Anda di halaman 1dari 9

PERBEDAAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DITINJAU DARI

TINGKAT PENDIDIKAN, FREKUENSI DAN LAMA HEMODIALISIS DI RSUD GOETENG


TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Sri Suparti1 , Umi Solikhah1


1
Staf Pengajar Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Email: partty26@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Pasien Cronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal kronik tahap (akhir)
membutuhkan terapi hemodialisis untuk kelangsungan hidupnya. Kondisi ini bisa berdampak
pada kualitas hidupnya. Faktor –faktor yang berpengaruh pada kualitas hidup meliputi faktor
demografi pasien, frekuensi dan lama menjalani hemodialisis serta adekuasi hemodialisis.
Tujuan:Untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup pasien Gagal Ginjal Kronik ditinjau dari
pendidikan frekuensi dan lama menjalani hemodialisis di RS. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga.
Metode:Jenis penelitian ini merupakan penelitian komparatif. Dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Sampel penelitian adalah semua pasien CKD yang menjalani Hemodialisis
dengan teknik total sampling. Analisis dengan menggunakan uji Mann-Whitney
Hasil:Tidak ada perbedaan antara kualitas hidup responden berpendidikan tinggi dan responden
berpendidikan rendah dengan nilai p= 0,736 atau P>0,05. Tidak ada perbedaan antara kualitas
hidup responden yang mempunyai frekuensi hemodialisis sedikit dan frekuensi hemodialisis
banyak dengan nilai p= 0,238 atau P>0,05 dan tidak terdapat perbedaan antara kualitas hidup
responden yang mempunyai lama hemodialisis baru dan lama dengan nilai p= 0,984 atau
P>0,05
Kesimpulan:Tidak ada perbedaan antara kualitas hidup pasien ditinjau dari pendidikan,
frekuensi dan lama hemodialisis di RSUD. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Kata Kunci: Kualitas hidup, Pendidikan, lama hemodialisis, frekuensi hemodialisis

PENDAHULUAN (Perhimpunan Nefrologi Indonesia)


Cronic Kidney Disease (CKD) atau menyebutkan, Jumlah diagnosa rawat
penyakit ginjal kronik adalah adanya utama pasien Hemodialisis adalah 25.353
gangguan pada fungsi ginjal yang progresif pasien (PERFERI, 2011). Di Indonesia,
dan ireversibel, dimana kemampuan tubuh prevalensi penderita End-Stage Renal
gagal untuk mempertahankan metabolisme Disease yang menjalani hemodialisis pada
serta keseimbangan cairan dan elektrolit tahun 2006 sebesar 23,4/1.000.000
sehingga menyebabkan uremia (Smeltzer, penduduk. (Prodjosudjadi, W & A.
et al, 2008). ESRD (End Stage Renal Suhardjono, 2009). Untuk wilayah Jawa
Disease) merupakan penyakit ginjal tahap Tengah, Kasus gangguan fungsi ginjal pada
akhir dari CKD yang ditunjukkan dengan tahun 2004 dilaporkan sebanyak 170 kasus
ketidakmampuan ginjal dalam ( Dinkes Pem Prof Jateng , 2004)
mempertahankan homeostasis tubuh Akibat ketidakmampuan ginjal
(Ignatavicius & Workman, 2006). membuang produk sisa melalui eliminasi
Laporan survei tahun 2011 Gagal urin bisa menyebabkan gangguan fungsi
ginjal kronik dilakukan oleh PERNEFRI endokrin, metabolik dan cairan, elektrolit

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 2, AGUSTUS 2016 | Halaman 50


