Anda di halaman 1dari 22

A.

Definisi
Pre-eklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang
bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita
hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan
tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan,
meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan.
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah
140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir trisemester kedua sampai
trisemester ketiga) atau bisa lebih awal terjadi.
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa
menjadi penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan,
persalinan, dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
Pre-eklamsi ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/ atau
edema pada umur kehamilan 20 minggu atau lebih atau pada masa nifas. Gejala ini
dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas.
Pre-eklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya pertensi 150/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema
pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

B. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Banyak teori-teori dikemukakan para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya, oleh karena itu disebut “penyakit teori”. Namun belum ada yang
memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang ini dipakai sebagai
penyebab Preeklampsi adalah teori“iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat
menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini.
Rupanya tidak hanya satu fakkor yang menyebabkan preeklampsi
dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar ditentukan
mana yang sebab dan mana yang akibat.
Klasifikasi Pre-Eklampsia dan Eklampsia
1. Pre Eklamsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Pre Eklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan
sistolik 30 mmHg atau lebih.
2) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1
kg atau lebih per minggu.
3) Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+
pada urin kateter atau midstream
b. Pre Eklamsi berat,bila disertai dengan keadaan sebagai berikut:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigas-
trium.
5) Terdapat edema paru dan sianosis.

C. Manifestasi Klinis
Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein pada urine dan tekanan darah
tinggi, gejala preeklampsia yang patut diwaspadai adalah :
a. Berat badan yang meningkat secara drastis akibat dari penimbunan cairan
dalam tubuh
b. Nyeri perut
c. Sakit kepala yang berat
d. Perubahan pada reflex
e. Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali
f. Ada darah pada air kencing
g. Pusing
h. Mual dan muntah yang berlebihan
i. Udem
j. Hipertensi
k. Proteinuria
1. Pre-eklampsia ringan:
a. Kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg;
diastole 90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg
b. Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air seni)
c. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan
2. Pre-eklampsia Berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai
dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai
proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Tanda dan
gejala pre-eklampsia berat :
a. Tekanan darah sistolik 160 mmHg
b. Tekanan darah diastolik 110 mmHg
c. Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning)
d. Trombosit < 100.000/mm3
e. Oliguria (jumlah air seni < 400 ml / 24 jam) 6. Proteinuria (protein dalam
air seni > 3 g / L)
f. Nyeri ulu hati
g. Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat
h. Perdarahan di retina (bagian mata)
i. Edema (penimbunan cairan) pada paru
j. Koma

D. Patofisiologi
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler
terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan
vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter
pembuluh darah kesemua organ, fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati
dan otak menurun sampai 40-60%. Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi
pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas
uterus dan sensitifitas terhadap oksitosin meningkat (Maryunani & Yulianingsih,
2010).
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan
glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air ditahan,
tekanan osmotik plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan
hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan
peningkatan hematokrit. Pada preeklamsia berat terjadi penurunan volume darah,
edema berat dan berat badan naik dengan cepat (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar dan
hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau
nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi
yang hebat dari preeklamsia, enzim-enzim hati seperti SGOT dan SGPT meningkat.
Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke retina menimbulkan symtom
visual skotama dan pandangan kabur. Patologi yang sama menimbulkan edema
serebral dan hemoragik serta peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit
kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek).
Edema paru dihubungkan dengan edema umum yang berat, kompliksai ini biasanya
disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
E. Pathway

F. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada preeklamsia yaitu antara lain (Mitayani, 2009):
1. Pada ibu
a. Eklamsia
b. Solusio plasenta
c. Perdarahan subkapsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah
e. HELLP syndrome (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low platelet
count)
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
2. Pada janin
a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Urin : Protein, reduksi, bilirubin, sedimenurin.
2. Darah :Trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH, dan bilirubin.
3. USG.
Pemeriksaan tambahan yang diperlukan untuk penegakan diagnose adalah:
a. Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan
darah, penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin
untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% ), hematokrit meningkat ( nilai rujukan
37 – 43 vol% ), trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3).
Hematokrit merupakan volume eritrosit per 100 mL dinyatakan dalam
%.Peningkatan hematokrit biasanya terjadi pada :
1) Hemokonsentrasi
2) PPOK
3) Gagal jantung kongesif
4) Perokok

