2017
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2107
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
1
SKRIPSI
OLEH
BALQIS NURMAULI DAMANIK
NIM. 131000014
OLEH
BALQIS NURMAULI DAMANIK
NIM. 131000014
Disahkan Oleh:
Komisi Pembimbing Skripsi
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Departemen Adminsitrasi dan Kebijakan Kesehatan
iii
iv
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala
rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
GIZI RSUD Dr. R.M. DJOELHAM BINJAI. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini penulis
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, MHum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Dr. Heldy B.Z, MPH selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
4. Dr. Fauzi, SKM selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya dalam
meluangkan waktu untuk memberikan saran, arahan, serta motivasi kepada penulis
6. Puteri Citera Cinta Asyura Nasution, SKM, MPH selaku dosen penguji II proposal
penelitian yang telah meluangkan waktu dan pikiran dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Dr. Juanita, SE, M.Kes selaku dosen penguji II skripsi yang memberikan kritik, saran
8. Ibu Rumandawaty selaku kepala Instalasi Gizi yang telah meluangkan waktu dan
9. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU terutama Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan (ibu Ainul) yang telah banyak membantu saya, saya mengucapkan
terimakasih setinggi-tingginya.
10. Terkhusus dan terostimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda Ir. Muhammad Madjid
B. Damanik, M.Sc dan Ibunda Srimulyati yang senantiasa selalu memberikan do’a,
kasih saying, cinta, perhatian, dukungan yang tiada henti dalam bentuk apapun kepada
penulis.
11. Abangku, Ibrahim Alwie Damanik, S.Ars, dr. Ahmad Ridho Damanik dan Abdul Rasyid
Damanik, S.P yang selalu mendukung, memberikan semangat, dan sebagai tempat
12. Kak Pipink Kurnia, kak Yeni Afridayanti, kak Winda Novita, bang Raja Arief
Hasibuan dan semua senior FKM USU yang selalu menyumbangkan ide-ide indah,
vi
Anis Syafira Pulungan, Tri Nanda Putri, dan Mutia Respati yang selama 3 tahun telah
14. Seluruh sahabat-sahabat stambuk 2013 FKM USU yaitu Ina Piliang, Riska Afani, Intan
Permatasari, Nisya Dwi Amanda Pane, Eltha Angela, Erni Novani dan Gia Surbakti
serta semua pihak yang telah berperan dalam membantu saya menyelesaikan skripsi ini.
Saya menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga Allah
SWT senantiasa melimpahkan karunia-NYA kepada kita semua dan semoga tulisan ini
Penulis
vii
IDENTITAS
Agama : Islam
viii
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ i
ABSTRAK .............................................................................................. ii
ABSTRACK ........................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.l. Latar Belakang .............................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah....................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian........................................................... 8
1.3.1. Tujuan Umum ...................................................... 8
1.3.2. Tujuan Khusus ..................................................... 9
1.4. Manfaat Penelinan ......................................................... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 10
2.1. Rumah Sakit .................................................................. 10
2.1.1. Pengertian Rumah Sakit ...................................... 10
2.1.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ........................... 10
2.1.3. Klasifikasi Rumah Sakit ...................................... 11
2.2. Manajemen .................................................................... 13
2.2.1. Fungsi Manajemen .............................................. 14
2.2.2. Prinsip Manajemen .............................................. 16
2.3. Manajemen Penyelenggaraan Makanan ........................ 16
2.3.1. Ketenagaan .......................................................... 20
ix
xi
LAMPIRAN
xii
Halaman
xiii
3. Lampiran Observasi
5. Surat Keterangan Izin Penelitian dari RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
7. Dokumentasi Penelitian
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
Masalah gizi di rumah sakit dinilai sesuai kondisi perorangan yang secara
disease) pada semua kelompok rentan mulai dari ibu hamil, bayi, anak, remaja,
hingga lanjut usia (lansia), memerlukan penatalaksanaan gizi secara khusus. Oleh
karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan
tinggi. Malnutrisi dapat timbul sejak sebelum dirawat di rumah sakit karena
penyakitnya atau asupan zat gizi yang tidak cukup. Namun tidak jarang pula
malnutrisi ini timbul selama dirawat inap. Hasil studi menujukkan bahwa kurang
lebih 75% penderita yang dirawat di rumah sakit menurun status gizinya
dibandingkan dengan status gizi saat mulai dirawat. Hal ini membuktikan bahwa
penurunan status gizi terjadi di rumah sakit. Penurunan status gizi dapat
pasien di RS, khususnya pasien rawat inap, berdampak buruk terhadap proses
penyembuhan pasca bedah. Selain itu, pasien yang mengalami penurunan status gizi
akan mempunyai resiko kekambuhan yang signifikan dalam waktu singkat. Semua
keadaan ini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta menurunkan kualitas
yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan
organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya
penyakit dan kekurangan gizi sehingga memerlukan terapi gizi untuk membantu
memerlukan sebuah pedoman sebagai acuan untuk pelayanan yang bermutu yang
dapat mempercepat proses penyembuhan pasien, memperpendek lama hari rawat, dan
menghemat biaya perawatan. Pedoman pelayanan gizi rumah sakit ini merupakan
penyempurnaan Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) yang diterbitkan oleh
Departemen Kesehatan pada tahun 2006. Pedoman ini telah disesuaikan dengan
(IPTEK) di bidang gizi, kedokteran, kesehatan, dan standar akreditasi rumah sakit
2012 untuk menjamin keselamatan pasien yang mengacu pada The Joint Comission
pelayanan gizi merupakan salah satu fasilitas dan pelayanan yang harus ada di rumah
sakit. Keberhasilan pelayanan gizi di rumah sakit yang berperan dalam mendukung
makanan mulai dari bahan makanan mentah sampai makanan matang yang siap
dikonsumsi pasien. Proses ini akan terlaksana dengan baik apabila didukung oleh
pelayanan kesehatan untuk menghindari masalah gizi kurang pada pasien di rumah
sakit dengan menyediakan makanan diet yang memenuhi standar gizi dan kesehatan.
makanan yang kualitasnya baik dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan pasien serta
layak dan memadai bagi pasien. Makanan yang disediakan harus memenuhi standar
standar diet, cita rasa dan penampilan makanan yang merupakan bagian dalam
operasional yang harus dibayarkan pasien kepada rumah sakit, sebaliknya semakin
lama pasien dirawat akan semakin besar biaya yang dikeluarkan, maka dalam hal ini
pasien akan dirugikan karena tidak dilayani secara profesional (Widjaja et al, 2000).
Pemberian diet pada pasien harus disajikan sesuai standar kebutuhan pasien
mengkonsumsi dan mencerna makanan yang disajikan oleh rumah sakit. Oleh sebab
itu, kebutuhan perorangan tetap perlu diperhatikan dengan menyusun diet secara
karena makanan yang disajikan di rumah sakit telah memperhitungkan jumlah dan
mutu menurut kebutuhan pasien. Seluruh makanan yang disajikan harus dihabiskan
hanya oleh pasien itu sendiri demi tercapainya penyelenggaraan makanan yang baik
di rumah sakit. Jika sisa makanan masih dibiarkan, maka dalam jangka waktu yang
lama akan mempengaruhi status gizi pasien yang kemudian menimbulkan terjadinya
malnutrisi. Hal ini kemudian dapat berdampak pada lamanya masa perawatan di
rumah sakit serta meningkatnya morbiditas dan mortalitas pasien yang berarti pula
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. R.M. Djoelham Binjai merupakan
rumah sakit umum kelas B dan merupakan pusat rujukan bagi masyarakat, sehingga
pasien yang menjalani rawat inap memiliki karakteristik individu maupun penyakit
yang beragam. Dengan keragaman karakteristik serta jenis penyakit yang diderita
tersebut menjadi pertimbangan dan bahan pemikiran bagi pengelola Instalasi Gizi,
sehingga makanan dan minuman yang dihasilkan senantiasa dapat diterima oleh
pasien, dengan tetap berpedoman kepada aspek dietetik (pengaruh suatu jenis
sakit kelas B dilakukan pada instalasi gizi yang terdiri dari 18 orang dengan
penyaluran makanan. Latar belakang pendidikan petugas Instalasi Gizi hanya 8 orang
yang lulusan pendidikan gizi (D1, D3, dan D4) serta SPAg sedangkan 10 orang
lainnya adalah lulusan SD, SMP dan SMU. Gambaran tentang pengelolaan makanan
di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai mulai dari tahap perencanaan menu dilakukan
Kepala Instalasi Gizi dengan menggunakan siklus menu 10 hari yang disesuaikan
dengan kebutuhan jumlah pasien, menu yang berlaku dan standar porsi. Pembelian
bahan makanan dilakukan sesuai jumlah permintaan makanan dari setiap ruangan dan
pada form Permintaan Bahan Makanan serta dilakukan pembelian langsung secara
harian, khususnya untuk bahan makanan basah seperti ikan, buah dan sayuran.
berdasarkan order bahan makanan yang tertera pada form pemesanan bahan makanan
gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai rutin melakukan evaluasi ke setiap ruangan
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai yaitu: Ketersediaan sarana dan prasarana di
instalasi gizi masih kurang; dana/anggaran yang tersedia sangat terbatas sehingga
macam, jumlah dan spesifikasi bahan makanan yang akan dipakai terkadang tidak
sesuai dengan standar porsi RS seperti pada pasien DM yang seharusnya diberikan
susu khusus untuk DM, tetapi tidak dapat disediakan oleh pihak instalasi gizi; serta
tenaga gizi belum pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan pelayanan gizi sesuai
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai melalui instalasi gizi
pemberian diet pasien masih ditemukan. Kasus tersebut terjadi pada pasien diabetes
mellitus, pihak instalasi gizi RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai memberikan bumbu
tambahan berupa cabai agar makanan yang dihasilkan lebih berasa, tidak lama
kemudian pasien yang awalnya tidak Gastroentritis (GE) menjadi GE. Setelah
dianalisis oleh kepala instalasi gizi, ternyata penyebab kesalahan tersebut adalah
kurangnya koordinasi antara dokter, tenaga gizi dan perawat ruangan mengenai
penyakit komplikasi lain yang ternyata diderita pasien yaitu penyakit dispepsia
sehingga pasien tersebut harus mendapat perawatan yang lebih lama di rumah sakit.
Penelitian yang dilakukan oleh Ferry dkk (2008) mengenai Tanggung jawab
rumah sakit terhadap pemberian diet pada pasien rawat inap menurut UU Nomor 8
tahun 1999 di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh menunjukkan
bahwa pemberian kalori makanan untuk pasien diabetes mellitus yang diberikan
pihak instalasi gizi melebihi kebutuhan yang seharusnya, sehingga berdampak pada
lain yang dilakukan oleh Sianturi (2011) mengenai Analisis Diet pada Pasien
diet mulai dari diet pasca bedah I hingga diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)
tidak diberikan secara bertahap oleh pihak instalasi gizi, sehingga ketersediaan zat
gizi energi, protein, lemak dan karbohidrat masih belum tercukupi dan berdampak
Djoelham Binjai diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara terhadap beberapa
pasien rawat inap dengan makanan sisa sebagai indikatornya menunjukkan bahwa
pasien lebih memilih untuk mengakses makanan dari luar, baik dari rumah maupun
dari warung dengan alasan rasa olahan lauk hewani dan kematangan nasi yang
kurang. Selain itu, terdapat beberapa keluhan dari pasien mengenai makanan yang
tidak disediakan oleh instalasi gizi seperti buah-buahan serta pasien dengan diet
TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein) yang tidak mendapatkan telur sebagai sumber
protein pasien. Kepala instalasi gizi beranggapan bahwa hal ini sering terjadi akibat
dilakukan belum sepenuhnya sesuai dengan PGRS, terutama dalam hal perencanaan
dan penerimaan bahan makanan serta sarana dan prasarana yang digunakan sangat
dengan PGRS, namun masih adanya kekurangan tenaga gizi, ketidaklengkapan sarana
dan prasarana serta tidak adanya evaluasi terhadap sisa makanan pasien.
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai sudah sesuai dengan Pedoman Pelayanan
1. Bagi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai, sebagai bahan masukan untuk
2. Bagi Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai, dalam mengevaluasi
guna meningkatkan mutu makanan bagi pasien dimasa yang akan datang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
integral dari suatu organisasi dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
(preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
paripurna yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
menjelaskan bahwa sesuai jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan
dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit dan rumah sakit khusus
memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau sejenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan
pelayanan meliputi rumah sakit umum kelas A, kelas B, kelas C dan Kelas D.
medik, patologi klinik dan patologi anatomi, 12 (dua belas) spesialis lain yaitu
: mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit
dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah
bedah, penyakit dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi, mata, telinga
hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin,
kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan gigi
mulut.
jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru,
orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik dan kedokteran forensik: mata,
syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru,
medik paling sedikit 2 (dua) dari 4 (empat) spesialis dasar yaitu : pelayanan
2.2 Manajemen
aliran hubungan manusiawi dan aliran manajemen modern. Aliran aliran tersebut
merupakan cikal bakal teori manajemen yang berkembang terus dengan berbagai
aliran lainnya. Aliran pemikiran klasik dikenal dengan pendekatan proses dan
produksi. Sedangkan aliran hubungan manusiawi lebih melihat dari sisi bagaimana
sumber daya manusia yang berada dalam organisasi. Seseorang manajer hendaklah
berbagai aliran, sehingga manajer dapat menggunakan teori yang paling sesuai untuk
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno menagement, yang artinya
melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Griffin (2006)
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan
melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam
diperkenalkan oleh Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, la menyebutkan lima
mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat
perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu.
dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan
Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus
dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan
berubah. Menurut Fayol dalam Robbins dan Coutler (2007), prinsip-prinsip umum
manajemen ini terdiri dari: pembagian kerja (division of work), wewenang dan
sakit yang efektif dan efisien. Efektif dalam arti tingkat keberhasilan penanganan
terhadap pasien cukup tinggi, dan efisien berarti optimal dalam penggunaan sumber
daya rumah sakit yang ada. Konsep "Better Hospital Food” yang ditetapkan oleh
National Health Service (NHS) merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan
mutu pelayanan gizi, dimana food waste atau sisa makanan diasumsikan sebagai
angka asupan makanan, energi atau zat gizi (Pucket, 2004). Langkah awal penerapan
prinsip manajemen dalam penyelenggaraan makanan institusi dan jasa boga, yaitu
pelayanan gizi atau system pelayanan makanan mempunyai ruang lingkup meliputi
sesuai kebutuhan gizi yang optimal dan berkualitas melalui pengelolaan sistem
pelayanan makanan.
sumber dana dan sumber daya lainnya, (c) menetapkan standar sanitasi, keselamatan
spesifikasi untuk pengadaan makanan dan peralatan, (f) memantau dan mengevaluasi
menentukan tata letak ruang pengolahan makanan dan kebutuhan peralatan, (1)
pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuh.
Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau
kondisi klinis yang harus diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan
organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu
disesuaikan dengan perubahan fungsi organ. Pemberian diet pasien harus dievaluasi
dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan status
gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan
tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga gizi (Kemenkes RI,
2013).
kebutuhan pasien terhadap gizi seimbang. Sekitar 20-40 % anggaran rumah sakit
dinilai dari ada tidaknya sisa makanan, sehingga sisa makanan dapat dipakai sebagai
PGRS adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan
berdasarkan keadaan klinis, status gizi dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan
gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses
perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien (Kemenkes RI,
2013).
tenaga medis dan paramedis, dan sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu
mulai dari penetapan peraturan pemberian makan rumah sakit, perencanaan menu,
kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Tujuan penyelengaraan
makanan di rumah sakit untuk menyediakan makanan dengan kualitas yang baik dan
jumlah sesuai kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi
menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta
pelayanan yang layak dan memadai bagi konsumen yang membutuhkannya. Sasaran
(dokter dan pegawai). Sesuai dengan kondisi rumah sakit dapat juga dilakukan
penyelenggaraan makan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau keluarga pasien).
2.2.1 Ketenagaan
Sesuai dengan Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Depkes RI, 2006),
Kebutuhan tenaga gizi dapat dihitung berdasarkan WISN (Work Load Indicator Staf
Need) maupun beban kerja di masing-masing Unit Pelayanan Gizi rumah sakit.
Namun demikian, di bawah ini merupakan tabel yang berisi beberapa kategori tenaga
untuk tiap kelas rumah sakit berdasarkan pengalaman beberapa ahli gizi :
D4-Gizi Klinik
D3-Gizi
D3-Perhotelan
D1-Gizi
Pranata Komputer
SMK Administrasi
SMU+Kursus Administrasi
SMK Tataboga
SMU/SLTP+kursus tataboga - -
Sumber : Depkes RI, 2006
mutlak diperlukan sarana fisik yang memenuhi syarat letak dapur rumah sakit
a) Mudah dicapai dari semua ruang perawatan, agar pelayanan dapat diberikan
sekitarnya;
d) Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah, kamar jenazah, ruang cuci
Luas Bangunan dapur disarankan 1-2 m per tempat tidur. Penempatan ruang
dapur hendaklah disesuaikan dengan arus kerja dalam pengolahan dan penyajian
makanan kering dan segar, ruang persiapan bahan makanan, ruang pengolahan
makanan, ruang pencuci dan penyimpanan alat, dapur susu, ruang pegawai dan ruang
dan dinding yang mudah dibersihkan, langit-langit yang tertutup serta penerangan dan
Perkiraan kebutuhan luas ruangan tergantung pada kapasitas tempat tidur yang
tersedia di masing-masing Rumah Sakit. Untuk Rumah Sakit dengan 100 tempat tidur
apabila juga diberikan pelayanan pelayanan dietetik, perlu disediakan fasilitas fisik
tersendiri yaitu ruangan untuk pengolahan dan memasak makanan diet (20 m²) dan
ruangan konsultasi diet (16 m²) sehingga luas ruangan menjadi 152 m² (Depkes RI,
2003).
peralatan untuk mengolah, memasak dan menyajikan makanan tersebut bagi orang
sakit. Jenis dan jumlah peralatan yang diperlukan tergantung pada jumlah tempat
tidur, standart menu yang digunakan dan macam pelayanan yang ditetapkan.
diberi makanan dengan menggunakan plato, akan tetapi lebih disesuaikan dengan
a. Ruang penerimaan: timbangan 100-300 kg, rak bahan makanan beroda, kereta
angkut, dan alat-alat kecil seperti pembuka botol, penusuk beras, pisau dan
sebagainya.
rak bahan makanan, lemari es, freezer. Tempat bahan makanan dari plastic
c. Ruang persiapan bahan makanan: Meja kerja, meja daging, mesin sayuran,
toaster, meja kerja, bak cuci, kereta dorong, rak alat, bangku, meja pembagi.
e. Ruang pencuci dan penyimpanan alat: bak cuci, rak alat, tempat sampah,
lemari.
f. Dapur susu: Meja kerja, meja pembagi, sterelisator, tempat sampah, pencuci
g. Ruangan pegawai: Kamar mandi, locker, meja, kursi, tempat sampah, tempat
h. Ruang perkantoran: meja, kursi, filling cabinet, lemari buku, lemari es, alat
peraga, alat tulis menulis, computer, printer, lemari kaca, mesin ketik, AC dan
sebagainya.
sakit, maka diperlukan biaya yang disusun untuk keperluan satu tahun. Dalam
antara lain :
makanan bagi setiap penderita untuk setiap harinya. Dalam menghitung harga
makanan perhari, harus diingat bahwa jumlah bahan makanan yang diperlukan
berdasarkan kebutuhan bahan makanan adalah bahan makanan bersih, dan karenanya
dalam perhitungan biaya harus ditambahkan faktor untuk bagian yang tidak dapat
dimakan. Sayuran misalnya, hanya sebagian kecil yang dapat dimakan sedang
selebihnya terbuang. Apabila sudah didapatkan harga patokan makanan perorang per
hari, maka satuan harga ini kemudian dikalikan jumlah penderita dan pegawai yang
perlu diberi makanan. Untuk itu diperlukan data tentang kapasitas Rumah Sakit,
penggunaan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) dan lain-lain (Prakoso, 1998).
anggataran tahunan juga harus diperhitungkan kebutuhan biaya untuk bahan bakar,
dalam beberapa mata anggaran dari anggaran belanja Rumah Sakit secara
anggaran dibuat terperinci dan dimuat dalam Daftar Usulan Proyek (DUP) untuk
belanja rutin. Pimpinan rumah sakit akan menghimpun seluruh usulan anggaran dari
bagian lain yang ada dirumah sakit untuk diolah sebelum diusulkan ketingkat yang
yang termasuk DUP dan DUK. Selanjutnya bidang keuangan akan mengajukan
secara umum adalah suatu kegiatan atau proses menganalisis dan pemahaman sistem,
penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-
tujuan demi masa depan yang baik. Perencanaan dapat diartikan sebagai serangkaian
Perencanaan makanan baik makanan biasa maupun makanan diet dimulai dari
penyusunan menu baku yang lazimnya disetiap rumah sakit telah ditentukan untuk
siklus 10 hari atau 15 hari. Dengan dasar menu baku tersebut direncanakanlah
pengadaan bahan makanan baik dengan jalan membeli langsung ke pasar ataupun
keterangan yang diberikan oleh bidang perawatan yaitu jumlah orang yang dirawat
dari hari ke hari serta jenis makanan yang diperlukan seperti makanan biasa, makanan
saring, makanan lunak, makanan pantang/diet dan sebagainya (Depkes RI, 2003).
jumlah bahan makanan sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan,
Prinsip penerimaan bahan makanan adalah jumlah yang diterima harus sesuai
dengan yang dipesan, mutu yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi yang
disepakati dalam perjanjian dan harga bahan makanan yang tercantum dalam fraktur
pembelian harus sama dengan harga makanan yang tercantum dalam perjanjian jual
Syarat penerimaan bahan makanan antara lain: (1) Tersedianya daftar pesanan
bahan makanan berupa macam dan jumlah bahan makanan yang akan diterima pada
waktu tertentu dan (2) Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan.
Langkah penerimaan bahan makanan adalah : (1) Bahan makanan diperiksa, sesuai
dengan pesanan dan ketentuan spesifikasi bahan makanan yang dipesan. (2) Bahan
makanan yang di kirim ke gudang penyimpanan sesuai dengan jenis barang atau
Tugas dan tanggung jawab tim penerima bahan makanan menurut Moehyi
(1992), adalah sebagai berikut : (a) Meneliti apakah bahan makanan yang diserahkan
tercantum dalam kontrak kerja, (b) Mencocokkan jumlah dan jenis bahan makanan
yang diserahkan oleh pemasok apakah sudah sesuai dengan pesanan yang tercantum
dalam Daftar Pesanan Bahan Makanan, (c) Mengambil keputusan menerima atau
Bentuk atau cara menerima bahan makanan secara umum ada dua macam,
ruang penerimaan kemudian mencatat di buku laporan atau formulir yang telah
dilengkapi dengan jumlah, berat dan spesifikasi lain jika diperlukan. Pihak
satuan dan jumlah bahan makanan yang dipesan. Jika jumlah dan mutu tidak
harus mencatat semua bahan makanan yang dilaporkan kepada bagian pembelian
bahwa makanan yang dikembalikan tersebut harus segera diganti atau mengubah
sistematis dan teratur. Hal ini merupakan salah satu faktor penting sebagai
dokumentasi tertulis tentang jumlah, mutu bahan makanan yang diterima. Data
atau bahkan dapat dijadikan bahan perencanaan kebutuhan yang akan datang (Depkes
RI, 2007).
Receiving area adalah tempat yang secara spesifik digunakan untuk menerima
dan mengontrol barang yang telah dipesan oleh bagian pembelian. Pemeriksaan
terhadap barang yang masuk meliputi : berat, temperatur, kuantitas, ukuran, dan
kualitas barang. Lantai daerah peneriman barang harus memiliki permukaan yang
peralatan utama, antara lain timbangan, dimana keakuratan timbangan sangat penting.
Petugas penerimaan harus mengukur berat yang tertera pada nota pembelian.
sekali. Dalam buku Seri Perencanaan Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah
sakit kelas B, fasilitas yang harus ada di ruang penerimaan bahan makanan adalah
diperlukan ruangan atau jarak penerimaan. Idealnya, ruang penerimaan harus dekat
dari pintu pengiriman bahan makanan, gudang penyimpanan, lemari es dan freezer
memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar di
gudang bahan makanan kering dan dingin/beku. Penyimpanan yang tepat dari
makanan yaitu segera setelah bahan makanan diterima dan diperiksa merupakan
faktor penting dalam pencegahan dan pengendalian kerusakan kualitas dari bahan
seperti : jenis bahan makanan, mutu bahan makanan, cara penyimpanan dan
mengolah bahan makanan yang bertalian dengan sifat-sifat fisik bahan makanan
sangat penting karena untuk menghasilkan makanan dengan cita rasa yang
pengurusan bahan makanan agar setiap waktu diperlukan dapan melayani dengan
tepat, cepat dan aman digunakan dengan cara yang efisien. Sesuai dengan jenis
barang dalam suatu proses industri, terdapat empat jenis gudang yaitu gudang
operasional, gudang perlengkapan, gudang barang jadi dan gudang musiman. Dalam
sistem penyelenggaraan makanan yang terkait dengan bahan makanan adalah gudang
operasional. Prinsip dasar dalam penyimpanan bahan makanan adalah : tepat tempat,
tepat waktu, tepat mutu, tepat jumlah dan tepat nilai (Depkes RI, 2007).