S Suparti│ Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Ditinjau dari Tingkat Pendidikan,
Frekuensi dan Lama Hemodialisis di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

serta asam basa, sehingga diperlukan hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian
dialisis atau transplatasi ginjal untuk mereka. Hal ini terangkum secara kompleks
kelangsungan hidup pasien. Dialisis mencakup kesehatan fisik, status psikologis,
merupakan suatu proses yang digunakan tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan
untuk mengeluarkan cairan dan produk hubungan kepada karakteristik lingkungan
limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mereka (WHOQOL, 2004).
mampu melaksanakan proses tersebut Beberapa faktor yang diduga
(Smeltzer, et al, 2008). Terdiagnosis Gagal berhubungan dengaan kualitas hidup
Ginjal Kronis dan harus menjalani adalah faktor demografi, kadar hemoglobin,
hemodialisis seumur hidup dapat akses vaskuler, adekuasi hemodialisis,
menimbulkan dampak pada individu pasien tekanan darah dan lama menjalani
gagal ginjal. Dalam menjalani hemodialisis menjalani hemodialisis. Hasil penelitian
cairan, dan diet harus dibatasi, hal ini Nurcahyati, S (2010) menyimpulkan
menyebabkan kehilangan kebebasan, bahwa tekanan darah, frekuensi dan lama
tergantung pada pelayanan kesehatan, menjalani hemodialisis sebagai faktor
konflik dalam perkawinan, keluarga dan independen yang dapat mempengaruhi
kehidupan sosial, berkurangnya kualitas hidup pasin gagal ginjal yang
pendapatan. Hal-hal tersebut dapat menjalani hemodialisis.
mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal Adekuasi hemodialisis dikaitkan pula
ginjal kronik. Saat ini terapi pengganti ginjal dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
yang paling banyak digunakan adalah kronik yang menjalani hemodialisa. Hasil
hemodialisis, hal ini dikarenakan terapi ini penelelitian Septiwi, C (2010) menyebutkan
lebih terjangkau dan sudah terbukti efektif. bahwa secara statistik terdapat hubungan
Prosedur hemodialis walupun diangap yang bermakna antara adekuasi
efektif dan aman dan bermanfaat tetapi bisa hemodialisis dengan kualitas hidup denagn
juga menimbulkan risiko atau efek samping p value; 0,001. Pemodelan multivariat faktor
(Shangholian, et al, 2008). risiko menunjukkan bahwa responden yang
Kualitas hidup adalah persepsi mencapai adekuasi hemodialisis
individu dalam kemampuan, keterbatasan, mempunyai peluang yuntuk mempunyai
gejala serta sifat psikososial hidupnya kualitas hidup yang baik sebesar 10,6 kali di
dalam konteks budaya dan sistem nilai bandingkan pasien yang tidak mencapai
untuk menjalankan fungsinya (WHOQOL adekuasi hemodialisis. Hasil penelitian
group, 1998 dalam Murphy et al, 2000; Pagels,. A, A et al (2012 ) tentang kualitas
Nurchayati, S, 2010). Menurut WHO hidup pasien gagal ginjal kronik yang
kualitas hidup adalah sebagai persepsi menjalani hemodialisa pada berbagai stage
individu sebagai laki-laki ataupun CKD menyimpulkan bahwa beratnya
perempuan dalam hidup ditinjau dari penyakit dan gagal ginjal tahap lima sangat
konteks budaya dan system nilai dimana mempengaruhi kualitas hidup pasien CKD,
mereka tinggal, hubungan dengan standar artinya semakin parah tingkatan CKD

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 2, AGUSTUS 2016 | Halaman 51


S Suparti│ Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Ditinjau dari Tingkat Pendidikan,
Frekuensi dan Lama Hemodialisis di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

