Anda di halaman 1dari 14

KWITANSI DAN PROMES ATAS TUNJUK

KELOMPOK V

1. IDA BAGUS DARMA SUSILA (1704551035) ( )


2. GEDE DANDI PRATAMA PUTRA (1704551036) ( )
3. MIDA SIDABUTAR (1704551037) ( )
4. A.A. MADE YUNI PURNAMA SARI (1704551038) ( )
5. KOMANG AYU VIKA TRIANA PUTRI (1704551039) ( )
6. PUTU CARINA SARI DEVI (1704551040) ( )
7. I KADEK SUMADIYASA (1704551041) ( )
8. I WAYAN ATMANU WIRA PRATANA (1704551043) ( )
9. ICHSAN DAVA KALIMANTANA (1704551044) ( )
10. I MADE FEBRIAN SURTIANA (1704551045) ( )
11. LUH GEDE LIA MULIASARI (1704551046) ( )

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i

PEMBAHASAN 1

1. KWITANSI 1
2. PROMES ATAS TUNJUK 4
3. PERBEDAAN KWITANSI DAN PROMES ATAS TUNJUK 7
4. KASUS 10
DAFTAR PUSTAKA 12

i
KWITANSI DAN PROMES ATAS TUNJUK

a. KWITANSI ATAS TUNJUK


a. Definisi
Kwitansi atas tunjuk adalah suatu surat yang memberikan hak atas
penandatanganan dan pengalihan hak atas utang. Menurut Mr. Chr Zevenbergen yang
dikutip oleh Emy Pangaribuan kwitansi atas tunjuk adalah suatu surat yang ditanggali,
diterbitkan oleh penandatangannya terhadap orang lain untuk suatu pembayaran sejumlah
uang yang ditentukan didalamnya kepada penunjuk pada waktu diperlihatkan. Dalam
kwitansi atas tunjuk tersebut tidak disyaratkan tentang selalu adanya klausula atas tunjuk.
Istilah kuintansi berasal dari kata kwintante (bahasa belanda) yang berarti tanda
pembayaran. Dalam bahasa inggris adalah receipt, dalam bahasa belanda selain di kenal
dengan istilah kwintantie dikenal pula dengan nama kwitjing, yang artinya tanda terima
atau tanda bayar atau pembebasan.
Orang yang namanya tercantum dalam surat dan kemudian menguasinya,
dianggap telah memenuhi pembayaran yang telah diperintahkan oleh penandatanganan.
Akan tetapi, perintah pembayaran dalam kuitansi bukanlah perintah pembayaran
dalam arti sebenarnya, melainkan hanya merupakan bentuk perintah tidak langsung
dengan menggunakan kata terima. Artinya, pemegang kuitansi telah menerima perintah
pembayaran tidak langsung dari penanda tangan jika pemilik kuintansi tersebut
memperlihatkan kepadanya uang yang disebutkan namanya dalam surat itu mengakui dan
bersedia membayar, ia bebas dari utangnya jika ia membayar dan surat itu dikuasai.
Kuitansi itu bersifat perintah bersifat sebagai surat perintah pembayaran atas
tunjuk, kuitansi atas tunjuk tidak diatur bersamaan dengan surat cek, sebab kuitansi atas
tunjuk bukan perintah membayar dalam arti sebenarnya dan tidak memenuhi syarat-
syarat formal surat cek.
Kuitansi dapat diserahkan kepada siapa saja yang akan memintakan pembayaran
atas uang yang disebutkan namanya di dalam surat itu sesuai dengan fungsinya sebagai
surat atas tunjuk. Namun, pencantuman klausul atas tunjuk atau aantoonder di dalamnya
itu tidak menjadi syarat.

b. Penerbitan
Perikatan dasar antara penerbit dan pemegang kuitansi atas tunjuk adalah dasar
terbitnya kuitansi atas tunjuk tersebut. Dalam perikatan dasar itu pemegang kuitansi atas

