Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Model Pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran esensial dalam

melaksanakan proses pembelajaran IPA. Model pembelajaran ini melandasi dan

menjadi bagian dari model-model pembelajaran IPA yang lain. Proses

pembelajaran IPA yang menitikberatkan pada suatu proses penemuan tentang

alam sehingga diperlukan model pembelajaran yang mampu meningkatkan proses

mental, rasa ingin tahu, berpikir logis-kritis peserta didik. Proses penemuan

terhadap suatu objek dalam IPA mengarah pada suatu penyelidikan

(Wisudawati & Eka, 2014: 80).

Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau

pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses informasi. Gulo (2000)

menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki

secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan

sendiri penemuannya dengan percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran

inkuiri adalah (1) keterlibatan peserta didik secara maksimal dalam proses

kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan

pembelajaran; (3) mengembangkan sikap percaya pada diri peserta didik tentang

apa yang ditemukan dalam proses inkuiri (Trianto, 2009: 166).

9
10

Menurut Robert B. Sund (Nurdin & Adriantoni, 2016: 214 - 215) inkuiri adalah

perluasan dari discovery yang digunakan lebih mendalam, artinya proses inkuiri

mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatnya, yaitu:

merumuskan problem, merancang eksperimen, melakukan eksperimen,

mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan.

Menurut Sanjaya & Suyanti (Sadia, 2014: 125-126) dalam pengembangan

model pembelajaran inkuiri ada sejumlah prinsip yang diperlukan agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Berorientasi pada pengembangan intelektual


b. Prinsip interaksi
c. Prinsip bertanya
d. Prinsip belajar untuk berpikir
e. Prinsip keterbukaan
f. Prinsip penggunaan fakta dalam pengujian hipotesis

Menurut Trianto (2009) kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya

kegiatan inkuiri bagi peserta didik adalah:

a. Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang peserta didik

berdiskusi.
b. Inkuiri berfokus pada hipotesis.
c. Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).

Kelebihan dari model pembelajaran inkuiri menurut Nurdin & Adriantoni

(2016) adalah sebagai berikut:

a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self concept” pada diri peserta didik,

sehingga peserta didik dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih

baik.
11

b. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar

yang baru.
c. Mendorong peserta didik untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,

bersikap objektif, jujur, dan terbuka.


d. Mendorong peserta didik untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya

sendiri.
e. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f. Situasi proses belajar lebih merangsang.
g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h. Memberi kebebasan peserta didik untuk belajar sendiri.
i. Peserta didik dapat menghindari cara-cara belajar tradisional.

Disamping memiliki beberapa kelebihan model pembelajaran inkuiri juga

memiliki beberapa kekurangan. Berikut ini kekurangan dari model pembelajaran

inkuiri:

a. Peserta didik harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, peserta didik

harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan

baik.
b. Pada keadaan kelas yang jumlah peserta didiknya banyak maka metode ini

tidak akan mencapai hasil yang memuaskan.


c. Pendidik dan peserta didik yang sudah sangat terbiasa dengan proses belajar

mengajar gaya lama maka metode inkuiri ini akan mengecewakan.


d. Ada kritik, bahwa proses dalam metode inkuiri terlalu mementingkan proses

pengertian saja, kurang memerhatikan perkembangan sikap dan keterampilan

bagi peserta didik.

2. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Menurut Sund & Trow Bridge (Nurdin & Adriantoni, 2016: 217)

mengemukakan tiga macam metode pembelajaran inkuiri yaitu, (1) Inkuiri

terbimbing (Guided Inquiry) dimana peserta didik memperoleh pedoman sesuai


12

dengan yang dibutuhkan. Tahap awal pembelajaran, bimbingan lebih banyak

diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai dengan pengembangan

pengalaman peserta didik. (2) Inkuiri bebas (Free Inquiry) dimana peserta didik

melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuawan. Peserta didik harus

dapat mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang

hendak diselidiki. (3) Inkuiri bebas yang dimodifikasi (Modified Free Inquiry)

dimana pendidik memberikan permasalahan atau problem, selanjutnya peserta

didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,

eksplorasi dan prosedur penelitian.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu kegiatan belajar mengajar

untuk menemukan konsep dengan bimbingan pendidik melalui pertanyaan-

pertanyaan mengarahkan cara berpikir peserta didik. Model ini berfokus pada

proses dan keterampilan untuk melakukan penelitian yang meliputi kegiatan

eksplorasi, menemukan dan pemahaman. Prosedur kegiatan mulai perancangan

penyelidikan, pelaksanaan penyelidikan, pengambilan data penyelidikan, dan

penarikan kesimpulan diarahkan oleh guru (Arlianty et al, 2016).

Model pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mempelajari cara menemukan fakta, konsep dan prinsip

melalui pengalamannya secara langsung. Jadi peserta didik bukan hanya belajar

dengan membaca kemudian menghafal materi pelajarannya, tetapi juga

mendapatkan kesempatan untuk berlatih mengembangkan keterampilan berpikir

dan bersikap ilmiah sehingga memungkinkan terjadinya proses konstruksi


13

pengetahuan dengan baik sehingga peserta didik akan dapat meningkatkan

pemahaman pada materi yang dipelajari (Mulyani et al, 2015).

