Anda di halaman 1dari 9

Kaidah Kedelapan

TERHINDAR DARI MAYSIR (JUDI)

A. Substansi dan Ruang Lingkup Maysir


Ada dua istilah populer yang menunjukkan makna maysir, kedua istilah
tersebut adalah maysir dan qimar. Setelah menelaah beberapa literatur fikih, maka
bisa disimpulkan bahwa maysir dan qimar bermakna sama (sinonim) dengan
penjelasan detail sebagai berikut:

1. Istilah Maysir
Menurut bahasa, maysir (‫ )ميسر‬adalah judi pada masa jahiliah. Maysir juga sering
diistilahkan dengan juzur (‫)جزر‬, siham (‫)سهام‬, dan nard (‫)نرد‬.
Pada masa jahiliah, istilah maysir diartikan al-qadh liqtisamil juzur (‫الةتسام الجزع‬
‫)القدح‬. Bahkan praktik judi saat itu menjadikan istri dan anak-anaknya menjadi
objek taruhan dan hamba sahaya sebagai imbalan bagi pemenang judi.
Substansi maysir (judi) dalam praktik jahiliah adalah taruhan
mukhatarah/murahanah (‫ مراهنة‬/ ‫)مخاطرة‬, mengadu nasib dan istilah yang
semakna. Maksud substansi maysir (judi) adalah setiap pelaku maysir bertaruh
untuk menjadi pemenang atau pihak yang kalah.

2. Istilah Qimar
Qimar juga maknanya sama seperti maysir yaitu setiap taruhan dimana menang
atau kalah ditentukan oleh sesuatu yang tidak diketahui.
Substansi qimar (judi) adalah taruhan mukhatarah/murahanah (‫ مراهنة‬/ ‫)مخاطرة‬,
mengadu nasib dan istilah lain yang semakna. Maksud substansi qimar (judi)
adalah setiap pelaku qimar bertaruh untuk menjadi pemenang atau pihak yang
kalah.
Taruhan (mukhatarah/murahanah) dalam perjudian adalah kebalikan dari
usaha terencana dan berbeda pula dengan risiko, karena taruhan
(mukhatarah/murahanah) yang terjadi dalam judi berarti seseorang
mempertaruhkan harta yang bisa menjadi pemenang atau kalah.

Dengan penjelasan di atas, bisa disimpulkan bahwa qimar dan maysir bisa
diartikan “setiap permainan yang menempatkan salah satu pihak harus menanggung
beban pihak lain akibat permainan tersebut”.
Setiap permainan atau pertandingan, baik berbentuk game of change, game
of skill maupun natural events, harus menghindari terjadinya zero sum game, yakni
kondisi yang menempatkan salah satu atau beberapa pemain harus menanggung
beban pemain lain.
Maysir bisa mencakup bisnis, permainan dan pertandingan. Selama terdapat
keempat criteria tersebut di atas, maka bisnis, permainan, dan pertandingan
termasuk maysir (judi).

B. Unsur-unsur Maysir
Untuk lebih memperjelas substansi maysir, sebuah transaksi atau permainan
bisa dikatakan sebagai maysir jika terdapat unsur-unsur berikut:

Pertama, taruhan mukhatarah/murahanah (‫ مراهنة‬/ ‫)مخاطرة‬


Atau dalam bahasa lain ‘mengadu nasib’ yang menempatkan pelaku bisa
menang atau bisa kalah. Taruhan spekulasi menjadi kriteria inti seluruh bentuk
maysir.

Kedua, pelaku berniat mencari uang dengan mengadu nasib


Tidak ada niat dan target lain kecuali mencari uang dengan cara mengadu
nasib. Hal ini untuk membedakan dengan permainan yang tidak menjadi sarana
mencari uang. Seperti pertandingan futsal, dengan perjanjian, tim yang kalah dalam
pertandingan, harus menanggung biaya sewa lapangan.

