Anda di halaman 1dari 10

KAJIAN KRITERIA DAN INDIKATOR PENILAIAN  

SMART CITY DI INDONESIA 
 
A. PENDAHULUAN 
A.1  Latar Belakang 

Smart Governance adalah suatu langkah yang antisipatif, objektif, inovasi dan kompetitif dalam 
usaha  meningkatkan  partisipasi  masyarakat  dan  memberikan  pelayanan  publik.  Smart  governance 
dalam hal ini lebih ditekankan kepada salah satu aktor pembangunan yang disebut pemerintah. Peran 
pemerintah  yang  sentral  sebagai  kordinator  dalam  menentukan  arah  perkembangan  kota  perlu 
diberikan  perhatian  khusus.  Oleh  karena  itu,  dalam  tulisan  ini  akan  lebih  fokus  mendalami  peran 
pemerintah  dalam  mewujudkan  salah  satu  komponenen  smart  city  yaitu  smart  governance. 
Memberikan  pelayanan  publik  dan  meningkatkan  pertisipasi  masyarakat  dalam  pembangunan 
merupakan  salah  satu  tugas  pokok  pemerintah.  Dalam  konteks  smart  city  khususnya  smart 
governance,  kedua  tugas  tersebut  tidak  cukup  hanya  dilakukan  dengan  cara  konvensional,  tetapi 
dibutuhkan  suatu  terobosan  baru  sehingga  pemerintah  dapat  menjalankan  perannya  dengan  lebih 
baik, mudah dan tepat sasaran.  

Empat  kriteria  yang  perlu  dipenuhi  untuk  terwujudnya  smart  governance  adalah  antisipatif, 
objektif, inovatif dan kompetitif. Antisipatif dimaksudkan bahwa pemerintah harus memperkirakan 
dan  merencanakan  strategi  dan  kebijakan  yang  akan  diambil  dimasa  depan  sehingga  pemerintah 
memiliki kesiapan  yang lebih baik dalam memenuhi pelayanan publik dan meningkatkan partisipasi 
warganya.  Objektif,  pemerintah  yang  diamanatkan  sebagai  pelayan  masyarakat  harus  bersikap 
objektif  yang  artinya  tidak  membedakan  antar  setiap  individu  atau  kelompok  di  masyarakat,  tidak 
terjadi  eksklusifisme  dalam  pendistribusian  pelayanan  publik  dan  pelibatan  partisipasi  masyarakat 
dalam pembangunan. Selanjutnya adalah kriteria inovasi, pemerintah harus berfikiran jauh ke depan 
dan menciptakan strategi dan langkah‐langkah baru untuk meningkatkan fungsi pelayanan publik dan 
tingkat  partisipasi  masyarakat.  Kriteria  terakhir  adalah  kompetitif,  dalam  melaksanakan  fungsinya 
melayani masyarakat dan menentukan arah perkembangan kota, pemerintah harus memiliki kriteria 
kompetitif yang artinya berdaya saing dan akuntabilitas. Pelayanan publik yang diberikan harus dapat 
dipertanggung jawabkan dalam segi kuantitas,kualitas dan ketepatannya. 

Langkah‐langkah yang dibutuhkan untuk mencapai keempat kriteria  di atas diantaranya dengan 
menjabarkan dari masing‐masing kriteria menjadi indikator‐indikator yang dapat mengukur tingkat 
kecerdasan  tata  kelola  suatu  kota.  Indikator‐indikator  tersebut  yang  kemudian  diturunkan  lagi 
menjadi  syarat‐syarat  untuk  merumuskan  langkah  kongkret  pencapaian  smart  governance.  Akan 
tetapi  dalam  tulisan  ini  hanya  dibatasi  hingga  perumusan  indikator‐indikator  pengukur  tingkat 
kecerdasan tata kelola pemerintahan saja.  

