PEMBIMBING:
dr. Prima Kartika Esti, Sp.KK, M.Epid
dr. Eka Komarasari, Sp.KK
DISUSUN OLEH:
Danetta Ismirinda Fauziany
030.13.049
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. MA
Tanggal lahir : 15 April 1973
Usia : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Alamat :
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : PNS
II. ANAMNESIA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di poli kulit RSK
dr. Sitanala tanggal 8 Februari 2019
Keluhan Utama
Timbul penebalan pada bagian kulit tangan dan kaki yang terasa gatal.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Tn. S, laki-laki, usia 46 tahun datang dengan keluhan penebalan pada
bagian kulit tangan dan kaki yang terasa gatal sejak satu tahun yang lalu.
Awalnya pasien merasa gatal terlebih dahulu. Gatal dirasakan semakin
bertambah setiap harinya sehingga pasien tidak tahan dan menggaruk-garuk
daerah yang gatal hingga kulit menjadi kemerahan, setelah itu rasa gatal
hilang dan digantikan oleh rasa nyeri. Gatal juga tidak muncul bila pasien
memakan makanan tertentu (telur, daging, seafood) atau bersentuhan dengan
sesuatu (deterjen, pupuk, sarung tangan karet). Gatal juga tidak dipengaruhi
oleh kondisi suhu maupun cuaca. Menurut pasien daerah yang digaruk
menjadi merah dan lama kelamaan tebal, kemerahan, dan bersisik. Semula,
gatal yang dirasakan hanya berupa benjolan kecil yang tidak terasa panas dan
1
nyeri, tetapi setelah digaruk semakin meluas dan melebar. Karena pasien
ingin keluhannya segera membaik, pasien datang untuk memeriksaan diri ke
Poliklinik Kulit dan Kelamin RS Sitanala.
Riwayat Alergi
-
Riwayat Kebiasaan
-
2
Abdomen : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekstremitas : Terdapat lesi pada kulit ekstremitas inferior
dekstra
b. Status Dermatologikus
3
Regio : Dorsum pedis bilateral dan digiti manus bilateral
Efloresensi primer : Makula hiperpigmentasi (pedis) / makula
hipopigmentasi (manus)
Efloresensi sekunder: Skuama (hanya di manus), Likenifikasi
Distribusi : Regional, Konfluens
Bentuk : Lonjong sampai tidak teratur
Batas : Sirkumskrip
Ukuran : Numular-plakat (pedis) / Lentikular-numular
(manus)
Efloresensi :
Regio dorsum pedis bilateral; tampak makula hiperpigmentasi
disertai likenifikasi, ukuran numular-plakat, berbentuk lonjong
sampai tidak teratur, sirkumsrip, konfluens, regional.
Regio digiti manus bilateral; tampak makula hipopigmentasi disertai
likenifikasi dan skuama putih diatasnya, ukuran lentikular-numular,
berbentuk lonjong sampai tidak teratur, sirkumsrip, konfluens,
regional.
V. RESUME
Pasien Tn. S, laki-laki, usia 46 tahun datang dengan keluhan
penebalan pada bagian kulit tangan dan kaki yang terasa gatal sejak
satu tahun yang lalu. Awalnya pasien merasa gatal terlebih dahulu.
Gatal dirasakan semakin bertambah setiap harinya sehingga pasien
tidak tahan dan menggaruk-garuk daerah yang gatal. Menurut pasien
daerah yang digaruk menjadi merah dan lama kelamaan tebal,
kemerahan, dan bersisik. Semula, gatal yang dirasakan hanya berupa
benjolan kecil yang tidak terasa panas dan nyeri, tetapi setelah
digaruk semakin meluas dan melebar.
4
Pada pemeriksaan fisik didapati keadaan umum pasien tampak sakit
ringan dan kesadaran compos mentis, tekanan darah 149/106 mmHg,
nadi 87x/menit, suhu afebris, pernapasan 20x/menit.
Pada status dermatologi regio dorsum pedis bilateral; tampak makula
hiperpigmentasi disertai likenifikasi, ukuran numular-plakat,
berbentuk lonjong sampai tidak teratur, sirkumsrip, konfluens,
regional. Dan Regio digiti manus bilateral; tampak makula
hipopigmentasi disertai likenifikasi dan skuama putih diatasnya,
ukuran lentikular-numular, berbentuk lonjong sampai tidak teratur,
sirkumsrip, konfluens, regional.