Dalam model inkuiri terbimbing peran pendidik cukup dominan, pendidik

membimbing peserta didik untuk melakukan kegiatan inkuiri dengan jalan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan awal dan mengarahkan peserta didik pada

suatu diskusi. Proses inkuiri dilakukan melalui tuntunan lembar kerja peserta

didik (LKPD) yang agak rinci, dimana setiap tahapan ada petunjuk atau pedoman

yang dirancang oleh pendidik. Pedoman tersebut biasanya berisi pertanyaan-

pertanyaan atau langkah-langkah yang menuntun peserta didik untuk dapat

menemukan konsep atau prinsip-prinsip ilmiah yang menjadi target pembelajaran

(Sadia, 2014: 131).

Pendidik mengajukan masalah dan peserta didik menentukan proses dan

solusinya. Pembelajaran inkuiri terbimbing sangat penting diterapkan: 1)

menginginkan peserta didik menjadi seorang yang literasi sains/teknologi dan

dapat memecahkan masalah, sehingga peserta didik harus berpartisipasi secara

aktif pada jenjang yang sesuai dalam aktivitas sains dengan bantuan dan

bimbingan pendidik, 2) pembelajaran ini sangat penting bagi peserta didik yang

masih muda (peserta didik kelas rendah), karena mereka membutuhkan

pengalaman belajar secara konkret (Neka et al, 2015).

Menurut Sadia (2014) ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam

penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu:

a. Konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmiah harus ditemukan oleh peserta didik

melalui kegiatan pembelajaran.


14

b. Masalah pada setiap kegiatan inkuiri dapat dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan atau pernyataan.


c. Inkuiri harus dilakukan melalui kegiatan percobaan penyelidikan atau

eksperimen.
d. Proses berpikir ilmiah, kritis, dan kreatif yang merupaka perwujudan dari

operasi mental diharapkan terjadi selama proses inkuiri.


e. Pendidik harus menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses

inkuiri.
f. Sebelum peserta didik melakukan kegiatan inkuiri, pendidik perlu

mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan pengarah agar proses inkuiri dapat

berlangsung lebih efektif.

Berikut tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing yang diadaptasi dari

sintaks model pembelajaran inkuiri dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini :
15

Tabel 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri

No Fase Perilaku Guru


1 Menyajikan Pendidik membimbing peserta didik
pertanyaan atau mengidentifikasi masalah dan masalah dituliskan
masalah. di papan tulis. Pendidik membagi peserta didik
dalam kelompok.
2 Membuat hipotesis Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menyampaikan pendapat dalam
membentuk hipotesis. Pendidik membimbing
peserta didik dalam menentukan hipotesis yang
relevan dengan permasalahan dan
mempreioritaskan hipotesis mana yang menjadi
prioritas penyelidikan.
3 Merancang Pendidik memberikan kesempatan kepada peserta
percobaan didik untuk menentukan langkah-langkah yang
sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan.
Pendidik membimbing peserta didik mengurutkan
langkah-langkah percobaan.
4 Melakukan Pendidik membimbing peserta didik mendapatkan
percobaan untuk informasi melalui percobaan.
memperoleh
informasi
5 Mengumpulkan dan Pendidik memberi kesempatan pada tiap kelompok
menganalisis data untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang
terkumpul.
6 Membuat Pendidik membimbing peserta didik dalam
kesimpulan membuat kesimpulan.
Sumber: Trianto, 2009

Menurut Bruner (Simbolon, 2015) adapun beberapa keunggulan dalam

mengajar dengan menggunakan metode inkuiri terbimbing antara lain:

a. Peserta didik mengetahui konsep-konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.
b. Membantu mengingat pada proses belajar yang baru.
c. Memotivasi peserta didik untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
d. Mendorong peserta didik untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya

sendiri.
e. Memberikan kepuasaan bersifat instrinsik.
f. Proses pembelajaran yang lebih menarik.
Disamping itu metode inkuiri terbimbing juga mempunyai kelemahan, yaitu:
a. Kesulitan untuk mengerti tanpa suatu dasar pengetahuan faktual, pengetahuan

itu secara efisien diperoleh dengan pengajaran deduktif.


16

b. Ada kemungkinan hanya peserta didik yang pandai yang terlibat secara aktif

dalam pengembangan prinsip umum dan peserta didik yang pasif hanya diam

menunggu.
c. Memerlukan waktu yang banyak dan sering.

3. Model Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional yang digunakan dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran langsung. Menurut Arends (Trianto, 2009), model pengajaran

langsung adalah salah satu model mengajar yang dirancang khusus untuk

menunjang proses belajar peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan

deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik, yang dapat

diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah,

terstruktur, mengarahkan kegiatan para peserta didik, dan mempertahankan fokus

pencapaian akademik. Pada pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat

penting.