semakin buruk kualitas hidupnya. hidupnya. Pentingnya pengukuran kualitas


Pendidikan sebagai salah satu hidup terkait status fungsional kesehatan
karakteristik pasien yang dimungkinkan ada pada pasien Gagal Ginjal sangat penting
keterkaitan dengan kualitas hidup pasien dilakukan, guna mengetahui secara dini
gagal ginjal kronik. Menurut Azwar (2005) kualitas hidup pasien. Pendidikan, frekuensi
mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat dan lama hemodialisis menjadi hal yang
pendidikan seseorang maka dia akan menarik dan perlu dibuktikan apakah secara
cenderung untuk berperilaku positif, karena aktual berpengaruh terhadap kualitas hidup
pendidikan yang diperoleh dapat pasien Gagal Ginjal yang menjalani
menjadikan seseorang meletakan Hemodialisis. Gagal Ginjal yang menjalani
dasar-dasar pengertian (pemahaman) dan hemodialisis, hal inilah yang mendorong
perilaku dalam diri seseorang. Hasil peneliti untuk melakukan penelitian.
penelitian Yuliaw (2009) mengatakan Tujuan umum dari penelitian ini adalah
bahwa, pada penderita yangmemiliki untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup
pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pasien Gagal Ginjal Kronik ditinjau dari
pengetahuan yang lebih luasjuga pendidikan, durasi dan frekuensi
memungkinkan pasien itu dapat mengontrol hemodialisis di RSUD. Goeteng
dirinya dalam mengatasi masalah yang Taroenadibrata Purbalingga.
dihadapi, mempunyai rasa percaya diri yang
tinggi, berpengalaman, dan mempunyai METODE
perkiraan yang tepat bagaimana mengatasi Jenis penelitian ini merupakan
kejadian, mudah mengerti tentang apa yang penelitian komparatif. Dengan
dianjurkan oleh petugas kesehatan, serta menggunakan pendekatan cross sectional
dapat mengurangi kecemasan sehingga yaitu suatu penelitian untuk mempelajari
membantu individu tersebut dalam dinamika perbandingan antara faktor
membuat keputusan. risiko dengan efek melalui pendekatan,
Hasil studi pendahuluan di unit observasi atau pengumpulan data sekaligus
Hemodialisa RS Goeteng Taroenadibrata pada suatu saat dimana setiap subyek
rata rata pasien yang melakukan cuci darah penelitian diobservasi hanya sekali
adalah 35 orang perbulan. Dengan melihat (Notoatmodjo, 2005). Jumlah sampel total
prevalensi penderita gagal ginjal yang adalah 33. Lokasi penelitian berada di unit
semakin meningkat begitu juga jumlah Hemodialisa RS Goeteng Taroenadibrata
pasien yang menjalani hemodialisis. Hal ini Purbalingga.
tentu berkorelasi dengan peningkatan
resiko ketidakmampuan pada pasien HASIL
tersebut yang juga menunjukkan adanya Hasil penelitian menemukan pada
peningkatan resiko penurunan kualitas karakteristrik jenis kelamin, antara laki-laki
hidup pada pasien Gagal Ginjal yang dan perempuan tidak jauh berbeda yaitu 18
harus menjalani hemodialisis sepanjang orang (54,5%) dan laki-laki sejumlah 15

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 2, AGUSTUS 2016 | Halaman 52


S Suparti│ Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Ditinjau dari Tingkat Pendidikan,
Frekuensi dan Lama Hemodialisis di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

orang (45,5%). Usia responden penelitian sudah menjalani lebih dari 11 bulan.
sebagian besar sudah memasuki usia tua Sebagian kecil kurang dari sebelas bulan
yaitu 18 orang (54.5%) berdasarkan sekitar 30,3%. Selanjutnyan sekitar 22
katagorinya, diikuti usia muda 15 orang responden (66,7%) memiliki kualitas hidup
(45,5%), tingkat pendidikan responden yang berkualitas dan 12 reponden (33,3%)
sebagian besar 63,6% adalah rendah dan dan selebihnya kurang berkualitas (Tabel 1).
36,4% selebihya berpendidikan tinggi. Hasil analisis Mann-Whitney dengan
Berdasarkan frekuensi HD tingkat kepercayaan 95% menunjukkan
menunjukkan sekitar 21 responden (63,6%) bahwa nilai berturut turut p= 0,736, p= 0,238,
sudah menjalani hemodialisis kurang lebih p:=0,984 atau p>0,05 maka dapat
50 kali dan 12 reponden (36,4%) kurang disimpulkan tidak terdapat perbedaan
dari 50 kali. Untuk durasi atau lamanya bermakna antara kualitas hidup dilihat dari
menjalani hemodialisis hampir didominasi tingkat pendidikan, frekuensi dan lama
oleh pasien yang cukup lama yaitu 69,7% hemodialiasis (Tabel 2).

