Anda di halaman 1dari 6

#DRAFT KAJIAN KASTRAT :

RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERMUSIKAN

A. Hirarki Yuridis Rancangan Undang-Undang Permusikan terhadap UUD 1945

Suatu peraturan perundang-undangan dari Undang-Undang sampai Peraturan


Daerah pasti memiliki dasar pembentukan yang digali dari dasar pijakan Ilmiah dan dasar
Normatif yang berlaku. Pijakan ilmiah yang dimaksud tertuang dalam naskah akademik
suatu Rancangan Undang-Undang yang manifestasinya terletak dalam tinjauan filosofis
suatu peraturan perundang-undangan yang dapat ditemukan pada bagian Menimbang.
Lebih lanjut, yang dimaksud naskah akademik berdasarkan Pasal 1 angka 11 Undang-
Undang No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
(Selanjutnya disebut UU No. 12 Tahun 2011) adalah “ Naskah Akademik adalah naskah
hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah
tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah
tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi,
atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap permasalahan
dan kebutuhan hukum masyarakat.”. Sedangkan dasar normatif suatu merupakan dasar
pembentukan peraturan perundang-undangan yang didasarkan pada peraturan perundang-
undangan diatasnya sesuai hirarki peraturan perundang-undangan pada Pasal 7 Ayat (1)
UU No. 12 Tahun 2011, Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;

d. Peraturan Pemerintah;

e. Peraturan Presiden;

f. Peraturan Daerah Provinsi; dan

g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

©Bidang Kajian Aksi Strategis BEM Fakultas Hukum Universitas Udayana


#DRAFT KAJIAN KASTRAT :
RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERMUSIKAN
Dasar normatif dapat ditemukan pada bagian Mengingat suatu peraturan
perundang-undangan. Bagian menginat menunjukan dasar hukum atau landasan hukum
terbentuknya suatu peraturan, dasar normatif memberikan kekuatan terhadap dasar
terbentuknya suatu peraturan. Tidak luput Rancangan Undang-Undang Permusikan
(selanjutnya disebut RUU Permusikan) yang beberapa pekan terakir mendapat atensi yang
cukup tinggi dari berbagai kalanganmasyarakat, khususnya para penggiat seni music itu
sendiri. Dasar normatif pembentukan RUU Permusikan adalah Pasal 20, Pasal 21, dan
Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 20
dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menjadi
dasar normative RUU Permusikan berada dalam tataran teknis suatu peraturan perundang-
undangan (dalam hal ini adalah RUU Permusikan) yaitu peruhal kewenangan Dewan
Perwakilan Rakyat dalam pembentukan rancangan undang-undang in casu. Sedangkan
Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi
dasar hukum yang menginisisasi substansi yang diatur dalam RUU Permusikan. Pasal 32
Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menetapkan
bahwa “ Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan maysarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-
nilai budayanya.” Dari perspektif pijakan normative tersebut dapat dilihat bahwa dasar
utama RUU Permusikan adalah semangat atau visi memajukan kebudayaan nasional dan
jaminann terhadap kebebsan masyarakat dalam upaya pemeliharaan dan pengembangan
nilai-nilai budayanya.

B. Persoalan Musik Di Indonesia

Permasalahan Utama permusikan di Indonesia adalah pelanggaran atau pembajakan


hak cipta. Beberapa tahun belakangan ini, tingkat pembajakan hak cipta musik dan lagu di
beberapa negara di dunia seperti Brazil, Cina, India, Mexico, Pakistan, Indonesia, Paraguay,
Rusia, Spanyol, Ukraina mencapai angka yang tinggi. Sebagai contoh di Indonesia sendiri, di
tahun 1996 Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) mencatat 20 juta keping Compact
Disc (CD) album musik bajakan beredar, 12 tahun kemudian atau di tahun 2008 jumlahnya

©Bidang Kajian Aksi Strategis BEM Fakultas Hukum Universitas Udayana


#DRAFT KAJIAN KASTRAT :
RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERMUSIKAN
membengkak hingga 550 juta keping. Rasio peredaran album CD musik bajakan dan legal di
tahun 2007 bahkan telah mencapai 96% : 4%, angka ini diprediksikan akan terus bertambah.1
Hal senada juga dibenarkan oleh Adi MS selaku pelaku seni music di Indonesia, dalam
Penyuluhan Hukum Tentang Peningkatan Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap
Perlindungan Karya Cipta Musik Dan Lagu yang ditulis oleh Dr. OK. Saidin, SH, M.Hum dkk.
Adi MS berpandangan sebagai berikut2 :

Para pelaku industri musik Indonesia sudah pasrah bahkan apatis menghadapi para
pembajak karya musik yang tak kunjung reda. Pelaku industri musik sudah sampai pada
titik pasrah, apatis. Dari pemerintahan sebelumnya ke pemerintahan berikutnya tetap
saja begini. Banyak yang tidak memahami dan tidak peduli terhadap penciptaan karya
musik.