H. Penatalaksanaan Medis
1. Penatalaksanaan pre eklampsia ringan
a. Penatalaksanaan rawat jalan pasien pra eklamsia ringan :
1) Banyak istirahat (berbaring tidur / miring)
2) Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
3) Sedative ringan : tablet Phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2
mg per oral selama 7 hari
4) Roborantia
5) Kunjungan ulang setiap minggu
6) Pemeriksaan laboratorium : hemoglobin, hemaokrit, trombosit, urin
lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal
b. Penatalaksanaan rawat tinggal pasien pre eklamsia ringan berdasarkan criteria
1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya
perbaikan dari gejala-gejala pre eklamsia seperti :
2) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu berturut-turut (2
minggu)
3) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda pre eklamsia berat.
Bila setelah 1 minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka pre
eklamsia ringan dianggap sebagai pre eklamsia berat. Bila perawatan dirumah sakit
sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka
penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu
disesuaikan dengan perawatan rawat jalan.
c. Perawatan Obsetri pasien pre eklampsia ringan :
1) Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
a) Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan
ditunggu sampai aterm.
b) Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama
perawatan maka kehamilannya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37
minggu atau lebih.
c) Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih), persalinan ditunggu sampai
terjadi usia persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan
persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
d) Cara persalinan : persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu
memperpendek kala II
2. Penatalaksanaan pre eklampsia berat
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklampsia
berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi :
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medicinal.
Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal assessment (NST & USG).
1) Indikasi :
a. Ibu
1) Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
2) Adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia
3) Kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan
medikamentosa terjadi kenaikan tekanan darah atau setelah 24
jam terapi medikamentosa tidak ada perbaikan
b. Janin
1) Hasil fetal assessment jelek (NST & USG)
2) Adanya tanda IUGR
c. Laboratorium
1) Adanya HELLP syndrome ( hemolisis dan peningkatan fungsi
hepar, trombositopenia)
2) Pengobatan Medikamentosa
1) Segera masuk rumah sakit
2) Tidur baring, miring ke satu sisi (sebaiknya kiri), tanda vital diperiksa
setiap 30 memit, reflex patella setiap jam
3) Infuse dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infuse RL
(60-125 cc/jam) 500 cc
4) Antasida
5) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6) Pemberian obat anti kejang : Diazepam 20 mg IV dilanjutkan dengan
40 mg dalam Dekstrose 10% selama 4-6 jam atau MgSO4 40% 5 gram
IV pelalan dilanjutkan 5 gram dalam RL 500 cc untuk 6 jam.
7) Diuretic tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40
mg/IV.
8) Antihipertensi diberikan bila : tekanan darah sistolik e” 180 mmHg,
diastolic e” 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Dapat diberikan
catapres ½ - 1 ampul IM dapat diulang tiap 4 jam, atau alfametildofa 3
x 250 mg, dan nifedipin sublingual 5-10 mg.
9) Kartiodonika, indikasinya bila ada tanda-tanda payah jantung,
diberikan digitalisasi cepatdengan cedilanid.
10) Lain-lain :
a. Konsul bagian penyakit dalam/ jantung, mata
b. Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rectal lebih 38,5 derajat
celcius dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau
alkoho; atau xylamidon 2 cc IM
c. Antibiotic diberikan atas indikasi, diberikan ampicillin 1 gr/ 6 jam
/ IV/ hari
d. Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksiu
uterus, dapat diberikan petidin HCI 50-75 mgg sekali saja,
selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
3) Pengobatan Obstetrik
a. Cara Terminasi Kehamilan Yang Belum Inpartu
1) Induksi persalinan : teteskan oksitosin dengan syarat nilai Bishop
5 atau lebih dan dengan fetal hearth monitoring
2) Seksio Sesaria bila :
a. Fetal assessment jelek
b. Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai bishop kurang
dari 5) atau adanya kontraindikasi tetsan oksitosin
c. 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosi belum masuk
fase aktif
d. Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesaria
b. Cara Terminasi Kehamilan Yang Sudah Inpartu
Kala 1
1) Fase laten : 6 jam, belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio
sesaria
2) Fase aktif : amniotomi saja bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi
pembukaan lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu
dilakukan tetesan oksitosin)
Kala II
1) Pada persalinan per vaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus
buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-
kurangnyha 3 menit setelah pemberian terapi medikamentosa. Pada
kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan memungkinkan
terminasiditunda 2x 24 jam untuk memberikan kortikosteroid