Tabel 1. Tabel Karakteristik Responden


Variabel Frekuensi Prosentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 15 45.5%
Perempuan 18 54.5%
Usia
< 45 tahun 15 45.5%
≥ 45 tahun 18 54.5%
Pendidikan
Rendah 21 63,6%
Tinggi 12 36.4%
Frekuensi HD
< 50 kali 12 33.4%
≥ 50 kali 21 66.6%
Lama/Durasi HD
< 11 bulan 12 30.3%
≥ 11 bulan 21 69,7%
Kualitas hidup
< 50 kurang berkualitas 11 33.3%
≥ 50 berkualitas 22 66.7%
Total 33 100,0%

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 2, AGUSTUS 2016 | Halaman 53


S Suparti│ Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Ditinjau dari Tingkat Pendidikan,
Frekuensi dan Lama Hemodialisis di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

Tabel 2. Perbedaan Kualitas Hidup Dari Tinjau Dari Tingkat Pendidikan, Frekuensi Dan
Lama/Durasi Hemodialisis di RS Goeteng Taroeadibrata
Variabel Kualitas hidup Frekuensi Mean Rank Sum Of Rank p value
Pendidikan Rendah (SD&SMP) 21 16.57 348.00 0,736
Tinggi (SMA& PT) 17.75
12 213.00
Frekuensi <50 Sedikit 0,238
12 14.38 172.50
≥ 50 Banyak
21 18.50 388,50
Lama/Durasi <11 bulan 10 17.05 170.50 0,984
≥ 11 bulan 23 16,98 390,50

PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa


Secara umum berdasarkan jenis tingkat pendidikan sebagian responden
kelamin perempuan lebih banyak rendah yaitu sekitar 63,6% selebihnya
dibandingkan laki-laki. Hasil penelitian sekitar 36,4 % berpendidikan tinggi.
Daryani (2011) juga menemukan bahwa Pendidikan dianggap sebagai salah satu
jenis kelamin perempuan lebih banyak pada faktor yang berhubungan dengan kualitas
pasien gagal ginjal yang menjalani hidup. Dogan et al (2008) menyebutkan
hemodilisis di RS Soeradji Klaten. bahwa risiko komplikasi penyakit ginjal
Berdasarkan usia hampir sebagian besar banyak terjadi pada pasien yang
penderita gagal ginjal yang menjalani mempunyai pendidikan rendah. Hal ini
hemodialisa berusia lanjut, hal ini sesuai senada dengan yang disampaikan oleh
dengan hasil penelitian Kamaludin dan Notoadmojo (2007) bahwa pendidikan
Rahayu (2009). Pada hakiaktnya penyakit menjadi salah satu faktor yang
gagal ginjal kronik tidak dipengaruhi oleh mempengaruhi perilaku langsung terhadap
jenis kelamin, usia. Masing masing kesehatan. Semakin lama seseorang
sama-sama mempunyai risiko untuk menjalani hemodialisa maka dia akan
mengalami penyakit ini. Hasil ini sesuai semakin patuh dan teratur melaksanakan
dengan penelitian Nurchayati, S (2010) hemodilisis.
yang menyatakan tidak ada hubungan Durasi atau lama menjalani
antara usia dengan kualitas hidup pasien hemodialisis hampir didominasi oleh pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani yang menjalani hemodialisis yang cukup
hemodialisa. Usia responden yang lama yaitu sekitar 69,7% sudah menjalani
sebagaian ditemukan sudah lanjut atau 45 Hemodialisis lebih dari 11 bulan, bahkan
keatas dikaitkan juga dengan risiko yang paling lama sudah menjalani 108
penurunan fungsi ginjal. Terjadi perubahan bulan atau sekitar 9 tahun. Hasil peneliitian
fungsi ginjal seiring dengan bertambahnya Nurchayati, S (2010) lama menjalani
usia sesudah usia 40 tahun terjadi Hemodialisis dikaitkan dengan kualitas
penurunan GFR secara progresif hingga hidupnya. Tentu saja kondisi terdiagnosis
usia 70 tahun kurang lebih sekitar 50 % dari Gagal Ginjal Kronik harus menjalani terapi
normal (Smeltzer, et al, 2008). pengganti untuk kelangsungan hidupnya