Adi MS melihat bahwa tidak ada perhatian pemerintah yang serius untuk mengatasi
pembajakan karya musik di tanah air. Lanjutnya lagi :

Putera saya, Kevin Aprilio dan bandnya Vierratale baru saja memproduksi musik.
Setelah mencipta lagu dan merekamnya lalu membuat klip video. Ujung-ujungnya
karya itu langsung diunggah ke You Tube dan seketika itu karya tersebut dapat
dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

Masih menurut Adi MS, modal untuk memproduksi karya musik itu belum sempat
kembali. Barang-barang yang diproduksi masih bergerak menuju toko, tetapi di jaringan internet,
orang-orang lebih cepat mengunduhnya. Kalau zaman dulu, para musisi merekam lagu dalam pita
kaset atau CD untuk dijual lalu kemudian mereka mendapat royalty, saat ini semakin sulit, akibat
dari tidak dilindunginya karya musik dan lagu melalui jaringan intranet dan internet.

1
Prahara, S. (2012). PEMBAJAKAN MUSIK DAN LAGU: SEBUAH KAJIAN YURIDIS BERDASARKAN
PERJANJIAN INTERNASIONAL TENTANG PERLINDUNGAN KARYA SENI DAN SASTRA SECARA
DIGITAL DI INDONESIA. Jurnal Pelangi, 5(1).
2
Saidin, O. K., Ikhsan, E., & Siagian, A. H. Penyuluhan Hukum tentang Peningkatan Kesadaran Hukum
Masyarakat terhadap Perlindungan Karya Cipta Musik dan Lagu. Penyuluhan Hukum tentang
Peningkatan Kesadaran Hukum Masyarakat terhadap Perlindungan Karya Cipta Musik dan Lagu.

©Bidang Kajian Aksi Strategis BEM Fakultas Hukum Universitas Udayana


#DRAFT KAJIAN KASTRAT :
RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERMUSIKAN
Selain itu, dalam Rencana Pengembangan Industri Musik Nasional 2015-2019 yang ditulis
oleh Dina Dellyana dkk. meninjau permasalahan musik di Indonesia berdasarkan produk legislatif.
Adapun produk legislative tersebut antara lain3:

1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan
Karya Rekam dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Np. 70 Tahun 1991
tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 Serah Simpan Karya
Cetak dan Karya Rekam, Undang-Undang ini menjelaskan bahwa bahwa setiap
penerbit yang ada di wilayah Indonesia wajib menyerahkan 2 (dua) buah cetakan dari
setiap judul karya cetak yang dihasilkan kepada Perpustakaan Nasional (Perpusnas)
dan sebuah lagi kepada kepala Perpustakaan Daerah (Perpusda) di ibukota provinsi
yang bersangkutan, selambat-lambatnya setelah 3 (tiga) bulan diterbitkan. Atas dasar
itu, setiap penerbit ”diwajibkan” menyerahkan karyakaryanya ke lembaga yang telah
ditunjuk. Undang-Undang ini juga mengatur tentang sanksi yang dikenakan kepada
setiap penerbit yang tidak menyerahkan karyanya. Namum pada pelaksanaannya,
Undang-Undang ini kurang optimal. Sebabnya, para wajib serah simpan karya rekam
suara masih kurang memiliki kesadaran untuk mengantarkan langsung atau
mengirimkan hasil karya rekam suaranya pada Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah.
Sehingga terkadang penyerahan karya rekam suara perlu dijemput langsung oleh Tim
Hunting Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, Beberapa
penambahan yang perlu ada sebagai pembaharuan dari UndangUndang Republik
Indonesia No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah:
 Pembaharuan peraturan mengenai copyright protection, yang
mencakup: Mechanical Rights, Performance Rights, Synchronization
Rights, Printed Rights, dan hak-hak lain yang akan muncul Dengan adanya
peraturan ini, iklim bisnis di industri musik Indonesia akan meningkat.
Pemasukan musisi akan membaik karena setiap penggunaan karyanya di
ruang publik atau untuk keperluan lainnya akan terhitung dengan jelas, sebab
ada pembagian keuntungan serta royalti yang jelas. Selain itu, pelaku usaha
juga akan merasakan adanya transparansi dan dampak jangka panjang yang

