ABSTRAK
Latar Belakang: Pasien Cronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal kronik tahap (akhir)
membutuhkan terapi hemodialisis untuk kelangsungan hidupnya. Kondisi ini bisa berdampak
pada kualitas hidupnya. Faktor –faktor yang berpengaruh pada kualitas hidup meliputi faktor
demografi pasien, frekuensi dan lama menjalani hemodialisis serta adekuasi hemodialisis.
Tujuan:Untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien Gagal Ginjal Kronik ditinjau dari
pendidikan frekuensi dan lama menjalani hemodialisis di RS. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga.
Metode:Jenis penelitian ini merupakan penelitian komparatif. Dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Sampel penelitian adalah semua pasien CKD yang menjalani Hemodialisis
dengan teknik total sampling. Analisis dengan menggunakan uji Mann-Whitney
Hasil:Tidak ada perbedaan antara kualitas hidup responden berpendidikan tinggi dan responden
berpendidikan rendah dengan nilai p= 0,736 atau P>0,05. Tidak ada perbedaan antara kualitas
hidup responden yang mempunyai frekuensi hemodialisis sedikit dan frekuensi hemodialisis
banyak dengan nilai p= 0,238 atau P>0,05 dan tidak terdapat perbedaan antara kualitas hidup
responden yang mempunyai lama hemodialisis baru dan lama dengan nilai p= 0,984 atau
P>0,05
Kesimpulan:Tidak ada perbedaan antara kualitas hidup pasien ditinjau dari pendidikan,
frekuensi dan lama hemodialisis di RSUD. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
serta asam basa, sehingga diperlukan hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian
dialisis atau transplatasi ginjal untuk mereka. Hal ini terangkum secara kompleks
kelangsungan hidup pasien. Dialisis mencakup kesehatan fisik, status psikologis,
merupakan suatu proses yang digunakan tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan
untuk mengeluarkan cairan dan produk hubungan kepada karakteristik lingkungan
limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mereka (WHOQOL, 2004).
mampu melaksanakan proses tersebut Beberapa faktor yang diduga
(Smeltzer, et al, 2008). Terdiagnosis Gagal berhubungan dengaan kualitas hidup
Ginjal Kronis dan harus menjalani adalah faktor demografi, kadar hemoglobin,
hemodialisis seumur hidup dapat akses vaskuler, adekuasi hemodialisis,
menimbulkan dampak pada individu pasien tekanan darah dan lama menjalani
gagal ginjal. Dalam menjalani hemodialisis menjalani hemodialisis. Hasil penelitian
cairan, dan diet harus dibatasi, hal ini Nurcahyati, S (2010) menyimpulkan
menyebabkan kehilangan kebebasan, bahwa tekanan darah, frekuensi dan lama
tergantung pada pelayanan kesehatan, menjalani hemodialisis sebagai faktor
konflik dalam perkawinan, keluarga dan independen yang dapat mempengaruhi
kehidupan sosial, berkurangnya kualitas hidup pasin gagal ginjal yang
pendapatan. Hal-hal tersebut dapat menjalani hemodialisis.
mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal Adekuasi hemodialisis dikaitkan pula
ginjal kronik. Saat ini terapi pengganti ginjal dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
yang paling banyak digunakan adalah kronik yang menjalani hemodialisa. Hasil
hemodialisis, hal ini dikarenakan terapi ini penelelitian Septiwi, C (2010) menyebutkan
lebih terjangkau dan sudah terbukti efektif. bahwa secara statistik terdapat hubungan
Prosedur hemodialis walupun diangap yang bermakna antara adekuasi
efektif dan aman dan bermanfaat tetapi bisa hemodialisis dengan kualitas hidup denagn
juga menimbulkan risiko atau efek samping p value; 0,001. Pemodelan multivariat faktor
(Shangholian, et al, 2008). risiko menunjukkan bahwa responden yang
Kualitas hidup adalah persepsi mencapai adekuasi hemodialisis
individu dalam kemampuan, keterbatasan, mempunyai peluang yuntuk mempunyai
gejala serta sifat psikososial hidupnya kualitas hidup yang baik sebesar 10,6 kali di
dalam konteks budaya dan sistem nilai bandingkan pasien yang tidak mencapai
untuk menjalankan fungsinya (WHOQOL adekuasi hemodialisis. Hasil penelitian
group, 1998 dalam Murphy et al, 2000; Pagels,. A, A et al (2012 ) tentang kualitas
Nurchayati, S, 2010). Menurut WHO hidup pasien gagal ginjal kronik yang
kualitas hidup adalah sebagai persepsi menjalani hemodialisa pada berbagai stage
individu sebagai laki-laki ataupun CKD menyimpulkan bahwa beratnya
perempuan dalam hidup ditinjau dari penyakit dan gagal ginjal tahap lima sangat
konteks budaya dan system nilai dimana mempengaruhi kualitas hidup pasien CKD,
mereka tinggal, hubungan dengan standar artinya semakin parah tingkatan CKD
orang (45,5%). Usia responden penelitian sudah menjalani lebih dari 11 bulan.
sebagian besar sudah memasuki usia tua Sebagian kecil kurang dari sebelas bulan
yaitu 18 orang (54.5%) berdasarkan sekitar 30,3%. Selanjutnyan sekitar 22
katagorinya, diikuti usia muda 15 orang responden (66,7%) memiliki kualitas hidup
(45,5%), tingkat pendidikan responden yang berkualitas dan 12 reponden (33,3%)
sebagian besar 63,6% adalah rendah dan dan selebihnya kurang berkualitas (Tabel 1).
36,4% selebihya berpendidikan tinggi. Hasil analisis Mann-Whitney dengan
Berdasarkan frekuensi HD tingkat kepercayaan 95% menunjukkan
menunjukkan sekitar 21 responden (63,6%) bahwa nilai berturut turut p= 0,736, p= 0,238,
sudah menjalani hemodialisis kurang lebih p:=0,984 atau p>0,05 maka dapat
50 kali dan 12 reponden (36,4%) kurang disimpulkan tidak terdapat perbedaan
dari 50 kali. Untuk durasi atau lamanya bermakna antara kualitas hidup dilihat dari
menjalani hemodialisis hampir didominasi tingkat pendidikan, frekuensi dan lama
oleh pasien yang cukup lama yaitu 69,7% hemodialiasis (Tabel 2).
Tabel 2. Perbedaan Kualitas Hidup Dari Tinjau Dari Tingkat Pendidikan, Frekuensi Dan
Lama/Durasi Hemodialisis di RS Goeteng Taroeadibrata
Variabel Kualitas hidup Frekuensi Mean Rank Sum Of Rank p value
Pendidikan Rendah (SD&SMP) 21 16.57 348.00 0,736
Tinggi (SMA& PT) 17.75
12 213.00
Frekuensi <50 Sedikit 0,238
12 14.38 172.50
≥ 50 Banyak
21 18.50 388,50
Lama/Durasi <11 bulan 10 17.05 170.50 0,984
≥ 11 bulan 23 16,98 390,50
usia, pendidikan, status perkawinan) serta terbukti secara definitif (Locatelli F., et al,
variabel klinis (kesehatan mental yang 2005).
dilaporkan sendiri, depresi dan kecemasan) Laporan yang dituliskan oleh Chazot
pada pasien stadium akhir penyakit ginjal C, and Jean G (2009) menunjukkan bahwa
(ESRD). Menemukan bahwa Umur memiliki terdapat efek positif pada waktu dialisis
efek pada domain fisik dan sosial kualitas dilakukan memanjang atau peningkatan
hidup. Sehingga dapat disimpulkan frekuensi dialisis hal ini diartikan sebagai
pendidikan tidak mempengaruhi semua kelangsungan hidup pasien lebih baik.
aspek pada komponen kualitas hidup. Temuan ini tergantung pada waktu
Walaupun berdasarkan analisa univariat perawatan pasien yang menjalani
diketahui sebagian besar mereka (66,7%) hemodialisis dirawat setidaknya 7 jam per
kualitas hidupnya berkualitas baik tetapi sesi HD memiliki ketahanan hidup yang
secara statistik perbedaanya tidak lebih baik daripada pasien yang diobati
bermakna dengan responden yang kualitas untuk waktu yang lebih pendek.
hidupnya kurang berkualitas. Hasil penelitian yang menunjukkan
Perbedaan Kualitas hidup berdasarkan tidak adanya perbedaan kualitas hidup
frekuensi hemodialisis antara pasien yang frekuensinya lebih
Frekuensi hemodialisis dalam banyak dibandingkan yang lebih sedikit
penelitian ini adalah sudah berapa kali dimungkinkan karena keyakinan mereka
responden sudah menjalani hemodialisis, bahwa kualitas hidup sifatnya subjektif
tentu saja hal ini hampir sama atau sejalan dan tidak bergantung pada banyak
dengan durasi/lama menjalani program sedikitnya hemodialisa yang sudah mereka
hemodialisis. Jadi belum bisa dipastikan lakukan. Dari hasil wawancara dengan
apakah frekuensi yang dimaksud bisa responden mereka tidak berfikir sudah
mempengaruhi kualitas hidup responden. berapa lama menjalani, mereka hanya tau
Frekuensi juga bisa diartikan sebagagai bahwa hemodialisa akan dialakukan
dosis HD setiap minggunya, hemodialisis sepanjang hidup mereka setelah post
sekali setiap minggunya pada kondisi diagnosis gagal ginjal kronik, dan mereka
stadium gagal ginjal awal dan minimal 2 kali berpikir positif mereka akan baik-baik saja.
seminggu pada kondisi gagal ginjal stadium Perbedaan Kualitas hidup berdasarkan
akhir (Smeltzer, et al, 2008). Hasil penelitian Durasi/Lama Hemodialisis
menyimpulkan bahwa dosis/frekuensi Hal ini sejalan dengan penelitian
hemodialisis 3 kali perminggu lebih Kamaludin dan Rahayu (2009)
direkomendasikan, adanya temuan terkait menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan
Hemodialisis harian merupakan metode kepatuahan terhadap kepatuhan asupan
yang sangat menjanjikan untuk cairan pada pasien gagal ginjal yang
meningkatkan hasil dialisis dan kualitas menjalani hemodialisa. Hasil ini diperkuat
hidup, meskipun dampaknya terhadap penelitian Septiwi, C (2011); Suryariilish
kelangsungan hidup pasien belum telah (2008); Ibrahim (2005) yang menyebutkan