Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknik Geofisika adalah bagian dari ilmu kebumian yang menerapkan
prinsip-prinsip Fisika, Matematika, dan Geologi, serta didukung perangkat
instrumentasi dan komputasi untuk mengkaji fenomena dan permasalahan
yang berhubungan dengan bumi. Dalam pekerjaan seorang geofisikawan,
dibantu oleh metode-metode seperti Seismik Refraksi, Seismik Refleksi,
Magnetik, Gravity, Elektromagnetik, dan lain-lain.
Dalam tugas praktikum kali ini, dibuatnya suatu desain survey dengan
akusisi data metode gravity pada lokasi yang bertepatan di Godean, Kab.
Sleman, Yogyakarta. Metode gravity adalah suatu metode eksplorasi yang
mengukur medan gravitasi pada titik-titik lokasi yang berbeda dalam area
tertentu. Tujuan eksplorasi dengan menggunakan metode gravity adalah untuk
mengasosiasikan variasi dari perbedaan distribusi rapat massa dan juga jenis
batuan.
Dengan dibuatnya desain survey ini, dimaksudkan untuk mempermudah
para surveyor untuk mencari titik-titik pengukuran dengan mudah.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari acara praktikum ini adalah agar praktikan dapat memahami
desain survey dengan akusisi metode gravity dalam pembuatan suatu peta.
Sedangkan tujuannya adalah agar praktikan dapat membuat suatu desain
Survey dan mengakusisi data metode gravity hingga praktikan dapat
menganalisis peta yang sudah dibuat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Regional


Yogyakarta terbentuk akibat pengangkatan Pegunungan Selatan dan
Pegunungan Kulon Progo pada masa Pleistosen awal (0,01-0,7 juta tahun). Proses
tektonisme diyakini sebagai batas umur kuarter di wilayah. Setelah pengangkatan
Pegunungan Selatan, terjadi genangan air (danau) di sepanjang kaki pegunungan
hingga Gantiwarno dan Baturetno. Gunung Api Merapi muncul pada 42.000 tahun
yang lalu, namun data umur K/Ar lava andesit di Gunung Bibi, Berthomier (1990)
menentukan aktivitas Gunung Merapi telah berlangsung sejak 0,67 juta tahun lalu.
Pengangkatan Pegunungan Selatan pada saat Pleistosen Awal, telah membentuk
Cekungan Yogyakarta. Di dalam cekungan tersebut selanjutnya berkembang
aktivitas gunung api (Gunung Merapi). Tinggian di sebelah selatan dan
kemunculan kubah Gunung Merapi di sebelah utara, telah membentuk sebuah
lembah datar.

Gambar 2.1 Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau Jawa dan Madura (modifikasi dari van
Bemmelen, 1949).

Bagian selatan lembah tersebut berbatasan dengan Pegunungan Selatan,


dan bagian baratnya berbatasan dengan Pegunungan Kulon Progo. Kini, di lokasi-
lokasi yang diduga pernah terbentuk lembah datar tersebut, tersingkap endapan
lempung hitam. Lempung hitam tersebut adalah batas kontak antara batuan dasar
dan endapan gunung api Gunung Merapi. Didasarkan atas data penarikhan 14C
pada endapan lempung hitam di Sungai Progo (Kasihan), umur lembah adalah
±16.590 hingga 470 tahun, dan di Sungai Opak (Watuadeg) berumur 6.210 tahun.
Endapan lempung hitam di Sungai Opak berselingan dengan endapan Gunung
Merapi. Jadi data tersebut dapat juga diinterpretasikan sebagai awal pengaruh
pengendapan material Gunung Merapi terhadap wilayah ini. Di Sungai Winongo
(Kalibayem) tersingkap juga endapan lempung hitam yang berselingan dengan
lahar berumur 310 tahun. Jadi, aktivitas Gunung Merapi telah mempengaruhi
kondisi geologi daerah ini pada ±6210 hingga ±310 tl.