: (a) setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, harus segera dibawa ke
ruangan penyimpanan, gudang atau pendingin ruangan, (b) Apabila bahan makanan
langsung digunakan, setelah ditimbang dan diawasi oleh bagian penyimpanan bahan
makanan setempat dibawa ke ruang persiapan bahan makanan. Untuk semua kelas
rumah sakit diperlukan ruang penyimpanan untuk bahan makanan kering (gudang
bahan makanan) dan ruang pendingin, serta ruang pembeku (freezer). Luas macam
umumnya dimiliki oleh instansi yang besar yang dimaksudkan untuk menyimpan
bahan makanan dalam jangka waktu yang agak lama (Depkes RI, 2007).
kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun
bahan berbahaya.
First Expired First Out (FEFO) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih
dahulu.
contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin
dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak lembab.
Tabel 2.2. Suhu dan lama penyimpanan bahan makanan mentah segar
sebagai berikut :
bagian penyimpanan bahan makanan ini, termasuk kartu stok bahan makanan
harus segera diisi tanpa ditunda, letakkan pada tempatnya, diperiksa dan
c) Kartu atau buku penerimaan, stok dan pengeluaran bahan makanan, harus
dan tidak berlobang. Diletakkan di atas rak bertingkat yang cukup kuat dan
f) Pintu harus terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka pada waktu-
waktu yang ditentukan. Pegawai yang keluar masuk gudang juga hanya
j) Semua lubang yang ada di gudang harus berkasa, serta bila terjadi perusakan
a) Suhu tempat harus betul-betul sesuai dengan keperluan bahan makanan, agar
b) Pengecekan terhadap suhu dilakukan dua kali sehari dan pembersihan lemari
Pada berbagai tipe lemari es tertentu pencairan terdapat alat otomatis di dalam
(1) Semua gudang bahan makanan hendaknya berada di bagian yang tinggi
(2) Bahan makanan tidak diletakkan di bawah saluran/pipa air (air bersih
(5) Suhu gudang bahan makanan kering dan kaleng dijaga kurang dari 22ºC.
(7) Penempatan bahan makanan harus rapi dan ditata tidak padat untuk
2004)
(1) Bahan makanan seperti buah, sayuran dan minuman, disimpan pada suhu
(2) Bahan makanan berprotein yang akan segera diolah kembali disimpan
(3) Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu sampai
0ºC-4ºC
(4) Bahan makanan berprotein yang mudah rusak untuk jangka waktu kurang
dari 24 jam disimpan pada penyimpanan beku (frozen) dengan suhu <
0ºC.
(5) Pintu tidak boleh sering dibuka karena akan meningkatkan suhu.
(6) Makanan yang berbau tajam (udang, ikan, dan lain-lain) harus tertutup.
(7) Pengambilan dengan cara First in First Out (FIFO), yaitu disimpan lebih
dahulu digunakan lebih dahulu, agar tidak ada makanan yang busuk.
Penyaluran bahan makanan adalah suatu proses pengeluaran bahan makanan dari
gudang penyimpanan sesuai permintaan. Penyaluran bahan makanan adalah tata cara
dalam mendistribusikan bahan makanan yang dibutuhkan sesuai menu yang telah
ditetapkan. Tujuannya yaitu tersedianya bahan makanan siap pakai dengan kualitas
yang diterima lebih dahulu. Untuk mengetahui bahan makanan yang diterima diberi
tanda tanggal penerimaan. Bahan makanan yang memiliki tanggal kadaluarsa yang
lebih awal di letakkan disusunan paling depan. Pemasukan dan pengeluaran bahan
dilakukan sebulan sekali yaitu dilakukan pada akhir bulan (Depkes RI, 2007).
gizi rumah sakit menurut kelas rumah sakit. Tenaga penjamah makanan adalah
makanan yang bekerja ditempat pengolah makanan untuk umum. Dari seorang
penjamah makanan yang tidak baik, penyakit dapat menyebar ke pasien. Karena itu
seorang penjamah makanan, seharusnya selalu dalam keadaan sehat dan terampil.
Semua penjamah makanan harus selalu memelihara kebersihan pribadi dan terbiasa
Dapur adalah suatu tempat dimana makanan dan minuman di persiapkan dan
diolah. Dapur sangat berperan terhadap kualitas makanan yang akan dihasilkan.
Mengingat hal tersebut, maka untuk mendapatkan makanan yang berkualitas baik,
dapat senantisa dalam keadaan bersih atau lebih tepat dikatakan saniter, dapur
hendaknya memenuhi syarat sebagai berikut : lantai, dinding, jendela dan pintu,
(Depkes RI, 2007) : (1) Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan
cara terlindung dan kontak langsung dengan tubuh. (2) Perlindungan kontak langsung
dengan makanan jadi dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan plastik,
penjepit makanan, sendok garpu, dan sebagainya. (3) Setiap tenaga pengolah
makanan pada saat bekerja harus memakai celemek/apron, tutup rambut, sepatu
dapur, tidak merokok, tidak makan atau mengunyah, tidak memakai perhiasan kecuali
cincin kawin yang tidak berhias, tidak menggunakan peralatan dan fasilitas yang
bukan untuk keperluan, selalu mencuci tangan sebelum bekerja, selalu mencuci
tangan sebelum dan setelah keluar dari kamar mandi, selalu memakai pakaian kerja
yang bersih yang tidak dipakai di luar rumah sakit. (4) Tenaga pengolah makanan
harus memiliki sertifikat vacsinasi chotypa dan baku kesehatan yang berlaku.
pengolahan (dapur instalasi gizi) ke setiap ruang rawat inap sesuai dengan jumlah,
porsi, dan jenis makanan pasien serta penyajian makanan kepada pasien setelah
disajikan, tergantung pada jenis dan jumlah tenaga, peralatan dan perlengkapan yang
ada. Terdapat 3 (tiga) sistem distribusi makanan di rumah sakit, yaitu sistem yang
kemudian dipersiapkan ulang, dan disajikan dalam alat makan pasien sesuai
dengan dietnya.
terjadi sepanjang pengangkutan, bila cara pengangkutan makanan yang kurang tepat
dan alat angkutnya kurang baik dari segi kualitasnya dalam hal ini yang paling
mendapatkan pengotoran dari debu, serangga (lalat, semut, dll). Selain itu kebersihan
baik atau buruknya pengangkutan di pengaruhi oleh tiga faktor : (1) Tempat dan alat
1204 tahun 2004 adalah : (1) Makanan yang diangkut dengan kereta dorong tertutup
dan bersih. (2) Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih ada ruang
untuk gerak. (3) Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah untuk pengangkutan
sakit merupakan salah satu kegiatan dan tanggungjawab utama dari setiap instalasi
gizi rumah sakit. Taksiran kebutuhan makanan yang tidak tepat dapat berarti
karena perhitungan yang keliru atau perhitungan dengan menggunakan data yang
tidak lengkap. Membuat rencana kebutuhan makanan yang sesuai (cukup, tidak
berlebihan) merupakan suatu seni tersendiri yang dipadukan dengan pengetahuan dan
merupAkan suatu rangkaian proses yang panjang yang bukan saja menetapkan
jumlah dan jenis makanan yang diperlukaN, akan tetapi juga kualitas bahan makanan
yang diperlukan, waktu kapan bahan makanan itu dibutuhkan (Depkes RI, 2003).
dilakukan setiap triwulan atau setiap tiga bulan. Perhitungan kebutuhan pertriwulan
sebagainya.
d. Harga dan indeks harga bahan makanan di daerah dimana rumah sakit itu
berada
harga bahan makanan yang diperlukan untuk makanan baku yang digunakan dan
disesuaikan dengan indeks harga bahan makanan yang berlaku, maka dapat dihitung
biaya makan setiap orang sakit untuk setiap hari. Apabila biaya makan orang sakit
dikalikan dengan 365 dan dikalikan dengan jumlah tempat tidur yang tersedia, maka
akan didapatkan kebutuhan biaya orang sakit selama setahun (Depkes RI, 2003).
Makanan yang dihidangkan dari hari-kehari bagi orang sakit, biasanya sudah
ditentukan macam hidangan yang diberikan kepada orang sakit setiap hari disebut
menu baku. Daftar menu baku biasanya dibuat untuk sepuluh hari, jadi setiap sepuluh
hari menu yang sama akan berulang disajikan. Menu yang diberikan kepada orang
sakit biasanya terdiri dari bentuk-bentuk makanan sebagai berikut (Depkes RI, 2003)
a. Makan pagi yang terdiri dari : nasi dan lauk pauk serta minuman berupa teh,
kopi atau susu. Untuk penderita yang dirawat dikelas 1 biasanya ditambah
b. Makanan selingan yang diberikan sekitar pukul 10.00 pagi dan pukul 16.00,
c. Makanan siang dan malam yang terdiri dari makan lengkap yaitu nasi, lauk
pauk, sayuran dan buah. Tergantung pada jumlah biaya yang tersedia apakah
lauk pauk yang diberikan terdiri dari dua macam lauk pauk atau hanya terdiri
dari campuran lauk sumber protein hewani dan nabati. Dapat juga disediakan
lauk pauk dan sayur pilihan dimana setiap penderita dapat memilih lauk pauk
Dengan menggunakan menu baku tersebut dapat diketahui dan dihitung jenis
dan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan setiap hari. Akan tetapi untuk
memudahkan perhitungan masih diperlukan alat bantu yang lain yaitu porsi baku,
resep baku untuk masing-masing jenis makanan dan bumbu baku (Depkes,2003).
Porsi baku dihitung berdasarkan kebutuhan zat gizi bagi setiap orang dalam
sehari. Dan sebagai patokan digunakan kebutuhan zat gizi bagi orang dewasa. Resep
baku menetapkan macam bahan makanan dan jumlah masing-masing bahan makanan
yang diperlukan untuk membuat suatu masakan. Sedangkan bumbu baku adalah
bumbu patokan yang dapat digunakan untuk sejumlah macam masakan. Dengan
menggunakan porsi baku, resep baku dan bumbu baku tersebut selain porsi makanan
besarnya tetap juga harga per porsi makanan dapat dihitung dengan tepat (Depkes RI,
2003)
juga dalam buku pelajaran memasak. Yang dimaksud resep adalah suatu formula
yang menerangkan secara rinci jenis bahan, jenis bumbu dan bahan penyedap, tata
cara mengolah dan memasak suatu masakan sehingga diperoleh cita rasa yang
diinginkan. Dalam resep baku masakan sudah dirinci bahan primer yang digunakan,
mulai dari penerimaan hingga penyajian. Termasuk didalamnya perabot dapur dan
perlengkapan makanan (piring saji). Secara umum sanitasi peralatan di industri jasa
makanan mempengaruhi sanitasi pengolahan makanan atau dengan kata lain sanitasi
peralatan yang baik akan mempengaruhi sanitasi makanan. Semua peralatan baik
yang langsung digunakan maupun tidak langsung, mulai dari penyediaan bahan baku
hingga menghasilkan produk akhir harus dibersihkan dan dicuci (Depkes RI, 2007).
mencegah kontaminasi silang pada makanan, mulai dari tahap persiapan hingga
penyajian. Diketahui bahwa peralatan dapur seperti alat pemotong, talenan dan alat
saji merupakan sumber kontaminan potensial bagi makanan (Depkes RI, 2007).
Dalam sanitasi peralatan dan perlengkapan ini, ikuti langkah berikut (Depkes
RI, 2007) :
1. Menggunakan alat masak yang terbuat dari logam yang tidak bereaksi dengan
makanan
tidak memenuhi syarat sanitasi. Contoh : kuali tanah, baskom kayu, dll.
3. Bersihkan alat dari noda, kotoran, lemak, jamur, kerak dengan sempurna.
Gunakan air panas 100-160ºC, dan rendam air panas 180ºC selama dua
menit.