b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah


pengobatan medicinal.
1) Indikasi : bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-
tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik
2) Terapi medikamentosa : sama dengan terapi medikamentosa pada
pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous,
cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada
bokong kanan
3) Pengobatan obstetric
a. Selama perawatan koservatif : observasidan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya dilakukan disini tidak dilakukan terminasi
b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre
eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam
c. Bila setelah 24 jam tidak adaperbaikan maka dianggap terapi
medikamentosa gagal dan harus ditermisi
d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih
dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous
4) Penderita dipulangkan bila :
a. Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda pre eklampsia ringan
dan telah dirawat selama 3 hari
b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan :
penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklampsia ringan
(diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
I. Informasi Tambahan
1. Kategori Obat-obatan
Antikonvulsan
Mencegah kambuhnya kejang dan mengakhiri aktivitas klinik dan
elektrik kejang.
a. Magnesium sulfat.
Mencegah kambuhnya kejang dan mengakhiri aktivitas klinik dan
elektrik kejang. Beberapa penelitian telah mengungkapkan bahwa
magnesium sulfat merupakan drug of choice untuk mengobati
kejang eklamptik (dibandingkan dengan diazepam dan fenitoin).
Merupakan antikonvulsan yang efektif dan membantu mencegah
kejang kambuh dan mempertahankan aliran darah ke uterus dan
aliran darah ke fetus. Magnesium sulfat berhasil mengontrol kejang
eklamptik pada >95% kasus. Selain itu zat ini memberikan
keuntungan fisiologis untuk fetus dengan meningkatkan aliran darah
ke uterus.
b. Fenitoin
Fenitoin telah berhasil digunakan untuk mengatasi kejang
eklamptik, namun diduga menyebabkan bradikardi dan hipotensi.
Fenitoin bekerja menstabilkan aktivitas neuron dengan menurunkan
flux ion di seberang membran depolarisasi.
Keuntungan fenitoin adalah dapat dilanjutkan secara oral untuk
beberapa hari sampai risiko kejang eklamtik berkurang. Fenitoin
juga memiliki kadar terapetik dan penggunaannya dalam jangka
pendek sampai sejauh ini tidak memberikan efek samping yang
buruk pada neonates.
c. Diazepam
Telah lama digunakan untuk menanggulangi kegawatdaruratan pada
kejang eklamptik. Mempunyai waktu paruh yang pendek dan efek
depresi SSP yang signifikan.
d. Hidralazin
Merupakan vasodilator arteriolar langsung yang menyebabkan
takikardi dan peningkatan cardiac output.Hidralazin membantu
meningkatkan aliran darah ke uterus dan mencegah hipotensi.
Hidralazin dimetabolisir di hati. Dapat mengontrol hipertensi pada
95% pasien dengan eklampsia.
e. Labetalol
Merupakan beta-bloker non selektif. Tersedia dalam preparat IV dan
per oral. Digunakan sebagai pengobatan alternatif dari hidralazin
pada penderita eklampsia. Aliran darah ke uteroplasenta tidak
dipengaruhi oleh pemberian labetalol IV.
f. Nifedipin:
Merupakan Calcium Channel Blocker yang mempunyai efek
vasodilatasi kuat arteriolar. Hanya tersedia dalam bentuk preparat
oral
g. Klonidin
Merupakan agonis selektif reseptor 2 ( 2-agonis). Obat ini
merangsang adrenoreseptor 2 di SSP dan perifer, tetapi efek
antihipertensinya terutama akibat perangsangan reseptor 2 di SSP.

