SMART CITY DI INDONESIA
A. PENDAHULUAN
A.1 Latar Belakang
Smart Governance adalah suatu langkah yang antisipatif, objektif, inovasi dan kompetitif dalam
usaha meningkatkan partisipasi masyarakat dan memberikan pelayanan publik. Smart governance
dalam hal ini lebih ditekankan kepada salah satu aktor pembangunan yang disebut pemerintah. Peran
pemerintah yang sentral sebagai kordinator dalam menentukan arah perkembangan kota perlu
diberikan perhatian khusus. Oleh karena itu, dalam tulisan ini akan lebih fokus mendalami peran
pemerintah dalam mewujudkan salah satu komponenen smart city yaitu smart governance.
Memberikan pelayanan publik dan meningkatkan pertisipasi masyarakat dalam pembangunan
merupakan salah satu tugas pokok pemerintah. Dalam konteks smart city khususnya smart
governance, kedua tugas tersebut tidak cukup hanya dilakukan dengan cara konvensional, tetapi
dibutuhkan suatu terobosan baru sehingga pemerintah dapat menjalankan perannya dengan lebih
baik, mudah dan tepat sasaran.
Empat kriteria yang perlu dipenuhi untuk terwujudnya smart governance adalah antisipatif,
objektif, inovatif dan kompetitif. Antisipatif dimaksudkan bahwa pemerintah harus memperkirakan
dan merencanakan strategi dan kebijakan yang akan diambil dimasa depan sehingga pemerintah
memiliki kesiapan yang lebih baik dalam memenuhi pelayanan publik dan meningkatkan partisipasi
warganya. Objektif, pemerintah yang diamanatkan sebagai pelayan masyarakat harus bersikap
objektif yang artinya tidak membedakan antar setiap individu atau kelompok di masyarakat, tidak
terjadi eksklusifisme dalam pendistribusian pelayanan publik dan pelibatan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan. Selanjutnya adalah kriteria inovasi, pemerintah harus berfikiran jauh ke depan
dan menciptakan strategi dan langkah‐langkah baru untuk meningkatkan fungsi pelayanan publik dan
tingkat partisipasi masyarakat. Kriteria terakhir adalah kompetitif, dalam melaksanakan fungsinya
melayani masyarakat dan menentukan arah perkembangan kota, pemerintah harus memiliki kriteria
kompetitif yang artinya berdaya saing dan akuntabilitas. Pelayanan publik yang diberikan harus dapat
dipertanggung jawabkan dalam segi kuantitas,kualitas dan ketepatannya.
Langkah‐langkah yang dibutuhkan untuk mencapai keempat kriteria di atas diantaranya dengan
menjabarkan dari masing‐masing kriteria menjadi indikator‐indikator yang dapat mengukur tingkat
kecerdasan tata kelola suatu kota. Indikator‐indikator tersebut yang kemudian diturunkan lagi
menjadi syarat‐syarat untuk merumuskan langkah kongkret pencapaian smart governance. Akan
tetapi dalam tulisan ini hanya dibatasi hingga perumusan indikator‐indikator pengukur tingkat
kecerdasan tata kelola pemerintahan saja.
A.2 Permasalahan
Berdasarkan kajian literatur teori dan preseden‐preseden, maka permasalahan yang dapat ditemukan
dalam rangka perwujudan smart city dan smart governance pada khususnya antara lain adalah
kesungguhan aktor‐aktor pembangunan khususnya pemerintah, komitmen pemerintah untuk
mewujudkan smart governance perlu ditingkatkan sehingga timbulnya permasalahan ke depan tidak
menjadikan halangan yang berarti. Permasalahan yang timbul kemudian adalah dari segi pembiayaan,
proyek pelaksanaan smart city berimplikasi terhadap membengkaknya pengeluaran kota, maka
cenderung hanya kota‐kota dengan tingkat pendapatan tinggi yang bisa dengan cepat mewujudkan
kota cerdas. Kordinasi dan dukungan dari setiap stake holder pembangunan juga menimbulkan
masalah, pemahaman akan konsep smart city perlu disepakati sehingga tidak menimbulkan kesalahan
penafsiran antar stake holder. Terakhir adalah keterbatasan SDM dan teknologi yang dimiliki. Tidak
dapat dipungkiri bahwa smart city memerlukan penerapan teknologi baru dan canggih yang mana
transformasi teknologi dan informasi di Indonesia relatif masih lambat dan ketinggalan dibanding
negara‐negara maju di belahan dunia Barat.