2.2. Geologi Lokal Daerah Godean


Longsoran raksasa merupakan longsoran sangat besar kerucut gunung api
komposit ke arah tertentu sehingga membentuk kawah bukaan tapal kuda, yang
dihadapannya terlampar endapan berbentuk topografi gumuk. Penyelidikan
lapangan di daerah Godean dan sekitarnya, Kabupaten Sleman Yogyakarta telah
menemukan endapan longsoran raksasa dari G. Merapi, yang membentuk
topografi gumuk di tepi utara perbukitan batuan gunung api purba Godean.
Sebaran sisa endapan longsoran Merapi itu menutupi area berukuran 2 km x 2 km
dan ketinggian gumuk kurang dari 30 m di atas dataran di sekitarnya. Endapan
longsoran masih sangat lepas, berupa fasies bongkah berlapis, yang tersusun oleh
endapan piroklastika, aliran lava dan endapan rombakan. Seluruh endapan
mengalami frakturasi sangat kuat, membentuk rekahan gergaji dan sesar minor
sebagai akibat gerakan longsor. Endapan longsoran ini dapat terawetkan karena
membentur dan tertahan oleh perbukitan batuan Tersier Godean. Dari G. Merapi
sampai Godean endapan longsoran itu bergerak sejauh 30 – 35 km dengan volume
mencapai 10 km3 dan daerah terlanda mencapai 300 km2. Ke arah selatan,
material longsoran berubah menjadi aliran lahar, yang melanda daerah Bantul
sampai di wilayah Pandak, berjarak 50 km dari G. Merapi. Di bagian barat lahar
mengalir melalui K.Progo dan di sebelah timur mengikuti K. Bedog. Di bagian
tengah endapan lahar tertahan oleh perbukitan batuan Formasi Sentolo sehingga
menyisakan banyak bongkah besar andesit di wilayah Sedayu.
Secara regional, geologi daerah Godean dan sekitarnya telah dilaporkan oleh
Rahardjo drr. (2012) di dalam peta geologi lembar Yogyakarta. Batuan tertua
dimasukkan ke dalam Formasi Nanggulan (Teon), yang berumur Eosen. Formasi
ini terdiri atas batupasir dengan sisipan lignit, napal pasiran, batulempung dengan
konkresi limonit, sisipan napal dan batugamping, batupasir dan tuf. Di atas
Formasi Nanggulan diendapkan Formasi Kebobutak (Tmok), yang tersusun oleh
breksi andesit, tuf, tuf lapili, aglomerat dan sisipan aliran lava andesit dan
berumur Oligo-Miosen. Kedua satuan batuan tersebut kemudian diterobos oleh
diorit (dr) dan andesit (a), yang berumur Miosen Bawah. Lebih ke selatan dari
Godean, yakni di daerah Kabupaten Bantul, terdapat Formasi Sentolo (Tmps),
yang terdiri atas batugamping dan batupasir napalan berumur Miosen – Pliosen.
Volkanisme Kuarter di daerah Yogyakarta membentuk Gunung api Merapi, yang
materialnya dibagi menjadi Endapan Gunung api Merapi Tua (Qmo) dan Endapan
Gunung api Merapi Muda (Qmi). Hanya Endapan Gunung api Merapi Muda yang
sampai di daerah Godean dan Bantul.
Berdasarkan hasil penelitian, batuan Tersier di daerah Godean dihasilkan
oleh kegiatan gunung api purba setempat, yang dinamakan Gunung api purba
Godean. Di bawah ini dipaparkan bentang alam dan batuan hasil kegiatan Gunung
api purba Godean dan G. Merapi. Endapan G. Merapi terdiri atas endapan
longsoran dan endapan lahar.
BAB III

DASAR TEORI

3.1. Pengertian Peta


Peta merupakan ungkapan miniatur suatu posisi permukaan bumi yang
dilihat dari atas dan diproyeksikan pada bidang datar. Kegunaan peta adalah
untuk mengeplot atau mencantumkan suatu objek pengamatan di permukaan
bumi kedalam peta (diantaranya : lokasi, singkapan batuan, jalan raya, kota,
dan permukiman).
3.1.2. Penggolongan Peta
a. Berdasarkan atas skala peta
- Peta Teknik - Peta Geografi
- Peta Topografi - Peta Situasi
b. Berdasarkan atas tema pembuatan peta (Peta Tematik)
- Peta Geologi - Peta Navigasi
- Peta Kehutanan - Peta Hidrogeologi
1 Berdasarkan letak peta terhadap muka bumi
Peta Pemukaan
Peta Bawah Permukaan