1
tunjuk berposisi sebagai kreditor yang berhak atas pembayaran sejumlah uang dan pihak
penerbit sebagai debitur yang berkewajiban membayar.
Untuk itu, debitur membayar kepada kreditor dengan menyerahkan kuitansi atas
tunjuk dengan permintaan supaya kuitansi itu diperlihatkan kepada orang yang disebutkan di
dalamnya. Surat sanggup dapat diterbitkan oleh subjek hukum baik yang merupakan subjek
hukum perorangan maupun badan hukum. Khusus surat sanggup yang diterbitkan oleh badan
hukum merupakan Perusahaan Pembiayaan (financial institution) yang diatur dalam Surat
Keputusan Menteri Keuangan No. 606/KMK/1995, tanggal 19 Desember 1995, yang pada
intinya perusahaan pembiayaan dalam menerbitkan surat sanggup berlaku beberapa ketentuan
yaitu :
• Perusahaan pembiayaan dilarang menerbitkan surat sanggup kecuali sebagai
jaminan atas hutang kepada bank yang menjadi kreditur
• Perusahaan pembiayaan dilarang memberikan jaminan dalam segala bentuk
kepada pihak lain.
• Surat sanggup yang diterbitkan sesuai dengan yang dimaksud pada huruf a di
atas tidak dapat dialihkan dan dikuasakan kepada pihak manapun juga (non negotiable).
Berdasarkan atas, maka perushaan pembiayaan tidak diperbolehkan menjadi
penjamin hutang pihak lain termasuk dalam bentuk coporate quarantee. Receipt bahasa
inggris tanda terima, atau tanda bayar, pembebasan. orang yang namanya tercantum dalam
surat itu dan. kemudian menguasainya dianggap telah memenuhi pembayaran yang di
perintahkan oleh penanda tangan. Tetapi perintah pembayaran dalam kwitansi itu bukanlah
perintah pembayaran dalam arti sebenarnya melainkan hanya merupakan bentuk perintah
tidak lansung dan menggunakan kata terima. Artinya apabila pemegang kwitansi itu
memperlihatkan kepada orang yang disebutkan namanya dalam surat itu dan dia mengakui
dan bersedia membayar. Ia telah menerima perintah pembayaran tidak langsung dari
penanda tangan. Jika ia membayar dan surat itu di kuasainya ia di bebaskan dari hutangnya.
Kwitansi itu sifatnya adalah sebagai surat perintah pembayaran atas tunjuk tetapi atas
tunjuk tidak diatur bersama-sama dengan surat cek, sebab kwitansi atas tunjuk itu bukan
perintah pembayaran dalam arti sebenarnya dan juga tidak mempunyai syarat-syarat formal
dalam surat cek.Jika kita rumuskan pengertian kwitansi itu surat yang di terbitkan oleh
penanda tangan pada tanggal dan tempat tertentu yang berisi perintah membayar sejumlah
tertentu kepeda pemegang pada saat diperlihatkan. Terbitnya kwitansi atas tunjuk karena
adanya suatu perikatan dasar antara penerbit dan pemegang kwitansi dalam perikatan dasar
itu pemegang kwitansi berposisi sebagai kreditur yang berhak atas pembayaran sejumlah
uang dan pihak penerbit berposisi sebagai debitur yang berkewajiban membayar. Untuk
itu debitur membayar kepada kreditur dengan menyerahkan kwitansi atas tunjuk dengan
permintaan supaya kwitansi itu diperlihatkan kepada orang yang disebutkan namanya.
Sebelum penerbit itu mempunyai piutang yang dapat di tagih pada orang yang di sebutkan
namanya dalam kwitansi itu. Dengan pembayaran itu kwitansi tersebut menjadi alat bukti
baginya bahwa ia telah dibebaskan dari kewajiban hutangnya kepada penerbit.Tenggang
waktu penawaran yaitu selama 20 hari setelah hari tanggal penerbitan.