A.2  Permasalahan 

Berdasarkan kajian literatur teori dan preseden‐preseden, maka permasalahan yang dapat ditemukan 
dalam  rangka  perwujudan  smart  city  dan  smart  governance  pada  khususnya  antara  lain  adalah 
kesungguhan  aktor‐aktor  pembangunan  khususnya  pemerintah,  komitmen  pemerintah  untuk 
mewujudkan smart governance perlu ditingkatkan sehingga timbulnya permasalahan ke depan tidak 
menjadikan halangan yang berarti. Permasalahan yang timbul kemudian adalah dari segi pembiayaan, 
proyek  pelaksanaan    smart  city  berimplikasi  terhadap  membengkaknya  pengeluaran  kota,  maka 
cenderung hanya kota‐kota dengan tingkat pendapatan tinggi yang bisa dengan cepat mewujudkan 
kota  cerdas.  Kordinasi  dan  dukungan  dari  setiap  stake  holder  pembangunan  juga  menimbulkan 
masalah, pemahaman akan konsep smart city perlu disepakati sehingga tidak menimbulkan kesalahan 
penafsiran antar stake holder. Terakhir adalah keterbatasan SDM dan teknologi yang dimiliki. Tidak 
dapat  dipungkiri  bahwa  smart  city  memerlukan  penerapan  teknologi  baru  dan  canggih  yang  mana 
transformasi  teknologi  dan  informasi  di  Indonesia  relatif  masih  lambat  dan  ketinggalan  dibanding 
negara‐negara maju di belahan dunia Barat.  

A.3  Sistematika Penyajian 

Sistematika  penyajian  laporan  ini  terdiri  dari  lima  pokok  pembahasan  utama  yaitu  pendahuluan, 
gambaran  smart  governance,  karakter  smart  governance,  indikator  smart  governance  dan 
kesimpulan.  

A. Pendahuluan  
Pada  bagian  ini  berisi  latar  belakang  yang  menjelaskan  isi  laporan  ini  secara  umum, 
permasalahan yang dihadapi dan sistematika penyajian laporan. 
B. Gambaran Smart Governance 
Pada bagian ini dijelaskan konsep dan mimpi smart governance yang ideal menurut penulis. 
Apa saja yang perlu dilakukan pemerintah untuk memberikan pelayanan publik yang optimal 
serta meningkatkan partisipasi publik dalam pembangunan. 
C. Karakter Smart Governance 
Bagian ini menjelaskan secara detail karakter‐karakter smart governance yang diturunkan 
dari mimpi‐mimpi ideal yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. 
 
 
 
D. Indikator Smart Governance 
Bagian  ini  menjelaskan  pendetailan  dari  karakter‐karakter  smart  governance  berupa 
indikator‐indikator penilaian, sehingga dapat dilakukan pengukuran tingkat kecerdasan tata 
kelola pemerintahan sebuah kota 
 
E. Kesimpulan 
Bagian  ini  merupakan  bagian  penutup  yang  merangkup  inti‐inti  dari  setiap  bagian  pada 
tulisan ini. 

B. GAMBARAN SMART GOVERNANCE  

Smart  Governance  atau  tata  kelola  pemerintahan  yang  cerdas  adalah  salah  satu  bagian  dari 
terwujudnya  Smart  City.  Secara  utuh  smart  city  terdiri  dari  6  komponen  pembentuk  yaitu  smart 
governance, smart environment, smart living, smart people, smart mobility dan smart people (Cohen, 
B., 2013. What Exactly Is A Smart City?). Smart governance disini lebih ditekankan pada peningkatan 
peran pemerintah sebagai pengayom dan pemberi pelayanan kepada masyarakat, disamping itu juga 
terdapat peran masyarakat sebagai partisipan dan objek pembangunan. Pemerintahan yang cerdas 
adalah pemerintah yang dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki dan meminimalisir kendala atau 
masalah yang dihadapi. Kearifan loka juga mengindentifikasikan seberapa smart pemerintah dalam 
pengelolaan  pemerintahannya.  Gambaran  smart  governance  dapat  dilihat  dari  syarat‐syarat  untuk 
mewujudkannya  (faktor  hilir),  yang  dimaksudkan  agar  kita  mendapatkan  gambaran  yang  jelas  dan 
spesifik  sehingga  dengan  mudah  dapat  menyusun  rencana  implementasinya  (operasional  action). 
Poin‐poin penting terkait gambaran smart governance antara lain : 