A.3 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian laporan ini terdiri dari lima pokok pembahasan utama yaitu pendahuluan,
gambaran smart governance, karakter smart governance, indikator smart governance dan
kesimpulan.
A. Pendahuluan
Pada bagian ini berisi latar belakang yang menjelaskan isi laporan ini secara umum,
permasalahan yang dihadapi dan sistematika penyajian laporan.
B. Gambaran Smart Governance
Pada bagian ini dijelaskan konsep dan mimpi smart governance yang ideal menurut penulis.
Apa saja yang perlu dilakukan pemerintah untuk memberikan pelayanan publik yang optimal
serta meningkatkan partisipasi publik dalam pembangunan.
C. Karakter Smart Governance
Bagian ini menjelaskan secara detail karakter‐karakter smart governance yang diturunkan
dari mimpi‐mimpi ideal yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
D. Indikator Smart Governance
Bagian ini menjelaskan pendetailan dari karakter‐karakter smart governance berupa
indikator‐indikator penilaian, sehingga dapat dilakukan pengukuran tingkat kecerdasan tata
kelola pemerintahan sebuah kota
E. Kesimpulan
Bagian ini merupakan bagian penutup yang merangkup inti‐inti dari setiap bagian pada
tulisan ini.
B. GAMBARAN SMART GOVERNANCE
Smart Governance atau tata kelola pemerintahan yang cerdas adalah salah satu bagian dari
terwujudnya Smart City. Secara utuh smart city terdiri dari 6 komponen pembentuk yaitu smart
governance, smart environment, smart living, smart people, smart mobility dan smart people (Cohen,
B., 2013. What Exactly Is A Smart City?). Smart governance disini lebih ditekankan pada peningkatan
peran pemerintah sebagai pengayom dan pemberi pelayanan kepada masyarakat, disamping itu juga
terdapat peran masyarakat sebagai partisipan dan objek pembangunan. Pemerintahan yang cerdas
adalah pemerintah yang dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki dan meminimalisir kendala atau
masalah yang dihadapi. Kearifan loka juga mengindentifikasikan seberapa smart pemerintah dalam
pengelolaan pemerintahannya. Gambaran smart governance dapat dilihat dari syarat‐syarat untuk
mewujudkannya (faktor hilir), yang dimaksudkan agar kita mendapatkan gambaran yang jelas dan
spesifik sehingga dengan mudah dapat menyusun rencana implementasinya (operasional action).
Poin‐poin penting terkait gambaran smart governance antara lain :
Pemerintah yang cerdas, memaksimalkan sumber daya yang dimiliki untuk kesejahteraan
masyarakatnya (Kota Mandiri)
Kota merupakan transformasi bentuk dari sebuah desa. Kota berawal dari adanya konsentrasi
penduduk yang menciptakan berbagai aktivitas yang semakin hari semakin kompleks. Kota
mempunyai daya tarik yang sangat besar bagi setiap individu untuk mendatanginya dan ikut
menikmati fasilitas dan pelayanan yang disediakan. Bagaimana sebuah kota dapat memenuhi
kebutuhan pelayanan penduduknya yang seiring waktu semakin meningkat?. Untuk itu
dibutuhkan sebuah manajemen pengelolaan sumber daya yang baik, yang dalam hal ini
merupakan kewenangan pemerintah sebagai kordinator dan sumbu pembangunan kota.