2
c. Tenggang waktu penawaran
Yang bertanggung jawab atas pembayaran terhadap setiap pemegang selama
kurun waktu 20 hari setelah hari tanggal penerbitannya adalah penerbit yang asli dari
kuitansi atas tunjuk dengan permintaan supaya kuitansi itu diperlihakan kepada orang
yang disebutkan di dalamnya. Kewajiban dan tanggung jawab terus berjalan sampai hari
pertama berikutnya yang bukan hari raya. Menurut undang-undang, jika hari terakhir dari
tenggang waktu tersebut jatuh pada hari rya menurut undang-undang dalam arti pasal 229
b bis KUHD. Dengan demikian, berarti pemegang dapat menawarkan kuitansi tersebut
pada hari kerja berikutnya, jika ia menawarkan pembayaran pada hari terakhir itu
merupakan itu merupakan hari raya menurut undang-undang.
Jika dalam tengang waktu 20 hari itu pemegang tidak menawarkan pembayaran
kepada orang yang disebutkan dalam kuitansi itu, ia kehilangan hak atas pembayaran
kuitansi kepada penerbitnya semula. Dengan ketentuan penwaran kepada penerbit itu
tidak lewat tenggang waktu enam bulan sejak tanggal penerbitannya. (pasal 229k ayat 1
KUHD)
d. Kewajiban dan tanggung jawab penerbit
Pasal 229 f KUHD menyatakan bahwa penerbit kuitansi atas tunjuk bertanggung
jawab atas pembayarannya dalam tenggang waktu 20 hari setelah tanggal penerbitannya.
Selanjutnya pasal 229 g ayat 1 KUHD menyatakan bahwa tanggung jawab tersebut
berjalan terus kecuali jika penerbit dapat membuktikan dalam tenggang waktu itu, uang
sejumlah kuitansi yang diterbitkan itu telah disediakannya pada orang-orang atas diri
siapa kuitansi itu di terbitkan.
e. Daluwarsa
Daluwarsa adalah lampaunya waktu, yaitu setelah lewat tenggang waktu enam
bulan terhitung mulai hari penerbitan semula, maka segala tuntunan terhadap penerbit
atau terhadap mereka yang telah menggunakan surat tersebut sebagai pembayaran
terhapus. Ketentuan lampau ini tidak dapat dikemukakan oleh penerbit tidak
menyediakan dana untuk pembayaran kuitansi tersebut.
Menurut Abdul Qadir Muhammad, S.H. (hukum dagang tentang surat-surat
berharga) menyatakan bahwa kesemuanya itu dengan tidak mengurangi ketetentuan
dalam pasal 1967 KUHD. Menurut pasal 1967 KUHD, segala tuntutan hukum baik
bersifat kebendaan maupun bersifat perseorangan hapus karena daluwarsa dengan lewat
waktu 30 tahun, sedangkan siapa yang menunjukkan akan adanya daluwarsa itu, namun
tidak menunnjukkan suatu alasan, dan tidak didasarkan pada itikad baik.

3
b. PROMES ATAS TUNJUK
a. Definisi
Istilah promes berasal dari kata promesse dalam bahasa prancis yang artinya,
sanggup atau janji, yaitu sanggung membayar atau janji membayar. Orang yang
menandatangani surat itu menyanggupi atau berjanji untuk membayar sejumlah uang
yang tersebut dalam surat itu kepada setiap pemegangnya.
Promes ini bersifat atas tunjuk, artinya siapa saja yang memegang surat itu dan
setiap saat ia memperlihatkan kepada yang bertandatangan ia akan memperoleh
pembayaran. Purwosutjipto, menyebutkan surat sanggup kepada pengganti dengan "surat
sanggup" saja, sedangkan surat sanggup kepada pembawa disebutnya "surat
promes".adapun Syarat- syarat surat sanggup adalah
1. Penyebutan surat sanggup dimuatkan dalam teksnya sendiri
2. Kesanggupan tak bersyarat untuk mebayar sejumlah uang tertentu
3. Penetapan hari bayarnya
4. Penetapan tempat dimana pembayaran dilakukan
5. Nama orang yang dimana pembayaran dilakukan
6. Tanggal dan tempat surat sanggup
7. Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup itu
Apabila salah satu dari syarat ini tidak terpenuhi maka surat tersebut tidak dapat dikatakan
sebagai surat sanggup, kecuali
1. Bila tidak menentukan hari bayarnya maka dianggap dibayar pada saat diunjukkan
2. Bila tidak menyebutkan tempat pembayaran , maka tempat penandatangan dianggap
sebagai tempat pembayaran
3. Bila tidak menyebutkan tempat ditandatanganinya maka dianggap ditandatangani di
tempat yang tertera disamping nama penandatangan.
b. Penerbitan
Penerbitan promes atas tunjuk dapat dilakukan secara penglihatan dan dapat pula secara
sesudah penglihatan. Perbedaan antara promes atas tunjuk dan surat sanggup adalah pada
promes atas tunjuk nama pemegangnya tidak dalam surat itu. Adapun pada surat sanggup
nama pemegangnya dicantumkan dalam teksnya.
c. Tenggang Waktu Pembayaran