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 2, AGUSTUS 2016 | Halaman 54


S Suparti│ Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Ditinjau dari Tingkat Pendidikan,
Frekuensi dan Lama Hemodialisis di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

yaitu hemodialisis. antara tingkat pendiikan dan kualitas hidup


Berdasarkan hasil penelitian begitu pula dengan usia.
didapatkan hasil sekitar 21 orang (63,6%) Perbedaan Kualitas Hidup
sudah menjalani hemodialisis kurang lebih Perbedaan Kualitas hidup berdasarkan
sama dengan 50 kali dan 12 reponden tingkat pendidikan
(36,4%) kurang dari 50 kali. Hasil ini senada Pada dasarnya tingkat pendidikan
dengan durasi atau lamanya menjalani seseorang tidak secara signifikan
Hemodialisis, semakin lama durasinya berpengaruh terhadap pengetahuan dan
secara otomatis akan mempengaruhi kualitas hidup, namun peneliti mempunyai
frekuensi hemodialisis, hanya saja untuk pandangan reponden yang berpendidikan
frekuensi dosis dalam menjalani tinggi dan rendah punya cara tersendiri
hemodialisis yang berbeda ada yang untuk mencari informasi terkait penyakitnya
menjalani sekali setiap minggunya pada dan perawatannya. Kualitas hidup bersifat
kondisi stadium gagal ginjal awal dan subyektif jadi tidak ditentukan oleh tinggi
minimal 2 kali seminggu pada kondisi gagal rendahnya pendidikan. Bahkan mereka
ginjal stadium akhir (Smeltzer, et al, 2008). sama-sama tidak perduli dengan kondisi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang mereka alami saat ini, yang mereka
sekitar 22 responden (66,7%) memiliki tahu saat ini hanya berobat supaya sembuh
kualitas hidup yang berkualitas baik dan 12 tampa memikirkan kebutuhan yang
reponden (33,3%) dan selebihnya kurang menunjang akan kualitas hidupnya. Hal ini
berkualitas. Terdiagnosis Gagal Ginjal juga peneliti temukan pada saat
Kronis dan harus menjalani hemodialisis pengambilan data pada saat ditanya
seumur hidup dapat menimbulkan dampak mereka hanya pasrah dan hanya menjalani
pada individu pasien gagal ginjal. Dalam pegobatan dari hari kehari tanpa
menjalani hemodialisis cairan, dan diet memikirkan bagaimana menyenangkan diri
harus dibatasi, hal ini menyebabkan mereka yang bisa meningkatkan kualitas
kehilangan kebebasan, tergantung pada hidupnya.
pelayanan kesehatan, konflik dalam Meskipun demikan ada juga
perkawinan, keluarga dan kehidupan sosial, penelitian yang menyatakan bahwa pada
berkurangnya pendapatan. Hal-hal tersebut penderita yang memiliki pendidikan lebih
dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien tinggi akan mempunyai pengetahuan yang
gagal ginjal kronik (Shangholian, et al, lebih luas juga memungkinkan pasien itu
2008). Hasil ini menunjukkan bahwa, dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi
walaupun tingkat pendidikan responden masalah yang dihadapi, sehingga dapat
sebagaian rendah tetapi responden kualitas membantu individu tersebut dalam
hidupnya berkualitas baik dan hampir membuat keputusan (Yuliaw, 2009). Hasil
semua usianya sudah lanjut. Hasil ini sesuai Penelitian Theofilou, A., P (2012) yang
dengan penelitian Nurchayati, S (2010) menyelidiki hubungan kualitas hidup untuk
menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan variabel sociodemographic (jenis kelamin,

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 2, AGUSTUS 2016 | Halaman 55