4. Keringkan alat pada rak khusus, terkena sinar matahari terhindar dari debu,
perorangan bagi tenaga penyaji makanan antara lain adalah pencucian tangan,
kebersihan dan kesehatan diri. Prosedur higiene perorangan harus dilakukan dengan
baik untuk mencegah terjadinya kontaminasi pada makanan yang akan disajikan ke
2. Tidak menderita penyakit kulit, penyakit menular, scabies ataupun luka bakar.
5. Mengetahui proses kerja dan pelayanan makanan yang benar dan tepat.
2.6. Evaluasi
Melalui penilaian, pengelola dapat memperbaiki rencana bila perlu ataupun membuat
rencana program yang baru. Pada kegiatan evaluasi, tekanan penilaian dilakukan
kesesuaian dan kegunaan. Dalam hal ini diutamakan luaran atau hasil yang dicapai
utamanya adalah untuk meyakinkan bahwa rencana yang akan disusun benar-
benar telah sesuai dengan masalah yang ditemukan, dalam arti dapat
apakah program yang sedang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana atau
proses serta keluaran merupakan acuan atau landasan teori yang diimplementasikan
Masukan (Input)
- Man Proses
- Planning Keluaran
- Money
- Organizing (Output)
- Methods
- Staffing
- Materials
- Directing
- Machine
- Controlling
- Market
EVALUASI
BAB 3
METODE PENELITIAN
pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih
Penelitian ini dilakukan di instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
teknik yang dilakukan untuk memilih informan yang mampu memberi informasi yang
RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai berjumlah 22 informan yang terdiri dari, 1 informan
kepala instalasi gizi, 18 informan petugas yang bekerja sebagai penerima, pengolah
dan penyalur makanan, dan 3 informan dari pasien rawat inap di RSUD dr. R.M
Djoelham Binjai yaitu pasien umum, pasien pasca bedah serta pasien yang
1. Data primer
2. Data sekunder
Pada penelitian ini, data sekunder diperoleh dari dokumen instalasi gizi
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dan referensi dari buku-buku serta hasil
rumah sakit.
berhubungan dengan materi yang akan disampaikan menggunakan alat bantu berupa
1. Tenaga adalah orang dengan latar belakang pendidikan gizi yang bertugas
mengelola makanan bagi pasien rawat inap di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai.
2. Sarana dan Prasarana adalah seluruh bahan dan peralatan yang digunakan
Djoelham Binjai.
Djoelham Binjai.
atau meneliti, pencatatan dan pelaporan tentang macam, kualitas dan kuantitas
bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang
telah ditetapkan dalam perjanjian jual beli antara RSUD Dr. R.M. Djoelham
memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas maupun
kuantitas digudang bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan
mentah menjadi makanan matang sesuai dengan jenis atau kualifikasi menu
yang telah diolah kepada pasien. Tata cara dalam menyalurkan bahan
makanan yang dibutuhkan sesuai menu yang telah ditetapkan di Instalasi Gizi
3.6. Triangulasi
Untuk menjaga validitas data maka dilakukan dengan triangulasi sumber yang
berarti mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama, yakni
dengan memilih informan yang dianggap dapat memberikan jawaban yang sesuai
Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2009) analisa data kualitatif
terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:
1. Reduksi data
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
2. Penyajian Data
3. Penarikan Kesimpulan/verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
kualitatif adalah temuan yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-
remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Binjai dengan tipe B. Rumah sakit ini memiliki luas area 4.229 m² dan luas
bangunan 3.159 m². Rumah sakit ini didirikan oleh Tengku Musa pada tahun 1927.
Pada awal berdirinya, rumah sakit ini bernama RSU Binjai yang memiliki satu
gedung dengan fasilitas yang masih sederhana dengan hanya memiliki satu orang
Tahun 1976 – 1980 status RSU Binjai merupakan rumah sakit pembantu
dalam klasifikasi rumah sakit tipe D yang melaksanakan pelayanan kesehatan dasar
dengan RSU Tanjung Pura sebagai rumah sakit induknya. Tahun 1981–1985
merupakan periode proses dimana RSU Binjai menuju RSUD kelas C dengan
program sistem paket dokter spesialis. Tahun 1985 – 1987 Departemen Kesehatan RI
No. 303/Menkes/SK/IV/1987 ditetapkan perubahan kelas RSU kota Binjai dari kelas
D menjadi kelas C.
Pada tanggal 18 Mei 1992, nama RSU Binjai berubah nama menjadi RSUD
RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai dalam menjalankan tugasnya memiliki visi dan
misi, yaitu :
a. Visi
Visi RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai yaitu terwujudnya Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai sebagai rumah sakit yang berdaya saing dan
b. Misi
c. Motto
oleh pelayanan penunjang seperti Instalasi Gizi sebagai unit pelayanan yang
bertanggung jawab dalam pengadaan dan pelayanan gizi untuk terapi dan
penyembuhan sesuai dengan kondisi dan jenis penyakit pasien. Pelayanan gizi di
bermutu tinggi,
Pedoman pelayanan serta tata kerja Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham
Binjai ditetapkan berdasarkan keputusan direktur RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
PGRS RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai mempunyai bagan organisasi dan
uraian tugas yang jelas bagi semua personil dengan kriteria : (a) PGRS dikelola dan
diorganisir oleh Dietesien sebagai koordinator, (b) Pola kegiatan gizi rumah sakit
harus mencakup kegiatan yang telah ditetapkan Depkes RI sesuai dengan kelas rumah
sakit, (c) Ada bagan organisasi yang menggambarkan secara jelas garis komando
pelayanan gizi dengan unit lain, (d) Ada uraian tertulis untuk setiap petugas yang
mencakup kualifikasi sesuai jabatan, garis komando, fungsi dan tanggung jawab,
penilaian staf / karyawan, pertemuan berkala staf instalasi gizi diadakan paling sedikit
setiap bulan, yang dibuktikan dengan notulen pasien, (e) Standar makanan untuk
berikut : menyusun standar makanan rumah sakit sesuai dengan penuntun diet,
menyusun kebutuhan diet pasien rawat inap, menyusun menu dan perencanaan
kebutuhan bahan makanan, menyusun anggaran belanja instalasi gizi, menyusun diet
pasien rawat inap sesuai dengan keadaan pasien dan penyakitnya, melakukan
mengelola produksi dan distribusi makanan bagi pasien rawat inap dan pasien rawat
jalan serta karyawan, melakukan evaluasi diet di ruang rawat inap, merencanakan dan
melakukan penyuluhan konsultasi diet dan rujukan diet bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan secara individu, kelompok dan masal, melakukan pencatatan diet pasien
Struktur organisasi Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai seperti
Letak dan posisi instalasi gizi telah mengacu kepada beberapa persyaratannya
yang telah ditetapkan antara lain: Instalasi gizi dapat dicapai semua ruangan
perawatan sehingga pelayanan gizi dapat diberikan merata untuk semua pasien;
Instalasi gizi terletak sedemikian rupa sehingga keributan dan kegaduhan dari
instalasi gizi tidak mengganggu ruang lain serta mempunyai jalan tersendiri dari luar
Perencanaan
3. Stefani 31 Tahun Perempuan D3 Petugas
Perencanaan
4. Mardiah 43 Tahun Perempuan D3 Petugas
Perencanaan
dan belanja
makanan
5. Lisbeth 48 Tahun Perempuan D3 Petugas
Perencanaan
dan belanja
makanan
6. Carolina 29 Tahun Perempuan D3 Petugas
Perencanaan
7. Desi 32 Tahun Perempuan D3 Petugas
Perencanaan
8. Antoni 48 Tahun Laki-laki D3 Petugas
Perencanaan
9. Asmah 50 Tahun Perempuan SD Petugas
Pengolahan
dan Penyajian
Makanan
10. Nilasari 38 Tahun Perempuan SMA Petugas
Pengolahan
dan Penyajian
Makanan
11. Yeni Magea 33 Tahun Perempuan SMA Petugas
Pengolahan
dan Penyajian
Makanan
12. Tugirah 47 Tahun Perempuan SMP Petugas
Pengolahan
dan Penyajian
Makanan
13. Ernawati 45 Tahun Perempuan SMA Petugas
Pengolahan
dan Penyajian
Makanan
14. Lia 26 Tahun Perempuan SMA Petugas
Distribusi
15. Lailan 21 Tahun Perempuan SMA Petugas
Distribusi
16. Diah 26 Tahun Perempuan SMA Petugas
Distribusi
17. Rita 45 Tahun Perempuan SMA Petugas
Distribusi
18. Lela 23 Tahun Perempuan SMA Petugas
Distribusi
19. Erliana 26 Tahun Perempuan SMA Petugas
Distribusi
4.3 Evaluasi Input
satu sistem seperti sistem pelayanan kesehatan terhadap beberapa aspek yang
Hasil wawancara tentang kuantitas tenaga gizi di RSUD Dr. R.M Djoelham
“kalau tenaga yang ada di instalasi gizi itu 20 orang yaitu ahli gizi disini
ada 7 termasuk saya tetapi kalau untuk STR hanya 3 orang yang baru
punya selebihnya belum punya, kalau tenaga pengolah makanan dan
bagian distribusi itu tamatan sd, smp dan ada yang sma. Jadi sebenarnya
latar belakang pendidikan belum sesuai dengan yang ditetapkan PGRS
tetapi karena kurangnya tenaga dan belum ada penambahan tenaga ya
mau tidak mau mereka tetap diperdayakan di rumah sakit” (Informan 1)
terdapat di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai belum mencukupi sesuai dengan beban
kerja yang ada karena adanya kekurangan tenaga sebanyak 16 orang dan belum
“tenaga kerja yang ada di instalasi gizi itu ada 20 orang, nah yang ahli gizi
cuma 7 orang udah termasuk kepala instalasi gizi, tenaga yah masih sangat
kurang ya karena jumlahnya belum sesuai dengan beban kerja yang ada
misalnya tenaga distribusi terkadang ikut dalam mengolah snack pasien
seperti jus jadi rangkap kerjanya dek. kalau gak gitu nanti makanan yang
mau dikasih ke pasien gak tepat waktu karena kan pasien disini lumayan
banyak dek” (Informan 3)
Berdasarkan pernyataan informan di atas dapat disimpulkan bahwa
Hasil wawancara tentang pelatihan terhadap tenaga gizi di RSUD Dr. R.M
RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai sudah mendapatkan pelatihan. Kutipan ini didukung
“pelatihan untuk tenaga hanya dilakukan untuk ahli gizi saja terakhir
tahun 2015 kemarin dek , kalau yang tukang masak dan yang distribusi
tidak pernah ikut pelatihan jadi Cuma tau dasar-dasarnya saja dari ahli
gizi” (Informan 3)
Berdasarkan kutipan di atas dapat diperoleh bahwa belum ada pelatihan bagi
tenaga pengolah dan tenaga penyalur makanan di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai.
Tenaga pengolah dan tenaga penyalur makanan hanya diberi pengetahuan yang dasar
harus disesuaikan dengan standar Rumah Sakit oleh Ahli Gizi. Sama halnya dengan
pelatihan dari pemerintah terhadap tenaga pengolah dan tenaga penyalur belum
dilakukan.
“ begini lah dek, belum lengkap karena anggaran yang dianggarkan tidak
semua tertampung di APBD Rumah Sakit seperti ruangan ya seharusnya
kan ada ruang untuk penyimpanan bahan makanan tetapi kita belum
punya jadi ya makanan dibelanjakan harian, selain itu Alat Pelindung Diri
tenaga pengolah misalnya sarung tangan, apron dan sepatu boot itu kita
belum punya, karena semuanya tergantung dari dana, kalau dananya ada
pasti alat lengkaplah serta ruangan yang harusnya ada penyelenggaran
makanan ini sangat terbatas seperti ruang kantor saya ini saja dulunya
bekas nyimpan barang-barang nah sekarang lah baru saya tempati tapi
saya sudah mengajukan kepada pemerintah untuk tambahan ruangan tapi
sampai sekarang ya belum terealisasi, jadi kan semua ini tergantung dana,
kalau dananya ada, pasti sarana dan prasarana lengkaplah” (Informan 1)
bahan makanan kering, Alat Pelindung Diri dan ruangan-ruangan yang sangat
terbatas. Hal tersebut didukung oleh informan lain yaitu pernyataan dari petugas
”kalau untuk sarana prasarana seperti yang adek lihat ya belum cukup,
kayak gudang penyimpanan bahan makanan belum ada jadi pengendalian
mutu makanan jadi agak sulit, alat pelindung diri yang harus digunakan
pada saat mengolah makanan pun belum ada palingan hanya pakai
celemek mau gimana lagi soalnya dana yang ada pun terbatas, ruangannya
pun kita terbilang kecil dan belum sesuai dengan PGRS jadi banyak lah
kendalanya dek tapi karena yang ada hanya ini kami mengatasinya semua
kekurangan yang ada dengan memaksimalkan sarana dan prasarana yang
ada saja” (Informan 3)
RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai memliki kendala terutama karena belum adanya
penambahan ruangan dari pihak pemerintah. Oleh karena itu sarana dan prasarana
masih kurang.