J. Asuhan Keperawatan Pre Eklamsi


1. Pengkajian
Pengkajian fokus menurut “Doenges” (2001) :
a. Aktivitas / istirahat
1) Melaporkan kelebihan, kurang energi
2) Letargi, mengantung akibat anestesi
b. Sirkulasi
1) TD dapat meningkat
2) Kehilangan darah pada tindakan Sectio Caesaria mencapai kurang
lebih 600-800ml
3) Perdarahan vagina mungkin ada
c. Eliminasi
1) Distensi usus atau kandung kemih mungkin ada
2) Kateter urinarius mungkin terpasang
d. Integritas ego
1) Mungkin sangat cemas dan ketakutan 25
2) Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai
ketakutan, marah dan menarik diri
3) Mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk menghadapi
situasi baru
e. Nyeri / ketidaknyamanan
1) Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari berbagai sumber,
misalnya trauma bedah / insisi, nyeri menyertai, distensi kandung
kemih / adomen, efek-efek anestesi.
f. Keamanan
1) Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh.
g. Makanan atau cairan
Dapat mengeluh lapar, haus, nyeri pada epigastrik (pengaruh anestesi)
h. Seksualitas
1) Kehamilan multiple atau gestasi, melahirkan secara seas aria
sebelumnya
2) Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
b. Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
c. Pemeriksaan Fisik (Persistem)
d. Sistem pernafasan
e. Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang
dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan
aktifitas, krekes mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus
pada kaki.
f. Sistem cardiovaskuler
Inspeksi : apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
Palpasi :
Tekanan darah : biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD,
melebihi tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan.
Nadi : biasanya nadi meningkat atau menurun.
Leher : apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena
Jugularis, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu
mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun
waktu 24 jam Suhu dingin
Auskultasi : untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui
adanya fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan
janin melemah.
g. System reproduksi
1) Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada
payudara.
2) Genetalia
Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur
darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
3) Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi
edema, periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus
h. Sistem integument perkemihan
1) Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas
akibat gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan
natrium, (Fungsi ginjal menurun).
2) Oliguria
3) Proteinuria
i. Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
j. Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II
kiri atas), anoreksia, mual dan muntah.
Pengelompokan Data
1. Data Subyektif
a. Biasanya ibu mengeluh panas
b. Biasanya ibu mengeluh sakit dan nyeri kepala
c. Biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin
d. biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya
e. skala nyeri (2-4)
f. biasanya ibu mengatakan kurang nafsu makan
g. biasanya ibu sering mengeluh mual muntah
h. biasanya ibu sering bertanya tentang penyakitnya
i. biasanya ibu sering mengungkapkan kecemasan
2. Data Obyektif
a. Biasanya teraba panas
b. Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan
c. Biasanya ibu tampak kejang
d. Biasanya ibu tampak lemah, konjungtiva anemis
e. Biasanya penglihatan ibu kabur
f. Biasanya klien tampak cemas dan gelisah
g. Biasanya klien tampak kurus
h. Tonus otot perut tampa tegang
i. Biasanya ibu tampak meringis kesakitan
j. Biasanya DJJ bayi cepat >160
k. Bisanya ibu tampak meringis kesakitan
l. Aktivitas janin menurun
K. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan
terputusnyakontinuitas jaringan sekunder akibat pembedahan
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan
tubuhterhadap bakteri sekunder pembedahan
4. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah
dalampembedahan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya insisi pembedahan
dannyeri
6. Konstipasi berhubungan dengan imobilisasi
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
8. Resiko ASI tidak efektif berhubungan dengan produksi ASI yang tidak
adekuat

L. Analisa Data
Data Senjang Etiologi Masalah Keperawatan
DS : - vasospasme Perubahan perfusi
DO : - tekanan darah lebih jaringan
dari normal hipertensi
- Nyeri kepala
- Oedema oedema kaki
- Sakit kepala yang berat
- Nyeri ekstremitas penurunan plasma

perubahan perfusi
jaringan
DS : - kontraktilitas jantung penurunan curah jantung
DO : - oedema meningkat
- Nyeri kaki
- Tekanan darah tidak tekanan darah
normal meningkat
- Urin ouput < 500n /
24 jam perubahan preload dan
afterload

penurunan curah
jantung
DS : - Peningkatan Tekanan resiko kejang
DO : - Penigkatan TD darah
- RR
- Nadi spasme otot tubuh
- Suhu
tidak dapat terkontrol

resiko kejang
DS : - kurang informasi terkait Cemas
DO : - wajah terlihat cemas penyakit
- Menunjukan tingkah
laku yang membuat tidak memiliki respon
khawatir positif
- Sorot bola mata tidak
focus mekanisme koping
- Terlihat banyak diam negative
dengan pandangan
kosong khawatiran berlebih