4
Pemegang surat promes atas tunjuk harus menagih pembayarannya dalam waktu 6
hari setelah surat itu diterimanya sebagai pembayaran, hari penerimaannya tidak dihitung
sebagaimana ditentukan di dalam pasal 229i ayat 1 KUHD.
Kemudian dalam ayat 2 pasal tersebut dinyatakan bahwa apabila dalam proses itu
disebutkan hari, tanggal pembayaran, maka dalam tenggang waktu 6 hari, pemegang
promes atas tunjuk harus mengajukan penawaran pembayaran kepada penandatangan.
Apabila hari terakhir tenggang waktu 6 hari jatuh pada hari raya, menurut pasal 229b bis
KUHD maka kewajiban dan tanggung jawab terus berjalan sampai dengan hari pertama
berikutnya.
d. Kewajiban dan Tanggung Jawab Penandatangan
Jika dalam tenggang waktu yang telah ditentukan pemegangn promes atas tunjuk telah
menawarkan pembayaran, namun ternyata mendapat penolakan pembayaran maka ia
harus menawarkannya untuk dicabut kepada orang yang memberikan kepadanya sebagai
pembayaran. Akan tetapi, tidak berarti tuntutan pembayaran pemegang itu menjadi
lenyap, penandatangan itu berkewajiban membayar kepada pemegang dalam hal terjadi
non pembayaran.
e. Daluwarsa
Yaitu setelah lewat tenggang waktu 6 bulan terhitung mulai hari penerbitan semula, maka
segala tuntutan terhadap penanda tangan promes atau terhadap mereka yang telah
menggunakan promes tersebut sebagai pembayaran dihapuskan.

c. PERBEDAAN KWITANSI DAN PROMES ATAS TUNJUK


d. Kwitansi Atas Tunjuk
Yang dimaksud dengan kwitansi atau kwitansi atas untuk dapat kita lihat dari
definisi yang dikemukakan oleh Mr. Chr Zevenbergen yang dikutip oleh Emy
Pangaribuan yaitu: Kwitansi atas unjuk adalah suatu surat yang ditanggali, diterbitkan
oleh penanda tangannya terhadap orang lain untuk suatu pembayaran sejumlah uang
yang ditentukan didalamnya kepada penunjuk (atas unjuk) pada waktu diperlihatkan.
Dalam kwitansi atas unjuk tersebut tidak disyaratkan tentang selalu adanya
klausula atas unjuk.
Ketentuan Surat Sanggup
Agar surat sanggup dapat dikatakan sebagai surat sanggup maka harus berisikan
hal-hal sebagai
berikut :
• Penyebutan ”surat sanggup” dimuat dalam teksnya sendiri.
• Kesanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.