3.1.2. Kelengkapan Peta


Kelengkapan peta merupakan hal yang sangat penting dalam
pembuatan peta, hal ini berhubungan dengan informasi apa saja yang ada
dalam peta tersebut. Berikut unsur-unsur penting yang harus ada dalam peta
khususnya peta topografi, antara lain:
a. Relief
Adalah beda tinggi suatu tempat atau gambaran
kenampakan tinggi rendah suatu daerah serta curam landainya sisi-
sisi perbukitan. Jadi menunjukkan perbedaan tinggi rendahnya
permukaan bumi. Contoh : bukit, lembah, pegunungan, gawir, dll.
b. Drainage
Drainage atau pola pengaliran adalah segala macam
bentuk-bentuk yang hubungannya dengan penyaluran air baik di
permukaan maupun di bawah permukaan bumi. Contoh : sungai,
danau, rawa, laut/pantai, dll.
c. Culture
Merupakan segala bentuk hasil kebudayaan (budi daya
manusia) atau kebudayaan manusia, seperti perkampungan,
perkebunan, persawahan, dll.
d. Skala
Merupakan perbandingan jarak horisontal sebenarnya
dengan jarak di peta. Skala ada 3 jenis yaitu:
1) Skala Fraksi
Contoh : skala 1 : 25.000, artinya adalah 1cm dalam peta
sama dengan 25000 cm, (250 m) di lapangan. Kelemahan
dari
skala ini adalah bila peta mengalami pembesaran,
pengecilan atau pemuaian maka skala ini tidak di pakai
lagi.
2) Skala Verbal
Skala ini dinyatakan dengan ukuran panjang.
Contoh : 1cm = 10 km. Skala ini tidak jauh berbeda dengan
skala frasi.
3) Skala Grafis
Perbandingan jarak horizontal sesunguhnya dengan jarak
peta yang ditunjukan dengan garis. Keuntungannya tidak
akan terpengaruh baik pembesaran, pengecilan, maupun
pemuaian peta.
0 1 2 3 4 cm
1 : 50001 cm = 50 m
0 50 100 150 200 m

A B C
Gambar 2.1. Skala fraksi (A), Skala verbal (B), Skala grafis (C).
e. Orientasi Peta
Merupakan bagian yang menunjukan ukuran dari
peta,arah
utara di kenal ada dua macam yaitu sebagai berikut :
 Arah utara magnetik, yaitu arah utara yang ditunjukan oleh
jarum magnet.
 Arah utara sebenarnya, yaitu arah utara secara geografis atau
arah utara yang sesuai dengan sumbu bumi.

Gambar 2.2. Orientasi Peta.

f. Legenda
Pada peta topografi banyak digunakan tanda untuk
mewakili bermacam-macam keadaan yang ada di lapangan dan
biasanya terletak di bagian bawah dari peta.
g. Judul Peta dan Lembar peta.
Merupakan nama daerah yang mencangkup dalam peta,
sedangkan nomor lembar peta berdasarkan sistem pembagian peta
tertentu.
h. Converage Diagram
Merupakan diagram yang menunjukan keterangan cara atau
metode pembuatan peta, hal ini untuk dapat memperkirakan
sampai sejauh mana kebaikan/ketelitian peta, misalnya :
o Dibuat berdasarkan foto udara
o Dibuat berdasarkan pengukuran di lapangan
i. Indeks Administrasi.
Merupakan pembagian daerah berdasarkan hukum
pemerintahan. hal ini penting untuk memudahkan pengurusan surat
izin untuk melakukan atau mengadakan penelitian/pemetaan.

Gambar 2.3. Indeks Administrasi.

j. Indeks To Adjoining Sheet.


Merupakan petunjuk tentang kedudukan / posisi peta
tehadap peta-peta yang ada di sekitarnya.
k. Edisi Peta
Keterangan tentang tahun pembuatan peta tersebut yang
berguna untuk mengetahui mutu daripada peta atau mengetahui
kapan peta tersebut dicetak atau dibuat.
3.1.3. Peta Topografi

Peta Topografi adalah peta yang menggambarkan bentuk penyebaran


dan ukuran dari roman muka bumi yang sesuai dengan daerah sebenarnya
menggunakan garis kontur. Karena target praktikum ini adalah untuk
membuat peta topografi dan peta situasi maka harus dipelajari terlebih dahulu
tentang garis kontur beserta sifat-sifatnya yang antara lain adalah sebagai
berikut :
 Garis kontur
Merupakan garis khayal tertutup, yang menghubungkan
titik-titik ketinggian yang sama di permukaan bumi atau
kedalaman yang sama di dasar laut, yang diukur dari suatu titik
ketinggian acuan biasanya diambil dari permukaan air laut rata-
rata.
Beberapa sifat garis kontur yang harus diketahui adalah
sebagai berikut :
1. Garis kontur merupakan garis yang tertutup.
2. Nilai garis kontur dihitung dari ketinggian muka air laut rata-
rata sebagai nilai nol
3. Garis kontur tidak akan berpotongan atau bertemu dengan nilai
ketinggian yang berlainan, kecuali dalam keadaan ekstrim
seperti over hanging cliff.
4. Garis kontur tidak bercabang
5. Garis kontur rapat menunjukan topografi yang curam,
sebaliknya garis kontur yang renggang menunjukan topografi
yang landai
6. Garis kontur akan meruncing ke hulu jika memotong suatu
lembah sungai
7. Garis kontur yang digambarkan dengan garis putus-putus
dengan harga interval setengah dijumpai pada bagian puncak
bukit.
 Interval Kontur
Jarak vertikal antara garis kontur satu dengan garis kontur
lainnya yang berurutan. interval kontur pada peta tergantung dari:
1. Skala peta, perbandingan luas daerah yang akan
dipetakan.
2. Relief, kontras beda elevasi daerah yang akan
dipetakan
3. Tujuan dari peta, apakah untuk pekerjaan geologi
umum maupun geologi teknik atau untuk kepentingan
militer. Jika tidak ada hal-hal khusus atau dalam
keadaan umum, maka interval kontur dapat
ditentukan sebagai berikut :

IK (Interval Kontur) = skala peta X 1/2000

Misalnya skala peta 1 : 50.000


IK = 50.000 X 1/2000 = 25 meter
Rumus diatas digunakan untuk peta berskala 1:
25.000 dan peta berskala lebih dari 1: 25.000
 Indeks Kontur
Garis kontur yang dicetak tebal pada peta, yang mana
merupakan kelipatan tertentu dari beberapa garis kontur
(kelipatan lima atau sepuluh).

3.2. Jenis-Jenis Peta


3.2.1. Penggolongan Peta
a. Berdasarkan atas skala peta
b. Berdasarkan
- Peta Teknik - Peta Geografi
- Peta Topografi - Peta Situasi
c. as tema pembuatan peta (Peta Tematik)
- Peta Geologi - Peta Navigasi
- Peta Kehutanan - Peta Hidrogeologi
d. Berdasarkan letak peta terhadap muka bumi
i. Peta Pemukaan
ii. Peta Bawah Permukaan

3.3. Peta Desain Survey


Desain Survey adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi tentang orang yang jumlahnya besar, dengan cara
mengumpulkan informasi penting dengan aspek-aspek yang memenuhi
tentang suatu daerah tersebut. Survey dapat digunakan dalam penelitian yang
bersifat eksploratif, deskriptif maupun eksperimental. Desain survey bertujuan
untuk memberkan arahan dan mempermudah dalam proses survey di lapangan
untuk mencari data. Sedangkan peta desain survey adalah bentuk interpretasi
hasil survey berdasarkan informasi yang telah diketahui yang dilihat dari atas
dan diproyeksikan pada bidang datar. Kegunaan peta adalah untuk mengeplot
atau mencantumkan suatu objek pengamatan di permukaan bumi kedalam
peta (diantaranya: lokasi, singkapan batuan, jalan raya, kota, dan
permukiman).
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Diagram Alir Pengolahan Data

Gambar 4.1. Diagram Alir Pengolahan Data


4.2. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
Penjelasan diagram diatas adalah sebagai berikut :
1. Untuk melakukan desain survey, pertama-tama harus memiliki file peta
geologi dan peta topografi daerah yang akan dilakukan desai survey.
2. Kemudian di overlay menggunakan aplikasi Global Mapper dengan cara
kedua file tersebut ditimpa jadi satu hingga mendapatkan grid untuk
dicatat koordinat lokasinya.
3. Setelah munculnya grid, langkah selanjutnya menentukan titik-titik yang
sekiranya target mineral yang dicari tersebar dengan dilihat dari peta
geologi yang menunjukkan warna litologi yang berbeda.
4. Kemudian dari titik-titik tersebut dicatat koordinatnya dan dimasukkan ke
dalam Ms.Excel.
5. Lalu, koordinat-koordinat yang sudah dimasukkan ke dalam Ms.Excel
dipindahkan ke aplikasi surfer.
6. Selanjutnya, pembuatan post map titik pengukuran dengan menggunakan
Global Mapper dari file yang sudah dibuat sebelumnya.
7. Kemudian, data yang sudah dibuat pada langkah diatas di overlay pada
peta topografi dan titik pengukuran, dan satu lagi pada peta geologi, peta
topografi dan titik pengukuran.
8. Dengan langkah-langkah diatas, maka jadilah desain survey akusisi
dengan metode gravity.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Peta Desain Survey ( Peta Topografi dan Titik Pengukuran)

Gambar 5.1 Desain Survey Peta Topografi dan Titik Pengukuran


5.2. Peta Desain Survey ( Peta Geologi, Peta Topografi, dan Titik
Pengukuran)

Gambar 5.2 Desain Survey Peta Geologi, Peta Topografi, dan Titik Pengukuran

Peta geologi diatas merupakan peta geologi lokal daerah Godean. Pada
peta tersebut dapat dilihat bahwa terdapat litologi yang berbeda, kuning yang
artinya apa, hijau muda artinya ada, merah artinya apa, dan merah muda artinya
apa. Peta geologi tersebut juga dioverlay oleh peta topografi daerah Godean,
dimana mempunyai garis-garis kontur yang berbeda. Ada yang rapat sekali
menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang curam, dan juga ada
yang garis konturnya renggang yang artinya daerah tersebut merupakan daerah
yang landai. Daerah Godean memiliki endapan mineral yang bermacam-macam,
yag disebabkan oleh banyaknya formasi yang menyusun daerah tersebut.Namun
dalam pembuatan desain survey kali ini, yang menjadi target dalam pencarian
adalah pasir kuarsa di daerah Godean. Penentuan persebaran titik-titik pengukuran
diatas berdasarkan litologi nya yang memungkinkan adanya target dan
penerusannya kearah timur.
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan

6.2. Saran
Dalam pengerjaan tugas ini, praktikan harus menguasai dalam
menggunakan aplikasi surfer dan global mapper, karena dalam tugas
perpetaan kali ini adalah mengolah data dengan menggunakan aplikasi
tersebut. Oleh karen itu, jika ingin membuat desain survey harus paham
terlebih dahulu dalam pengaplikasian surfer dan global mapper.
DAFTAR PUSTAKA

Andrian, Try. 2013. Geologi Regional D.I. Yogyakarta (online).


https://tryfor3.wordpress.com/2013/11/22/geologi-regional-d-i-
yogyakarta/. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2018 pukul 22.00 WIB.
Anonim. 2017. Panduan Praktikum Perpetaan Topografi 2017. Yogyakarta:
Laboratorium Geofisika Eksplorasi Program Studi Teknik Geofisika UPN
“Veteran” Yogyakarta.
Anonim. 2016. Metode Gravity (online).
https://id.wikipedia.org/wiki/Metoda_gravitasi. Diakses pada tanggal 3
Oktober 2018 pukul 02.15 WIB.
Anonim. 2016. Teknik Geofisika (online). http://www.itera.ac.id/en/teknik-
geofisika/. Diakses pada tanggal 3 Oktober 2018 pukul 02.02 WIB.
Bemmelen, van, R.W. 1949, The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff.
Nederland: The Haque.
Bronto.S dkk. Longsoran Raksasa Gunung Api Merapi Yogyakarta – Jawa
Tengah Gigantic Landslides Of Merapi Volcano, Yogyakarta – Central
Java

Anda mungkin juga menyukai