Anda di halaman 1dari 19

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Oleh:
HELNI
Email: helnimmtk@gmail.com

Program Studi Tadris Matematika


Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Kendari 2019

ABSTRAK
Pendidikan berkembang dari yang sederhana (primitif), yang berlangsung
ketika manusia masih berada dalam ruang lingkup kehidupan yang serba
sederhana serta konsep tunjuan yang amat terbatas pada hal-hal yang
bersifat survival (pertahanan hidup terhadap ancaman alam sekitar),
sampai pada bentuk pendidikan yang sarat dengan metode, tujuan, serta
model pendidikan yang sesuai dengan masyarakat pada saat ini. Dalam
perjalanan hidupnya, umat manusia senantiasa dihadapkan kepada
pengalaman-pengalaman peristiwa alamiah yang ada di sekitarnya.
Pengalaman-pengalaman lahir ini merupakan sejarah hidupnya yang
mengesankan dan kemudian menghidupkan serta menjadi pengalaman
batinnya sebagai alat pendorong untuk mengadakan perubahan-
perubahan bagi kepentingan hidup dan kehidupannya Perkembangan
hidupnya ini tidak terlepas dari proses pembentukan pribadi yang
diwariskan berkesinambungan kepada generasi berikutnya. Dengan
kelompoknya atau dengan masyarakatnya, mereka akan saling memberi
pengaruh dalam kehidupan bersama hubungan pengaruh yang terjadi
dalam suasana tata kemasyarakatan akan membentuk suatu corak dan
bentuk tertentu dan kebudayaan dan peradaban, yang sejalan dengan
segi pandangan hidup kemanusiaan atau falsafah hidupnya yang
menggambarkan tingkat kehidupan kerohanian yang telah dicapainya.
Proses perjalanan dan pembinaan serta pertumbuhan kebudayaan dan
peradaban suatu masyarakat tidak selalu menggembirakan, tetapi sering
pula terjadi hal-hal yang menyebabkan hambatan-hambatan atau: sama
sekali terhenti dan menyebabkan kemunduran dibanding dengan apa
yang telah dicapai di. masa-masa silamnya.

Kata kunci: Pendidikan, Pendidikan Islam, Perkembangan

1
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam di Indonesia telah bergabung sejak masuknya
Islam di Indonesia. Pada tahun awal pendidikan Islam dimulai dari kontrak
pribadi maupun kolektif antara mubaligh (pendidikan) dengan peserta
didiknya. Setelah komunitas Muslim terbentuk di suatu daerah, maka
mulailah mereka membangun masjid. Masjid difungsikan sebagai tempat
ibadah dan pendidikan. Mesjid merupakan lembaga pendidikan Islam
yang pertama muncul di samping rumah tempat kediaman ulama atau
mubaligh. Setelah itu, muncullah lembaga-lembaga pendidikan Islam
lainnya seperti pesantern. Dayah, surau. Nama-nama tersebut walaupun
berbeda, tetapi hakikatnya sama yakni sebagai tempat menuntut ilmu
pengetahuan agama. Perbedaan nama adalah dipengaruhi oleh
perbedaan tempat. Perkataan pesantren populer bagi masyarakat Islam di
Jawa, rangkang, dayah di Aceh, surau di Sumatera Barat.
Di awal abad ke-20 H, munculah ide-ide pembaharuan pendidikan
Islam di Indonesia, ide ini muncul disebabkan sudah mulai banyak orang
yang tidak puas dengan sistem pendidikan yang berlaku saat itu., oleh
karena itu ada sistem yang harus dipembaharuin yaitu: dari segi isi
(materi), dari segi metode, manajemen dan administrasi pendidikan. Ide
dan inti pembaharuan ini adalah berupaya meninggalkan pola pemikiran
lama yang tidak sesuai lagi dengan kamajuan zaman dan berupaya
meraih aspek-aspek yang menopang untuk menyesuiakan diri dengan
kemajuan zaman. Berdasarkan dua daya dorong itulah makannya mulai
muncul ide untuk memasukkan mata pelajaran umum ke lembaga-
lembaga pendidikan islam serta merubah metode pengjaran lama kepada
metode yang lebih adktif dengan perkembangan zaman.1
Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia semakin
memerlihatkan dinamikanya sejak Indonesia merdeka. Pesantren,
berkembang dari bentuk tradisional (salafi) berkembang kepada pesanten

1 Prof. Dr. H. Haidar Putra daulay. “Pendidikan Islam di Indonesia”, (Bandung:

Cita Pustaka Media, 2001), h. 1-3.