Binjai untuk penyelenggaraan makanan di Instalasi gizi dinyatakan oleh Ahli Gizi
“kalau untuk makanan pasien, gas dan peralatan itu dari APBD, kalau
mau lebih jelas sebaiknya kamu tanyakan langsung kepada kepala Instalasi
Gizi” (Informan 3)
“selama ini sistem pendanaan dan pengadaan gas untuk makanan pasien
berasal dari APBD, jadi sebenarnya kan dana untuk pasien RP 31.800 tapi
kan itu ada potongan dari pihak ketiga, jadi dana per pasien dapat 20.000
baik itu bangsal ataupun VIP nah karena sangat minim sekali dana untuk
pasien makanya belum bisa mengatur semestinya seperti yang ada dalam
standar makanan rumah sakit, jadi mau tidak mau misalnya pasien bangsal
dapat hak 20.000 tapi agar VIP lebih bagus jadi dana yang untuk bangsal
hanya sebesar 15000 dan VIP dapat 25000, sedangkan untuk sarana dan
prasarana biayanya dari APBD Pemko Binjai sebesar 140 juta tapi kalau
ga cukup pakai dana BLUD, dan rencananya akan saya usulkan untuk
dinaikkan pada tahun 2017 sebesar 200 juta lalu kalau biaya untuk
karyawan itu dari gaji pemerintahnah hanya 5 orang lah yang dibayar oleh
rekanan karena kan itu karyawan mereka” (Informan 1)
informasi bahwa biaya operasional di RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai untuk
APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah), dengan rata-rata Rp. 20.000 per
dilayani. Adapun tujuan dari perencanaan anggaran belanja yaitu agar tersedianya
macam dan jumlah bahan makanan bagi konsumen/pasien yang dilayani sesuai
dengan standar kecukupan gizi. Perencanaan anggaran belanja di instalasi gizi RSUD
Dr. R.M. Djoelham Binjai menurut Kepala Instalasi Gizi yang berperan langsung
ini :
“eeee… anggaran belanja ini dibuat setahun sekali cara buatnya gini
sebelumnya ditentukan harga dari masing-masing bahan makanan, nah
dalam menentukan harga ini kita bisa mengecek harga pasar saat ini berapa
maka disesuaikan dengan harga tersebut, kalau seandainya sama atau tidak
terlalu berbeda atau bisa dibilang hampir samalah dengan yang sebelumnya,
anggaran belanja yang lama bisa dijadikan patokan untuk membuat
anggaran belanja yang baru ini. Kalau untuk menentukan jumlah dan jenis
bahan makanan yang akan dibeli dan dibuat anggarannya itu urusan saya
dengan ahli gizi yang lain, jadi ya dilihat berdasarkan daftar bahan makanan
yang dibutuhkan, eeee..setelah itu membuat anggarannya dan
mengajukannya ke kepala bidang penunjang medis, setelah itu ke kepala
bidang anggaran rumah sakit, nah setelah itu baru ke direktur rumah sakit
untuk disetujui, kalau direktur setuju baru nanti diajukan ke Pemerintah
Kota Binjai untuk pencairan dana, setelah dana cair maka akan dibayarkan
kepada pihak ketiga sebagai penyedia bahan makanan yang ditetapkan
melalui penunjukan langsung dengan cara pembayaran setiap sebulan sekali
setiap awal bulan. jadi pihak ketiga yang mengelola dana dan yang
belanjakan bahan makanan seharusnya, tetapi ya kenyataannya yang belanja
makanan itu dari pihak instalasi gizi, hmmm kalau soal besarnya dana ya
untuk pengadaan makanan pasien itu sebenarnya Rp 31.800/pasien, tetapi
yang dianggarkan ke makanan pasien hanya Rp. 20.000/pasien untuk semua
kelas dan sudah termasuk pengadaan gas (bahan bakar), eee kalau untuk
peralatan makan ditetapkan pertahun sekitar Rp. 140 juta kalau ini biayanya
pakai APBD juga” (Informan 1).
“tidak tahu, yang tahu tentang permintaan anggaran belanja untuk bagian
instalasi gizi yaa ibu kepala instalasi…” (Informan 4)
“eee kakak gak tahu dek tentang itu, karena kan tidak secara tim seperti
perencanaan menu, kalau mau lebih jelasnya ya sama ibu kepala instalasi”
(Informan 5)
kebutuhan anggaran tidak dilakukan secara tim, melainkan hanya Kepala Instalasi
Gizi. Proses perencanaan yang diuraikan oleh Kepala Instalasi Gizi merupakan
gambaran secara lengkap yang dilakukan di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai bahwa
dana untuk pengadaan makanan pasien di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
anggaran untuk pengadaan bahan makanan di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
ditetapkan oleh walikota Binjai setiap tahun dalam APBD Kota Binjai. Besarnya dana
pengadaan makanan pasien yang ditetapkan adalah Rp. 20.000/pasien dan sudah
termasuk pengadaan gas (bahan bakar) yang selanjutnya diberikan kepada pihak
penunjukan langsung dengan cara pembayaran setiap sebulan sekali di setiap awal
bulan. Untuk anggaran peralatan makan (sendok makan, kuali dan lain-lain) juga
Salah satu kegiatan perencanaan yang dilakukan di Instalasi Gizi RSUD Dr.
melalui kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi prinsip gizi
secara tim, perencanaan menu digunakan sebagai acuan termasuk menentukan diet
penyusun menu terdiri dari unsur-unsur instalasi gizi/staf yang merupakan Kepala
Instalasi Gizi beserta ahli gizi sebanyak 7 orang sedangkan petugas pengolahan
makanan di dapur tidak ikut terlibat, unsur tersebut hanya melaksanakan tugas sesuai
dengan fungsinya saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kepala Instalasi Gizi yang
mengatakan bahwa :
“jadi pertama ka. Instalasi Gizi membuat tim dulu, kami totalnya ada 8
orang Ahli Gizi termasuk ka. Instalasi Gizi juga jadi kami diskusikan
bagaimana hidangan dapat memenuhi kecukupan gizi pasien karena kan
penyakit yang diderita tiap-tiap pasien bisa berbeda dengan siklus menu 10
hari, kira-kira begitu dek” (Informan 2)
“jadi ka. Instalasi gizi membentuk tim perencanaan, yang dipilih tentu saja
yang ahli gizi karena kan untuk membuat hidangan dalam variasi makanan
yang serasi ada diet tertentu yang harus disusun, jadi kayak tenaga yang
masak makanan itu tidak ikut karena kan mereka bukan ahli gizi jadi tidak
begitu paham, nah nanti setelah itu dibuatlah siklus menu untuk 10 hari
baru menu tadi diberikan kepada tenaga yang memasak, karena kalau pagi
hari kami tidak ikut mengawasi pemasakan makanan tapi ya hmm hanya di
siang dan sore hari saja” (Informan 3)
“kita ada 8 orang ahli gizi sama ka. Instalasi juga dek, jadi kita susun yang
namanya siklus menu untuk 10 hari kemudian, nah didalam siklus menu
tersebut ada standar bumbu yang digunakan juga jadi kalau pagi hari kan
ahli gizi tidak mengawasi tenaga pengolah makanan saat mengolah
makanan tapi mereka sudah tau takaran nya berapa untuk tiap-tiap bahan
makanan kan karena kan sudah ada di dalam siklus menu” (Informan 4)
“kami semua ada 8 orang dek, kami ya rencanain menu untuk 10 hari ya
abistu kami juga buat standar bumbu di menunya jadi kalau kami belum
datang kan, yang masak uda tau takarannya berapa dek” (Informan 5)
“eee kami nyusun menu secara tim dek total ada 8 orang, kakak sama 7
orang ahli gizi, kami pakai menu standar dek jadi namanya siklus menu 10
hari, nah maksutnya siklus menu 10 hari itu eee berarti ada 10 menu yang
dibuat jadi menu pertama harus diberikan hari apa, menu kedua harus hari
apa” (Informan 6)
”setau kakak kami dibentuk tim gitu dulu, ya tentu sama ka. Instalasi gizi
baru kami susunlah menu standar gitu jadi makanannya kami yang
tentukan sesuai dengan menu yang sudah kami diskusikan sebelumnya,
disini kita pakai menu 10 hari, jadi misalnya sudah 10 hari maka kembali
lagi ke menu awal jadi kembali lagi ke awal gitu seterusnya dek, sedangkan
untuk jenis makanannya dibedakan berdasarkan kelas dan disesuaikan
dengan jenis penyakit yang diderita pasien” (Informan 7)
“eee kami buat menu secara tim dek, ada 8 orang totalnya sama ibu kepala
juga, jadi kami buat siklus menu 10 hari dek, itu buatnya setiap 6 bulan
sekali. Ya pas buat menu eee yang jadi pertimbangan itu kebutuhan gizi
pasien dek disesuaikan sama dietnya, biayanya sama kebiasaan makan
pasien dalam hal kesukaan makan pasien sama menu makanan dek, ya itu
sih setau abang dek” (Informan 8)
disimpulkan bahwa menu tersebut dibuat berdasarkan standar menu yang ada,
makanan biasa, makanan lunak, makanan cair saring dan bubur, dalam hal ini RSUD
Dr. R.M. Djoelham Binjai menggunakan menu dengan siklus 10 hari. Dalam
membuat perencanaan menu ini, menu disusun secara tim berdasarkan jumlah dan
jenis bahan makanan yang tersedia, standar gizi makanan yang akan diberikan dan
macam, atau jenis kualitas bahan makanan yang dibutuhkan untuk kurun waktu
tertentu. Hasil dari kegiatan ini adalah adanya taksiran kebutuhan bahan makanan
yang akan dibeli. Tata cara atau langkah perencanaan kebutuhan bahan makanan
“eee pertama kan dek diliat dulu berapa jumlah pasien yang ada menurut
kelasnya masing-masing, abistu dilihat lagi berapa kali diberi makan dalam
satu putaran siklus menu itu dek yang menu 10 hari itu, baru dihitung berapa
bahan makanan yang kami butuhin, ya terus eee disesuaikan dek sama porsi
perorangan gitu nah abistu kalikan lah sama jumlah pasien yang dilayani
dengan berapa kali makanan tersebut diberikan” (Informan 7)
“eeee setau abang dihitung jumlah pasiennya disesuaikan sama menu yang
mau dimasak dek eee kurang lebih kayak gitu dek” (Informan 8)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa prosedur
kebutuhan bahan makanan yang dilakukan di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
adalah terlebih dahulu harus diketahui jumlah pasien yang dilayani berdasarkan kelas
yang ada, berapa kali dilakukan pemberian makanan setiap siklus menu sesuai
dengan yang ada pada menu yang telah disusun, setelah itu dihitung berapa jumlah
bahan makanan yang diperlukan sesuai dengan porsi perorangan dikalikan jumlah
Binjai merupakan bagian dari proses pengadaan bahan makanan yang dilakukan oleh
pihak leveransir yang telah bekerjasama dengan pihak rumah sakit melalui suatu
dilakukan melalui pembelian langsung, tetapi dilakukan oleh pihak leveransir. Dalam
perjanjian kerja sama tersebut telah disepakati jenis, harga dan spesifikasi bahan
makanan yang harus disediakan oleh pihak leveransir kepada pihak rumah sakit yang
akan diterima oleh petugas di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai.
b) Pemberian penjelasan
gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai, karena pembelian bahan makanan dilakukan
sendiri oleh ahli gizi. Hal ini tidak sejalan dengan perjanjian yang ada dalam Surat
“sistem penerimaan gak ada kami dek, seharusnya kan ada ya tapi disini
kami belanja langsung ke pasar, pihak ketiga cuma ngantar uang aja
aturannya kan mereka yang berperan dalam pengadaan bahan makanan
penerimaan bahan makanan yang dilakukan di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai tidak sesuai dengan Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, karena
pihak ketiga tidak ikut terlibat dalam penyediaan bahan makanan. Pihak ketiga hanya
Binjai untuk menjamin keamanan bahan makanan kering atau basah, baik kualitas
menunjukkan bahwa Instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai belum memiliki
gudang penyimpanan bahan makanan sehingga baik bahan makanan basah maupun
“eee kendalanya ya kalau belanja harian dilihat dari segi waktu, terkadang
petugas belanja terlambat bangun sehingga waktu operasional untuk
mengolah makanan jadi terganggu, ya selain itu kalau belanja harian,
pembelian bahan makanan di pajak kadang tidak sesuai dengan menu
karena bahan makanan yang mau dibelanjakan bisa nanti tiba-tiba di pajak
gak ada. nah jadikan uda gak sesuai sama siklus menu yang sudah
ditetapkan eee pengendalian mutu makanan juga jadi kurang sempurna”
(Informan 6)
menunjukkan bahwa Instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai memiliki
kendala dalam sistem belanja harian yaitu dari segi waktu, ketersediaan bahan
makanan di pasar serta dalam hal pengendalian mutu makanan. Kutipan di atas
ditambahkan oleh informan 6. Berikut ini kutipan dari informan sebagai berikut :
bahan makanan seperti ikan, daging ataupun ayam disimpan di freezer, sedangkan
bahan makanan dan tidak adanya pengaturan suhu untuk bahan makanan tertentu
berdasarkan prosedur kerja yang telah ditetapkan untuk mengubah atau memasak
bahan makanan mentah menjadi makanan siap dimakan, berkualitas dan aman untuk
bahan makanan yaitu meliputi berbagai proses antara lain membersihkan, memotong,
”jadi…pengolahan bahan makanan dibagi jadi 2 shift dek jadi pagi jam
05.00-12.00 WIB eee sama siang jam 14.00-18.00 WIB. pas ngolah
makanan kami pakai celemek aja dek, trus kadang pun masih ada yang gak
buka cincin pas ngolah makanan sebenarnya kan gaboleh apalagi kami
gapakai sarung tangan, gaya-gayaan orang itu dek yang pakai pernak-
pernik. yaa persiapannya kayak biasa dek ya kita misalkan aja sayur nah
pas datang kami potong-potong dulu baru kami cuci. selanjutnya eee bahan
makanan yang uda disiapin tadi diolah dek sesuai sama menu hari ke
berapa” (Informan 9)
atau pemasakan bahan makanan dibagi menjadi 2 shift yaitu pagi pukul 05.00-12.00
WIB dan siang pukul 14.00-18.00 WIB. Pada saat melakukan proses persiapan dan
pengolahan, juru masak hanya mengenakan alat pelindung diri seperti celemek.