cemas
M. Intervensi Keperawatan

No. Dx Tujuan (NOC) Intervensi Keperawatan


Keperawatan Intervensi (NIC) Rasional
1 Tujuan : Perfusi 1. Kaji adanya perubahan tanda-tanda 1. Data tersebut berguna dalam
Perubahan perfusi Uteroplasental dan jaringan vital menentukan perubahan perfusi
jaringan berhubungan ginjal baik. 2. Kaji daerah ekstremitas 2. Ekstremitas yang dingin,sianosis
dengan Kriteria hasil: dingin,lembab,dan sianosis menunjukan penurunan perfusi
hipertensi,vasospasme - Tingkat kesadaran baik jaringan
dan perdarahan. dan tidak berubah 3. Catat adanya penurunan haluaran 3. Pengeluaran urin normal lebih dari
- Janin tidak Urin <400 ml/24 jam, laporkan jika 40ml/jam.
menunjukkan tanda- proteinuria ≥ +2 atau pengeluaran
tanda distress urin berkurang(≤250ml/ 8jam
- Perfusi maksimal 4. Berikan kenyamanan dan istirahat 4. Kenyamanan fisik memperbaiki
- Tekanan darah normal kesejahteraan pasien istirahat
mengurangi komsumsi oksigen
2 Tujuan : Mempertahankan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan umum
Penurunan curah curah Jantung yang pasien dalam menentukan tindakan
jantung berhubungan maksimal selanjutnya
dengan terapi 2. Berikan O2 sesuai anjuran 2. Terapi oksigen meningkatkan suplai
hipertensi,proses oksigen ke jantung
penyakit. 3. Berikan kenyamanan dan istirahat 3. Kenyamanan fisik akan memperbaiki
pada pasien dengan memberikan kesejahteraan pasien dan mengurangi
asuhan keperawatan individual kecemasan,istirahat mengurangi
komsumsi oksigen miokard
4. Hindari makanan tinggi garam 4. Mengurangi risiko peningkatan
tekanan darah
5. Kolaboratif: pemberian 5. Menurunkan risiko gagal ventrikel kiri
antihipertensi sesuai indikasi dokter & perdarahan otak.

3 Tujuan : Setelah dilakukan 1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam 1. Bila ada peningkatan TD merupakan
Resiko terjadinya tindakan perawatan tidak indikasi terjadinya kejang
kejang pada ibu terjadi kejang pada ibu 2. Catat tingkat kesadaran pasien 2. Penurunan kesadaran sebagai indikasi
berhubungan dengan penurunan aliran darah otak.
penurunan fungsi
organ (vasospasme 3. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia 3. Gejala tersebut merupakan manifestasi
dan peningkatan (hiperaktif, reflek patella dalam, dari perubahan pada otak, ginjal,
tekanan darah). penurunan nadi,dan respirasi, nyeri jantung dan paru yang mendahului
epigastrium dan oliguria) status kejang
4. Monitor adanya tanda-tanda dan 4. Kejang akan meningkatkan kepekaan
gejala persalinan atau adanya uterus yang akan memungkinkan
kontraksi uterus terjadinya persalinan
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam 5. Anti hipertensi untuk menurunkan
pemberian anti hipertensi dan SM tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang

4 Tujuan : Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan ibu 1. Tingkat kecemasan ringan dan sedang
Cemas berhubungan tindakan perawatan bisa ditoleransi dengan pemberian
dengan koping yang kecemasan ibu berkurang pengertian sedangkan yang berat
tidak efektif diperlukan tindakan medikamentosa
2. Jelaskan mekanisme proses 2. Pengetahuan terhadap proses
persalinan persalinan diharapkan dapat
mengurangi emosional ibu yang
maladaptive
3. Tingkatkan mekanisme koping ibu 3. Kecemasan akan dapat teratasi jika
yang efektif mekanisme koping yang dimiliki ibu
efektif
4. Beri support system pada ibu 4. Ibu dapat mempunyai motivasi untuk
menghadapi keadaan yang sekarang
secara lapang dada asehingga dapat
membawa ketenangan hati.

Anda mungkin juga menyukai