2
modern (khalafi). Sehingga pesantren bentuk kedua ini sekarang
berkembag hampir di seluruh Indonesia. Kemodernan dapat dilihat dari
tiga segi. Pertama, mata pelajaran telah seimbang antara materi ilmu-ilmu
agama dengan materi ilmu-ilmu umum. Kedua, metode pembelajaran
telah berpariasi, tidak lagi semata-mata hanya memakai metode sorogan,
wetodan dan hafalan. Ketiga, dikelolah berdasarkan prinsip-prinsip
menajeman pendidikan.
Perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia hingga saa
sekarang ini dapat kita lihat telah melalui tiga priodesasi. Pertama, periode
awal sejak kedatangan Islam ke Indonesia sampai masuknya ide-ide
pembaharuan pemikiran Islam awal abad kedua puluh. Kedua, periode
kedua ini di tandai dengan lahirnya madrasah. Ketiga, pendidikan Islam
telah terintergrasi kedalam sistem pendidikan nasional sejak lahirnya
undang-undang no 2 tahun 1989 serta seperangkat peraturan pemerintah
yang berkenaan dengan pendidikan.2

B. Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia


Masuknya Islam ke Indonesia agak unik bila dibandingkan dengan
masuknya Islam ke daerah-daerah lain. Keunikannya terlihat kepada
proses masuknya Islam ke Indonesia yang rekatif berbeda dengan
daerah-daerah lain. Islam masuk ke Indonesia secara damai dibawa oleh
para pedagang dan mubaligh. Sedangkan Islam yang masuk ke daerah
lain pada umumnya banyak lewat penaklukkan, seperti masukya Islam ke
Irak, Iran (Parsi), Mesir, Afrika Utara sampai ke Andalusia. Terdapat
beberapa teori tentang masuknya Islam ke Indonesia, terutama dengan
waktu datangnya, negeri asalnya, dan pembawanya. Srjana belanda
kebanyakan berpendapat bahwa kedatangan Islam ke Nusantara berasal
dari India, di antara sarjana tersebut adalah Pijnappel dari Universitas
Leiden, Moquette, Snouck Hurgronje. Menurut Hurgronye abad ke-12

2 Prof. Dr. H. Haidar Putra daulay. “Pendidikan Islam di Indonesia”, (Bandung:


Cita Pustaka Media, 2001), h.8

3
adalah periode paling mungkin dari permulaan penyebaran Islam di
Nusantara. Selain dari “teori India” berkembang juga “teori Arab” yang
berpendapat bahwa Islam di Nusantara berasal dari Arab. Teori ini juga
didukung oleh sejumlah sarjana di antaranya Crawfurd, Niemann dan
yang paling gigih mempertahankannya adalah Naquib Al-Attas.3
Meurut beberapa sumber sejarah dijelaskan bahwa Selat Malaka
sebagai rute perdagangan yang telah lama dikenal, sebagai salah satu
jalur perdagangan dari dunia Timur ke Barat di samping jalan darat.4
Pada sekitar abad ke-7 dan 8, pada saat Kerajaan Sriwijaya
mengembangkan kekuasaannya, Selat Malaka sudah mulai dilalui oleh
pedagang-pedagang muslim dalam penyebarannya ke negeri-negeri di
Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina zaman Tang,
pada abad-abad tersebut diduga bahwa masyarakat muslim telah ada,
baik di Kanfu (Kanton) maupun di Sumatera.5
Kedatangan Islam ke belahan Indonesia bagian Timur ke Maluku
juga tidak dapat dipisahkan dari kegiatan perdagangan, yang
diperkiarakan Islam masuk ke daerah ini pada abad keempat belas
Masehi. Di Kalimantan khususnya di Banjarmasin proses Islamisasi di
daerah ini terjadi kira-kira tahun 1550. Adapun di Sulawesi terutama di
bagian selatan telah didatangi oleh pedagang muslim pada abad ke-15 M.
Menurut Tome Pires pada abad ke-16 di daerah Gowa telah terdapat
pedagang muslim dan orang Portugis, yang telah melakukan hubungan
dagang dengan Gowa.6
Terbentuknya masyarakat muslim di suatu tempat adalah malalui
proses yang panjang, yang dimulai dari terbentuknya pribadi-pribadi
muslim sebagai hasil dari upaya para Da’i. Masyarakat muslim tersebut
selanjutnya menumbuhkan kerajaan Islam.

3
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, MA. “Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan
Pendidikan Islam di Indonesia”. (Jakarta: Fajar Interpratama Offest, 2007), Hal. 11
4
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, MA. Ibid. Hal. 11-12
5
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, MA. Ibid. Hal. 12
6
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, MA. Ibid. Hal. 13