5
• Penetapan hari bayarnya.
• Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
• Nama orang yang kepadanya pembayaran harus dilakukan.
• Tanggal dan tempat surat sanggup itu ditandatanganinya.
• Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup itu.
Salah satu di atas tidak ada maka surat tersebut tidak dapat dikatakan sebagai surat
sanggup, kecuali :
• Bila tidak menyebutkan hari bayarnya maka dianggap dibayar pada saat
ditunjukkan.
• Bila tidak menyebutkan tempat pembayaran maka tempat pembayaran maka
tempat penandatanganan dianggap sebagai tempat pembayaran.
• Bila tidak menyebutkan tempat ditandatangninya maka dianggap ditandatangani
di tempat yang tertera di samping mana penanda tangan.
Surat sanggup dapat diterbitkan oleh subjek hukum baik yang merupakan subjek
hukum perorangan maupun badan hukum. Khusus surat sanggup yang diterbitkan oleh
badan hukum merupakan Perusahaan Pembiayaan (financial institution) yang diatur
dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 606/KMK/1995, tanggal 19 Desember
1995, yang pada intinya perusahaan pembiayaan dalam menerbitkan surat sanggup
berlaku beberapa ketentuan yaitu :
• Perusahaan pembiayaan dilarang menerbitkan surat sanggup kecuali sebagai
jaminan atas hutang kepada bank yang menjadi kreditur
• Perusahaan pembiayaan dilarang memberikan jaminan dalam segala bentuk
kepada pihak lain.
• Surat sanggup yang diterbitkan sesuai dengan yang dimaksud pada huruf a di
atas tidak dapat dialihkan dan dikuasakan kepada pihak manapun juga (non negotiable).
Berdasarkan atas, maka perushaan pembiayaan tidak diperbolehkan menjadi
penjamin hutang pihak lain termasuk dalam bentuk coporate quarantee. Receipt bahasa
inggris tanda terima, atau tanda bayar, pembebasan. orang yang namanya tercantum
dalam surat itu dan. kemudian menguasainya dianggap telah memenuhi pembayaran
yang di perintahkan oleh penanda tangan. Tetapi perintah pembayaran dalam kwitansi
itu bukanlah perintah pembayaran dalam arti sebenarnya melainkan hanya merupakan
bentuk perintah tidak lansung dan menggunakan kata terima. Artinya apabila pemegang
kwitansi itu memperlihatkan kepada orang yang disebutkan namanya dalam surat itu dan
dia mengakui dan bersedia membayar. Ia telah menerima perintah pembayaran tidak
langsung dari penanda tangan. Jika ia membayar dan surat itu di kuasainya ia di
bebaskan dari hutangnya.
Kwitansi itu sifatnya adalah sebagai surat perintah pembayaran atas tunjuk tetapi
atas tunjuk tidak diatur bersama-sama dengan surat cek, sebab kwitansi atas tunjuk itu
bukan perintah pembayaran dalam arti sebenarnya dan juga tidak mempunyai syarat-
syarat formal dalam surat cek.Jika kita rumuskan pengertian kwitansi itu surat yang di
terbitkan oleh penanda tangan pada tanggal dan tempat tertentu yang berisi perintah
membayar sejumlah tertentu kepeda pemegang pada saat diperlihatkan. Terbitnya
kwitansi atas tunjuk karena adanya suatu perikatan dasar antara penerbit dan pemegang
kwitansi dalam perikatan dasar itu pemegang kwitansi berposisi sebagai kreditur yang

6
berhak atas pembayaran sejumlah uang dan pihak penerbit berposisi sebagai debitur
yang berkewajiban membayar. Untuk itu debitur membayar kepada kreditur dengan
menyerahkan kwitansi atas tunjuk dengan permintaan supaya kwitansi itu diperlihatkan
kepada orang yang disebutkan namanya. Sebelum penerbit itu mempunyai piutang
yang dapat di tagih pada orang yang di sebutkan namanya dalam kwitansi itu. Dengan
pembayaran itu kwitansi tersebut menjadi alat bukti baginya bahwa ia telah dibebaskan
dari kewajiban hutangnya kepada penerbit.Tenggang waktu penawaran yaitu selama 20
hari setelah hari tanggal penerbitan.
e. Promes Atas Tunjuk
Promesse berasal dari bahasa perancis yang artinya sanggup untuk membayar atau
berjanji untuk membayar sejumlah uang yang tersebut dalam surat itu kepada setiap
pemegang. Promise itu sifatnya adalah atas tunjuk yang artinya siapa saja yang
memegang surat itu dan setiap ia memperikatkannya kepada yang bertanda tangan ia
akan memperoleh pembayara. karena bersifat atas tunjuk maka surat itu dapat dipindah
tangankan kepada orang lain secara mudah. Berbeda dengan surat-surat lainnya. Kalau
mau dipindah tangankan harus melalui lembaga endorsement.
Penerbitan Promise Atas Tunjuk
1. Dapat diterbitkan atas penglihatan (OPZIEH) tidak memuat suatu tanggal
pembayaran .
2. Dapat diterbitkan sesudah penglihatan (NAZIEH) memuat suatu tanggal
tertentu pembayaran.