 Keterbukaan  informasi  publik  (rencana  pembangunan,  kerjasama  pembangunan,  pelayanan 


publik) 
Pemerintah merupakan pelayanan masyarakat dan bertanggung jawab kepada masyarakat. Oleh 
karena itu sudah seharusnya informasi terkait rencana pembangunan dipublikasikan secara luas 
melalui  berbagai  media  informasi.  Pemerintah  dengan  tangan  terbuka  menerima  masukan, 
saran  dan  kritik  dari  masyarakat  agar  rencana  yang  disusun  lebih  implementatif  dan  tepat 
sasaran.  Masukan  masyarakat  sangat  penting  karena  objek  pembangunan  adalah  masyarakat 
dalam arti lebih luas, yang didalamnya  termasuk pihak swasta, masyarakat dan pemerintah itu 
sendiri.  

 Pemerintah  yang  cerdas,  memaksimalkan  sumber  daya  yang  dimiliki  untuk  kesejahteraan 
masyarakatnya (Kota Mandiri) 
Kota merupakan transformasi bentuk  dari sebuah  desa. Kota berawal dari adanya konsentrasi 
penduduk  yang  menciptakan  berbagai  aktivitas  yang  semakin  hari  semakin  kompleks.  Kota 
mempunyai  daya  tarik  yang  sangat  besar  bagi  setiap  individu  untuk  mendatanginya  dan  ikut 
menikmati  fasilitas  dan  pelayanan  yang  disediakan.  Bagaimana  sebuah  kota  dapat  memenuhi 
kebutuhan  pelayanan  penduduknya  yang  seiring  waktu  semakin  meningkat?.  Untuk  itu 
dibutuhkan  sebuah  manajemen  pengelolaan  sumber  daya  yang  baik,  yang  dalam  hal  ini 
merupakan  kewenangan  pemerintah  sebagai  kordinator  dan  sumbu  pembangunan  kota. 
Pemerintah yang cerdas adalah pemerintah dapat memaksimalkan potensi sumber daya yang 
dimiliki dan  meminimalisir kendala yang dihadapi.  Sumber daya alam seperti pertambangan, 
kehutanan dan pertanian sangat jarang dimiliki oleh sebuah kota. Potensi terbesar yang dimiliki 
kota adalah potensi sumber daya manusia dan letak geografis yang relatif strategis. Pengelolaan 
potensi  tersebut  akan  lebih  tinggi  nilainya  jika  dikelola  secara  tepat.  Menjalin  hubungan  yang 
sinergis  dengan  kawasan  hinterland  sangat  mendukung  penyediaan  kebutuhan  kota.  Secara 
singkat,  kota  yang  mandiri  adalah  kota  yang  dapat  membiayai  kebutuhannya  dengan 
mengandalkan potensi besar yang dimilikinya dan menjalin hubungan salaing melengkapi dengan 
kawasan sekitarnya. 

 Smart  culture,  pemerintah  mempertahankan  dan  meningkatkan  kebudayaan  lokal  sebagai 


karakter kota 
Kota yang cerdas bukan hanya kota yang memanfaatkan teknologi canggih dalam setiap aspek 
kehidupannya. Kota yang cerdas juga merupakan kota yang dapat mempertahankan jati diri dan 
karakter khas kota tersebut. Sebuah kota harus memiliki identitas yang jelas. Pemerintah yang 
cerdas harus dapat menjual “brand image” kota tersebut sebagai daya tarik utama. Identitas 
kota  terbentuk  dari  kebudayaan  lokal  yang  dimiliki.  Mempertahankan  dan  melestarikan 
kebudayaan  lokal  adalah  sebuah  langkah  cerdas  pemerintah  untuk  menuju  tata  kelola 
pemerintahan yang cerdas. Kehilangan identitas kota merupakan kemunduran besar bagi sebuah 
peradaban. 

 Dapat mengeluarkan pendapat, ide dan keinginan secara langsung 

Pemerintah menyediakan sarana bagi masyarakat untuk memberikan ide, gagasan, saran, kritik 
dan  keinginannya  secara  langsung.  Sistem  online  melalui  smart  phone  dinilai  sangat  efektif. 
Dalam  waktu  singkat,  pemerintah  memberi  respon  dan  solusi  yang  tepat  terkait  pengaduan 
yang  disampaikan.  Sehingga  dirasakan  tidak  ada  jarak  antara  pemerintah  dan  masyarakat, 
dengan  begitu  akan  menimbulkan  rasa  aman  dan  nyaman  sebagai  bagian  dari  sebuah  kota 
modern. 
 Memberikan jaminan pekerjaan bagi warganya 
Pendidikan  merupakan  investasi  yang  dirasakan  semakin  hari  semakin  mahal  harganya.  Hal 
tersebut kadang bertolak belakang dengan hasil yang diharapkan. Sekolah‐sekolah secara rutin 
melahirkan  lulusan‐lulusan  baru  dalam  bidangnya  masing‐masing.  Ribuan  sarjana  lahir  setiap 
tahunnya,  tetapi  bagaimana  dengan  peluang  pekerjaan  yang  disediakan?.  Pemerintah  yang 
cerdas adalah pemerintah yang dapat menciptakan peluang pekerjaan yang lebih besar dari 
pada  pencari  pekerjaan.  Sekolah‐sekolah  tidak  hanya  bertanggung  jawab  melahirkan  lulusan 
baru, tetapi juga membantu pemerintah dalam penyaluran  pekerjaan. Jaminan pekerjaan yang 
layak menjadi mimpi setiap orang tua. Sehingga pendidikan tetap menjadi investasi yang paling 
berharga bagi orang tua peserta didik itu sendiri. 

 Pelayanan publik yang optimal (pendidikan, kesehatan, keselamatan dan rekreasi) 
Kewajiban masyarakat adalah membayar pajak, sedangkan kewajiban pemerintah memberikan 
pelayanan yang maksimal, diantaranya adalah pada sektor : 
Pendidikan  :  pendidikan  adalah  hak  asasi  manusia.  Pemerintah  berkewajiban  memberikan 
jaminan pendidikan bagi penduduknya sebagaimana diatur di dalam UUD 1945. Oleh karena itu 
pemerintah  yang  smart  adalah  pemerintah  yang  dapat  menjamin  hak  pendidikan  bagi  setiap 
individu dalam semua lapisan masyarakat. Pendidikan gratis dan berkualitas adalah salah satu 
tolak ukur kebehasilan pemerintah. Fasilitas pendidikan harus dapat diakses oleh semua lapisan 
masyarakat, tidak ada eksklusifisme dalam pendidikan. 

Kesehatan : pelayanan kesehatan masih merupakan barang langka bagi sebagaian masyarakat. 
Jika  pemerintah  dapat  memberikan  jaminan  akses  pelayanan  kesehatan  bagi  setiap  individu, 
memberikan pelayanan terbaik tanpa melihat latar belakang individu, cepat tanggap, prosedur 
tidak berbelit‐belit, tidak diskriminatif dan dapat mendistribusikan sarana kesehatan ke seluruh 
sudut kota, maka dapat dikatakan sebagai smart governance. 

Keselamatan : smart governance harus dapat memberikan jaminan keselamatan kerja, jaminan 
keselamatan berkendara, jaminan keselamatan berusaha dan jaminan keselamatan bertempat 
tinggal di kota tersebut. 

Rekreasi : rekreasi sudah menjadi kebutuhan yang penting bagi warga kota. Tingkat persaingan 
yang  tinggi  rentan  meningkatkan  stress  warganya.  Untuk  itu  kuantitas  fasilitas  rekreasi  publik 
sangat dibutuhkan. Meningkatkan jumlah dan kualitas RTH publik dapat menjadi salah satu solusi.  

 Menyediakan sistem transportasi yang handal dan murah 
Penyediaan transportasi masal yang handal dan terjangkau merupakan mimpi dari semua lapisan 
masyarakat. Dampak positif jika pemerintah dapat menyediakan transportasi yang handal adalah  
 mengurangi kepadatan lalu lintas 
 Mengurangi tingkat pencemaran udara 
 Mengurangi tingkat konsumsi bahan bakar minyak 
 Mengurangi biaya pemeliharaan jalan dan kelengkapannya 
 Efisiensi personil pengamanan jalan raya 
 Meningkatkan pemasukan kas daerah 
Syarat yang harus dipenuhi : 
 Angkutan umum yang nyaman dengan kapasitas yang besar 
 Banyak alternatif jenis angkutan 
 Ongkos terjangkau 
 Jumlah angkutan lebih besar dari jumlah penumpang 
 Melayani keseluruhan sudut kota 
 Terintegrasi dengan moda transportasi lainnya 

 Smart Tax 
Di Indonesia, pajak dan retribusi masih merupakan urat nadi pembangunan. Pajak merupakan 
sumber  utam  pembiayaan  pembangunan.  Kemudahan  membayar  pajak  sudah  menjadi 
keharusan  pemerintah  untuk  memfasilitasinya.  Banyaknya  jenis  pajak  dan  nominal  kewajiban 
yang  harus  dibayarkan  selalu  menimbulkan  permasalahan,  kemudian  diperburuk  dengan 
berbelitnya prosedur yang harus ditempuh dan waktu penyelesaian yang relatif panjang. Kemana 
arah pendistribusian hasil penerimaan pajak juga masih dipertanyakan.  

Smart tax dapat menjadi solusi pemecahan masalah. Sistem dan prosedur pembayaran pajak 
harus  ditingkatkan,  bebas  waktu,  bebas  biaya  dan  transparan.  Idealnya  pembayaran  pajak 
dapat dilakukan dimana saja melalui sistem online. Dalam jangka waktu tertentu, setiap wajib 
pajak  menerima  laporan  kewajiban  pajak  yang  harus  dibayarkannya  dan  dapat  dibayarkan 
melalui  smart  phone  yang  terintegrasi  dengan  bank‐bank  yang  ditunjuk.  Setelah  melakukan 
pembayaran,  wajib  pajak  mendapatkan  laporan  hasil  penerimaan  pajak  dan  distribusi 
pemanfaatannya  sehingga  meningkatkan  kepercaan  kepada  pemerintah  dan  lembaga  terkait 
khususnya.  Jika  dengan  membayar  pajak,  masyarakat  dapat  mengakses  semua  fasilitas  yang 
disediakan oleh pemerintah, maka baru dapat dikatakan kota tersebut sebagai kota yang cerdas. 
One way payment. 
 

Gambar : Skema Pembayaran Pajak (Smart Tax) 

 Cildren‐friendly cities 

Kota  yang  cerdas  harus  dapat  menciptakan  rasa  aman  bagi  warganya,  terutama  anak‐anak. 
Aktivitas  dan  mobilisasi  anak‐anak  dewasa  ini  semakit  tinggi  seiring  dengan  peningkatan 
kecerdasan dan perkembangan teknologi informasi. Semakin besar kota maka kegiatannya pun 
semakain kompleks, begitu juga dengan permasalahan yang dihadapi. Kriminalitas menjadi salah 
satu dampak negatif perkembangan kota dan ironisnya sebagian besar korban kriminalitas adalah 
anak‐anak.  Pemerintah  yang  cerdas  harus  dapat  memberikan  perlindungan  kepada  anak‐anak 
dan  menghilangkan  kekhawatiran  orang  tua  akan  keselamatan  anak‐anaknya.  Sumber  daya 
manusia (aparat pemerintah)  dan teknologi dapat membantu terwujudnya cildren friendly cities.  

C. KARAKTER SMART GOVERNANCE 

Untuk  menginterpretasikan  konsep  ideal  smart  governance,  maka  perlu  dirumuskan  karakter‐
karakter utama yang mendasarinya. Adapun karakter utama smart governance yang ideal menurut 
saya,  yaitu  antisipatif,  objektif,  inovatif  dan  kompetitif.  Lebih  jelasnya  dapat  dilihat  pada  tabel  di 
bawah ini. 

Tabel 1. Kriteria Smart Governance 

SUB KRITERIA TATA  KRITERIA
KELOLA  Antisipatif  Objektif Inovatif Kompetitif
Transparansi tata  Kota dengan tingkat  Akses informasi  Keterbukaan  ‐ 
kelola pemerintahan  KKN terendah  kinerja dan  informasi rencana 
rencana  dan kerjasama 
pembangunan bagi  pembangunan 
setiap 
individu/lapisan 
masyarakat 
Pelayanan Publik  Kesiapan  Distribusi  Keterbukaan  Pelayanan 
(Fasos Fasum)  pemerintah dalam  pelayanan publik  informasi  publik yang 
penyediaam  bagi setiap  pelayanan publik  dapat 
pelayanan publik  individu/lapisan  dipertanggung 
sesuai  masyarakat  jawabkan 
perkembangan  Kemampuan 
masyarakat dan  pemerintah 
kota  untuk 
menyelesaikan 
pengaduan 
masyarakat 
Partisipasi publik  Kemampuan  Keterbukaan bagi  Kemudahan publik  ‐ 
pemerintah sebagai  setiap masyarakat  dalam partisipasi 
kordinator aktor‐ untuk  pembangunan 
aktor dalam  berpartisipasi 
pembangunan  dalam 
pembangunan 
Sumber : Fansyori, 2015 

D. INDIKATOR SMART GOVERNANCE 

Indikator  merupakan  alat  pengukur  tingkat  kecerdasan  suatu  kota  dalam  hal  ini  smart 
governance.  Indikator  diturunkan  dari  kriteria  utama  yang  disilangkan  dengan  tujuan  pencapaian 
smart city. Lebih jelas indikator smart governance dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 

Tabel 2. Indikator Smart Governance 

No  Kriteria Turunan Indikator 


1  Transparansi  Kota dengan tingkat KKN terendah Jumlah kasus KKN per  0 = 2 kasus
tata kelola  tahun  1 = 3‐10 kasus 
pemerintahan  2 = 10‐15 kasus 
3 = > 15 kasus 
2  Akses informasi kinerja dan rencana  Persentase SKPD yang  0 = < ½ dr jumlah 
pembangunan pemerintah bagi setiap  membuka akses informasi  SKPD 
individu/lapisan masyarakat  kinerja dan rencana  1 = ½ dr jumlah SKPD 
pembangunan  2 = ¾ dr jumlah SKPD 
3 = seluruh SKPD 
3  Keterbukaan informasi rencana dan  Jenis media yang  0 = tidak ada media
kerjasama pembangunan  menginformasikan  1 = 1 media 
rencana dan kinerja  2 = 2 media 
pemerintah > 3 media  3 = > 2 media 
4  Pelayanan  Kesiapan pemerintah dalam  Blue print pelayanan  0 = rencana 1‐5 tahun
Publik  penyediaan pelayanan publik sesuai  publik   1 = rencana 6‐10 
(Fasos Fasum)  perkembangan masyarakat dan kota  tahun 
2 = rencana 10‐20 
tahun 
3 = > 20 tahun 
Kemampuan pemerintah untuk  Jumlah pengaduan terkait  0 = > 20 pengaduan
menyelesaikan pengaduan masyarakat  pelayanan publik  1 = 11‐20 pengaduan 
2 = < 10 pengaduan 
3 = tidak ada 
pengaduan 
Waktu penyelesaian  0 = > 30 hari
pengaduan masyarakat  1 = < 30 hari 
2 = 7‐15 hari 
3 = < 7 hari 
No  Kriteria Turunan Indikator 
Jumlah pengaduan yang  0 = < 50%
dapat diselesaikan  1 = 50‐70 % 
2 = 71‐90% 
3 = 91‐100 % 
5  Distribusi pelayanan publik bagi setiap  Persentase jangkauan  0 = < 50% penduduk 
individu/lapisan masyarakat  pelayanan fasos fasum  terlayani 
1 = 50‐70 % penduduk 
terlayani 
2 = 71‐90% penduduk 
terlayani 
3 = 91‐100 % 
penduduk terlayani 
6  Keterbukaan informasi pelayanan  Jenis media yang  0 = tidak ada media
publik  menginformasikan  1 = 1 media 
pelayanan publik > 3  2 = 2 media 
media  3 = > 2 media 
7  Pelayanan publik yang dapat  Rencana pelayanan publik  0 = < 50%
dipertanggung jawabkan  yang dapat dilaksanakan  1 = 50‐70 % 
2 = 71‐90% 
3 = 91‐100 % 
8  Partisipasi  Kemampuan pemerintah sebagai  Keterlibatan aktor‐aktor  0 = tidak ada 
publik  kordinator aktor‐aktor dalam  dalam perumusan  kerjasama 
pembangunan  kebijakan pembangunan  1 = 1 aktor 
2 = 2 aktor 
3 = 3 aktor 
9  Keterbukaan bagi setiap masyarakat  Jenis media yang  0 = tidak ada media
untuk berpartisipasi dalam  menginformasikan  1 = 1 media 
pembangunan  pelayanan publik > 3  2 = 2 media 
media  3 = > 2 media 
10  Kemudahan publik dalam partisipasi  Jenis layanan untuk  0 = tidak ada 
pembangunan  berpartisipasi  1 = 1 jenis 
2 = 2 jenis 
3 = > 2 jenis 
Sumber : Fansyori, 2015 

E. KESIMPULAN 

Smart governance merupakan bagian dari 6 komponen pembentuk smart city. Smart governance 
memegang  peranan  penting  dalam  perwujudan  smart  city.  Smart  governance  terdiri  dari  empat 
kriteria  yaitu  antisipatif,  objektif,  inovatif  dan  kompetitif.  Keempat  kriteria  utama  tersebut  harus 
dipenuhi  sebagai  syarat  suatu  kota  disebut  smart  governance.  Dari  keempat  kriteria  tersebut 
kemudian dirumuskan tiga tujuan utama smart governance antara lain, terwujudnya transparansi tata 
kelola pemerintahan, peningkatan pelayanan publik yang optimal dan meningkatkan partisipasi publik 
dalam  pembangunan.  Untuk  mencapai  tujuan  smart  governance,  terlebih  dahulu  perlu  dilakukan 
pengukuran  tingkat  kecerdasan  tata  kelola  suatu  kota.  Pengukuran  dapat  dilakukan  menilai  kota 
berdasarkan indikator‐indikator pengukur yang merupakan turunan dari empat kriteria utama smart 
governance. Indikator‐indikato tersebut kemudian akan melahirkan syarat‐syarat yang harus dipenuhi 
sebagai fungsi pendukung (sektor hilir) dari smart governance. 
Dalam  kenyataannya,  perwujudan  smart  governance  yang  ideal  kadang  menemui  beberapa 
permasalahan  yang  dapat  menghambat  implementasinya,  diantaranya  kesungguhan  pemerintah 
untuk  mewujudkan  tata  kelola  yang  cerdas,  keterbatasan  sumber  pembiayan  pelaksanaan 
pembangunan  sarana  prasarana  pendukung,  keterbatasan  teknologi  dan  SDM  pengelolanya  serta 
ketidak sepahaman terhadap konsep smart city yang sesungguhnya. Kendala‐kendala di atas dapat 
diatasi  dengan  kajian  dan  perumusan  strategi  dan  kebijakan  yang  tepat.  Peran  akademisi  dan 
profesional serta alih  pengetahuan  menjadi  kunci terwujudnya suatu kota untuk mewujudkan  tata 
kelola pemerintahan ynag cerdas (smart governance). 

Anda mungkin juga menyukai