3
Dina Dellyana dkk, 2015, Rencana Pengembangan IndustRI musIk nasIonal 2015-2019, PT. Republik
Solusi

©Bidang Kajian Aksi Strategis BEM Fakultas Hukum Universitas Udayana


#DRAFT KAJIAN KASTRAT :
RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERMUSIKAN
disebabkan banyaknya generasi muda yang mau menentukan jalur karier di
industri musik karena industrinya sudah mapan.
 Peraturan pendukung untuk pelaksanaan teknis copyright protection
dan piracy law enforcement . Dengan adanya peraturan ini, para musisi dan
pelaku bisnis di industri musik akan merasa terlindungi hak-haknya dari aksi-
aksi yang tidak bertanggung jawab, seperti pembajakan dan penggunaan
karya yang semena-mena. Selain itu, petugas pelaksana lapangan yang
bertugas untuk menertibkan penggunaan karya musik akan lebih leluasa
bekerja karena memiliki standar prosedur operasional yang jelas dan
berkekuatan hukum.
 Peraturan pemerintah yang mewajibkan setiap usaha kreatif di bidang
musik harus transparan mengenai data penjualan dan hal-hal yang
menyangkut hal tersebut. Dengan adanya peraturan ini, akan mudah
didapatkan transparansi mengenai data penjualan untuk setiap produk musik
fisik dan digital, sehingga para pelaku bisnisnya bisa mengetahui secara nyata
respons pasar atas produk yang dikeluarkan. Selain itu, dengan adanya data
ini akan mudah dilakukan pengarsipan, termasuk kemudahan membuat chart
musik nasional yang bisa dijadikan basis data bagi suatu ajang penghargaan
musik.
Namun demikian, UU No. 19 Tahun 2002 ini sudah mengalami perubahan
pada 2014. Dan ketika buku ini sedang ditulis, perubahan UU Hak Cipta ini telah
disahkan oleh DPR namun masih menunggu pengesahan presiden. Adapun sekilas
mengenai UU Hak Cipta yang telah diperbaharui ini adalah:
 Tidak diperbolehkannya sistem jual atau beli putus karya musik;
 Hak pencipta yang akan kembali lagi setelah 25 tahun bagi kasus jual atau
beli putus yang sudah terjadi;
 Penegasan hukuman untuk pelanggaran hak cipta, terutama pembajakan di
internet dan shopping mall;
 Penciptaan dua jenis Lembaga Manajemen Kolektif, yaitu untuk hak cipta
dan hak terkait;
 Penegasan pemilik master rekaman mempunyai hak atas performing
rights;
 Pembentukan sistem database musik nasional berbasis IT yang transparan
dan netral.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tentang Sarana
Produksi Berteknologi Tinggi untuk Cakram Optik (optical disc). Pelaksanaan
peraturan ini mencakup pengawasan kegiatan industri cakram atas kelengkapan
dokumen laporan berkala dan ketentuan penggunaan kode produksi. Namun
bagaimanapun pembajakan terhadap produk fisik musik tetap terjadi. Untuk itu perlu
ditegaskan lagi aspek penegakan hukum oleh penyidik Polri dan/ atau penyidik

©Bidang Kajian Aksi Strategis BEM Fakultas Hukum Universitas Udayana


#DRAFT KAJIAN KASTRAT :
RANCANGAN UNDANG-UNDANG PERMUSIKAN
pegawai negeri sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atas
perusahaan yang berindikasi telah melakukan pelanggaran.
4. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 4/pj/2008 tentang Pajak Pertambahan
Nilai atas Penyerahan Produk Rekaman Suara. Untuk membantu proses
pelaksanaan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. 4/pj/2008 maka perlu dilakukan
pertemuan khusus untuk dengar pendapat dan diskusi dengan para pelaku industri
rekaman suara, yang meliputi perusahaan rekaman, asosiasi pengusaha rekaman,
musisi, media massa, dan kolektor musik. Selain itu diperlukan juga peningkatan
pembinaan dan pengawasan untuk meminimalisir penyimpangan maupun
penyalahgunaan penggunaan “stiker lunas PPN” dengan cara memaksimalkan
penyuluhan, dan penegakan hukum. Untuk mendorong para pelaku usaha rekaman
suara menebus “stiker lunas PPN”, diperlukan juga suatu sistem dan penatausahaan
yang lebih sederhana.
5. Peraturan Menteri Kominfo No. 21 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Jasa
Penyediaan Konten pada Jaringan Bergerak Seluler dan Jaringan Tetap Lokal
Tanpa Kabel dengan Mobilitas Terbatas. Peratuan baru ini dirasa sudah cukup dapat
mewakili dan melindungi kepentingan publik, penyelenggara telekomunikasi, dan
kepentingan nasional. Selain itu juga dapat memberikan kepastian hukum dalam
penyelenggaraan jasa penyediaan konten pada jaringan bergerak seluler dan jaringan
tetap lokal tanpa kabel dengan mobilitas terbatas. Hal yang terpenting dan merupakan
penambahan dari peraturan yang sebelumnya adalah memberikan perlindungan kepada
pengguna layanan jasa penyediaan konten yang meliputi hak privasi, akurasi dan
transparansi pembebanan biaya (charging), dan hak lain yang diatur dalam undang-
undang perlindungan.
6. Peraturan Menkominfo No. 19 Tahun 2014 tentang Penanganan Situs Internet
Bermuatan Negatif. Kegiatan pembajakan termasuk penyediaan konten lagu gratis
tanpa izin dari pemilik hak atas lagu merupakan suatu kegiatan yang ilegal. Dengan
adanya peraturan ini harapannya kegiatan pembajakan atau penyebaran lagu bajakan
melalui situs peer-to-peer atau situs lainnya bisa ditekan atau dikurangi.

©Bidang Kajian Aksi Strategis BEM Fakultas Hukum Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai