyebar ke paru-paru.
 Pada kanker folikuler cenderung menyebar melalui aliran darah, menyebarkan sel-sel kanker
ke berbagai organ tubuh. Kanker ini sedikit lebih agresif dari pada kanker papiler dan
menyebar dengan invasi lokal kelenjar getah bening atau dengan invasi pembuluh darah
disertai metastasis jauh ke tulang atau paru. Kanker-kanker ini sering tetap mempunyai
kemampuan untuk mengkonsentrasi iodin radioaktif untuk membentuk tiroglobulin dan
jarang untuk mensintesis T3 dan T4.
 Pada kanker anaplastik, terjadi invasi lokal pada stadium dini ke struktur di sekitar tiroid lalu
bermetastasis melalui saluran getah bening dan aliran darah.
 Kanker cenderung menyebar melalui sistem getah bening ke kelenjar getah bening dan
melalui darah ke hati, paru-paru dan tulang. Pada metastase stadium dini dapat merupakan
komplikasi dari masalah kelenjar lain (sindroma neoplasia endokrin multipel).

13
Terapi penyinaran di kepala, leher dan dada,

riwayat keluarga, endemis, konsumsi minim yodium

timbul neoplasma, pertumbuhan kecil


(nodul) di kelenjar tiroid

Hipotalamus melepas TRH

Hipofisis anterior akan merangsang


peningkatan sekresi TSH

T3,T4, Kalsitonin meningkat

massa tiroid meningkat, berdiferensi

memunculkan kanker tiroid Kurang


pengetahuan

Pembengkakan laring menyebar melalui aliran darah &


saluran getah bening

Cedera pita
suara, serak meluas dengan metastasis dan
Nyeri akut
Kerusakan invasi kelenjar dan organ hati,

Kerusakan menelan paru-paru dan tulang tubuh


komunikasi
verbal

14
Faktor Risiko
Beberapa faktor yang dapat mejadi faktor risiko terjadinya karsinoma tiroid, antara lain
adalah usia, jenis kelamin, ras, faktor genetik, riwayat penyakit serupa dalam keluarga, riwayat
menderita kelainan tiroid sebelumnya, dan pengaruh radiasi pada masa lampau. Kanker tiroid
dapat terjadi pada orang dengan usia berapapun, tetapi banyak kasus dari karsinoma papiliferum
dan folikular ditemukan antara usia 20 dan 60 tahun. Faktor resiko ini terkait dengan jenis
histopatologis karsinoma tiroid. Anak-anak usia dibawah 20 tahun dengan nodul tiroid dingin
mempunyai resiko keganasan dua kali lebih besar dibanding kelompok dewasa. Karsinoma tiroid
lebih banyak menyerang jenis kelamin perempuan dibandingkan laki-laki, dengan perbandingan
2-3 : 1. Berdasarkan ras, di Amerika, orang kulit hitam memiliki resiko 1,8 kali lebih tinggi
dibandingkan orang kulit putih. Tetapi secara umum, di dunia tidak ada perbedaan ras untuk
resiko karsinoma tiroid.1
Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala kanker tiroid adalah12:
1. Terdapat pembesaran kelenjar tiroid atau pembengkakan kelenjar getah bening di daerah
leher (karena metastasis).
2. Nodul ganas membesar cepat, dan nodul anaplastik cepat sekali (dihitung dalam minggu),
tanpa nyeri.
3. Merasakan adanya gangguan mekanik di daerah leher, seperti gangguan menelan yang
menunjukkan adanya desakan esofagus, atau perasaan sesak yang menunjukkan adanya
desakan / infiltrasi ke trakea.
4. Suara penderita berubah atau menjadi serak.
5. Bisa terjadi batuk atau batuk berdarah, serta diare atau sembelit.
Penatalaksanaan5,13,14
Operasi
Prinsip terapi pada kanker tiroid adalah operasi (reseksi). Tindakan reseksi itu bervariatif
mulai dari ismolobektomi sampai total tiroidektomi dan diseksi kelenjar getah bening leher
berdasarkan level yang terkena. Luasnya reseksi tiroid pada jenis kanker tiroid yang
berdiferensiasi baik masih dipertentangkan oleh para ahli. Consensus yang sering dipakai dalam
menentukan luasnya reseksi adalah sistem AMES (age, metastasis,extent,size) yang membagi