4
Berikut ini beberapa pendapat tentang awal masuknya Islam di
Indonesia:7
1. Prof. Syed Naquid al-Attas.
Catatan yang paling tua mengenai kemungkinan sudah bermukimnya
orang-orang muslim di kepulauan Indonesia adalah bersumber dari
laporan Cina tentang pemukiman Arab di Sumatera Utara dikepalai
oleh seorang Arab pada tahun 672 M.
2. Gerini, seorang sejarawan India Indo Melai
Orang islam yang pertama mengunjungi Indonesia amat boleh jadi
adalah sudagar Arab dalam abad ke-7 M. yang singgah di Sumatera
kerika mengadakan perjalanan menuju China.
3. Juned Pareduri
Beliau berpendapat bahwa di Barus Tapanuli, di dapatkan sebuah
makam yang berangka tahun Haa-Mim yang berarti tahun 48 H/670
M. Dengan demikian Islam sudah masuk di Barus Tapanuli pada
tahun 670 M.
4. Thomas W Arnol dalam bukunya “The Preaching of Islam”
Beliau menyatakan bahwa pada abad ke-7 M, dipantai Barat pulau
Sumatera sudah didapati kelompok perkampungan orang Arab.
5. Seminar masuknya Islam di Indonesia di Medan tahun 1963
Dalam seminar ini disimpulkan bahwa masuknya Islam di Indoneia
adalah sebagai berikut:
a. Menurut sumber bukti yang baru, Islam pertama kali masuk ke
Indonesia pada abad ke 7 M. dibawa oleh pedagang dan mubaligh
dari Negara Arab.
b. Daerah yang pertama kali dimasuki islah pantai Barat pulau
Sumatera yaitu daerah Baros, tempat kelahiran ulama besar yang
bernama Hamzah Fasyuri.

7
Drs. Herman DM., M.PdI. “Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia”. (Tahun 2018), hal 4-5

5
c. Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Islam bangsa
Indonesia ikut aktif mengambil bagian yang berperan dan prose
situ berjalan secara damai.

C. Peranan Pendidikan Islam Dalam Proses Islamisasi Di Indonesia


Ada beberapa saluran proses islamisasi di Indonesia yaitu,
perdagangan, perkawinan, kesenian, sufisme, dan pendidikan. Berbicara
tentang pendidikan tentunya dimulai dari membicarakan apa sebetulnya
esensi pendidikan tersebut. Dipandang dari sudut defenisi pendidikan
yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan, dari sekian banyak itu
dapat diambil kesimpulan bahwa hakikat pendidikan itu adalah proses
pembentukkan manusia kea rah yang dicita-citakan. Dengan demikian,
pendidikan Islam, proses pembentukkan manusia sesuai dengan tuntunan
Islam. Dalam teori pendidikan dikemukakan paling tidak ada tiga hal yang
ditransferkan dari si pendidik kepada si terdidik, yaitu transfer ilmu,
transfer nilai, dan transfer perbuatan (transfer of knowledge, transfer of
value, transfer of skill) di dalam proses pentransferan inilah
berlangsunganya pendidikan.8
Disebabkan itulah proses pendidikan itu bisa berlangsung secara
formal, nonformal, dan informal. Bila pendidikan itu diatur, dilaksanakan
dengan peraturan-peraturan yang ketat seperti lamanya belajar, materi
pelajaran, waktu, tingkatan, umur, pendidik, sertifikat, dan lain sebagainya
hal yang seperti ini dapatlah disebutkan sebagai pendidik formal. Selain
itu ada juga proses pendidikan itu tidak diatur sedemikian rigitnya seperti
yang disebutkan terdahulu, maka hal itu dapat disebutkan sebagai
pendidik nonformal. Di samping itu ada pula pendidikan yang lebih
memberikan pada proses pergaulan yang mendalam yang bersifat
mempribadi antara si pendidik dan si terdidik, seperti hubungna orantua
dengan anaknya di rumah tangga. Pada saat tertentu si orang tua, tanpa
disengaja dan dirancang menumbuhkan nilai-nilai (values) kepada

8
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, MA. Op.cit, Hal. 14-15

6
anaknya, hal yang seperti ini digolongkan kepada pendidikan informal.
Berdasarkan ungkapan tersebut, dapat dimaklumi betapa luasnya ruang
lingkup pendidikan, sehingga setiap perbuatan yang pada intinya
pentrasferan ilmu, nilai, aktivitas, dan keterampilan dapat disebut dengan
pendidikan. Oleh karena itu, dapat dipatikan bahwa pendidikan Islam itu
telah berlangsung di Indonesia sejag mubaligh pertama melakukan
kegiatannya dalam rangka menyampaikan keislaman baik dalam bentuk
pentrasferan pengetahuan, nilai, dan aktivitas maupun dalam
pembentukan sikap.9
Noeng Muhadjir ada lima unsur dasar pendidikan, yaitu adanya
unsure pemberi dan penerima. Unsur pemberi dan penerima baru
bermakna pendidikan kalau dibarengi dengan unsur ketiga, yaitu adanya
tujuan baik. Jika hanya hubungan pemberi dan penerima saja yang ada,
ini belum dapat dikatakan aktivitas pendidikan, tanpa dibarengi dengan
tujuan baik, sebab hubungan antara penjual dan pembeli, majikan dan
buruh, juga adalah hubungan antara pemberi dan penerima dan
hubungan yang seperti itu belum dikatakan aktivitas pendidikan. Unsur
berikutnya yakni unsur keempat adalah cara atau jalan yang baik.
Kemudian selanjutnya unsur kelima adalah konteks yang positif upaya
pendidik adalah menumbuhkan konteks positif dengan menjauhi konteks
yang negatif.
Dengan diungkapkannya unsure dasar pendidikan dapat dijadikan
acuan tentang apakah aktivitas pedagang dan mubaligh yang melakukan
aktivitas proses islamisasi di Indonesia ini dapat digolongkan sebagai
aktiivitas pendidikan? Pertama dilihat dari proses pemberi dan penerima.
Dalam hal ini pedangang dan mubaligh sebagai pemberi, masyarakat
penduduk pribumi yang dijadikan objek sebagai penerima. Kedua, tujuan
baik. Aktivitas yang dilakukan mengandung unsur tujuan yang baik. Ajaran
Islam yang disampaikan jelas mengandung tujuan yang baik, mencakup
tujuan keilmuan (mencerdaskan), tujuan keimanan (keyakinan), tujuan