f. KASUS

Contoh Kwitansi
Pada tanggal 02 Mei 2009 yang lalu saya ingin membeli 2 mobil dari seseorang
yang tinggal di Jakarta, sebut saja namanya Agung. Sebelumnya saya sudah sepakat
secara lisan untuk membeli 2 buah mobil dari si Agung tersebut yakni Toyota Kijang
Avanza dan Toyota Kijang Inova. Kami sudah sepakat tentang harga kedua mobil
tersebut yakni: untuk Toyota Kijang Avanza senilai Rp.120.000.000. (seratus dua puluh
juta rupiah), sedang untuk Toyota Kijang Inova seharga Rp.180.000.000. Jadi total
semua uang yang harus saya bayar sebesar Rp.300.000.000.(tiga ratus juta rupiah). Tapi
karena pada bulan Mei 2009 saat itu saya hanya memegang uang cash sebesar
Rp.150.000.000. (seratus lima puluh juta rupiah). Maka saya katakan pada si Agung saya
membayar dalam 2 kali angsuran. Cicilan pertama saya bayar sebesar Rp.140.000..000.
(seratus empat puluh juta rupiah), sedangkan cicilan kedua sebesar Rp..160.000.000.
(seratus enam puluh juta rupiah) akan saya bayar setelah mencairkan tabungan deposito
di BNI 46 pada 05 Juni 2009.

7
Si Agung setuju dengan permintaan saya tersebut. Setelah membayar cicilan
pertama Rp.140.000.000. (seratus empat puluh juta) mobil Toyota Kijang Avanza dan
BPKB-nya langsung diserahkan kepada saya. Tapi si Agung belum bersedia memberikan
mobil Toyota Kijang Inova dan BPKB-nya kepada saya, dengan alasan masih ada sisa
angsuran pembayaran yang belum dilunasi yakni sebesar Rp.160.000.000. Alasan ini
dapat saya terima, karena memang saya belum membayar lunas semuanya.
Kemudian si Agung membuat kwitansi tanda pembayaran yang menyatakan saya
telah membayar UANG MUKA sebesar Rp.140.000.000.(seratus empat puluh juta)
untuk pembelian mobil Toyota Kijang Avanza dan mobil Toyota Kijang Inova dengan
harga keseluruhan sebesar Rp.300.000.000. (tiga ratus juta rupiah) Dan kami kedua belah
pihak memberikan tanda tangan di kwitansi tersebut, dengan seorang saksi bernama
Agus yang masih keluarga dengan si Agung.
Kemudian setelah menunggu 1 bulan, pada tanggal 6 Juni 2009, setelah
mencairkan deposito milik saya di BNI 46. Saya bermaksud membayar sisa angsuran
kedua sebesar Rp.160.000.000 (seratus enam puluh juta rupiah) kepada si Agung. Tapi
setelah bertemu, si Agung mengatakan bahwa dia sudah menjual mobil Toyota Kijang
Inova tersebut kepada orang lain yakni si Agi. Setelah saya mengkonfirmasikan tentang
persetujuan yang telah kita tanda tangani dalam kwitansi yang dia buat, si AA
mengatakan: Dalam kwitansi tersebut hanya disebutkan pembayaran uang muka sebesar
Rp.140.000.000. untuk pembelian 2 buah mobil. Jadi karena disebutkan pembayaran
uang muka atau dia sebut DP (down payment), dia menganggap kwitansi tersebut tidak
memiliki kekuatan mengikat kedua belah pihak yang bertanda tangan pada kwitansi
tersebut. Karena tidak mengikat kedua belah pihak, si Agung mengatakan dia bebas
menjual mobil kedua yakni TOYOTA Kijang Inova kepada pihak lain. Tentu saja sangat
kecewa dan merasa dirugikan dengan apa yang telah dilakukan si Agung tersebut.
Kemudian saya menuntut pengembalian uang saya sebesar Rp.20.000.000. (dua
puluh juta rupiah), karena saya telah membayar cicilan pertama Rp.140.000.000.
sedangkan harga mobil Toyota Kijang Avanza yang sudah jadi milik saya adalah
Rp.120.000.000. Menanggapi permintaan saya tersebut, si Agung mengatakan beliau
tidak bersedia mengembalikan uang saya sebesar Rp.20.000.000. karena kwitansi
bersifat tidak mengikat, karena hanya tertulis pembayaran uang muka/DP (down
payment). Dan Agung mengatakan bahwa sebetulnya uang muka atau DP tidak dapat
diminta kembali. Beliau juga menambahkan; lain halnya bila persetujuan tersebut sudah
dibuat dalam bentuk AKTA PERJANJIAN, maka isi akta perjanjian tersebut mengikat