IX. PENATALAKSANAAN
a. Non-medika mentosa
- Edukasi tentang penyakit pasien
- Tidak menggaruk pada daerah yang gatal
- Menjaga kebersihan kulit dengan mandi
b. Medikamentosa
- Cetirizine 1x10mg
- Salap betametason diproprionat 0,05%
5
X. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
6
TINJAUAN PUSTAKA
NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA
1.1. Definisi
Penyakit ini dapat mengenai semua kelompok umur mulai dari anak-
anak sampai dewasa. Kelompok usia dewasa 30 – 50 tahun paling sering
mengalami keluhan neurodermatitis. (1,2)
Neurodermatitis dapat terjadi pada laki-laki dan wanita, tetapi lebih
sering dilaporkan terjadi pada wanita terutama pada umur pertengahan.
Neurodermatitis jarang terjadi pada anak-anak, karena neurodermatitis
merupakan penyakit yang bersifat kronis dan dipengaruhi oleh keadaan
emosi dan penyakit yang mendasarinya.(2)
Dilihat dari ras dan suku bangsa, Asia terutama ras mongoloid lebih
sering terkena penyakit ini kemungkinan karena faktor protein yang
dikonsumsinya berbeda dengan ras dan suku bangsa lainnya. (4,5,6)
1.3. Etiologi
Etiologi pasti neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui,
namun diduga pruritus memainkan peranan karena pruritus berasal dari
pelepasan mediator atau aktivitas enzim proteolitik. (1,2)
Disebutkan juga bahwa garukan dan gosokan mungkin respon
terhadap stres emosional. Selain itu, faktor-faktor yang dapat menyebabkan
7
neurodermatitis seperti pada perokok pasif, dapat juga dari makanan, alergen
seperti debu, rambut, makanan, bahan- bahan pakaian yang dapat
mengiritasi kulit, infeksi dan keadaan berkeringat. (1,2,3,5)
Keadaan ini menimbulkan iritasi kulit dan sensasi gatal sehingga
penderita sering menggaruknya. Hipotesis mengenai pruritus dapat oleh
karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis,
obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit
seperti dermatitis atopik, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan
tekanan emosi. (2)
1.5. Patogenesis
8
berhenti menggaruk bila sudah timbul luka, akibat tergantikannya rasa gatal
dengan rasa nyeri. (1,2)
Lesi yang muncul biasanya tunggal, bermula sebagai plak eritematosa.
Plak tersebut biasanya berbentuk plakat dan dapat memiliki 3 zona, yaitu:
a. Zona perifer. Zona ini selebar 2-3 cm yang tidak menebal dan dapat
berisi papul.
b. Zona media. Zona ini dapat memiliki papul lentikular yang mengalami
ekskoriasi.
c. Zona sentral. Zona ini merupakan zona yang memiliki penebalan
paling parah dan alterasi pigmentasi. (1,5)
Selain bentuk plak, lesi pada liken simpleks kronik dapat muncul
dengan sedikit edema. Lambat laun edema dan eritema akan menghilang,
lalu muncul skuama pada bagian tengah dan menebal. Likenifikasi,
ekskoriasi, dengan sekeliling yang hiperpigmentasi, muncul seiring dengan
menebalnya kulit, dan batas menjadi tidak tegas. Gambaran klinis juga
dipengaruhi oleh lokasi dan lamanya lesi. (1,2)
9
berwarna lebih gelak. Lesi biasanya multiple, dan tempat predileksi di
ekstrimitas. (1,2)
Gambar 1 : Regio dorsum pedis dextra, tampak plak hiperpigmentasi, soliter, bentuk oval, ukuran
4 x 6 cm,batas tegas, ireguler, permukaan likenifikasi, bagian sentral tampak eritem,sebagian erosi
, tepi permukaan ditutupi skuama sedang selapis warna putih. (1,2)
10
Gambar 2 : Kawasan Predileksi (5,6)
1.5. Diagnosis:
Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. (2)
Pasien dengan neurodermatitis sirkumskripta mengeluh merasa gatal
pada satu daerah atau lebih sehingga timbul plak yang tebal karena
mengalami proses likenifikasi. Biasanya rasa gatal tersebut muncul pada
tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku, lutut, pergelangan kaki. Eritema
biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal muncul pada saat pasien sedang
beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan biasanya gatal timbul
intermiten. Pemeriksaan fisis menunjukkan plak yang eritematous, berbatas
tegas, dan terjadi likenifikasi. Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu
hiperpigmentasi. (2,5)
1.5. Diagnosis Banding
Kasus-kasus primer yang umumnya menyebabkan likenifikasi adalah :
a. Plak psoriasis :
Psoriasis merupakan gangguan peradangan kulit yang kronik, dengan
karakteristik plak eritematous, berbatas tegas, berwarna putih
11
keperakan,skuama yang kasar, berlapis-lapis, transparan, disertai
fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.