S Suparti│ Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Ditinjau dari Tingkat Pendidikan,
Frekuensi dan Lama Hemodialisis di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

usia, pendidikan, status perkawinan) serta terbukti secara definitif (Locatelli F., et al,
variabel klinis (kesehatan mental yang 2005).
dilaporkan sendiri, depresi dan kecemasan) Laporan yang dituliskan oleh Chazot
pada pasien stadium akhir penyakit ginjal C, and Jean G (2009) menunjukkan bahwa
(ESRD). Menemukan bahwa Umur memiliki terdapat efek positif pada waktu dialisis
efek pada domain fisik dan sosial kualitas dilakukan memanjang atau peningkatan
hidup. Sehingga dapat disimpulkan frekuensi dialisis hal ini diartikan sebagai
pendidikan tidak mempengaruhi semua kelangsungan hidup pasien lebih baik.
aspek pada komponen kualitas hidup. Temuan ini tergantung pada waktu
Walaupun berdasarkan analisa univariat perawatan pasien yang menjalani
diketahui sebagian besar mereka (66,7%) hemodialisis dirawat setidaknya 7 jam per
kualitas hidupnya berkualitas baik tetapi sesi HD memiliki ketahanan hidup yang
secara statistik perbedaanya tidak lebih baik daripada pasien yang diobati
bermakna dengan responden yang kualitas untuk waktu yang lebih pendek.
hidupnya kurang berkualitas. Hasil penelitian yang menunjukkan
Perbedaan Kualitas hidup berdasarkan tidak adanya perbedaan kualitas hidup
frekuensi hemodialisis antara pasien yang frekuensinya lebih
Frekuensi hemodialisis dalam banyak dibandingkan yang lebih sedikit
penelitian ini adalah sudah berapa kali dimungkinkan karena keyakinan mereka
responden sudah menjalani hemodialisis, bahwa kualitas hidup sifatnya subjektif
tentu saja hal ini hampir sama atau sejalan dan tidak bergantung pada banyak
dengan durasi/lama menjalani program sedikitnya hemodialisa yang sudah mereka
hemodialisis. Jadi belum bisa dipastikan lakukan. Dari hasil wawancara dengan
apakah frekuensi yang dimaksud bisa responden mereka tidak berfikir sudah
mempengaruhi kualitas hidup responden. berapa lama menjalani, mereka hanya tau
Frekuensi juga bisa diartikan sebagagai bahwa hemodialisa akan dialakukan
dosis HD setiap minggunya, hemodialisis sepanjang hidup mereka setelah post
sekali setiap minggunya pada kondisi diagnosis gagal ginjal kronik, dan mereka
stadium gagal ginjal awal dan minimal 2 kali berpikir positif mereka akan baik-baik saja.
seminggu pada kondisi gagal ginjal stadium Perbedaan Kualitas hidup berdasarkan
akhir (Smeltzer, et al, 2008). Hasil penelitian Durasi/Lama Hemodialisis
menyimpulkan bahwa dosis/frekuensi Hal ini sejalan dengan penelitian
hemodialisis 3 kali perminggu lebih Kamaludin dan Rahayu (2009)
direkomendasikan, adanya temuan terkait menyebutkan bahwa tidak ada perbedaan
Hemodialisis harian merupakan metode kepatuahan terhadap kepatuhan asupan
yang sangat menjanjikan untuk cairan pada pasien gagal ginjal yang
meningkatkan hasil dialisis dan kualitas menjalani hemodialisa. Hasil ini diperkuat
hidup, meskipun dampaknya terhadap penelitian Septiwi, C (2011); Suryariilish
kelangsungan hidup pasien belum telah (2008); Ibrahim (2005) yang menyebutkan

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 2, AGUSTUS 2016 | Halaman 56