Ketiga, pemenang mengambil hak orang lain yang kalah (Zero sum game)
Seluruh pelaku masih mempertaruhkan hartanya, pelaku judi
mempertaruhkan hartanya tanpa imbalan (muqabil). Dalam judi, yang
dipertaruhkan adalah uang yang diserahkan, hal ini berbeda dengan tansaksi bisnis,
karena dalam transaksi bisnis yang dipertaruhkan adalah kerja dan risiko bisnis.

Keempat, harta yang dipertaruhkan dari peserta (pelaku) bukan dari pihak lain
seperti sponsorship atau yang lainnya.
Dari penjelasan di atas, kita dapat mengidentifikasi praktik judi, yaitu setiap
praktik yang ada empat unsur tersebut, maka itu termasuk judi.
Jika tidak terdapat keempat unsur tersebut, maka bukan termasuk judi.
Begitu pula kita bisa menegaskan, maysir ini tidak terbatas pada praktik judi,
domino, dan semacamnya, tetapi juga termasuk setiap permainan (musabaqah)
yang memenuhi keempat kriteria maysir (judi) tersebut.

C. Ketentuan Hukum, Dalil, dan Hikmah Larangan Maysir


Pertama ualma sepakat bahwa maysir itu diharamkan dalam Islam sesuai
dengan dalil-dalil berikut:
Dalil Al-Qur’an:
َ‫ان فاجْ تنِبُو َهُ لعلَّ ُك َْم ت ُ ْف ِل ُحون‬ َّ ‫ل ال‬
َِ ‫شيْط‬ َِ ‫ن عم‬ َُ ‫يا أيُّها الَّ ِذيْنَ آمنُ ْوا ِإنَّما ْالخ ْم َُر و ْالم ْيس‬
َْ ‫ِر واأل ْنصابَُ واأل ْزال َُم ِرجْ سَ ِم‬

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. (QS Al-Maidah [5]: 90)
Dalam ushul fikih, lafadz ‘fajtanibu’ adalah shigat yang digunakan Al-Qur’an
yang bermakna larangan atau haram. Maka maysir itu diharamkan dengan nash Al-
Qur’an ini.

D. Risiko (Risk / ‫ )خطر‬dan Spekulasi Dalam Islam


Dalam Islam, risiko bisa dibedakan menjadi dua hal:
Pertama, risiko yang melekat dalam setiap investasi. Risiko jenis ini harus
ada dan melekat dalam setiap akad investasi, sesuai dengan kaidah fikih al-kharraj
bi al-dhaman, al-ghurmu bi al-ghunmi.
Dalam investasi, risiko harus berbanding lurus dengan keuntungan, jika ada
risiko maka ada hak keuntungan dan sebaliknya.
Risiko dalam bisnis memiliki tiga kriteria:
1. Dapat diabaikan (al-gharar al-yasir)
Untuk suatu tolerable risk, kemungkinan dari kegagalan haruslah lebih kecil
daripada kemungkinan tingkat keberhasilannya.
2. Tidak dapat dihindarkan/inevitable/la yumkinu at-taharruz’anhu
Mengindikasi bahwa tingkat penambahan nilai dari suatu aktivitas transaksi
tidak dapat diwujudkan tanpa adanya kesiapan untuk menanggung risiko.
3. Tidak diinginkan dengan sengaja/unintentional/ghairu maqshud
Mengisyaratkan bahwa tujuan dari suatu transaksi ekonomi yang normal adalah
untuk menciptakan nilai tambah, bukan untuk menanggung risiko. Sehingga
risiko bukan merupakan sesuatu yang menjadi keinginan dari suatu transaksi
keuangan dan investasi.