Proses persiapan yang dilakukan adalah bahan makanan dipotong terlebih dahulu
baru dicuci. Persiapan dilakukan diatas meja persiapan yang ada di ruang persiapan
bahan makanan tersebut yang disesuaikan dengan menu pada hari yang telah
dilayani pada pasien yang di rawat di rumah sakit. Pernyataan tersebut ditambahkan
“yaa pas makanan diolah eee dibedain antara pasien yang berdiet dan tidak
berdiet, trus yaa pas ngolah makanan dilakukan sebaik mungkin biar bisa
selera makan pasien lebih meningkat gitu dek, karena terkadang disini
beberapa pasien ada yang milih makannya belik di warung-warung depan
rumah sakit ini mungkin karena ga selera atau bosen” (Informan 10)
“hmmm makanannya ya dibedain tiap pasien dek karna kan sakitnya beda-
beda, tapi kami tetap ngolah dibawah pengawasan ahli gizi dek tapi kalau
yang masuk shift pagi gak diawasi ahli gizi karena mereka datangnya
seringan kan jam 8, tapi kami buatnya tetap liat standar bumbu yang ada di
siklus menu” (Informan 11)
Selain itu, teknik mengolah makanan untuk pasien dengan jenis penyakit
“hmmm…kalau untuk pasien yang diet khusus eee misalnya untuk pasien
Diabetes Mellitus (DM) makanannya diolah tanpa pemanis dek, untuk
pasien hipertensi dibuatlah tanpa garam trus pasien yang sakit ginjal
makanannya harus tinggi kalori tinggi protein sama diberi tambahan telur
rebus. trus kalau buah untuk pasien DM gak kami kasih, eee kalau pasien
yang sakit lambung gitu dikasih buah misalkan buah pisang atau
semangka, eee kalau untuk standar waktu sama teknik pengolahan setiap
jenis makanan yang adek tanya tadi itu gak ada, cuma berdasarkan
pengalaman ibu aja dek” (Informan 12)
makanan pasien untuk diet khusus, seperti untuk diet Diabetes Mellitus (DM) diolah
tanpa pemanis, untuk diet hipertensi tanpa garam dan diet ginjal tanpa bahan
makanan dari tempe tetapi tinggi kalori tinggi protein serta diberikan tambahan telur
rebus. Buah tidak diberikan untuk diet DM sedangkan untuk diet lambung diberikan
buah pisang dan semangka. Kutipan tersebut ditambahkan oleh informan 13 sebagai
berikut :
“untuk pasien hipertensi kami buat makanannya rendah garam, trus eeee
untuk pasien gagal ginjal makanannya gakboleh banyak garam juga,
gakboleh banyak makan makanan yang mengandung air, untuk sayuran
yang bisa dimakan pasien gagal ginjal itu labu jipang, labu kuning,
kentang, wortel, dia juga gaboleh makan buah yang terlalu banyak
mengandung air dek sama makanan yang mengandung santan trus tahu
tempe setau ibuk juga ga dianjurkan dek” (Informan 13)
untuk pasien hipertensi harus dengan sedikit garam, sedangkan makanan untuk pasien
gagal ginjal harus berbeda dengan pasien lainnya yaitu tidak mengandung banyak
garam, santan, air dan untuk sayuran yang dapat dikonsumsi yaitu labu jipang, labu
kuning, kentang, wortel, serta jenis buah yang mengandung banyak air, tahu dan
pendistribusian makanan dari ruang pengolahan (dapur instalasi gizi) ke setiap ruang
rawat inap sesuai dengan jumlah, porsi, dan jenis makanan pasien serta penyajian
Binjai dilakukan secara sentralisasi, yaitu pembagian makanan dan disajikan dalam
alas makan di tempat pengolahan makanan atau dapur instalasi gizi. Proses
“eee sentralisasi pokoknya sistemnya dek di rumah sakit ini” (Informan 15)
Setelah Makanan pasien sampai di ruang rawat inap, maka perawat ruangan
adalah perawat ruangan tidak memberikan hidangan sampingan pasien seperti buah
ataupun telur rebus, akibatnya pihak instalasi gizi sering mendapat komplain dari
pihak pasien . Hal tersebut terjadi karena kurangnya koordinasi antara pihak instalasi
1. Perencanaan asuhan gizi sesuai dengan standar pelayanan. Dalam standar ini
instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai melakukan pengkajian tentang
asuhan gizi, asuhan gizi tercatat dalam rekam medik, asuhan gizi direvisi sesuai
pemeriksaan fisik dan klinis. Konseling gizi di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
3. Ketepatan diet yang disajikan. Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
4. Ketepatan penyajian makanan. Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
5. Ketepatan cita rasa makanan. Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
belum melakukan pengamatan tentang cita rasa (aroma, penampilan, rasa dan
6. Sisa makanan. Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai sudah melakukan
pasien dari satu atau lebih waktu makan tetapi hanya pada pasien dengan diet
tertentu saja.
BAB 5
PEMBAHASAN
Menurut Depkes RI (2006), tenaga merupakan aset berharga dan sumber daya
yang penting, karena menjadi kunci dalam keberhasilan kegiatan pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Sesuai dengan bidang kegiatannya, maka tenaga yang diperlukan
Tenaga gizi yang menduduki jabatan di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai berjumlah 22 orang dengan pendidikan Sarjana Muda Gizi (D.3)
orang tenaga pengolah, 6 orang tenaga distribusi serta 2 orang tenaga kebersihan
dengan pendidikan terakhir SMP dan SMA. Dilihat dari tingkat pendidikan, petugas
pengelola gizi tersebut belum memenuhi ketentuan pada tabel 2.1 (Kebutuhan tenaga
kerja) berdasarkan rumah sakit tipe B untuk kategori tenaga menurut pendidikan
karena sebagian besar tenaga yang terdapat di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai mempunyai latar belakang pendidikan terakhir yaitu SMP dan SMA.
wewenang di bidang gizi adalah pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan
berpendidikan dasar Akademi Gizi. Ketentuan ini mengacu pada tingkat beban kerja.
maupun mutunya yang sangat kurang untuk mengatasi masalah ini, banyak institusi
atau rumah sakit menggunakan tenaga ahli konsultan dan tenaga tidak ahli atau
harian.
Menurut Moehyi (1992), waktu kerja para pegawai harus diperhitungkan agar
dapat melakukan pekerjaan dengan efektif dan efisien. Jam kerja yang terlalu lama
akan membuat pekerja merasa kelelahan, jam kerja tidak melebihi kemampuan kerja
yaitu antara 6 sampai 7 jam perhari. Setiap pekerja terutama yang bekerja di ruang
pengolahan harus diberi cukup waktu istirahat karena temperatur agak tinggi dapat
pagi dan siang mempunyai tugas yang lebih berat dibandingkan tenaga distribusi
makanan yang mendapat shift sore. Hal ini disebabkan karena tenaga yang mendapat
shift pagi harus mendistibusikan makanan untuk pagi dan siang hari, sedangkan shift
Pada dasarnya, semua pengaturan shift dibidang gizi RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai belum sesuai, selain itu permasalahan akan muncul ketika ada
tenaga yang tidak bisa hadir sehingga harus digantikan dengan tenaga lainnya bahkan
tidak digantikan sehingga beban tugas tenaga hari tersebut akan bertambah berat.
Instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai menyediakan satu jam diantara jam
kerja untuk masing-masing pegawai. Biasanya istirahat untuk shift pagi pada pukul
13.00-14.00 WIB dan untuk shift sore pada pukul 18.00-19.00 WIB. Waktu satu jam
tersebut digunakan untuk beristirahat, sholat dan makan, Hal ini penting agar
Selain itu, pembinaan tenaga dapat dilakukan dengan cara melakukan evaluasi
maupun mengadakan pendidikan dan pelatihan (diklat), baik formal maupun non-
keterampilan pegawai sehingga diharapkan terjadi perubahan sikap dan perilaku yang
26 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Tenaga Gizi bahwa
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai juga pernah mengirim ahli gizi untuk
mengikuti pelatihan di Dinas Kesehatan Kota Binjai yaitu terakhir pada tahun 2015.
Akan tetapi, untuk petugas lainnya seperti petugas pengolah dan distribusi makanan
belum pernah mendapatkan pelatihan, hal ini harus ditindaklanjuti agar pegawai yang
Bangunan dapur di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai tergolong kuat dan
mengalami kebocoran tetapi tidak dilengkapi dengan cerobong asap serta penerangan
baik yaitu mudah dicapai dari semua ruang perawatan, kebisingan dan keributan di
ruang pengolahan tidak mengganggu ruangan lain, mudah dicapai kendaraan dari
luar, tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah, kamar jenazah, ruang cuci dan
lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan, mendapat udara dan sinar yang
cukup.
Binjai sebagian sudah sesuai dengan standar tersebut. Hal ini terlihat dari letaknya
tidak berdekatan dengan tempat pembuangan sampah, kamar jenazah, ruang cuci dan
lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan, mudah dicapai kendaraan dari
luar.
yaitu dapur yang digunakan sebagai tempat penyajian makanan. Dapur kemudian
dibagi menjadi beberapa tempat yaitu tempat penyimpanan bahan makanan, tempat
pencucian alat makan, tempat penyajian makanan dan tempat pengolahan makanan.
terpisah dengan ruang pencucian bahan makanan dan peralatan masak. Di Instalasi
Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai pencucian alat masak, alat makan dan bahan
makanan dilakukan di tempat yang sama, yaitu di 2 washtafel dan 1 bak air besar. Hal
ini kurang sesuai dengan Kemenkes RI (2013), karena semua alat dicuci di tempat
yang sama.
Tempat pencucian alat di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
berdekatan dengan rak penyimpanan alat. Tempat pencucian alat di Instalasi Gizi
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dilengkapi dengan air mengalir dalam jumlah
yang bersih, dilengkapi air mengalir dalam jumlah cukup serta disediakan sabun dan
lap pengering yang bersih. Setelah dicuci, semua peralatan makan pasien dilap
bahan makanan. Letak ruangan ini sebaiknya mudah dicapai kendaraan, dekat dengan
makanan ini digunakan untuk menerima dan mengecek kualitas serta kuantitas bahan
makanan. Luas ruangan tergantung dari jumlah bahan makanan yang akan diterima
Di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai tidak terdapat ruang
khusus penerimaan bahan makanan. Hal ini dikarenakan penerimaan bahan makanan
tidak menjadi salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan makanan di RSUD Dr.
R.M. Djoelham Binjai melainkan pembelian bahan makanan untuk pasien dilakukan
sendiri oleh ahli gizi ke pasar, oleh karena itu pihak instalasi Gizi RSUD Dr. R.M.
bahan makanan.
untuk tempat ganti pakaian pegawai, istirahat dan kamar mandi belum sepenuhnya
tersedia karena ruangan ini dirasa tidak terlalu dibutuhkan oleh pegawai karena
Adapun peralatan yang dimiliki Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham
bahan makanan, lemari es, freezer, meja kerja, mixer, belender, timbangan meja,
talenan, bangku kerja, bak cuci, kompor, oven, penggorengan, mixer, toaster, meja
kerja, rak alat, bangku, meja pembagi, tempat sampah, pencuci botol.
Untuk peralatan dan perlengkapan, Instalasi Gizi Instalasi Gizi RSUD Dr.
mencukupi. Sedangkan untuk ruang kantor (administrasi dapur) terdapat meja, kursi,
filling cabinet, lemari buku, alat peraga, alat tulis menulis, komputer, printer, lemari
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa sumber biaya
operasional yang diperoleh adalah berasal dari dana APBD (Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah) yang kemudian dialokasikan ke RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai.