15
pasien ke dlaam faktor resik tinggi dan rendah. Sistem lain adalah AGES (age, grade,extent,size)
dan MACIS (Metastasis, age, completeness of resection,invasion,size).
Namun sebagai pegangan pada karsinoma tiroid dengan faktor resiko rendah dapat
dilakukan bedah konservatif (lobektomi atau isthmolobektomi), sedangkan pada faktor resiko
tinggi dilakukan tiroidektomi total. Untuk karsinoma tiroid meduler dan anaplastik terapi pilihan
adalah tiroidektomi total.
Diseksi leher hanya diindikasikan jika terdapat metastasis pada kelenjar getah bening
leher. Lokasi metastasis yang paling sering adala pada kelenjar getah bening daerah pre tracheal,
terutama pada karsinoma papiler (80% kasus). Karena itu diseksi pada daerah ini harus dilakukan
pada karsinoma papilare. Lokasi 1/3 tengah muskulis sternocleidomastoideus. Karena metastasis
kelenjar getah bening yang terbatas, maka tidakan diseksi leher paling sering dilakukan adalah
diseksi leher radikal modifikasi.
Karsinoma tiroid bilateral (kedua lobus) terjadi sekitar 85% dan 5-10% rekurensi terjadi
pada lobus kontra lateral, adanya jaringan tiroid sisa lebih jarang terjadi pada total tiroidektomi
sehingga mengurangi pengguanan asityroglobulin sebagai marker pada penyakit yang persisten
atau rekuren. Iodum radio aktif biasa digunakan untuk mendeteksi dan mengobati adanya
jaringan tiroid sisa dan yang rekuren setelah tiroidektomiu dengan kemungkinan komplikasi
operasi yang lebih besar.
Tiroidektomi merupakan operasi yang aman jika dikerjakan oleh ahli bedah yang
berpengalaman dalam bidang ini. Komplikasi yang dapat terjadi adalah perdarahan, cedera
nervus laringeus rekuren, terangkatnya kelenjar paratiroid.
Terapi adjuvant
Penggunanan radisi interna (radioaktif 1311) pada keganasan tiroid masih kontroversial.
Radioblasi dikerjakan pada kasus kanker tiroid dengan faktor resiko tinggi yang sudah dilakukan
tiroidektomi total. Indikasi lainya adalah untuk mematikan lesi metstasis karsinoma tiroid.
Tujuan terapi adalah memaksimalkan angka bebas penyakit. Terapi adjuvan utama adalah TSH,
tapi kriteria dari penggunaan adjuvant tersebut berbeda dari satu center ke center yang lain.
Penggunaan radiasi eksterna / external-beam radioterapi (RBRT) sebagai adjuvant karsinoma
tiroid hanya diberikan pada karsinoma anaplastik. Namun pada saat ini fungsinya terbatas pada
terapi paliatif. EBRT juga lebih sering digunakan dalam terapi paliatif karsinoma tiroid yang
bermetastase jauh atau stadium lokal advance. Seperti metastase ke tulang atau rekuren pada