Pemerintah yang cerdas adalah pemerintah dapat memaksimalkan potensi sumber daya yang
dimiliki dan meminimalisir kendala yang dihadapi. Sumber daya alam seperti pertambangan,
kehutanan dan pertanian sangat jarang dimiliki oleh sebuah kota. Potensi terbesar yang dimiliki
kota adalah potensi sumber daya manusia dan letak geografis yang relatif strategis. Pengelolaan
potensi tersebut akan lebih tinggi nilainya jika dikelola secara tepat. Menjalin hubungan yang
sinergis dengan kawasan hinterland sangat mendukung penyediaan kebutuhan kota. Secara
singkat, kota yang mandiri adalah kota yang dapat membiayai kebutuhannya dengan
mengandalkan potensi besar yang dimilikinya dan menjalin hubungan salaing melengkapi dengan
kawasan sekitarnya.
Dapat mengeluarkan pendapat, ide dan keinginan secara langsung
Pemerintah menyediakan sarana bagi masyarakat untuk memberikan ide, gagasan, saran, kritik
dan keinginannya secara langsung. Sistem online melalui smart phone dinilai sangat efektif.
Dalam waktu singkat, pemerintah memberi respon dan solusi yang tepat terkait pengaduan
yang disampaikan. Sehingga dirasakan tidak ada jarak antara pemerintah dan masyarakat,
dengan begitu akan menimbulkan rasa aman dan nyaman sebagai bagian dari sebuah kota
modern.
Memberikan jaminan pekerjaan bagi warganya
Pendidikan merupakan investasi yang dirasakan semakin hari semakin mahal harganya. Hal
tersebut kadang bertolak belakang dengan hasil yang diharapkan. Sekolah‐sekolah secara rutin
melahirkan lulusan‐lulusan baru dalam bidangnya masing‐masing. Ribuan sarjana lahir setiap
tahunnya, tetapi bagaimana dengan peluang pekerjaan yang disediakan?. Pemerintah yang
cerdas adalah pemerintah yang dapat menciptakan peluang pekerjaan yang lebih besar dari
pada pencari pekerjaan. Sekolah‐sekolah tidak hanya bertanggung jawab melahirkan lulusan
baru, tetapi juga membantu pemerintah dalam penyaluran pekerjaan. Jaminan pekerjaan yang
layak menjadi mimpi setiap orang tua. Sehingga pendidikan tetap menjadi investasi yang paling
berharga bagi orang tua peserta didik itu sendiri.
Pelayanan publik yang optimal (pendidikan, kesehatan, keselamatan dan rekreasi)
Kewajiban masyarakat adalah membayar pajak, sedangkan kewajiban pemerintah memberikan
pelayanan yang maksimal, diantaranya adalah pada sektor :
Pendidikan : pendidikan adalah hak asasi manusia. Pemerintah berkewajiban memberikan
jaminan pendidikan bagi penduduknya sebagaimana diatur di dalam UUD 1945. Oleh karena itu
pemerintah yang smart adalah pemerintah yang dapat menjamin hak pendidikan bagi setiap
individu dalam semua lapisan masyarakat. Pendidikan gratis dan berkualitas adalah salah satu
tolak ukur kebehasilan pemerintah. Fasilitas pendidikan harus dapat diakses oleh semua lapisan
masyarakat, tidak ada eksklusifisme dalam pendidikan.
Kesehatan : pelayanan kesehatan masih merupakan barang langka bagi sebagaian masyarakat.
Jika pemerintah dapat memberikan jaminan akses pelayanan kesehatan bagi setiap individu,
memberikan pelayanan terbaik tanpa melihat latar belakang individu, cepat tanggap, prosedur
tidak berbelit‐belit, tidak diskriminatif dan dapat mendistribusikan sarana kesehatan ke seluruh
sudut kota, maka dapat dikatakan sebagai smart governance.