Dalam Menyusun biaya makan pasien, tidak dibentuk suatu tim khusus, tetapi tetap
melibatkan jajarannya. Setelah anggaran disetujui oleh Pemerintah Kota Binjai, maka
belanja makanan di instalasi gizi, kemudian pihak ini membuat perencanaan yang
sesuai dengan harga pasar dan jumlah pasien, lalu dilaporkan kepada bagian
dikoreksi. Biaya makan minum untuk pasien harus dibedakan menurut setiap kelas
perawatan. Hal tersebut berbeda dengan RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai yang biaya
makan-minum pasien sama rata untuk setiap ruangan baik VIP, Kelas I, Kelas II
penyusunan perencanaan tersebut dilakukan oleh kepala instalasi gizi rumah sakit
yang digunakan dalam pengolahan makanan. Kepala instalasi gizi harus mempunyai
pihak RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dengan pihak ketiga. Perencanaan anggaran
dilakukan setiap tahun yang dianggarkan oleh direktur Rumah Sakit dan disusun
biaya untuk pengadaan bahan makanan dalam bentuk rencana anggaran bahan
makanan (RAB).
R.M. Djoelham Binjai dibuat oleh kepala instalasi gizi, kemudian kepala instalasi gizi
Kepala Bidang Anggaran Rumah Sakit lalu diajukan ke Direktur untuk persetujuan.
tahun.
Djoelham Binjai sudah sesuai dengan kebutuhan bahan makanan yang dibutuhkan
selama periode tahun tertentu yaiitu periode 1 tahun. Perencanaan tersebut digunakan
untuk mengetahui perkiraan anggaran bahan makanan pasien selama periode 1 tahun
Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai, kepala instalasi gizi bekerjasama
dengan 7 orang ahli gizi rumah sakit sehingga dapat mencapai tujuan diadakannya
pedoman dalam menjalankan tugas sehari-hari, (2) untuk mengatur variasi dan
jenis makanan atau hidangan yang diulang-ulang, (3) menyusun menu sesuai dengan
anggaran yang tersedia, (4) dapat menghemat waktu dan tenaga, (5) menu yang
terencana dengan baik akan menjadi suatu alat penyuluhan gizi yang baik.
institusi adalah tersedianya menu yang baik secara kualitas maupun kuantitas, untuk
itu menu perlu direncanakan secara baik dan teratur. Siklus menu yang digunakan
RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai adalah siklus menu 10 hari dan diperbaharui setiap
6 bulan sekali. Menu untuk makanan institusi dibuat berdasarkan ―Rotasi menu‖
dalam jarak 10 hari yang bertujuan untuk meminimalkan rasa bosan mengkonsumsi
makanan yang sejenis secara berulang. Dalam pembuatan perencanaan menu terdapat
standar porsi, standar resep dan standar bumbu. Yang menjadi pertimbangan dalam
perencanaan menu adalah kebutuhan gizi pasien yang disesuaikan dengan dietnya,
biaya dan kebiasaan makan pasien dalam hal kesukaan makan pasien terhadap menu
makanan.
penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/pasien dan
kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang. Hal yang dipertimbangkan
dalam perencanaan menu ada dua faktor yaitu faktor konsumen. meliputi
Dalam hal perencanaan menu, RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dinilai sudah
cukup baik, karena sudah terdapatnya siklus menu, standar porsi, standar resep serta
kebutuhan gizi pasien yaitu dengan cara memberikan makanan yang bervariasi dan
memenuhi prinsip gizi seimbang yang terdiri dari makanan pokok, lauk, pauk, sayur
dan buah. Dalam perhitungan Angka Kecukupan Gizi (AKG) pasien dilakukan secara
khusus agar dalam pemberian makanan dapat sesuai dengan kebutuhan pasien
tersebut serta membantu proses penyembuhan dan pemulihan pasien. Susunan menu
yang dibuat juga memperhatikan peralatan untuk mengolah, biaya yang tersedia,
kesukaan makan pasien terhadap menu makanan dan variasi warna sehingga menu
yang disajikan lebih menarik. Dengan dasar menu baku tersebut direncanakanlah
yaitu jumlah orang yang dirawat dari hari ke hari serta jenis makanan yang diperlukan
seperti makanan biasa, makanan saring, makanan lunak, makanan pantang/ diet dan
sebagainya.
penyelenggaraan makanan institusi adalah tersedianya menu yang baik secara kualitas
maupun kuantitas. Susunan dalam perencanaan menu di RSUD Dr. R.M. Djoelham
Binjai sudah baik karena memenuhi prinsip gizi seimbang yaitu mengandung zat gizi
yang diperlukan oleh tubuh seperti makanan pokok sebagai sumber karbohidrat, lauk
pauk sebagai sumber protein hewani dan nabati, sayur mayur dan buah-buahan
sebagai sumber vitamin dan mineral. Namun, masih ditemukannya kasus kesalahan
pemberian diet pasien seperti yang terjadi pada tahun 2016 yakni pasien Diabetes
Mellitus (DM) yang awalnya tidak Gastroentritis (GE) menjadi GE akibat pihak
instalasi gizi RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai memberikan bumbu tambahan berupa
cabai agar makanan yang dihasilkan lebih berasa, pasien lain yang juga pernah
mengalami kasus tersebut adalah salah satu pasien Gastritis yang diberi Diet
Makanan Biasa (MB) oleh pihak instalasi gizi, hal ini dinilai tidak sesuai mengingat
pasien Gastritis seharusnya diberi diet M2 yaitu bubur untuk mempercepat masa
pemulihan pasien. Setelah dilakukan analisis oleh kepala instalasi gizi, kasus-kasus di
atas terjadi akibat kurangnya koordinasi antara perawat ruangan dengan pihak
instalasi gizi sehingga diharapkan koordinasi antara petugas dapat diperbaiki agar
kedepannya tidak terjadi hal-hal yang dapat memperpanjang lama rawatan pasien.
kebutuhan bahan makanan. Tujuan dari perhitungan kebutuhan bahan makanan ini
adalah untuk menetapkan kebutuhan bahan makanan sesuai dengan menu yang telah
direncanakan serta jumlah pasien yang dilayani (Kemenkes RI, 2013). Perhitungan
kebutuhan bahan makanan di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dilakukan setiap 6
bulan sekali sesuai dengan kurun waktu perjanjian dengan rekanan, serta disesuaikan
dengan dana yang tersedia, menu dan jumlah pasien yang ada.
Binjai dilakukan oleh kepala instalasi gizi dan staf ahli gizi lainnya yang tergabung
dalam satu tim yang sama dengan perencanaan menu, hal ini telah sesuai dengan
ketentuan yang ada pada Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (Kemenkes RI,
makanan, jumlah dan jenis konsumen, standar porsi dan resep serta dilakukan setiap
kurun waktu yang telah ditentukan sesuai dengan kurun waktu perjanjian jual beli
antara rumah sakit dengan rekanan setiap 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan ataupun setahun
sekali.
melaksanakan atau memenuhi semua persyaratan tersebut. Begitu juga halnya dengan
prosedur perhitungan kebutuhan bahan makanan di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
sesuai dengan prosedur yang ada pada Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
(PGRS). Untuk menghitung kebutuhan bahan makanan di RSUD Dr. R.M. Djoelham
Binjai terlebih dahulu diketahui jumlah pasien yang ada atau dirawat dikalikan
bagian yang tidak dapat dimakan (misalnya : ayam; tulangnya) dikalikan dengan
jumlah hari dalam kurun waktu perjanjian pengadaan makanan dengan pemasok yaitu
enam bulan. Hasil dari perhitungan kebutuhan bahan makanan inilah yang digunakan
makanan. Perhitungan kebutuhan bahan makanan ini juga dilakukan oleh tim sama
makanan dalam aspek perencanaan di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan
Menurut Kemenkes RI, 2013 prinsip dalam penerimaan bahan makanan yang
diterima haru sesuai dengan yang dipesan, mutu yang diterima harus seuai dengan
spesifikasi yang disepakati dalam perjanjian dan harga bahan makanan yang
tercantum dalam faktur pembelian harus sama dengan harga bahan makanan yang
tercantum dalam perjanjian jual beli. Langkah penerimaan bahan makanan adalah
makanan diperiksa sesuai dengan daftar pesanan dan spesifikasi bahan makanan,
makanan yang tidak langsung dipergunakan saat itu dilakukan penyimpanan di ruang
pendingin (freezer/chiller).
sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
(PGRS) karena tidak terdapatnya petugas penerima bahan makanan dan pihak ketiga
hanya mengantarkan uang belanja ke pasar, sehingga bahan makanan dibeli secara
langsung ke pasar setiap hari oleh tenaga gizi. Dalam pembelian bahan makanan,
instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai tidak memiliki langganan tetap untuk
setiap golongan bahan makanan, seperti golongan sayur-sayuran dan golongan lauk
pauk, bumbu-bumbu masakan, minyak goreng, terigu dan sebagainya. Jadi, apapun
kualitas bahan makanan yang tersedia di pasar tersebut akan diterima oleh tenaga.
Sebaiknya pada pembelian bahan makanan akan mudah dilakukan jika terdapat
pengalaman dari tenaga yang bertugas pada pembelian dan tidak adanya spesifikasi
bahan makanan pada saat membeli. Akibatnya, kualitas bahan makanan yang dibeli
tidak tetap. Misalnya kualitas sayuran, terkadang sayuran yang dibeli terlalu tua dan
terkadang masih adanya tomat yang busuk. Hal ini dapat mempengaruhi berat bersih
bahan makanan yang biasa digunakan berkurang dari seharusnya dan berpotens
mengurangi cita rasa makanan. Petugas pembelian bahan makanan harus memiliki
Proses pembelian bahan makanan juga tidak didahului dengan survei pasar,
sehingga harga yang ditawarkan penjual itu yang dibayar tanpa memantau harga
bahan makanan yang termurah dan termahal serta harga tiap-tiap spesifikasi bahan
makanan. Oleh karena itu, survei pasar perlu dilakukan untuk mengetahui harga
bahan yang sesuai dengan spesifikasi yang ada di pasaran sebagai dasar perencanaan
anggaran.
Memurut Kemenkes RI, 2013 sesuai dengan jenis bahan makanan gudang
bahan makanan dibedakan menjadi dua yaitu gudang bahan makanan kering syarat
yang diterima terlebih dahulu (FIFO = First In First Out) untuk mengetahui bahan
makanan yang diterima diberi tanda tanggal penerimaan, pemasukan dan pengeluaran
termasuk kartu stok bahan makanan harus segera diisi dan gudang bahan makanan
segar.
Penyimpanan bahan makanan merupakan salah satu prinsip dari tujuh prinsip
(higiene dan sanitasi makanan), penyimpanan bahan makanan yang tidak baik dan
tidak terpisah antara jenis bahan makanan kering dan segar, terutama dalam jumlah
yang banyak (untuk catering dan jasa boga) dapat menyebabkan kerusakan bahan
Dalam hal penyimpanan bahan makanan, instalasi gizi RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai dinilai tidak sesuai dengan Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
sehingga tidak adanya penggunaan sistem FIFO dan penulisan tanggal kedatangan
barang, sedangkan untuk makanan basah sebagian disimpan di dalam freezer tanpa
diperiksa 2x sehari, yaitu pada saat dibuka dan ditutup sehingga keamanan bahan
Menurut Kemenkes RI (2013) dan Moehyi (1992) bahan makanan yang akan
melakukan berbagai hal lain yang diperlukan sebelum bahan makanan dimasak.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai, proses persiapan bahan makanan yang dilakukan masih belum
sesuai yaitu bahan makanan dipotong terlebih dahulu baru dicuci. Cara ini dapat
kandungan zat gizi yang hilang dimasak, menyiangi, dan mencuci bahan makanan
Selain itu, dalam persiapan bahan makanan belum ada pembukuan standar
potong dan bentuk yang seharusnya dibukukan dan diinformasikan pada tenaga gizi.
Akibatnya akan menimbulkan rasa yang tidak sama pada proses pemasakan apabila
orang yang memasak berbeda serta mengurangi kekhasan cita rasa RSUD Dr. R.M.
Djoelham Binjai. Apabila tidak ada standar potong maka akan menimbulkan porsi
mengubah (memasak) bahan makanan yang siap dimakan, berkualitas dan aman
dalam proses penyelenggaraan makanan karena cita rasa makanan yang dihasilkan
akan ditentukan oleh proses pemasakan. Semakin banyak jumlah porsi makanan yang
harus dimasak, semakin sukar untuk mempertahankan cita rasa makanan seperti yang
diinginkan. Dalam kegiatan ini sangat penting artinya standar resep, standar bumbu,
Binjai meliputi menu diet dan non-diet dilakukan secara bersamaan. Menu diet
diambil lebih dahulu kemudian menu non-diet dilakukan pengolahan lebih lanjut.
Akan tetapi, tidak ada standar waktu dan teknik pengolahan untuk setiap jenis
makanan, hanya berdasarkan pengalaman juru masak saja. Hal ini beresiko
makanan tidak matang secara merata dan akan mengurangi cita rasa dan penampilan
makanan. Selain itu, pemasakan yang terlalu lama dapat menghilangkan beberapa zat
makanan menjadi hambar atau terlalu asin. Pencampuran bahan-bahan makanan juga
terjadi bahan makanan yang cepat matang dan bahan yang lebih lama matang
merata, hal ini dapat megurangi cita rasa makanan. Menurut Kemenkes RI (2013),
cita rasa yang dimaksud disini adalah kualitas hidangan dilihat dari aspek penampilan
dan rasa.
