Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL REVIEW

Evaluation of Financial Accountability in The Public Sector: A Necessary Concept for


Good Governance
Global Conference on Business and Finance Proceeding Volume 7 Number 1 (2012)
Oleh: Sylvester Feyi Akinbuli
Dosen Pengampu:
Drs. Subekti Djamaluddin, MSi., Ak, CA.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Akuntansi

Disusun oleh Kelompok I:

Abdu Rosulla Kusuma (F0312001)

Andika Dwi Sasmito (F0312010)

Echsan Nur Ridho (F0312142)

Rezinatun Chommufi (F0312101)

Ridho Dharul Fadli (F0312102)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SEMESTER GENAP (FEBRUARI-JULI) TA 2014/2015


A. Deskripsi Artikel
1. Judul Artikel
Evaluation of Financial Accountability in The Public Sector: A Necessary Concept for
Good Governance
2. Penulis
Sylvester Feyi Akinbuli
3. Publikasi
Global Conference on Business and Finance Proceedings 2012 Volume 7 Number 1
4. Masalah Pokok
Akuntansi Sektor Publik
5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keefektivitasan dari pemberian kepercayaan
kepada para pejabat publik dalam mengelola dan pengawasan akuntabilitas kepada
masyarakat.

B. Ringkasan Artikel Ilmiah


I. Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keefektivitasan dari pemberian kepercayaan


kepada para pejabat publik dalam mengelola dan pengawasan akuntabilitas kepada masyarakat.
Metode yang digunakan dalam paper ini ialah survey yang telah dilakukan terhadap pegawai
kementerian dan 10 parastatal dan lembaga pemerintah. Populasi survey ini dilakukan secara
acak dengan menggunakan data sekunder yang telah ada, menggunakan laporan keuangan dan
melakukan interview.

Analisis menemukan bahwa akuntabilitas sektor publik di Nigeria rendah dan prosedur
dalam akuntanbilitas perlu dikritisi. Secara lebih lanjut, menyarankan bahwa setiap departemen
pemerintahan, kementrian dan lembaga pemerintah didalam setiap keuangan harus menghasilkan
laporan keuangan yang memuat penyediaan anggaran untuk periode berjalan disertai laporan
kinerja, analisis varians, dan faktor penghambat kinerja. Demikian juga dengan akun dan laporan
terebut harus diterbitkan kepada publik.

II. Introduction
Akuntablititas publik merupakan corak penting yang menandai sistem pemerintahan yang
demokratis. Akuntabilitas publik ini terkait dengan apakah prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi akuntansi, sistem
informasi manajemen, dan prosedur administrasi. Akuntabilitas ini diterjemahkan melalui
pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan murah biaya. Pengawasan dan
pemeriksaan dapat dilakukan terhadap akuntabilitas proses, untuk dapat menghindari kolusi,
korupsi dan nepotisme.

Akuntabilitas publik merupakan hal yang sangat penting karena memberikan suatu
petunjuk sasaran pada hampir semua reformasi sektor publik dan mendorong pada munculnya
tekanan untuk pelaku kunci yang terlibat untuk bertanggung jawab dan untuk menjamin kinerja
pelayanan publik yang baik. Prinsip akuntabilitas adalah merupakan pelaksanaan pertanggung
jawaban dimana dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang terkait harus mampu
mempertanggung jawabkan pelaksanaan kewenangan yang diberikan di bidang tugasnya. Prinsip
akuntabilitas terutama berkaitan erat dengan pertanggung jawaban terhadap efektivitas kegiatan
dalam pencapaian sasaran atau target kebijakan atau program yang telah ditetapkan itu.

Aspek yang terkandung dalam pengertian akuntabilitas adalah bahwa publik mempunyai
hak untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pihak yang mereka beri
kepercayaan. Media pertanggung jawaban dalam konsep akuntabilitas tidak terbatas pada laporan
pertanggung jawaban saja, tetapi mencakup juga praktek-praktek kemudahan si pemberi mandat
mendapatkan informasi, baik langsung maupun tidak langsung secara lisan maupun tulisan.
Dengan demikian, akuntabilitas akan tumbuh subur pada lingkungan yang mengutamakan
keterbukaan sebagai landasan penting dan dalam suasana yang transparan dan demokrasi serta
kebebasan dalam mengemukakan pendapat.

Di negara Nigeria, pelayanan publik telah diatur dalam undang- undang. Menurut
konstitusi negara tahun 1999, pelayanan publik mempunyai pengertian pelayanan yang diberikan
oleh negara dalam segala hal yang berkenaan dengan kewajiban negara yang telah diatur dalam
undang- undang.

Pelayanan publik dapat dibagi menjadi tiga, yang pertama ialah kementerian pusat dan
lembaga pemerintah daerah. Pelayanan yang diberikan pemerintah pusat diberikan kepada daerah
melalui wakil perangkat pusat yang ada di daerah, meliputi field administration dan local
administratif. Sedangkan parastatal adalah suatu pelimpahan kewenangan dalam pembuatan
keputusan dan manajerial dalam melaksanakan tugas-tugas khusus kepada suatu organisasi yang
tidak langsung berada di bawah pengawasan pemerintah pusat. Lembaga- lembaga pemerintah
tersebut dibentuk berdasarkan hukum dalam pengelolaan keuangan dan penggunaan sumber daya
yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Pertanyaannya adalah apakah pejabat-pejabat di Nigeria mempunyai akuntabilitas dan


transparansi dalam bekerja. Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa kinerja mereka
dalam pelananan publik tidak efisien dan efektif. Sedangkan kementrian negara pun tidak
menunjukkan tanggung jawab yang cukup mengenai kelemahan ini. Sehingga hal ini menjadikan
sulit dalam melakukan pengawasan kinerja dan dalam pengambilan kebijakan yang benar
sebelum segalanya menemui titik buntu.

Dalam paper ini, penulis berusaha untuk mencari solusi dalam mengatasi permasalahan
ini menggunakan metode ilmiah, dalam menilai sejauh mana praktik akuntansi publik yang
efektif di sektor publik, dan mengidentifikasi faktor-faktor penghambat akuntansi dan
mengajukan kemungkinan solusi yang ada.

II. Literature review

Bagi kebanyakan organisasi, akuntabilitas berarti akuntabilitas hukum dan fiskal.


Umumnya, kita memahami bahwa ada dua dimensi akuntabilitas - answerability dan keberlakuan.
Answerability berarti bahwa pemegang kekuasaan wajib menjelaskan atau membenarkan
tindakan mereka. Keberlakuan mengacu sanksi yang dapat diterapkan ketika tindakan ilegal telah
terjadi. Goetz menunjukkan bahwa sistem akuntabilitas tentang bagaimana kekuasaan bekerja
dalam sistem apapun. Sementara itu, Dubnick dan Romzek (1991) memandang akuntabilitas
lebih mengacu kepada "answerability" kepada seseorang yang memiliki otoritas, terkait dengan
kinerja yang diharapkan oleh pemilik otoritas yang memiliki sumber kontrol yang legitimit.
Menurut Klein, akuntabilitas dipandang sebagai 'mekanisme' sosial, sebagai hubungan
kelembagaan atau pengaturan di mana seorang aktor dapat dimintai pertanggung jawaban.
Kenyataan yang terjadi adalah ketika membangun sebuah sistem yang menjamin proses
akuntabilitas publik, seringkali fokus untuk mencari cara terbaik dalam memberikan pelayanan
kepada publik telah bergeser kepada segenap upaya untuk mencari kesalahan beserta para
pelakunya. Pergeseran makna ini dibenarkan oleh Behn (2001), bahwa pemerintah lebih
memaknai konsep akuntabilitas tidak lebih dari sebuah punishment. Hal ini teramat kentara,
misalnya, ketika seorang kepala daerah diharuskan untuk membuat laporan pertanggung jawaban.
Pada kondisi ini, seringkali yang lebih dikedepankan adalah menemukan bentuk penyimpangan
yang terjadi yang kemudian berimplikasi pada lahirnya berbagai bentuk punishment.

Seperti dikemukakan Behn (2001), penekanan pada "punishment" menjadikan


akuntabilitas sebagai sebuah adversarial process. Dalam sistem tertentu, agent memiliki
kecenderungan untuk menghindari terjadinya kekurangan pelaporan, sedangkan principal
meresponnya dengan meminta laporan-laporan yang lebih detail. Hal tersebut kemudian
memberikan dasar untuk mempertanyakan kepada agent tentang inkonsistensi yang muncul atau
apa yang menjadi problematika dalam representasi tersebut. Principal juga dapat menggunakan
investigasi independen untuk mengetahui keakuratan dari pelaporan tersebut.

Menurut Auditor General of Canada (1972: 2) seperti dikutip dalam Omolehinwa (2012:
22) "akuntabilitas adalah kewajiban untuk menjawab untuk pelaksanaan ditugaskan tanggung
jawab seseorang". Akuntabilitas diwujudkan ketika pengambil keputusan menjadi bertanggung
jawab atas tindakan mereka (Jobe, Kadewere dan Rutayisire, 2008).

III. Klasifikasi Akuntabilitas Publik

 Akuntabilitas organisasi: situasi di mana bawahan harus menjelaskan tugas atau


kegiatan yang telah dikerjakan kepada atasan.
 Akuntabilitas politik: akuntabilitas ini prihatin dengan perwakilan terpilih, partai politik
dan pejabat publik. Ini adalah situasi di mana yang dipilih perwakilan atau ditunjuk
menteri diminta untuk memberikan rekening kegiatan mereka selama masa mereka di
kantor. Akuntabilitas politik biasanya memanifestasikan dirinya dalam konsep tanggung
jawab menteri individu sebagai merupakan landasan gagasan pemerintah yang
bertanggung jawab. Dalam sistem parlementer dengan tanggung jawab menteri dan
pegawai negeri umum, misalnya, seperti di Inggris dan Belanda, akuntabilitas politik
biasanya dilakukan secara tidak langsung melalui menteri. Pemegang jabatan publik dan
kepala lembaga juga muncul sebelum komite parlemen untuk menjelaskan beberapa
kegiatan mereka. Dalam pengaturan presiden seperti United State of America atau
Nigeria, petugas Umum dan kepala lembaga selalu untuk umum dan Majelis Nasional.
 Akuntabilitas hukum: masyarakat juga dapat dipanggil oleh pengadilan untuk
mempertanggungjawabkan perbuatan mereka sendiri, atau atas nama lembaga secara
keseluruhan. Parlemen dan pengadilan bertindak sebagai pertanggungjawaban hukum.
Parlemen dalam konteks ini adalah pokok dan agen resmi. Parlemen sebagai kepala
sekolah memerlukan pemerintah dan pejabatnya, sebagai agen untuk melaksanakan
undang-undang dan kebijakan dan program yang telah disetujui. Dan memegang
pemerintah dan pejabat untuk memperhitungkan kinerja mereka dalam hal ini. Parlemen
juga agen, dalam pemilih (Kepala Sekolah) memilih legislator untuk membuat undang-
undang dan mengawasi tindakan pemerintah atas nama mereka.
 Profesional akuntabilitas: profesional juga mengambil penunjukan sebagai pegawai
negeri; profesional tersebut meliputi: akuntan carteran, dokter, dan insinyur dll para
profesional termasuk salah satu asosiasi atau yang lain dan mereka bertindak sesuai
dengan etika dan kode etik mereka. Mereka juga bertanggung jawab untuk tubuh mereka.

IV. Research Method

Metodologi yang diterapkan dalam makalah ini adalah evaluatif dan sistem ekspositori.
Literatur yang relevan ditinjau. Data sekunder yang terdapat dalam buku-buku, jurnal, laporan
keuangan yang telah diaudit dari kementerian federal, parastatal dan lembaga pemerintah
dikonsultasikan. Standar akuntansi, peraturan keuangan pemerintah, undang-undang yang relevan
dan internet dan dokumen lainnya yang dikonsultasikan. Pengamatan dilakukan selama bertahun-
tahun juga diandalkan. Informasi yang dikumpulkan dianalisis, didiskusikan dan kesimpulan
yang ditarik darinya.

V. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian


Ruang lingkup kertas terbatas pada sepuluh kementerian federal dan sepuluh parastatal
dan lembaga pemerintah yang dipilih melalui teknik simple random sampling. Penelitian ini
dibatasi oleh ketidakmampuan peneliti untuk membayar pada kunjungan tempat untuk beberapa
organisasi dalam kerangka sampel. Namun, disimpan untuk percaya bahwa praktek mereka
kementerian mengunjungi sangat mirip dengan yang tidak dikunjungi. The penelitian juga
dibatasi oleh reluctances yang kaku merilis informasi dan dokumen yang diperlukan oleh PNS di
kementerian ini.

VI. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian Silvester (2012) adalah:

 Membahas tugas dan kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada pegawai negeri.
 Membahas kerangka hukum kinerja, kebijakan, dan pengawasan.
 Meninjau ulang lingkup aplikasi dari kebijakan tersebut dibandingkan dengan ekpekstasi
masyarakat.
 Menarik kesimpulan dan memberi rekomendasi untuk meningkatkan akuntabilitas sektor
publik.

Model berikut menggambarkan Akuntabilitas Publik di Nigeria:

Public Officer terdiri dari pegawai yang dipilih dan mencakup anggota parlemen/legislatif,
eksekutif/pemerintah, peradilan/yudikatif, menteri serta kepala lembaga, departemen, dan
perusahaan milik negara. Sebagai contoh, secara horizontal anggota parlemen dan peradilan
mengawasi kinerja eksekutif. Anggota parlemen mempunyai kekuatan meminta
pertanggungjawaban aktivitas semua public officer atau menjawab beberapa pertanyaan,
misalnya fungsi penyelidikan. Parlemen memegang tanggung jawab politik pemerintah,
sementara peradilan memegang tanggung jawab legal eksekutif.

General public terdiri dari masyarakat Nigeria atau para pemilih public officer.

Public assessment: masyarakat menilai kinerja institusi atau pemegang jawabatan publik melalui
berbagai komentar di media elektronik, koran harian, dan majalah. Mereka dapat memanggil
wakil pemerintah untuk menginvestigasi permasalahan dan membawanya ke Majelis Nasional.

Judgment: pertimbangan yang baik dilakukan oleh badan yang berwenang mengevaluasi public
officer.

Sanctions dapat bersifat formal maupun informal. Dikatakan formal jika sanksi tersebut meliputi
hukuman penjara, pencopotan jabatan, pembekuan pasapor atau akun bank untuk penyitaan atau
pengenaan denda. Dikatakan informal jika public officer menjadi perhatian negatif masyarakat
yang dapat mempengaruhi citra serta integritas mereka. Public officer boleh mengundurkan diri
secara sukarela.

VIII. Upaya pemerintah untuk menjamin akuntabilitas publik yang efektif

Manajemen sumber daya yang salah akan menimbulkan tindakan yang kurang tepat. Hal ini
menjadi tanggung jawab pemerintah untuk menghindari manajemen sumber daya yang salah dan
juga meningkatkan kepercayaan publik pada tindakan dan tujuan pemerintah. Untuk
meningkatkan akuntabilitas publik yang efektif pemerintah mendirikan instansi berikut:

 Public Accounts Committee (PAC)


PAC didirikan untuk melaksanakan 3 tugas utama berikut:
o Mengadakan forum, forum tersebut diisi oleh pejabat akuntansi untuk
menjelaskan masalah departemen mereka yang telah ditanyakan oleh Auditor
General di depan publik.
o Memberi informasi pada Majelis Nasional dan publik mengenai kekurangan yang
ada pada administrasi dan penjelasan pejabat akuntansi.
o Menyediakan link antara Auditor General dan Majelis Nasional.

PAC bertanggung jawab untuk menjamin akuntabilitas publik yang efektif. Pengaruh
PAC pada praktik pertanggung jawaban di Nigeria sangat besar, termasuk:

o Mendorong rasa bertanggung jawab dan akuntabilitas, dengan menanamkan rasa


tersebut kepada pejabat publik karena kesalahan dalam bertindak akan ada
balasannya dari pemerintah.
o Meningkatkan kebijaksanaan dalam menggunakan dana publik, sehingga
menghasilkan penghematan dan dapat dialihkan ke penyediaan fasilitas atau
untuk meringankan beban masyarakat.
o Meningkatkan kepercayaan publik atas tindakan dan tujuan pemerintah. Hal ini
berkaitan dnegan rasa bertanggung jawab, transparansi, dan akuntabilitas mereka.
o Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi.
Meski demikian, Oshisami dan Dean (1997) dalam bukunya menyebutkan bahwa kinerja
PAC, yaitu undang-undangnya belum memuaskan.

 Economic and Financial Crime Commission (EFCC)


EFCC adalah institusi hukum yang menginvestigasi kejahatan finansial seperti
penggelapan dana, pencucian uang dan sebaginya. EFCC didirikan pada tahun 2003,
untuk menanggapi tekanan dari Financial Action Task Force on Money Laundering
(FATF) yang menyebutkan Nigeria sebagai satu dari 23 negara yang tidak kooperatif
pada komunitas internasional anti pencucian uang.
EFCC Act part IV, 2002 berisi semua pelanggaran yang sudah diatur hukumannya, dan
bagian 15 menjelaskan pelanggaran-pelanggaran yang berkaitan dengan pejabat publik.
Berdasarkan Act tersebut, institusi ini telah menuntut dan menghukum banyak individu
yang terlibat korupsi, dari penegak hukum hingga kepala bank.
Pada tahun 2005, EFCC telah menagkap gubernur Balyesa. September 2006, EFCC
menginvestigasi 26 gubernur yang terlibat korupsi. Desember 2007, pemerintah Nigeria,
dengan investigasi EFCC dan institusi lain membersihkan nama keluarga Vaswani dari
kesalahan dan mengundang mereka ke Nigeria lagi. April 2008, EFCC memulai
investigasi pada anak perempuan Presiden Nigeria, yang menerima $100.000, hasil
curian dari kementerian kesehatan. Kepala kementerian tersebut beserta deputinya sedang
mencoba melakukan pencurian $300.000 dari dana kementrian.
 Peran Profesi Akuntan pada Akuntabilitas Publik di Nigeria
Bala (2003) berpendapat bahwa “akuntabilitas sangat penting dan perusahaan negara,
serta akuntan bersetifikat memiliki peran untuk menjamin akuntabilitas finansial. Mereka
harus melakukan penilian yang profesional agar tidak terjadi kelalaian”
Institute of Chartered Accountant of Nigeria (ICAN) didirikan berdasarkan keputusan
parlemen pada tahun 1986. ICAN bertanggung jawab memproduksi akuntan bersertifikat
yang dapat dipercaya untuk mengelola finansial dan melaporkannya secara tahunan, serta
audit atas organisasi publik dan swasta Nigeria. Standar audit sektor publik
mendefinisikan audit sebagai audit finansial dan kinerja (value for money). Standar audit
tersebut juga mengatur auditor untuk mengeluarkan laporan pada akhir audit termasuk
beberapa laporan atas penemuan berikut:
o Penyimpangan signifikan atau ketidak-konsistenan atas penerapan regulasi atau
penipuan dan korupsi.
o Ketidak patuhan dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku.
o Penerapan ekonomi, efisiensi, dan efektivitas atas penggunaan sumber daya
publik/perusahaan negara.
o Sejauh mana organisasi mencapai mandatnya sebagai mana yang diatur
pemerintah atau sebagai mana tercantum pada undang-undang.

Selain itu, salinan laporan audit harus tersedia bagi otoritas yang tepat dengan laporan
keuangan yang telah diadit. Peraturan lain yang dapat menjamin kuntabilitas publik yang
efektif mencakup ketaatan atas Financial Regulations, 1999 Constitution, Finance Act,
Audit Act, Annual Appropriation Act dan Statement Accounting Standard Nigerian
Accounting Standard Board (NASB). Untuk perusahaan publik, 1999 Constitution Sect
85 dan Sect 125 memberi wewenang untuk mengaudit dan menerbitkan laporan pada
PAC, yang akan mempertimbangkan laporan tersebut dan memanggil pejabat yang
bertanggung jawab.
Profesi akuntan telah memberi kontribusi positif pada efektivitas akuntabilitas publik
meskipun Akuntan bersertifikat menyatakan bahwa 33.000 pejabat sangat tidak berhasil
mengelola keuangan secara efektif. Data statistik lain juga menunjukkan bahwa fraud
meningkat.

IX. Kontribusi pengadilan

Berdasarkan Nigeria Constitution 1999 sect 6, terdapat 9 pengadilan yang didirikan di


Nigeria, yaitu: the Supreme Court of Nigeria, the Court of Appeal, the Federal High Court, the
High Court of the Federal Capital Territory, a High Court of a State, the Sharia Court of Appeal
of the Federal Capital Territory, a Sharia Court of Appeal of a State, the Customary Court of
Appeal of the Federal Capital Territory, dan a Customary Court of Appeal of a State.

Pengadilan yang didirikan Konstitusi adalah pengadilan superior yang tercatat di Nigeria.
Konstitusi memberi wewenang Majelis Nasional untuk mendirikan pengadilan menjadi
Pengadilan Tinggi. Pengadilan yang didirikan berdasarkan Kontitusi biasanya pengadilan
bawahan terlepas dari status pejabat dalam pengadilan tersebut.

Supreme Court adalah pengadilan tertinggi dan semua tujuan pengadilan terikat dengan
pengadilan lainya. Di Nigeria, struktur status pengadilan tergabung dalam tingkat Court of
Appeal. Court of Appeal mengatasi banding dari High Court, Sharia Courts of Appeal dan
Customary Courts of Appeal. Banding dari Court of Appeal ditujukan ke Supreme Court.
Supreme Court adalah pengadilan terakhir di Nigeria. Fungsi dasar dari pengadilan-pengadilan
ini adalah bertindak sebagai hakim sebelum masalah ini dibawa ke akuntabilitas publik. Sebagian
besar dari pejabat publik gagal dalam mempertanggungjawabkan aktivitasnya di pengadilan, dan
dikenakan sanksi.

X. Temuan

Data yang dikumpulkan, dianalisis dan dirangkum dalam temuan berikut:

 Prioritas politik atas alokasi sumber daya dan pembangunan tidak memuaskan
masyarakat, misalnya, pembangunan Niger Delta tidak memuaskan masyarakat sekitar.
 Beberapa korupsi yang diduga dan sedang diadili oleh lembaga pengadilan ditunda atau
sudah tidak ada kejelasannya lagi.
 Masyarakat percaya bahwa jika uang sudah disesuaikan, uang harus dihabiskan sebelum
tahuan finansial berakhir. Hal ini ditemukan pada sebagian besar pemerintahan, bahwa
terdapat pengeluaran yang besar pada Oktober hingga Desember. Hal ini bertentangan
dengan Government Financial Regulation 515.
 Terdapat ketidak konsistenan pada beberapa kebijakan akuntansi pada kementrian,
misalnya, perlakuan atas sumbangan yang tidak konsisten. Kadang menggunakan basis
akrual, kadang menggunakan basis kas.
 80% organisasi yang diuji tidak menyiapkan dan menerbitkan laporan evaluasi kinerja
anggaran, sehingga penyimpangan dan faktor yang menyebabkannya sulit ditetntukan.
 Fraud terjadi pada 45% dari keseluruhan organisasi yang diteliti.
 45% dari keseluruhan organisasi yang diteliti tidak membuat laporan keuangan selama 4
tahun terakhir, 30% yang membuat laporan keuangan tidak diaudit dan sebagian yang
diaudit menolak memberi laporan.
 75% dari keseluruahan organisasi yang diteliti tidak mengumpulkan laporan mereka ke
PAC untuk diperiksa.
 Pengendalian internal sangat lemah, misalnya, tidak ada pencatatan aset pemerintah dan
penggunaannya.
 Sebagian besar organisasi memiliki satu proyek yang terbengkalai, misalnya, proyek
Federal Secretiat yang terbengkalai selama 15 tahun.
 60% dari keseluruan organisasi yang diteliti tidak mematuhi standar akuntansi, dari
undang-undang keuangan.
 55% dari keseluruan organisasi yang diteliti tidak menyertakan informasi keuangan 5
tahuan, sehingga pengukuran kinerja antar tahun sulit dilakukan.
 70% dari keseluruan organisasi yang diteliti gagal mengimplementasikan anggaran.
 Sebagian besar korupsi yang dilakukan pejabat publik dilaporkan pada koran harian dan
media tidak diberi sanksi. Setelah penundaan dan komentar panjang, masalah korupsi
tersebut akan lenyap.

XI. Conclusion
Akuntabilitas publik di Nigeria tidak meningkat secara signifikan semebjak tahun 2001.
Banyak pegawai publik yang melakukan korupsi dan gagal untuk memberikan pelayanan yang
baik. EFCC menyatakan bahwa 31 dari 36 lembaga pemerintahan Nigeria dan 86% gubernur
berada dalam investigasi korupsi. Beberapa agensi publik menyatakan bahwa dengan
meningkatkan akubtabilitas publik belum dapat dikatakan efektif dan kinerja mereka juga
dianggap belum memuaskan. Hal tersebut merupakan kegagalan dalam menjawab harapan
masyarakat. Pada akhirnya akuntabilitas publik adalah unsur yang penting dalam praktik good
governance. Untuk sekarang, prosedur dalam akuntabilitas publik perlu untuk ditinjau kembali.

XII. Recommendation

 Pemerintah harus mempertimbangkan penetapan sebuah komisi yang diberi tanggung


jawab untuk mengawasi setiap kementerian, departemen, dan instansi pemerintah dan
memastikan bahwa akuntabilitas efektif dilakukan.
 Harus ada kerangka waktu kepada setiap komisi untuk mensubmit laporan setiap
organisasi.
 Pemberian laporan yangterlambat harus diberikan sanksi yang tegas.
 Konstitusi tahun 1999 harus diamandemen untuk memberikan kerangka waktu kepada
semua komisi dalam majelis negara untuk mempertimbangkan dan melaporkan hasil dari
laporan audit. Dan juga majelis negara ini harus merekapitulasi laporan PAC selama 30
hari setelah tanggal yang ditetapkan.
 Temuan PAC dan juga hasil pertimbangan majelis negara ini harus dipublikasikan.
 Pers Nigeria harus diberikan kebebasan untuk mengakses informasi yang berkaitan
dengan akuntabilitas publik.
 Pegawai negeri sipil sebagai pelayan publik harus dimotivasi untuk memiliki rasa
memiliki dan nasionalisme dimana terdapat kontradiksi dimana PNS meminta upah
minimum N18.000 namun pemerintah sulit untuk mengabulkannya dengan berbagai
pertimbangan. Hal tersebut dapat memicu tindakan fraud.
 Seorang profesional harus dipekerjakan seperti CA sebagai akuntan dan General Auditor
pada kementerian keuangan, dan juga profesional dibidang lainnya. Mereka memiliki
profesionalisme dan integritas yang tinggi. Sehingga mereka dapat memberikan
pelayanan seefektif mungkin.

C. Literatur lain

 Bovens, Mark. _____. A Framework for The Analysis and Assessment of Accountability
Arrangements in The Public Domain. Tidak dipublikasikan.
 Apaza, Carmen. _____. Public Management Challenge Ensuring Accountability and
Controlling Corruption. The Public Purpose Volume 4: 45-60.
 Okekeocha, Chinelo. 2013. A Case Study of Corruption and Public Accountability in Nigeria.
Disertasi Kennesaw State University.

D. Critical Review

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keefektivitasan dari pemberian kepercayaan


kepada para pejabat publik dalam mengelola dan pengawasan akuntabilitas kepada masyarakat.
Secara mendasar tujuan tersebut kami rasa telah tercapai dengan alasan peneliti berhasil
menyimpulkan bahwa akuntabilitas publik di Nigeria masih belum meningkat secara siginfikan
yang diduga memiliki beberapa sebab tertentu berdasarkan hasil analisis peneliti.

Dari sisi penyajian artikel, menurut kami penyajian sudah cukup baik dengan
terstrukturnya sub-sub bagian penelitian dari mulai abstrak, pendahuluan, kajian pustaka,
metodologi, pembahasan, hasil, kesimpulan, saran, dan daftar pustaka. Tentunya dengan
beberapa kekurangan mendasar seperti kurangnya referensi dari penelitian terdahulu, tidak
adanya model penelitian atau kerangka pikiran yang dinyatakan oleh peneliti sendiri penelitian
ini merupakan evaluasi atau critical review. Dan juga bagaimana pengolahan data dari beberapa
responden dan data sekunder yang dikatakan peneliti pada metode penelitiannya tidak
dicantumkan dan dijelaskan. Namun, di sisi lain peneliti dapat menunjukkan model praktik
akuntabilitas publik di Nigeria dengan memodifikasi model dari Bovens.

Metode penelitian pada paper ini berbeda dengan beberapa penelitian lain yang kami
rujuk. Dimana penelitian lainnya secara empiris menguji pengaruh akuntabilitas publik terhadap
pencegahan korupsi menggunakan model regresi. Metode yang digunakan dalam paper ini adalah
analisis data secara kualitatif berdasarkan data yang diperoleh melalui survey yang telah
dilakukan terhadap pegawai kementerian dan 10 parastatal dan lembaga pemerintah. Populasi
survey ini dilakukan secara acak dengan menggunakan data sekunder yang telah ada,
menggunakan laporan keuangan dan melakukan interview. Namun kelemahan yang timbul disini
seperti yang telah kami sampaikan sebelumnya, tidak terdapat penjelasan bagaimana data ini
diolah. Selain itu apabila memang peneliti melakukan wawancara, pertanyaan yang hendak
ditanyakan sebagai sumber informasi yang dibutuhkan tidak dicantumkan dalam lampiran
penelitian. Meski begitu, penelitian ini menekankan pada evaluasi dan juga pengataman dari
peneliti sendiri berdasarkan data yang dikumpulkan.

Menurut kami sample size untuk penelitian ini cenderung sedikit. Berdasarkan pendapat
dari peneliti sendiri, ruang lingkup penelitian ini terbatas pada sepuluh kementerian federal dan
sepuluh parastatal dan lembaga pemerintah yang dipilih melalui teknik simple random sampling.
Penelitian ini dibatasi oleh ketidakmampuan peneliti mengunjungi beberapa organisasi secara
langsung sebagai sampel. Sehingga dampak yang paling signifikan dari hal tersebut adalah
kurangnya informasi yang handal yang dapat diperoleh terkait dengan kinerja pegawai negeri
sipil.

Peneliti menemukan bahwa akuntabilitas sektor publik di Nigeria rendah dan prosedur
dalam akuntanbilitas perlu dikritisi. Secara lebih lanjut, kami rasa peneliti telah memberikan
rekomendasi yang konkret dengan menyarankan setiap departemen pemerintahan, kementerian
dan lembaga pemerintah didalam setiap keuangan harus menghasilkan laporan keuangan yang
memuat penyediaan anggaran untuk periode berjalan disertai laporan kinerja, analisis varians,
dan faktor penghambat kinerja. Hal tersebut kami rasa sejalan dengan apa yang dibutuhkan
pemerintah Nigeria saat ini.

Anda mungkin juga menyukai