Keselamatan : smart governance harus dapat memberikan jaminan keselamatan kerja, jaminan
keselamatan berkendara, jaminan keselamatan berusaha dan jaminan keselamatan bertempat
tinggal di kota tersebut.
Rekreasi : rekreasi sudah menjadi kebutuhan yang penting bagi warga kota. Tingkat persaingan
yang tinggi rentan meningkatkan stress warganya. Untuk itu kuantitas fasilitas rekreasi publik
sangat dibutuhkan. Meningkatkan jumlah dan kualitas RTH publik dapat menjadi salah satu solusi.
Menyediakan sistem transportasi yang handal dan murah
Penyediaan transportasi masal yang handal dan terjangkau merupakan mimpi dari semua lapisan
masyarakat. Dampak positif jika pemerintah dapat menyediakan transportasi yang handal adalah
mengurangi kepadatan lalu lintas
Mengurangi tingkat pencemaran udara
Mengurangi tingkat konsumsi bahan bakar minyak
Mengurangi biaya pemeliharaan jalan dan kelengkapannya
Efisiensi personil pengamanan jalan raya
Meningkatkan pemasukan kas daerah
Syarat yang harus dipenuhi :
Angkutan umum yang nyaman dengan kapasitas yang besar
Banyak alternatif jenis angkutan
Ongkos terjangkau
Jumlah angkutan lebih besar dari jumlah penumpang
Melayani keseluruhan sudut kota
Terintegrasi dengan moda transportasi lainnya
Smart Tax
Di Indonesia, pajak dan retribusi masih merupakan urat nadi pembangunan. Pajak merupakan
sumber utam pembiayaan pembangunan. Kemudahan membayar pajak sudah menjadi
keharusan pemerintah untuk memfasilitasinya. Banyaknya jenis pajak dan nominal kewajiban
yang harus dibayarkan selalu menimbulkan permasalahan, kemudian diperburuk dengan
berbelitnya prosedur yang harus ditempuh dan waktu penyelesaian yang relatif panjang. Kemana
arah pendistribusian hasil penerimaan pajak juga masih dipertanyakan.
Smart tax dapat menjadi solusi pemecahan masalah. Sistem dan prosedur pembayaran pajak
harus ditingkatkan, bebas waktu, bebas biaya dan transparan. Idealnya pembayaran pajak
dapat dilakukan dimana saja melalui sistem online. Dalam jangka waktu tertentu, setiap wajib
pajak menerima laporan kewajiban pajak yang harus dibayarkannya dan dapat dibayarkan
melalui smart phone yang terintegrasi dengan bank‐bank yang ditunjuk. Setelah melakukan
pembayaran, wajib pajak mendapatkan laporan hasil penerimaan pajak dan distribusi
pemanfaatannya sehingga meningkatkan kepercaan kepada pemerintah dan lembaga terkait
khususnya. Jika dengan membayar pajak, masyarakat dapat mengakses semua fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah, maka baru dapat dikatakan kota tersebut sebagai kota yang cerdas.
One way payment.
Gambar : Skema Pembayaran Pajak (Smart Tax)
Cildren‐friendly cities
Kota yang cerdas harus dapat menciptakan rasa aman bagi warganya, terutama anak‐anak.
Aktivitas dan mobilisasi anak‐anak dewasa ini semakit tinggi seiring dengan peningkatan
kecerdasan dan perkembangan teknologi informasi. Semakin besar kota maka kegiatannya pun
semakain kompleks, begitu juga dengan permasalahan yang dihadapi. Kriminalitas menjadi salah
satu dampak negatif perkembangan kota dan ironisnya sebagian besar korban kriminalitas adalah
anak‐anak. Pemerintah yang cerdas harus dapat memberikan perlindungan kepada anak‐anak
dan menghilangkan kekhawatiran orang tua akan keselamatan anak‐anaknya. Sumber daya
manusia (aparat pemerintah) dan teknologi dapat membantu terwujudnya cildren friendly cities.