9
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, MA. Ibid. Hal. 15

7
pengabdian (ibadah), dan tujuan akhlak (moral). Unsur berikutnya adalah
cara/jalan baik berkenaan dengan keterkaitannya dengan nilai. Pedagan
dan mubaligh di dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam terkait dengan
menimbulkan nilai-nilai baik bagi subjek didik. Konteks positif aalah
konteks yang dapat member pengaruh atau efek pada aktivitas
pendidikan.10
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulakan bahwa aktivitas
yang dilakukan oleh para mubaligh awal yang datang ke Indonesia, baik
hanya mubaligh an sich, maupun hanya sebagai pedagang yang berperan
sebagai mubaligh adalah kegiatan yang digolongkan kepada aktivitas
pendidikan. Dengan demikian, pendidikan Islam di Indonesia ini telah
berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia, dan dengan demikian
pula pendidikan Islam telah memainkan pernannnya dalam proses,
islamisasi di Indonesia.11

D. Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam Awal di Indonesia


Pada tahap awal pendidikan Islam itu berlangsung secara informal.
Para mubaligh banyak memberikan contoh teladan dalam sikap hidup
mereka sehari-hari. Para mubaligh itu menunjukkan akhlakul karimah,
sehingga masyarakat yang didatangi menjadi tertarik untuk memeluk
agama Islam dan mencontoh perilaku mereka. Lewat pergaulan antara
mubaligh dengan masyarakat sekitar dan terkadang juga lewat
perkawinan antara pedagang muslim atau mubaligh dengan masyarakat
sekitar terbentuklah masyarakat muslim. Masyarakat muslim inilah
merupakan cikal bakal timbul dan berkembangnya kerajaan Islam. Setelah
masyarakat muslim di suatu daerah terbentuk, maka yang menjadi
perhatian mereka untuk yang pertama kali adalah mendirikan rumah
ibadah (masjid, langgar, dan mushalla). Apa sebab? Karena kaum
muslimin itu diwajibkan untuk shalat lima kali sehari semalam dan sangat
dianjurkan untuk berjamaah. Kemudian sekali seminggu diwajibkan untuk

10
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, MA. Ibid. Hal. 16-17
11
Prof. Dr. H. Haidar Putra Daulay, MA. Ibid. Hal. 17

8
melaksanakan shalat jum’at. Jadi suatu hal yang tidak boleh tidak, mesti
ada dilingkungan masyarakat muslim adalah rumah ibadah.
Di dalam sejarah Islam sejak zaman Nabi Muhammad telah
difungsikan rumah ibadah tersebut sebagai tempat pendidikan. Rasul
menjadikan Masjid Nabawi untuk berlangsungnya proses pendidikan di
dalamnya. Perbuatan beliau ini ditiru oleh Khalifah-khalifah sesudah
beliau, baik hanya Khulafaur Rasyidin maupun Khalifah-khalifah Bani
Umaiyyah, Abbasyiyah, Fathimiyah, Usmaniyah, dan lain sebagainya.
dengan demikian, masjid berfungsi sebagai tempat pendidikan adalah
merupakan suatu keharusan di kalangan masyarakat muslim.
Ada beberapa lembaga pendidikan Islam awal yang muncul di
Indonesia.
Antara lain sebagai berikut:
1. Masjid dan Langgar
2. Pesantren
3. Meunasah, Rangkang< dan Dayah
4. Surau.

E. Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia


Masa kerajaan islam, merupakan salah satu dari periodesasi
perjalanan Sejarah Pendididkan Islam di Indonesia, sebab sebagaimana
lahirnya kerajaan Islam yang disertai dengan berbagai kebijakan dari
penguasanya saat itu, sangat mewarnai Sejarah Islam di Indonesia,
terlebih-lebih agama Islam juga pernah dijadikan sebagai agama resmi
negara/kerajaan pada saat itu.Karena itulah, bila kita berbicara tentang
perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, tentu saja kita tidak bisa
mengenyampingkan bagaimana keadaan Islam itu sendiri pada masa
kerajaan Islam.Berikut ini akan dikemukakan beberapa kerajaan Islam di
Indonesia, serta bagaimana peranya dalam pendidikan Islam dan dakwah
islamiyah tentunya. Kemudian pada masa penjajahan pendidikan islam
mendapatkan perhatian khusus dari kolonial belanda dan jepang. Mereka

9
beusaha untuk melumpuhkan Islam pada masa saat itu dengan membuat
kebijakan yang membatasi proses berlangsungnya pendidikan Islam di
Indonesia. Dan yang terakhir pada masa kemerdekaan.12
Setelah merdeka pendidikan Islam di Indonesia mendapatkan
kedudukan dalam menjalankan proses pendidiakan nasional. Pada saat
itulah pendidikan Islam mulai mendapat sorotan. Hingga munculah
lembaga-lembaga pendidikan Islam dari zaman kerajaaan Islam hingga
kemerdekaan. Seperti, pesantren, madrasah, perguruan tinggi Islam
Negeri, Instititut Islam Agama Negeri.

F. Pendidikan Zaman Kerajaan Islam


Berdasarkan kunjungan Ibn Batutah pada tahun 1354, Samudera
Pasai merupakan tempat studi islam paling tua. Rajanya selalu
mengadakan halaqah setelah shalat jum’at sampai waktu ashar. Didalam
halaqah tersebut para ulama berdiskusi tentang masalah keagamaan dan
keduniawian sekaligus yang mana biasa dilakukan di istana bagi anak-
anak raja, di mesjid-masjid, di rumah-rumah guru, dan surau-surau untuk
masyarakat umum. Dari sinilah awal mula terbentuknya lembaga
pendidikan islam.
Pendidikan agama islam di kerajaan samudera pasai semakin
berkembang pesat. samudera pasai terus berfungsi sebagai pusat studi
islam di asia tenggara. Selain di samudera pasai, Kerajaan Malaka dan
Kerajaan Aceh juga menjadi salah satu pusat studi islam pada saat itu.
Sistem pengajaran bagi setiap muslim sama seperti negara-negara
muslim yang lain, yaitu dengan pengajian Al-qur’an dengan mempelajari
tajwid, juz ‘Amma untuk tahap pemula. Untuk tahap selanjutnya merek
membahas tentang persoalan fiqih dan tasawuf. Selain kegiatan diatas

12 Prof Dr. Musyrifah Sunanto. “Sejarah Peradaban Islam Indonesia”, (Jakarta:


PT Grafindo Persada, Cetakan keempat, 2012), h.104

10
para ulama juga mengajarkan kepada murid-muridnya menerjemahkan
bahasa Arab ke dalam bahasa Melayu.13
Pendidikan islam terus berkembang setelah para ulama mengarang
buku-buku pelajaran keislaman menggunakan bahasa melayu. Ulama
yang berperan antara lain, Hamzah Fansuri, Nuruddin Al-Raniri, Abd. Rauf
singkel dan masih banyak ulama lainnya.
Seiring dengan berkembangnya zaman, setiap daerah mempunyai
istilah untuk lembaga pendidikannya. Di Jawa lembaga pendidikan islam
disebut pesantren, di Aceh dikenal dengan sebutan dayah atau rangkang,
di Minang Kabau disebut dengan surau. Di Kalimantan dikenal dengan
langgar.
Di jawa sebelum islam datang, pesantren sudah dikenal sebagai
lembaga pendidikan agama Hindu. Namun, setelah islam masuk nama itu
menjadi lembaga pendidikan islam yang didirikan oleh para penyiar
agama islam. dari lembaga inilah islam menyebar keberbagai pelosok
Jawa dan wilayah Indonesia Bagian Timur. Contoh pesantren yang
didirikan pada saat itu adalah, Pesantren Giri yang didirika oleh Sunan Giri
pada tahun 1485 dan Pesantren Gresik yang didirikan oleh Maulana Malik
Ibrahim merupakan pesantren pertama di Jawa., pesantren Gunung Jati
Cirebon.
Semua ilmu pendidikan islam di Nusantara ditulis dengan huruf
Arab Melayu. Metode pengajaran di lembaga-lembaga pendidikan islam
itu adalah sorogan dan bandungan. Sorogan adalah sistem pengajaran
yang bersifat individual, biasanya bagi muri pemula. Sedangkan metode
bandungan adalah sekelompok santri yang mendengarkan seorang guru
membaca, menerjemahkan, mengulas buku-buku islam dalam bahasa
Arab yang disebut “kitab kuning” dengan cepat.