16
“bed tyroid”. Pasien dengan kanker tiroid tipe meduler yang termasuk resiko tinggi untuk
terjadinya rekuransi lok regonal invasi ekstra glandular dan metastase ke KGB sehingga di
anjurkan mendapat RBRT post operasi.
Penggunaan kemoterapi tidak begitu bermanfaat dalam penatalaksanaan kanker tiroid.
Kemoterapi di gunakan terbatas untuk karsinoma tiroid anaplastik, namun hasilnya
mengecewakan.
Pemakaian levothyroxine dalam dosis subtoksik tetap masih kontrovesial. Tujuan terapi
ini adalah untuk menekan TSH yang diduga merupakan perangsang/faktor pertumbuhan
karsinoma tiroid.
Tujuan utama dari terapi kanker tiroid adalah memperkecil resiko rekurensi dan
metastasis jauh, dalam hal ini menurunkan angka morbiditas dan mortalitas penderita kanker.
Banyak modalitas terapi yang bisa digunakan untuk penanganan penderita kanker tiroid
diantaranya adalah tiroidektomi, ablasi tiroid dengan iodine radioaktif, supresi thyrotropin dan
radiasi eksterna.
Prognosis13
Karsinoma yang berdiferensiasi baik (PTC dan FTC) secara umum memiliki prognosis
yang baik, terutama pada pasien di bawah usia 45 tahun. Faktor-faktor yang dapat memperburuk
prognosis adalah usia yang lebih tua, laki-laki, metastasi ke tulang atau otak, metastasis ke paru-
paru yang luas, dan kekurangan uptake I131. Pasien dengan FTC memiliki risiko kematian akibat
kanker 3,4 kali lebih tinggi daripada pasien dengan PTC.
MTC biasanya tidak nyeri, namun lebih agresif daripada karsinoma yang berdiferensiasi
baik. Secara keseluruhan, tingkat harapan hidup 10 tahun 90% pada pasien dengan kanker hanya
pada tiroid, 70% pada pasien dengan metastasis ke nodus limfatikus cervical, dan 20% pada
pasien dengan kanker yang bermetastasis jauh. Secara umum, MTC pada MEN 2B memiliki
struktur yang paling agresif, dan prognosis paling buruk.
ATC memiliki tingkat harapan hidup 1 tahun sekitar 10% dan harapan hidup 5 tahun
sekitar 5%. Pasien dengan tumor yang terlokalisasi penuh pada MRI memiliki prognosis yang
lebih baik. Secara umumkanker tiroid pada orang dengan usia di bawah 20 tahun atau di atas 45
tahun memiliki prognosis yang lebih buruk. Prognosis pada pasien laki-laki lebih buruk daripada
pasien perempuan.

17
Kesimpulan
Laki-laki, 60 tahun, dengan keluhan terdapat benjolan di leher bagian depan yang kian
hari makin membesar, sejak 1 tahun yang lalu diduga mengalami karsinoma tiroid. Karsinoma
tiroid adalah jenis kanker ganas yang harus mendapatkan perhatian khusus untuk para
penderitanya. Penatalaksanaan yang cepat dan tepat sangat diperlukan untuk penyakit ini agar
tidak bermetastasis luas ke organ tubuh yang lain karena prognosis dari setiap jenis karsinoma
tiroid ini berbeda.
Daftar Isi
1. Prodjosudjadi W. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 3. Ed 4. Jakarta: IPD FKUI;
2007.h.98-121.
2. Isselbacher, Kurt J, 2000, Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, EGC, Jakarta.
3. Johnson, M, dkk, 2000, Iowa Intervention Project: Nursing Outomes Classification (NOC)
2nd. Mosby, St.Louis.
4. McPhee SJ, Papadakis MA. Current medical diagnosis & treatment. 46th ed. USA: McGraw
Hill; 2007; p. 1145-53.
5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S. Buku ajar lmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5; Jilid
III. Jakarta: FKUI; 2009. h.2031-8.
6. Noer Sjaifoellah. Ilmu penyakit dalam.Ed3.Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2007.h.135-55.
7. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Karsinoma tiroid, In : Kapita Selekta
Kedokteran. Volume 2. 3rd edition. Jakarta: Media Aesculapius; 2008.h.287-292
8. Price, Sylvia Anderson & Lorraine M.W., 1995, Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit, EGC, Jakarta.
9. Horrison LB, Session RB, Hong, W . Head and Neck Cancer. A Multidisiplinary Approach.
2nd ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkin; 2004.p.715
10. Greenspan B. Endokrin dasar dan klinik.Jakarta:EGC;2009.h.35-47.
11. Farndon, JR . Breast and Endocrine Surgery. London: WB Saunders Company; 1997.p.35
12. Cady B, Rossis S. Surgery of Thyroid and Parathyroid Gland, 3rd ed. London: WB Saunders
Company; 1991
13. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robin & Cotran : Dasar patologis penyakit. Edisi ke-7.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h. 1198-207.

18
14. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, et al. Harrison’s principles of internal medicine. 18th ed.
Singapore: McGraw Hill; 2012. p. 2933-9.

19

Anda mungkin juga menyukai