C. KARAKTER SMART GOVERNANCE
Untuk menginterpretasikan konsep ideal smart governance, maka perlu dirumuskan karakter‐
karakter utama yang mendasarinya. Adapun karakter utama smart governance yang ideal menurut
saya, yaitu antisipatif, objektif, inovatif dan kompetitif. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1. Kriteria Smart Governance
SUB KRITERIA TATA KRITERIA
KELOLA Antisipatif Objektif Inovatif Kompetitif
Transparansi tata Kota dengan tingkat Akses informasi Keterbukaan ‐
kelola pemerintahan KKN terendah kinerja dan informasi rencana
rencana dan kerjasama
pembangunan bagi pembangunan
setiap
individu/lapisan
masyarakat
Pelayanan Publik Kesiapan Distribusi Keterbukaan Pelayanan
(Fasos Fasum) pemerintah dalam pelayanan publik informasi publik yang
penyediaam bagi setiap pelayanan publik dapat
pelayanan publik individu/lapisan dipertanggung
sesuai masyarakat jawabkan
perkembangan Kemampuan
masyarakat dan pemerintah
kota untuk
menyelesaikan
pengaduan
masyarakat
Partisipasi publik Kemampuan Keterbukaan bagi Kemudahan publik ‐
pemerintah sebagai setiap masyarakat dalam partisipasi
kordinator aktor‐ untuk pembangunan
aktor dalam berpartisipasi
pembangunan dalam
pembangunan
Sumber : Fansyori, 2015
D. INDIKATOR SMART GOVERNANCE
Indikator merupakan alat pengukur tingkat kecerdasan suatu kota dalam hal ini smart
governance. Indikator diturunkan dari kriteria utama yang disilangkan dengan tujuan pencapaian
smart city. Lebih jelas indikator smart governance dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Indikator Smart Governance
E. KESIMPULAN
Smart governance merupakan bagian dari 6 komponen pembentuk smart city. Smart governance
memegang peranan penting dalam perwujudan smart city. Smart governance terdiri dari empat
kriteria yaitu antisipatif, objektif, inovatif dan kompetitif. Keempat kriteria utama tersebut harus
dipenuhi sebagai syarat suatu kota disebut smart governance. Dari keempat kriteria tersebut
kemudian dirumuskan tiga tujuan utama smart governance antara lain, terwujudnya transparansi tata
kelola pemerintahan, peningkatan pelayanan publik yang optimal dan meningkatkan partisipasi publik
dalam pembangunan. Untuk mencapai tujuan smart governance, terlebih dahulu perlu dilakukan
pengukuran tingkat kecerdasan tata kelola suatu kota. Pengukuran dapat dilakukan menilai kota
berdasarkan indikator‐indikator pengukur yang merupakan turunan dari empat kriteria utama smart
governance. Indikator‐indikato tersebut kemudian akan melahirkan syarat‐syarat yang harus dipenuhi
sebagai fungsi pendukung (sektor hilir) dari smart governance.
Dalam kenyataannya, perwujudan smart governance yang ideal kadang menemui beberapa
permasalahan yang dapat menghambat implementasinya, diantaranya kesungguhan pemerintah
untuk mewujudkan tata kelola yang cerdas, keterbatasan sumber pembiayan pelaksanaan
pembangunan sarana prasarana pendukung, keterbatasan teknologi dan SDM pengelolanya serta
ketidak sepahaman terhadap konsep smart city yang sesungguhnya. Kendala‐kendala di atas dapat
diatasi dengan kajian dan perumusan strategi dan kebijakan yang tepat. Peran akademisi dan
profesional serta alih pengetahuan menjadi kunci terwujudnya suatu kota untuk mewujudkan tata
kelola pemerintahan ynag cerdas (smart governance).