13 Redja Mudyaharjo. “Pengantar Pendidikan”, (Jakarta:PT Raja Grafindo


Persada, 2001), h.201

11
Ada beberapa kebudayaan Hindu-Budha yang disesuaikan dengan
agama dan kebudayaan islam seperti;
a. Gerebeg disesuaikan dengan Hari Raya Idul Fitri dan Maulid nabi
disebut Gerebeg poso dan Gerebeg Mulud.
b. Gamelan Sekaten yang dibunyikan pada Gerebeg Maulud dipukul
di halaman masjid Agung.
c. Acara tepung tawar yang diiringi denga salawat Nabi, dsb.
Tiap anak laki-laki dan perempuan yang sudah berumur tujuh tahun
wajib belajar apabila pada umur tersebut mereka belum bisa mengaji
maka akan menjadi olok-olokan. Biaya pendidikan islam pada saat itu
ditanggung oleh masyarakat islam itu sendiri, melalui zakat, wakaf,
pembayaran suatu hajat penduduk desa.

G. Pendidikan Islam Pada Zaman Penjajahan


1. Pendidikan Zaman Belanda
Penaklukan bangsa barat atas Indonesia/Nusantara dimulai dalam
bidang perdagangan, dengan kekuatan militer. Kedatangan mereka
memang membawa kemajuan dibidang teknologi, tetapi tujuan
sebenarnya adalah untuk meningkatkan hasil jajahan. Tidak ada hal baru
yang mereka ajarkan untuk perkembangan pendidikan, akan tetapi
westernisasi dan kristenisasi yang mereka kenalkan.
Awal mulanya, Belanda (tahun 1610) membiarkan saja pendidikan
islam di Nusantara. Akan tetapi, lambat laun mereka mengubah
pendidikan islam sedikit demi sedikit. Belanda mulai berusaha
melumpuhkan pengaruh islam, dimulai dari daerah yang dikuasai di Yogya
dan Surakarta. Yang kemudian mendapat perlawanan dari masyarakat
dan alim ulama Diponegoro. Akan tetapi mereka dapat ditaklukkan.
kemudian belanda berusaha menaklukkan organisasi-organisasi islam,
zakat, wakaf, iuran untuk biaya pendidikan dihapuskan. Belanda juga
orang yang tidak tahu soal agama menjadi tuan kadi, dan menjadi
anggota Mahkamah Tinggi. Karena usaha-usaha inilah, pendidikan islam
lama kelamaan menjadi mundur dan maki terdesak oleh pendidikan barat.

12
Di jakarta, ketika Van den bosch menjadi gubernur jenderal di
jakarta tahun 1831, ia mengeluarkan kebijakan bahwa sekolah gereja
diperlukan sebagai sekolah pemerintah belanda. Departemen pendidikan
menjadi satu. Disetiap daerah didirika satu sekolah agama Kristen.
Pada tahun 1819 Van den Capellen merencanakan berdidinya
sekolah dasar untuk penduduk pribumi agar dapat membantu pemerintah
belanda. Akan tetapi dia menganggap bahwa pendidikan islam tidak
membantu pemerintah belanda. Belanda ingin mendirikan sekolah-
sekolah dasar untuk menyaingi pesantren, madrasah, pengajian, dan
lembaga-lembaga pendidikan islam lainnya.
Pada tahun 1900 Masehi kemunduran pendidikan di Nusantara
mencapai puncaknya. Tahun 1925, belanda mengeluarkan peraturan lebih
ketat, bahwa tidak semua kyai boeh mengajar pengajian. Peraturan ini
muncul karena tumbuhnya organisasi pendidikan pada saat itu, seperti
Muhammadiyah, Syarikat Islam, Al-irsyad, Nahdhatul Wathan, dan lain-
lain. masih banyak lagi kebijakan-kebijakan pemerintah Belanda terhadap
bangsa pribumi khususnya muslim pribumi.
Jika kita melihat peraturan-peratura belanda ini, seolah-
olahpendidikan islam akan lumpuh. Akan tetapi apa yang kita saksikan
sebaliknya. Pada tahun 1901 belanda melakukan politik etis, yaitu
mendirikan pendidikan rakyat sampai ke desa yang memberikan hak-hak
pendidikan bagi pribumi dengan tujuan mempersiapkan pegawai-pegawai
yang bekerja untuk Belanda. Belanda tidak mengakui lulusan-lulusan
pendidikan tradisional. Di luar dugaan dengan didirikan sekolah rakyat
orang pribumi dapat mengenal sistem oendidikan modern yang kemudian
mereka terapkan untuk mengadakan pembaharuan dibidang agama dan
pendidikan. Maka lahirlah gerakan pembaharuan pendidikan islam.

2. Pendidikan Zaman Jepang


Jepang menjajah Indonesia setelah mengalahkan Belanda dalam
perang Dunia II pada tahun 1942dengan semboyan Asia Timur Raya atau
Asia Untuk Asia.