8
kedua belah pihak yang bertanda tangan di dalamnya. Mendengar hal ini, tentu saja saya
merasa sangat kecewa karena ditipu dan dirugikan Rp.20.000.000.
Pertanyaan :
1. Apakah saya bisa menuntut kembali uang sebesar Rp.20.000.000. yang sudah saya
bayarkan tersebut ?
2. Apakah memang benar suatu kesepakatan pembayaran uang muka yang dibuat dalam
bentuk kwitansi bersifat tidak mengikat dan bisa dibatalkan oleh salah satu pihak ?
3. Apakah tindakan dari si Agung tersebut bisa dikatakan sebagai tindak pidana
penipuan ?
4. Langkah-langkah atau upaya hukum apa yang bisa saya tempuh untuk menuntut
kembali uang saya Rp.20.000.000. tersebut ?
Jawaban :

1. Pasal 1457 KUHPerdata menyatakan :


"Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang
dijanjikan."
Selanjutnya, Pasal 1458 KUHPerdata menegaskan :
"Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, segera setelah orang-orang
itu mencapai kesepakatan tentang barang tersebut beserta harganya, meskipun barang
itu belum diserahkan dan harganya belum dibayar."
Berdasarkan ketentuan pasal-pasal KUHPerdata di atas, dikaitkan dengan uraian
perkara Sesungguhnya tidak ada alasan penjual untuk membatalkan jual beli yang
telah terjadi. Terkait yang disampaikan dimana pihak penjual membatalkan sebagian
barang yang dijual, tentunya Anda sebagai pembeli berhak menagihkan sisa uang
yang dibayarkan.

2. Pasal 1464 KUHPerdata menyatakan :


"Jika pembelian dilakukan dengan memberi uang panjar, maka salah satu pihak tak
dapat membatalkan pembelian itu dengan menyuruh memiliki atau mengembalikan
uang panjarnya"
Berdasarkan ketentuan Pasal 1464 KUHPerdata dimaksud, jelas dan tegas Stament
penjual mengatakan bahwa kwitansi bersifat tidak mengikat dan bisa dibatalkan oleh

9
salah satu pihak adalah alasan yang tidak tepat dan merupakan pembohongan belaka
semata.

3. Tindakan Agung yang tidak mau mengembalikan sisa uang pembelian, asumsi saya
bukanlah tindak penipuan tetapi tergolong tindakan penggelapan mengingat
sesungguhnya sisa uang pembelian kendaraan tersebut adalah haknya Anda yang
dikuasai oleh Agung bukan atas tindakan/ perbuatan kejahatan.
Tindak Pidana Penggelapan diatur dalam Pasal 372 KUHPidana :
"Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan
pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah".

4. Langkah yang perlu Anda lakukan adalah menagihnya dan menjelaskan ancaman
hukumannya bila ia tidak mengembalikan uang Anda tersebut. Bilamana ia masih
bersikeras, saran saya sebaiknya Anda membuat laporan polisi atas kejadian
dimaksud untuk segera diproses oleh penyidik

Kasus Promes

Permohonan pailit diajukan oleh PT. Indo Surya Mega Finance (ISM) selaku
pemegang dari surat sanggup yang diterbitkan oleh PT. Great Star Perdana Indonesia
melalui kuasa hukumnya, Hanafiah Ponggawa Adnan Bangun Kelana. Surat sanggup
senilai Rp2 miliar tersebut diterbitkan pada 6 Februari 1998 dan jatuh tempo pada 6
Mei 1998. Ada beberapa dalil yang diajukan oleh Termohon melalui kuasanya Beny
Ponto, SH dari kantor konsultan hukum Lontoh & Kailimang yang dijadikan dasar
keberatan atas permohonan pailit tersebut.Dalil pertama yang diajukan adalah
menyangkut isi Anggaran Dasar GSPI yang menyatakan bahwa untuk penerbitan surat
sanggup atau hal-hal lain yang menyangkut pinjam-meminjam uang, direksi harus
memperoleh terlebih dahulu izin komisaris. Artinya, sebelum menerbitkan surat
sanggup, direksi harus memperoleh izin komisaris.

10
Surat sanggup

Menanggapi hal tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa Anggaran Dasar


suatu perusahaan hanya mengikat secara intern dan tidak berlaku bagi pihak ketiga.
Oleh karena itu perbuatan direksi GSPI dalam hal penerbitan surat sanggup tetap sah
dan mengikat, walaupun dilakukan tanpa persetujuan komisaris.Termohon melalui
kuasanya, mempermasalahkan bentuk fisik dari surat sanggup tersebut yang dibuat
hanya di atas kertas kop perseroan dan adanya indikasi pemalsuan. Majelis Hakim
merujuk pada ketentuan Pasal 174 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
untuk menyimpulkan bahwa surat sanggup yang dibuat di atas kertas kop perseroan
adalah tetap sah. Yang setidaknya harus dicantumkan dalam surat sanggup tersebut
adalah adanya penyebutan "surat sanggup", pernyataan tak bersyarat untuk membayar
sejumlah uang tertentu, dan penunjukkan hari jatuh tempo. Sementara untuk masalah
adanya indikasi pemalsuan atas beberapa surat sanggup yang diterbitkan oleh GSP yang
telah dilaporkan ke kepolisian, bukti surat sanggup yang diajukan ke persidangan tetap
dinyatakan sah oleh Majelis Hakim.

Terakhir, GSP mendalilkan bahwa tidak terbukti ada perikatan pokok antara
GSP dengan ISM. Pihak GSP sendiri menyatakan tidak ada penerimaan uang atas
penerbitan surat sanggup tersebut. Majelis Hakim berpendapat bahwa dengan
ditandatanganinya surat sanggup tersebut, telah terjadi perikatan pokok antara GSP
dengan ISM. Berdasarkan Pasal 177 KUHD disebutkan bahwa penandatanganan surat
sanggup adalah sama dengan akseptan surat wesel. Walaupun surat sanggup tidak bisa
digolongkan surat pengakuan utang, bisa menjadi alat bukti adanya pinjaman uang
karena surat sanggup bisa digolongkan surat tagihan utang. Dengan demikian, terbukti
bahwa GSP selaku Termohon memiliki utang terhadap Pemohon.Untuk membuktikan
adanya kreditur lain, Majelis Hakim mendasarkan pada bukti surat konfirmasi dari
Bank Mandiri tertanggal 2 Mei 2000 yang diakui oleh Termohon menyatakan bahwa
mereka memang memiliki utang kepada Bank Mandiri, tetapi sudah
direstrukturisasi.Berdasarkan hal-hal yang diuraikan tersebut dan dengan mengacu pada
ketentuan Pasal 1(1) UUK , Majelis Hakim yang diketuai oleh Erwin Mangatas Malau,
S.H menyatakan GSP pailit dengan segala akibat hukumnya. Dalam putusannya
ditunjuk pula Munir Fuady, SH selaku kurator dan Syamsudin Manan Sinaga, SH
selaku Hakim Pengawas.

11
DAFTAR PUSTAKA

H. Zaeni Asyhadie, dan Budi Sutrisno. 2018. Pokok-Pokok Hukum Dagang. Depok :
Rajawali Pers.
Hasym, Farida. 2017. Hukum Dagang. Jakarta : Sinar Grafika
Asikin,Zainal 2016.Hukum Dagang Jakarta Rajawali Pers
Konsil,C.S.T.2008.Jakarta: Sinar Grafika
Sardjono,Agus.2014 Pengantar Hukum Dagang .Cet.IRajawali Pers

12

Anda mungkin juga menyukai