Lokasi terbanyak ditemukan didaerah ekstensor. Beberapa hipotesa
telah mendapatkan bahwa penyakit ini bersifat autoimun dan residif. (2)
12
Gambar 4 : Dermatitis kontak alergi. (1)
c. Dermatitis atopik:
Peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal, yang umumnya sering
terjadi selama masa bayi dan anak-anak. Sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan. (1)
Gambaran lesi kulit pada remaja dan dewasa dapat berupa plak papuler,
eritematosa, dan berskuama atau plak likenifikasi yang gatal. Lokasi
dermatitis atopik pada lipat siku dan lipat lutut (fleksor) hilang pada usia 2
tahun, pada neurodermatitis sirkumskripta pada siku dan punggung kaki
(ekstensor) dan berlanjut sampai tua. (1)
1.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dari neurodermatitis sirkumskripta secara primer
adalah untuk mengurangi pruritus dan meminimalkan lesi yang ada dan
menghindarkan pasien dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara
terus-menerus.(1,5,7,8) Ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti :
a. Kortikosteroid topikal :
13
Kortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan
pengobatan. Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan kemudian
dibalut dengan perban oklusif kering. (1,5,7,8)
1. Clobetasol :
Topical steroid super poten kelas 1: menekan mitosis dan
menambah sintesis protein yang mengurangi peradangan dan
menyebabakan vasokonstriksi.
14
c. Agen anti pruritus (5,7,8)
Obat oral dapat mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan
histamin secara endogen. Gatal berkurang, pasien merasa tenang atau sedatif
dan merangsang untuk tidur. Obat topikal menstabilisasi membrane neuron
dan mencegah inisiasi dan transmisi implus saraf sehingga memberi aksi
anestesi lokal.
1. Difenhidramin
Untuk meringankan gejala pruritus yang disebabkan oleh pelepasan
histamin.
2. Cholorpheniramine
Bekerja sama dengan histamin atau permukaan reseptor H1 pada sel
efektor di pembuluh darah dan traktus respiratori.
3. Hidroxyzine
Reseptor H1 antagonis diperifer. Dapat menekan aktifitas histamine
diregion subkortikal sistem saraf pusat.
4. Klonazepam
Untuk anxietas yang disertai pruritus. Berikatan dengan reseptor-
reseptor di SSP, termasuk sistem limbik dan pembentukan retikular.
Efeknya bisa dimediasi melalui reseptor GABA.
1.6. Prognosis
15
Biasanya prognosis berbeda-beda, tergantung dari kondisi pasien,
apabila ada gangguan psikologis dan apabila ada penyakit lain yang
menyertai. Pengobatan yang teratur dapat meringankan kondisi pasien.
Penyebab utama dari gatal dapat hilang, atau dapat muncul kembali. (1,2,5,8)
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Sterling JC. Virus infections. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C,
eds. Rook’s Textbook of Dermatology.8th . United Kingdom: Wiley-
Blackwell;2012.p. 1023-6.
2. Wolff K. Viral infection of skin and mucosa. In: Richard AJ, Wolff K, eds.
Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology.6th United
Kingdom: Wiley Blackwell; 2007. p.81-2.
3. James WD. Viral diseases. In: James WD, Timoty G, Berger D. Andrews’
Diseases of The Skin: Clinical Dermatology. 10thed. Canada: Saunders
Elsevier; 2006. p.58.
4. Sterling JC. Virus infections. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C.
Rook’s Textbook of Dermatology.7th United Kingdom: Wiley-
Blackwell;2012.p. 1741-4.
5. Suyoso, S. Pengobatan dermatitis numularis dan neurodermatitis
sirkumskripta. Neurodermatitis, 2008. 1, 20.
6. Jin-Gang An, et al., Quality Of Life of Patients with Neurodermatitis.
International Journal of Medical Science, 2013. 10(1): p. 6.
7. Hunter J. Infections. In: Hunter J, Savin J, Dahl M. Clinical Dermatology.
3rded.United States of America: Blackwell Publishing Company; 2002. p. 2-
4. 91 & 187.
8. Habif TP. Bacterial infections. In: Habif TP, editor. Clinical Dermatology:A
Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4th , Hanover, USA: Mosby; 2003.
p.228-30
17