13
Pada masa awalnya pemerintah Jepang seakan-akan membela
kepentingan islam sebagai siasat untukmemenangkan perang. Untuk
menarik dukungan rakyat Indonesia, pemerintah membolehkan
didirikannya sekolah-sekolah agama dan oesantren-pesantren yang
terbebas dari pengawasan Jepang. Kebijakannya sebgai berikut:
a. Kantor urusan agama pada masa belanda disebut kantor Voor
islamistische Saken diubah menjadi Sumubu yang dipimpin oleh
ulama islam itu sendiri, yaitu K.H. hasyim Asy’ari dari Jombang dan
didaerah-daerah disebut Sumuka.
b. Pondok pesantren mendapat bantuan dari pembesar Jepang
c. Sekolah-sekolah Negeri diberi pelajaran budi pekerti/agama
d. Membentuk berisan Hizbullah yang memberi latihan dasar
kemiliteran pemuda islam
e. Jepang mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam
f. Ulama islam bekerja sama dengan pemimpin nasionalis
membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA)
g. Umat islam mendirikan Majlis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi)
Maksudnya dari pemerintah Jepang agar kekuatan umat islam dan
nasionalis bisa diarahkan untuk kepentingan memenangkan perang yang
dipimpin oleh Jepang.
Dalam bidang pendidikan, guru-guru mengikuti pelatihan yang
diadakan oleh jepang untuk mendoktrinisasi dalam kemakmuran bersama.
Yang mana para guru diambil dari tiap-tiap kabupaten. Bahasa Indonesia
juga dijadikan sebagai bahasa pengantar semua sekolah dan menjadi
mata pelajaran utama. Pihak Jepang juga mewajibkan para murid untuk
mempelajari adat istiadat Jepang. mereka juga diharuskan melakukan
kerja bakti seperti mengumpulkan bahan-bahan untuk perang, menanam
bahan makanan, membersihkan asrama, memperbaiki jalan dan lain-lain
Demikianlah sekolah-sekolah pada masa jepang mengalami
kemunduran dibandingkan dengan masa Belanda. Namun, masalah yang
paling penting pada sekolah-sekolah itu adalah nasionalisasi, bahsa

14
pengantar, serta pembentukan kader-kader muda untuk tugas berat
dimasa mendatang.

3. Pendidikan Zaman Kemerdekaan


Setelah merdeka, pendidikan islam mulai mendapat kedudukan
yang sangat penting dalam sistem pendidikan nasional. Selain itu
pendidikan agama disekolah juga mendapat tempat yang teratur,
seksama dan penuh perhatian. Pendidikan islam setahap demi setahap
dimajukan. Upaya ini merupakan usaha untuk menata diri ditengah-tengah
realitas sosial modern dan kompleks.
Sekolah agama termasuk madrasah, ditetapkan sebagai model dan
sumber pendidikan nasional yang berdasarkan Undang-Undang Dasar
1945. pendidikan islam terus ditingkatkan. Tuntutan untuk mendirikan
Perguruan Tinggi juga meningkat.14

H. Komersialisasi Pendidikan Islam di Indonesia


Pendidikan merupakan hal mendasar yang harus diperoleh oleh
semua warga negara. Setiap warga berhak mendapatkan pendidikan yang
layak, tanpa melihat status sosial warga tersebut. Hal ini diatur dalam
konstitusi Negara Republik Indonesia, yaitu dalam UUD 1945 pasal 31
ayat 1. Namun idealitas ini sangat berbanding terbalik dengan kenyataan
yang ada dalam masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah akibat
meruaknya praktik komersialisasi pendidikan yang menyebabkan idealitas
hanya sebatas impian belaka.
Dewasa ini pendidikan semacam diperjualbelikan oleh sebagian
oknum yang memegang kendali atas pendidikan dan lembaga pendidikan.
Dengan embel-embel "pendidikan yang bermutu itu harus mahal" mereka
berlomba mendapat keuntungansebesar-besarnya. Komersialisasi ini pun
telah berdampak pada tingginya biaya pendidikan. Secara gamblang,
masyarakat “disuguhi sesuatu” yang (seolah-olah) mengamini kondisi