S Suparti│ Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Ditinjau dari Tingkat Pendidikan,
Frekuensi dan Lama Hemodialisis di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

bahwa tidak ada hubungan antara lama DAFTAR PUSTAKA


Azwar, Saifuddin. (2005). Sikap Manusia:
hemodialisis dengan kualitas hidup pasien
Teori dan Pengukurannya.
hemodialisis. Namun hasil ini berbeda Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Brazier JE, Harper R, Jones NMB, O
dengan penelitian sebelumnya yang
Cathain A et al. (1992) Validating the
menyatakan bahwa Hasil analisis variabel SF-36 health survey questionare new
outcome measure for primary care.
lama menjalani HD dengan kualitas hidup
BMJ.305:160-164
didapatkan bahwa OR=2,637 dengan P Brazier JE, Jines N & Kind P (1993), testing
the validating of the Euroqol and
value=0,035 yang artinya responden yang
comparing it with the SF -36 health
belum lama menjalani Hemodialisa berisiko survey questionare. Quality life Res:
2;1169-180.
2.6 kali hidupnya kurang berkualitas
Chazot C, and Jean G (2009). Advantages
dibandingkan dengan yang sudah lama and Challenges of Increasing Dialysis
Duration and Frequency: Effects of
menjalani hemodialisis (Nurchayati, S,
Dialysis Time and Frequency on
2010). Survival.
http://www.medscape.org/viewarticle/
583906_7
KESIMPULAN DAN SARAN Daryani (2011). Faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan inisiasi
Merujuk pada hasil temuan dan
dialisis pasien Gagal Ginjal Tahap
pembahasan penelitian yang telah diuraikan, akhir di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten. Thesis .Tidak
maka dapat disimpulkan tidak ada
dipublikasikan. Universitas Indonesia.
perbedaan antara kualitas hidup responden Dahlan (2009). Statistik untuk kedokteran
dan kesehatan. Jakarta: Salemba
berdasarka tingkat berpendidikan dengan
Medika
nilai p= 0,736 atau P>0,05, berdasarkan De Hana R, AaronsonN, Limburg M,
Langton Hewer RL & Van Crevel H
frekuensi hemodialisis dengan nilai p=
(1993). Measuring quality of life in
0,238 atau P>0,05 dan berdsasarkan Stroke. Stroke. 29:63-68
De Hana R, and Faronson (2002).
Durasi hemodialisis degan nilai p= 0,984
Measuring quality of life in Stroke
(P>0,05). using the SF-36 in stroke . Stroke.
33:1176-1177
Melibatkan dan meningkatkan peran
Desita. (2010). Pengaruh Dukungan
serta keluarga sebagai support sistem Keluarga Terhadap Peningkatan
Kualitas hidup pasien gagal ginjal
dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
yang menjalani hemodialisa di unit
pasien hemodialysis dan memberikan hemodialisis RS. Banyumas dan RSI
Cilacap. Thesis. tidak dipublikasikan
edukasi terkait dengan pentinganya untuk
Universitas Indonesia
membatasi asupan cairan, sehingga pasien Dogan S, Ekiz S, Yucel L, Ozturk S,
Kazaneioglu R, (2008) Relation of
mengetahui tentang perawatan post
Demographic clinic and Biochemical
hemodialisis yang pada akhirnya akan tetap parameter to peritoneal dialysis,
Turkey: Journal of Renal Care 34
terjaga berat badan yang normal serta
(1),5 8.
memberikan latihan pergerakan, olahraga Hamalik, O. (2008). Kurikulumdan
Pembelajaran. Jakarta. Bumi Aksara.
dan dan program hiburan bagi pasien yang
Hundak, Gallo (1999) Keperawatan Kritis:
menjalani hemodialisis penting dilakukan. Pendekatan Holistik, Volume II,
Jakarta : EGC.
Ibrahim, K. (2005). Kualitas hidup pasien
Gagal Ginjal Kronis yang menjalani

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 2, AGUSTUS 2016 | Halaman 57


S Suparti│ Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Ditinjau dari Tingkat Pendidikan,
Frekuensi dan Lama Hemodialisis di RSUD Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