Kedua, risiko yang tidak dibolehkan adalah spekulasi dan taruhan seperti
maysir (judi)
Spekulasi adalah istilah yang biasa dipakai di pasar modal. Spekulasi adalah
perilaku negatif dalam bahasa Arab dikenal dengan mudharabah dan muqamarah.
Spekulasi istilah yang dipakai di pasar modal.
Spekulasi bermakna negatif dalam bahasa Arab dikenal dengan mudharabah
dan muqamarah.
Spekulasi bermakna membeli ketika harga jual mahal dengan cara membeli
sebelum dibayar dan ia jual sebelum barang dimiliki untuk mendapatkan perbedaan
harga beli dan jual.
Dari definisi ini, jelas karakteristik spekulasi, yaitu:
1. Menjual barang yang belum dimiliki.
2. Melakukan transaksi formalitas.
3. Transaksi yang pertama yang dilakukan oleh spekulan adalah transaksi
formalitas itu belum sempurna karena barang belum dimiliki.
4. Membeli untuk langsung dijual ketika itu.
5. Spekulan membeli barang bukan untuk dimiliki, tetapi untuk langsung dijual.
6. Menciptakan permintaan palsu agar harga barang itu naik atau turun.
7. Tanpa pertimbangan, data dan kajian (spekulatif).
8. Ada unsur taruhan atau bertaruh nasib.

Di antara contoh-contoh spekulasi: short selling (alBa’I ‘ala al-Maksyuf), At-


ta’amul bi al-ikhtiyarat, asy-syart al-jaza’i.

Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ fatawa:

َ‫ذ ِلكَ فهذا الَ بُ َدَّ منِ ْه‬، ‫ي‬


َْ ِ‫للاِ ف‬ َُ ‫ن يَّ ِبيْعها بِ ِربْحَ ويتو َّك‬
َ ‫ل ع لئ‬ ْ ‫ن ي ْشت ِري الس َّْلعةَ بِق‬
َْ ‫ص َِد ا‬ َِ ‫ْالخط َُر خطر‬
َْ ‫ خط َُر التَّجارةَِ وهُوَ أ‬: ‫ان‬

ْ ‫ل فهذا الَّذ‬
َ‫ِي‬ ِ ‫اس بِ ْالب‬
َِ ‫اط‬ َِ ‫ي يتض َّمنَُ أ ْكلَ أ ْموا‬
َ ِ َّ‫ل الن‬ َُ ‫ ْالم ْيس‬: ‫ و ْالخط َُر الثَّانِئ‬.َ‫الَّ بِذ ِلك‬
َْ ‫ِر الَّ ِذ‬ َ ‫( فالتَّجار َة ُ الَ ت ُك ْونَُ ِإ‬...)‫ل ِلت ُّ َّجار‬،

ُ‫س ْولُ َه‬


ُ ‫اللهح َّز ِم َهُ ور‬

“Risiko terbagi menjadi dua, yang pertama adalah risiko bisnis, yaitu seseorang yang
membeli barang dengan maksud menjualnya kembali dengan tingkat keuntungan
tertentu, dan dia bertawakkal kepada Allah atas hal tersebut. Ini merupakan risiko
yang harus diambil oleh para pebisnis… bisnis tidak mungkin terjadi tanpa hal
tersebut. Yang kedua adalah maysir yang berarti memakan harta orang lain dengan
cara yang batil. Spekulasi inilah yang dilarang Allah dan Rasul-Nya.”

Spekulasi ini bisa dikategorikan gharar atau maysir (zero sum game), yang
mengandung tindakan memakan harta sesame secara batil. Jenis inilah yang
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

E. Penjelasan Spekulasi Dalam Fatwa-fatwa DSN


Beberapa fatwa DSN menjelaskan tentang praktik spekulasi tersebut yaitu
sebagai berikut:
1. Fatwa DSN tentang Sharf
Dalam fatwa DSN tentang sharf dijelaskan bahwa transaksi jual beli mata
uang dengan tujuan spekulasi itu diharamkan, sebagaimana penjelasan fatwa
sebagai berikut:
Transaksi jual beli mata uang pada prinsipnya boleh dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan).
b. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan).
c. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus
sama dan secara tunai (attaqabudh).
d. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang
berlaku pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.
2. Fatwa DSN tentang Pedoman Pasar Modal
Dalam fatwa DSN tentang pasar modal dijelaskan bahwa transaksi pasar
modal yang diharamkan adalah setiap transaksi yang ada unsur spekulasinya
sebagaimana pennjelasan fatwa di bawah ini:
a. Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta
tidak diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya
mengandung unsur dharar, gharar, riba, risywah, maksiat, dan kezaliman.
b. Transaksi yang mengandung unsur dharar, gharar, riba, risywah, maksiat,
dan kezaliman sebagaimana dimaksud poin a di atas meliputi:
 Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu;
 Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (Efek
Syariah) yang belum dimiliki (short selling);
 Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk
memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang; menimbulkan
informasi yang menyesatkan;
 Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas Efek Syariah dengan
fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian
pembelian Efek Syariah tersebut; dan
 Ihtikar (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan
pengumpulan suatu Efek Syariah untuk menyebabkan perubahan
harga Efek Syariah, dengan tujuan memengaruhi pihak lain;
 Dan transaksi-transaksi lain yang mengandung unsur-unsur di atas.
3. Fatwa DSN tentang Mekanisme Perdagangan Efek
Begitu pula dalam fatwa DSN tentang perdagangan efek dijelaskan bahwa
transaksi perdagangan efek yang diharamkan adalah setiap transaksi yang ada
unsur spekulasinya sebagaimana penjelasan fatwa sebagai berikut:
Pelaksanaan Perdagangan Efek harus dilakukan menurut prinsip kehati-
hatian serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi, manipulasi, dan tindakan
lain yang di dalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maysir, risywah,
maksiat dan kezaliman, taghrir, ghisysy, tanajusy/najsy, ihtikar, ba’I al-ma’dum,
talaqqi al-rukban, gabn, riba, dan tadlis.
F. Alternatif yang Halal
Untuk menghindari terjadinya maysir dalam sebuah permainan, misalnya
pembelian tropy atau bonus untuk para juara jangan berasal dari dana partisipasi
para pemain, melainkan dari para sponsorship yang tidak ikut bertanding. Dengan
demikian, tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas kemenangan pihak lain.
Pembelian tropy atau bonus dengan cara tersebut, dalam istilah fikih dikenal
dengan istilah adil dan halal hukumnya.
Unsur-unsur penting tentang maysir bisa dijelaskan dalam tabel berikut ini:
Substansi Maqashid ‘Illat Solusi
Setiap permainan Menghindarkan Taruhan Tropy atau bonus
yang menempatkan kemalasan kerja untuk para juara
salah satu pihak karena impian dan jangan berasal dari
harus menanggung spekulasi, dana partisipasi
beban pihak lain permusuhan antara para pemain
akibat permainan sesama
tersebut
DIBERIKAN UNTUK NON-PEMAIN

HADIAH

NON-ZERO SUM GAME

RESULT OF GAME
UNCERTAINTY NON-ZERO SUM GAME
GAME OF CHANGE GAME OF SKILL NATURAL EVENT

ZERO SUM GAME

MAYSIR

DIBAYAR UNTUK PEMAIN


Gambar 24. Maysir vs hadiah

Money Game dan Skema Piramida dalam Bisnis Multi Level Marketing
Menurut Regulasi dan Fatwa DSN
Pertama, Mendapatkan Surat Izin Usaha Penjualan langsung (SIUPL).
Sesuai dengan peraturan Menteri Perdagangan Pasal 9 Nomor: 32/M-
DAG/PER/8/2008 tentang penyelenggaraan kegiatan usaha perdagangan dengan
sistem penjualan langsung, disebutkan hal-hal berikut:
1. Setiap perusahaan wajib memiliki SIUPL
2. Perusahaan yang baru melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan sistem
penjualan langsung diberikan SIUPL Sementara dengan masa berlaku selama 1
(satu) tahun.
3. SIUPL sementara menjadi SIUPL Tetap dengan masa berlaku selama perusahaan
menjalankan kegiatan usahanya, apabila perusahaan telah melaksanakan
kegiatan usaha sesuai dengan program pemasaran, kode etik, dan peraturan
perusahaan.

Kedua, tidak termasuk money game atau lebih khusus tidak menjalankan sistem
skema piramida.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 tentang


Perdagangan Pasal 9 telah menjelaskan sebagai berikut:

“Pelaku Usaha Distribusi dilarang menerapkan sistem skema piramida dalam


mendistribusikan barang. Yang dimaksud dengan “skema piramida” adalah
istilah/nama kegiatan usaha yang bukan dari hasil kegiatan penjualan
barang. Kegiatan usaha itu memanfaatkan peluang keikutsertaan mitra usaha
untuk memperoleh imalan atau pendapatan terutama dari biaya partisipasi
orang lain yang bergabung kemudian atau setelah bergabungnya mitra usaha
tersebut”. (UU RI No. 7 Tahun 2014 Pasal 9 tentang Perdagangan)

Ketiga, Indikator Money Game dan Skema Piramida

Money game adalah suatu kegiatan pengumpulan uang atau kegiatan


menggandakan uang yang ada praktiknya pemberian bonus atau komisi diambil
dari penambahan atau perekrutan anggota baru, dan bukanlah dari penjualan
produk. Dan kalaupun ada penjualan produk, hal itu hanyalah kamuflase.

Untuk mengenali money game bisa dikenali dari indikator berikut:

1. Untuk bergabung, diwajibkan harus membayar.


2. Setelah bergabuung, kita menerima hak untuk menjual sesuatu (bisa berupa
produk dagangan, tapi itu hanyalah samara).
3. Kita mendapatkan hak untuk merekrut orang yang akan bertindak sama seperti
kita (mencari orang lain untuk direkrut, begitu seterusnya).
4. Kita dibayar karena kita merekrut banyak orang, bukan karena menjual barang
atau produk kepada non member. (Seminar APLI 26 Maret 2012 tentang
Waspada Money Game).
5. Target utama MLM adalah bonus.
6. Substansi MLM adalah mobilitas uang dan member.
7. Secara bisnis, tidak mungkin mendapatkan keuntungan dari penjualan produk
yang menjadi objek jual.
8. Biaya pendaftaran digunakan perusahaan untuk memberikan bonus kepada
member.

Keempat, Aspek fatwa Dewan Syariah Nasional – MUI


DSN telah menyusun batasan dan kriteria transaksi MLM yang dibolehkan,
yaitu:

1. Praktik PLBS yang dilakukan itu tidak terdapat objek transaksi riil yang
diperjualbelikan.
2. Objek PLBS tersebut merupakan bukan sesuatu yang diharamkan atau
dipergunakan untuk sesuatu yang diharamkan.
3. Transaksi PLBS tersebut tidak mengandung unsur gharar.
4. Dalam praktik PLBS tersebut tidak terjadi kenaikan harga/biaya yang berlebihan
(excessive mark-up).
5. Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha (anggota) tidak
berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang terkait langsung dengan volume
penjualan dan bukan merupakan pendapatan utama mitra usaha (anggota)
dalam PLBS tersebut.
6. Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha (anggota) jelas
jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad) sesuai dengan target penjualan
perusahaan.
7. Tidak terdapat bonus atau komisi secara pasif yang diperoleh tanpa melakukan
pembinaan kepada para mitra usahanya (anggota) atau penjualan produk.
8. Komisi atau bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada mitra usaha
(anggota) tidak menimbulkan ighra.
9. Tidak terdapat eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara
anggota pertama dengan anggota berikutnya.
10. Sistem perekrutan keanggotaan, bentuk penghargaan, dan acara seremonial
yang dilakukan mengandung unsur yang bertentangan akidah, syariah, dan
akhlak.
11. Setiap mitra usaha (anggota) yang melakukan perekrutan keanggotaan
berkewajiban melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap mitra usaha
(anggota) yang direkrutnya.

Anda mungkin juga menyukai