14 ProfDr. Musyrifah Sunanto. “Sejarah Peradaban Islam Indonesia”, (Jakarta: PT


Grafindo Persada, Cetakan keempat, 2012), h. 104-128

15
tersebut. Contoh sederhana dapat dilihat ketika memasuki tahun ajaran
baru. Tak terbayangkan betapa banyaknya orang tua yang mengeluh
akibat buku pelajaran yang digunakan tahun ajaran sebelumnya tidak lagi
dapat digunakan di tahun ajaran berikutnya.
Kondisi ini tentu sangat memberatkan masyarakat yang sebagian
besar masih hidup di bawah garis kemiskinan. Siswa dipaksa
menggunakan buku pelajaran baru sebagai pengganti buku lama yang
konon “tidak layak” dipakai acuan lagi, dengan harga yang relatif tinggi.
Padahal jika dicermati, materi atau pokok bahasan di dalamnya sama
persis, tanpa ada “ilmu” baru yang dicantumkan. Permasalahan dunia
pendidikan tentunya tidak hanya sebatas buku-buku pelajaran saja. Masih
banyak pula bentuk-bentuk komersialisasi tak jelas, seperti pungutan-
pungutan “sukarela”, namun dengan jumlah minimal yang telah ditentukan
masing-masing lembaga pendidikan.
Di sisi lain, pengelolaan dunia pendidikan islam kita juga masih
menggunakan konsep liberal. Artinya, konsep dunia pendidikan ini lebih
mengutamakan kompetisi daripada persamaan hak untuk memperoleh
pendidikan. Jika tetap mengedepankan pola ini, bagaimana nasib siswa
yang berasal dari keluarga tidak mampu? Begitu mudahkah sistem
merampas hak-hak mereka? kalau kita kaji akar masalah terjadinya
komersialisasi dalam pendidikan islam khususnya di Indonesia hal ini
merupakan rangkaian dari suatu system besar, baik ideologi, politik,
ekonomi, maupun budaya yang melilit masyarakat kita. Diantara akar
masalah itu adalah:
a. Secara ideologi makin kuatnya cengkeraman ideologi kapitalisme
yang melanda Indonesia. Hal ini sebagai hasil dari masuknya
investasi asing yang secara resmi dibuka sejak tahun 1967 dengan
dikeluarkannya Undang – Undang tentang Investasi Asing.
b. Secara politis penguasa Orde Baru bermaksud ingin menghapus
kesan bahwa sekolah itu mahal, tapi secara ekonomis tidak
memberikan topanangan dana yang cukup, sehingga sekolah dapat

16
berkembang secara leluasa tanpa mengalami hambatan dana.
Akibatnya, sekolah dibiarkan untuk mengambil inisiatif menggali
daftar ulangbagi murid lama. Hal ini menunjukkan sikap pemerintah
bersikap ambivalen terhadap praktik-praktik penyelewengan
pendidikan itu. Hal ini di tambah lagi dengan para pengelola
sekolah idak mampu dalam menajerianya.
c. Secara budaya, bersamaan dengan makin kuatnya cengkeraman
ideology kapitalis, di masyarakat mulai muncul nilai-nilai baru
tentang keberhasilan, budaya meterialis mulai menguasai
masyarakat, sehingga ukuran keberhasilan seseorang pun dilihat
secara materialistis.15

I. Dampak Positif dan Negatif Perekonomian Dalam Pendidikan


Islam di Indonesia.
Salah satu dampak negatif dari komersialisasi pendidikan Indonesia
adalah mahalanya biaya pendidikan sehingga memberatkan masyarakat
miskin untuk membayar biaya pendidikan. Akan tetapi, ada juga dampak
positifnya yaitu dengan biaya pendidikan yang cukup tinggi adalah untuk
menunjang mutu pendidikan itu sendiri.16

J. Beberapa tokoh yang berperan dalam Perkembangan Pendidikan


Islam di Indonesia
1. Kiyai H. Ahmad Dahlan
Dilahirkan di yogjakarta pada tahun 1869 M. Ayahnya bernama KH.
Abu Bakar bin Kyai Sulaiman dan ibunya seorang puteri Haji Ibrohim
seorang penghulu. Ia berusaha menyadarkan masyrakat akan
pentingnya membuag kebiasaan yang tidak baik dan menurut
pendapatnya tidak sesuai dengan Islam dan berlandaskan cita–cita
agama Islam.

15Darmaningtyas, “Pendidikan Yang Memiskinkan”, (Yogyakarta: Galang Press,


Cetakan Pertama, 2004), h.187
16 http://www. Suara Merdeka/v1? index. php/read/com.

17
2. Kyai Haji Hasyim Asy’ari
Dilahirkan di jombang, Jawa Timur pada tanggal 14 februari tahun
1981 M. Beliaulah yang mendirikan pesantren yang lumayan terkenal
pada saat ini yaitu pesantren Tebuireng. Di pesantren inilah Kyai
Hasyim Asy’ari dibantu dengan Kyai-Kyai lain. Selain itu beliau juga
menjadi pimpinam Masyumi, Hizbullah, GPII, dan lain-lain.
3. Kyai Abdul Halim
Lahir di Ciberelang, majalengka pada tahun 1887M. Dia adalah
pelopor gerakan pembaharuan di daerah Majalengka, Jawa Barat. Dia
berhasil mendirikan persyarikatan ulama. Ia memegang teguh mazhab
Syafi’i. tablighnya lebih banyak merupakan anjuran untuk menegakkan
etika didalam masyarakat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Haidar Putra Daulay, Prof. Dr. Sejarah “Pertumbuhan & Pembaharuan


Pendidikan Islam Di Indonesia”, Bandung: Cita pustaka Media,
Tahun 2001

DM Herman, Drs. “Sejarah pendidikan islam di Indonesia”, Tahun 2018

Musyrifah Sunanto, Prof. Dr. “Sejarah Peradaban Islam Indonesia”


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Tahun 2012

Darmaningtyas. “Pendidikan Yang Memiskinkan”, Yogyakarta: Galang


Press, Tahun 2004

Mudyaharjo, Redja. “Pengantar Pendidikan”, Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada, Tahun 2001

http://www. Suara Merdeka/v1? index. php/read/com.

19

Anda mungkin juga menyukai