Hemodialisis. MKB, Vol 37. Tahun http://www.ishib.org/journal/191s1/eth


2005. http://www.mkb-online.org n-19-01s1-33.pdf.
Ignatavicius, Donna D. & Workman M.L. Rahmi, U. (2011). Pengaruh Discharge
(2006). Medical-Surgical Nursing, Planing terstruktur terhadap kulaitas
Critical Thinking for Collaborative hidup pasien stroke iskemik di RS Al
Care. St. Louis: Elsevier Saunders. Ihsan dan RS Sakit Al Islam Bandung.
Kamaluddin R dan Rahayu E , (2009). Thesis. Tidak dipublikasikan.
Analisis faktor-faktor yang Universitas Indonesia.
mempengaruhi kepatuhan asupan RAND (2009). Scoring instruction for the 36
cairan pada pasien gagal ginjal kronik item SF-36 .
dengan hemodialisis di RSUD prof. Dr. Http://www.rand.org/health/survey
Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal tools/mos.co 36 item scoring htm
keperawatan soedirman (the Septiwi, C (2010). Hubungan antara
soedirman journal of nursing), Volume adekuasi hemodialisis dengan
4 No.1. kualitas hidup pasien gagal ginjal
Locatelli F., Buoncristiani., Canaud B., yang menjalani hemodialisa di unit
Petitclerc T., and Pietro Zucchelli P., hemodialisis RS. Margono Soekardjo.
Kohler H. (2005). Dialysis dose and Thesis tidak dipublikasikan.
frequency.Nephrol Dial Transplant Universitas Indonesia.
(2005) 20: 285–296 Smeltzer and Bare (2008), Buku Ajar
Murphy et al, (2000). Australian Keperawatan Medikal Bedah, alih
WHQOL-100: user manual and bahasa: Waluyo Agung., Yasmin
interpretation guide. www. http Asih., Juli, Kuncara., I.made karyasa,
phsyiciatric. Unimelb. Edu diakses EGC, Jakarta.
tanggal 10 Maret 2014 Suryarinilisih, Y. (2010). Hubungan
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Peningkatan Berat badan antara
Penelitian Kesehatan. Jakarta: dua waktu hemodialisis dengan
Rineka Cipta kualitas hidup pasien
Nurchayati ,S., (2010). Analisis faktor faktor hemodialisis.Thesis. Tidak
yang berhubungan dengan dipublikasikan. Universitas Indonesia
berhubungan dengan kualitas hidup The Word Health Organization Quality Of
pasien Gagal Ginjal Kronik yang Life. (2000). (WHOQOL)-BREF.
menjalani Hemodialisa di Rumah Diakses pada tanggal l10 Maret 2014
Sakit Islam Fatimah Cilacap dan RS Theofilou, A., P (2012). The Impact of
Umum Daerah Banyumas. Sociodemographic and Psychological
Thesis.Tidak dipublikasikan Variables on Quality of Life in Patients
.Universitas Indonesia with Renal Disease: Findings of a
Paegels, A., A et al. (2012). Health-related Cross - Sectional Study in Greece. , J
quality of life in different stages of Clinic Res Bioeth 2012, 3:2
chronic kidney disease and at USRDS, (2011). Chapter
initiation of dialysis treatment. Health Twelve :International Comparisons.
and Quality of Life Outcomes 2012, http://www.visionfm c.com/files/pd
10:71 f/ERSDPatientsin2010.pdf.
http://www.hqlo.com/content/10/1/71 Yuliaw, A. (2009). Hubungan Karakteristik
PERNEFRI, (2003) Konsensus dialisis. Sub Individu dengan Kualitas Hidup
Bagian Ginjal dan Hipertensi–Bagian Dimensi Fisik pasien Gagal Ginjal
Ilmu. KTW, 2009.Annual Meeting Kronik di RS Dr. Kariadi Semarang.
2009 Perhimpunan Nefrologi Diakses dari
Prodjosudjadi, W & A. Suhardjono, 2009. digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtp
End-Stage Renal Disease In unimus-gdl-annyyuliaw-5289-2-bab2.
Indonesia: Treatment Development. pdf pada tanggal 29 April 2012.
Ethnicity & Disease.Volume 19.

MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 2, AGUSTUS 2016 | Halaman 58

Anda mungkin juga menyukai