Hal yang juga menjadi perhatian adalah sebagian tenaga gizi di RSUD Dr.
R.M. Djoelham Binjai masih menjamah makanan dengan tangan atau secara langsung
tanpa menggunakan alat untuk mengambil makanan yang akan disajikan kepada
pasien, karena dalam Prinsip-Prinsip Higiene Sanitasi Makanan Ditjen PPM dan PLP
Depkes RI (2000) dinyatakan bahwa agar terhindar dan pencemaran, selama proses
pengolahan terdapat beberapa persyaratan, antara lain meliputi (a) semua kegiatan
pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung
dari tubuh, (b) setiap petugas yang bekerja disediakan pakaian kerja minimal celemek
(apron) dan penutup rambut (hair cover), khusus untuk penjamah makanan
disediakan sarung tangan plastik yang sekali pakai (dispossable), penutup hidung dan
mulut (mounth and nose masker), (c) perlindungan kontak langsung dengan makanan
jadi menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu dan
sejenisnya.
penyajian oleh petugas penyaji yang berjumlah 6 orang yang dibagi menjadi 2 shift
kerja. Adapun salah satu tugas dan petugas panyalur makanan adalah mengecek diet
peralatan makan di atas rak-rak penyajian. Setelah itu makanan diletakkan pada
Pada tahap pemorsian, makanan yang akan disajikan kepada pasien tidak
ditimbang terlebih dahulu, tetapi hanya dilakukan estimasi oleh petugas penyaluran.
Penyajian makanan disesuaikan dengan kelas perawatan, umur pasien dan diet pasien.
Untuk kelas I, Utama dan VIP untuk nasi, bubur nasi, nasi tim di tempatkan di piring
besar, lauk pauk dan buah di piring kecil, sedangkan sayur ditempatkan di mangkok
juga disertai dengan sendok dan garpu. Setelah itu makanan dibungkus plastik
wrapping dan diletakkan diatas nampan yang terbuat dari kayu berwarna cokelat.
Jenis makanan untuk kelas II dan III sama seperti kelas I, Utama dan VIP,
hanya tempat penyajian yang berbeda yaitu untuk penempatan nasi, bubur nasi, nasi
tim, lauk pauk, sayur dan buah. Sedangkan untuk pasien anak untuk nasi, bubur nasi,
nasi tim, lauk pauk dan buah diletakan dalam satu plato yang juga disertai dengan alat
karena plato kurang, maka sebagian lagi penempatan nasi, bubur nasi, nasi tim di
tempatkan di piring besar, lauk pauk dan buah di piring kecil, dan sayur di tempatkan
di mangkok yang di letakan dalam nampan plastik yang diberi alas berupa taplak
putih juga disertai dengan alat makan berupa sendok. Setelah makanan disajikan dan
atas trolley. Pendistribusian makanan kepada pasien dilakukan sesuai dengan jadwal
makan pasien (pagi, siang dan sore). Berdasarkan sistem pendistribusian makanan
menurut Kemenkes RI (2013), bahwa Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
disajikan dalam alat makan di tempat pengolahan makanan, akan tetapi makanan
yang diterima pasien tidak langsung didistribusikan ke ruang perawatan oleh tenaga
distribusi melainkan oleh perawat ruangan, hal ini menyebabkan munculnya kendala
seperti perawat ruangan terkadang menyisihkan makanan pasien untuk dibawa pulang
ke rumah misalnya telur rebus tambahan yang seharusnya diberikan untuk pasien
dengan diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) tidak diberikan, selain itu buah
yang disediakan instalasi gizi untuk makanan selingan pasien beberapa diantaranya
dibawa pulang oleh perawat ruangan sehingga pihak instalasi gizi sering mendapat
Adapun salah satu keuntungan dan kelemahan dari cara distribusi sentralisasi
dengan sedikit kemungkinan kesalahan pemberian makanan dan adapun salah satu
kelemahan dari cara distribusi sentralisasi adanya tambahan biaya untuk peralatan,
Pelayanan gizi yang dilakukan di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai belum
ketepatan diet, ketepatan penyajian makanan, cita rasa makanan serta evaluasi sisa
makanan pasien.
Sejalan dengan hasil penelitian Dewi (2013) di RSUD Tugu Semarang bahwa
makanan kurang memuaskan, alat makan lengkap dan bersih namun belum
mendapatkan penjelasan tentang diet yang diberikan. Sama halnya dengan observasi
yang dilakukan di RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai menunjukkan bahwa sisa nasi,
lauk nabati dan sayur pasien masih cukup banyak serta penjelasan terhadap diet yang
akan diberikan kepada pasien tidak dilakukan. Oleh sebab itu, disimpulkan bahwa
Apabila makanan yang akan disajikan telah direncanakan dengan seksama dan
makanan rumah sakit telah tercapai. Kuantitas makanan yang dikonsumsi pasien
adalah indikator yang baik terkait status gizi dan kepuasan dari pelayanan makanan
(Kyungjo, 2010).
sakit, telah diperkenalkan Proses Asuhan Gizi Terstandar atau Nutrition Care Process
(NCP) adalah suatu model baru dari asuhan gizi (ADA, 2008). NCP mulai
terdiri dari 4 langkah sistematis, dimana terdapat tahapan diagnosis gizi yang
membedakan NCP dengan asuhan gizi sebelumnya. Dengan diagnosis gizi, asuhan
gizi menjadi seragam, sehingga asuhan gizi model baru ini mampu meningkatkan
kualitas pelayanan. Upaya pemenuhan kebutuhan gizi untuk pasien rawat inap
pasien. Agar pemenuhan zat gizi dapat optimal maka diperlukan keterlibatan dan
kerjasama antar berbagai profesi kesehatan sebagai pendukung tim asuhan gizi.
Selain itu, pelayanan gizi merupakan suatu proses yang kompleks mulai dari
rencana asuhan gizi dan proses asuhan gizi terstandar atau NCP dimana proses
akhirnya kedua aspek tersebut akan bermuara pada pengukuran kepuasan konsumen
dalam pelayanan gizi. Semua itu merupakan sebuah kesatuan yang saling
Pelayanan gizi yang berbasis NCP tidak akan bisa berjalan optimal apabila
tidak didukung oleh proses penyelenggaraan makanan yang baik. Oleh karena itu
perlu dilakukan pengkajian mengenai langkah apa saja yang harus dilakukan untuk
NCP bagi pasien sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas pelayanan gizi di
rumah sakit.
BAB 6
6.1 Kesimpulan
penyelenggaraan makanan di Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai dapat
disimpulkan bahwa :
6.1.1 Input
1. Jumlah tenaga yang ada di instalasi gizi belum mencukupi. Pada tahun 2015,
sakit ini masih belum mencukupi, karena banyak alat-alat yang tidak ada.
APBD.
6.1.2 Proses
makanan, telah diatur oleh Kepala Instalasi Gizi sehingga setiap kegiatan
mengacu kepada konsep atau acuan umum yang berlaku di rumah sakit.
tidak dilakukan oleh pihak instalasi gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai.
proses persiapan bahan makanan, cara kerja yang efektif dan kesesuaian
sesuai dengan jadwal penyajian makanan, jenis diet pasien, namun kurangnya
kelengkapan petugas saat penyajian (sarung tangan, sepatu boot dan penutup
kepala) menjadi faktor yang perlu diperbaiki dalam proses penyajian makanan
6.1.3 Output
1. Masih adanya kesalahan dalam pemberian diet pasien dan masih banyaknya
6.2 Saran
6.2.1 Input
pelatihan tentang gizi yang diberikan oleh Dinas Kesehatan sehingga kegiatan
6.2.2. Proses
1. Diharapkan petugas Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai, mulai
2. Diharapkan data dan catatan pada bon permintaan diet dari ruangan ke
instalasi gizi supaya diisi dan dicatat secara lengkap serta ditandatangani oleh
dokter ruangan dan kepala ruangan agar tidak terjadi kesalahan dalam
6.2.3. Output
1. Diharapkan Kepala Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai mampu
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Chou, C. 2009. Audits and More : A Nutrition and Food Service Audit Manual.
British Columbia: Ministry of Health Services
Depkes RI. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Ditjen PPM dan PLP Depkes RI, 2000. Prinsip-Prinsip Higiene Sanitasi Makanan.
Jakarta
Ferry A, Umar MD, Nunung F. 2007. Tanggung Jawab Rumah Sakit terhadap
Pemberian Diet Pasien Rawat Inap Menurut UU Nomor 8 Tahun 1999
(Suatu penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh. Medan: Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 65
Lipoeto N, Megasari N, Putra AE. 2006. Malnutrisi dan Asupan Kalori pada Pasien
Inap di Rumah Sakit. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol 56 No. 11.
Marotz. 2005. Health, Safety, And Nutrition, Sixth Edition. US: Thomson Delmar
Learning Inc.
________. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No. 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta: Biro Hukum Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Persagi dan AsDI. 2011. Pengembangan Konsep Nutrition Care Process (NCP).
Jakarta: Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Prakoso, M.I. 1998. Manajemen Instalasi Gizi di Rumah Sakit, Instalasi Gizi
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta.
Pucket, RP. 2004. Food Service Manual For Health Institutions. Chicago: America
Chicago Press
Robbins, S dan M. Coulter. 2007. Management. 8th Edition. NJ: Prentice Hall
Sianturi, V. 2011. Analisis Diet pada Pasien Pascabedah Sectio Caesarea di RSUD
Sidikalang. Skripsi. Medan: Program Sarjana Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1
PERNYATAAN
Nama :
Umur :
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya
(………………….)
Tanggal wawancara :
I. KARAKTERISTIK INFORMAN
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pendidikan :
Jabatan :
Lama Kerja :
II. INPUT (ditanyakan kepada Kepala Instalasi Gizi)
1. Tenaga
a) Bagaimana tenaga di Instalasi gizi?Apakah sudah mencukupi
sesuai dengan beban kerja yang ada?
- Berapa jumlah tenaga TRD?
- Berapa jumlah tenaga RD?
b) Bagaimana latar belakang pendidikan tenaga yang ada di instalasi?
Apakah sudah sesuai dengan ketentuan?
Jika tidak sesuai, mengapa hal tersebut bisa terjadi?
c) Apakah pernah dilakukan pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuan tenaga di instalasi gizi?
- Jika sudah, kepan terakhir dilakukan?
- Jika belum, kenapa?
Oven
Penggorengan
Mixer
Belender
Lemari es
Meja pemanas
Pemanggang sate
Toaster
Meja kerja
Bak cuci
Kereta dorong
Rak alat
Bangku
Meja pembagi
E. Ruang pencuci dan
penyimpanan alat
Bak cuci
Rak alat
Tempat sampah
Lemari
F. Dapur susu
Meja kerja
Meja pembagi
Sterilisator
Tempat sampah
Pencuci botol
Mixer
Belender
Lemari es
Tungku
Meja pemanas
G. Ruangan pegawai
Kamar mandi
Locker
Meja
Kursi
Tempat sampah
Tempat sholat
Tempat tidur
H. Ruang perkantoran
Meja
Kursi
Filling cabinet
Lemari buku
Lemari es
Alat peraga
Alat tulis menulis
Komputer
Printer
Lemari kaca
Mesin ketik
AC
Proses A. A. Perencanaan bahan makanan
Ada peraturan pemberian makanan
RS
Ada standar kecukupan gizi pasien
Ada ketersediaan bahan makanan di
pasar
Ada dana/anggaran
Ada karakteristik bahan makanan
Ada food habit dan preferences
Ada fasilitas fisik dan peralatan
Ada macam dan jumlah tenaga
B. Penerimaan bahan makanan
Tersedia rincian pesanan bahan
makanan berupa macam dan jumlah
yang akan diterima
Tersedia spesifikasi bahan makanan
yang telah ditetapkan
C. Penyimpanan bahan makanan
Adanya ruang penyimpanan bahan
makanan kering dan makanan segar
Tersedianya fasilitas ruang
penyimpanan bahan makanan sesuai
peraturan
Tersedia kartu stok bahan
makanan/buku catatan keluar
masuknya bahan makanan
D. Pengolahan bahan makanan
Tersedianya menu, pedoman menu
spesifikasi bahan makanan, tidak adanya ruang penyimpanan bahan makanan kering
dan makanan basah, tidak tersedianya aturan dalam menilai hasil pemasakan dan
prosedur tetap pemasakan, hal tersebut berdampak buruk pada kualitas makanan yang
Gambar 1. Kondisi Fisik Ruang Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai
Gambar 2. Kondisi Fisik Ruang Instalasi Gizi RSUD Dr. R.M. Djoelham Binjai