Salah satu model pembelajaran konvensional yang masih sering digunakan

adalah model pembelajaran langsung dengan metode pembelajaran berupa

ceramah atau eksperimen. Model pembelajaran langsung dikenal dengan istilah

strategi belajar ekspositori dan whole class teaching. Pembelajaran langsung

merupakan suatu model pembelajaran yang terdiri dari penjelasan pendidik

mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap peserta didik. Menurut Syaiful

Sagala (2010) pada pembelajaran yang menggunakan ekspositori pusat kegiatan

ada pada pendidik, pendidik sebagai pemberi informasi, komunikasi yang

digunakan pendidik dalam interaksinya dengan siswa, menggunakan komunikasi

satu arah. Oleh sebab itu pembelajaran peserta didik kurang optimal.
17

“Pembelajaran ekspositori menempatkan guru sebagai pusat pengajaran, karena

pendidik lebih aktif memberikan informasi, menerangkan suatu konsep,

mendemonstrasikan keterampilan dalam memperoleh pola, aturan, dalil, memberi

contoh soal beserta penyelesaiannya, memberi kesempatan peserta didik untuk

bertanya, dan kegiatan guru lainnya dalam pembelajaran ini.

Sintaks model pembelajaran langsung ada 5 fase yaitu fase 1 menyampaikan

tujuan dan mempersiapkan peserta didik, fase 2 mendemonstrasikan pengetahuan

dan keterampilan, fase 3 membimbing pelatihan, fase 4 mengecek pemahaman

dan memberikan umpan balik, fase 5 memberikan kesempatan untuk pelatihan

lanjutan dan penerapan (Trianto, 2007: 127).

4. Aktivitas Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan

mengokohkan kepribadian (Suyono & Hariyanto, 2015: 9). Sedangkan menurut

Winkel (Haling, 2007: 2) belajar pada manusia merupakan suatu proses

psikologis yang berlangsung dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan, dan

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang bersifat konstan/menetap.

Tujuan dari belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang

diharapkan tercapai oleh peserta didik setelah berlangsungnya proses belajar

(Hamalik, 2014: 73). Adapun menurut William Burton (Hamalik, 2001: 31)

beberapa ciri-ciri belajar sebagai berikut:


18

a. Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui (under

going).
b. Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan

hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid.


c. Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang

merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan.


d. Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-

pengalaman yang dapat dipersamakan dan dengan pertimbangan yang baik.

Seperti telah dikemukakan bahwa belajar adalah perubahan sebagai hasil

interaksi yang disebut aktivitas belajar. Aktivitas yang termasuk belajar memiliki

ciri-ciri tertentu yaitu terjadi secara sadar, bersifat fungsional, positif dan aktif,

tidak bersifat sementara, bertujuan dan terarah serta mencakup seluruh aspek

tingkah laku secara utuh (Rusman, 2015: 27).

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam

kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus selalu berkait (Sardiman, 2014: 100).

Karena aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya maka para ahli mengadakan

klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut. Diantaranya menurut Paul D.

Dierich (Hamalik, 2001: 172) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, ialah:

a. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati

eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau

bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip,

menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran,

mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.


19

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu

permainan, mendengarkan radio.


d. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa

karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan

mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, chart, diagram

peta, dan pola.


f. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan memilih alat-alat,

melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan,

menari dan berkebun.


g. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis, faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat

keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-

lain.

Aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu, antara lain:

a. Peserta didik mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri.


b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik.
c. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan para peserta didik yang pada

gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok.


d. Memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan

kekeluargaan, musyawarah dan mufakat.


e. Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkret, sehingga

mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindari terjadinya

verbalisme.
(Hamalik, 2014: 91)
20

5. Keterampilan Berpikir Kritis

Menurut Costa dan Novak (Tawil & Liliasari, 2013: 4) secara umum berpikir

merupakan suatu proses kognitif, suatu aktivitas mental untuk memperoleh

pengetahuan. Proses berpikir dihubungkan dengan pola perilaku yang lain dan

memerlukan keterlibatan aktif pemikir melalui hubungan kompleks yang

dikembangkan melalui kegiatan berpikir. Berdasarkan prosesnya berpikir dapat

dikelompokkan dalam berpikir dasar dan berpikir kompleks. Berpikir kompleks

disebut proses berpikir tingkat tinggi yang salah satunya terdiri dari berpikir kritis.

Menurut Ennis (Kurniawati et al, 2014) keterampilan berpikir kritis merupakan

cara berpikir reflektif dan beralasan yang difokuskan pada pengambilan keputusan

untuk memecahkan masalah. Berpikir kritis memungkinkan peserta didik untuk

menganalisis pikirannya dalam menentukan pilihan dan menarik kesimpulan

dengan cerdas.

Menurut Scriven & Paul (Tawil & Liliasari, 2013: 7) berpikir kritis adalah

proses disiplin yang secara intelektual aktif dan terampil mengkonseptualisasi,

menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan atau mengevaluasi informasi yang

dikumpulkan dari atau dihasilkan oleh pengamat, pengalaman, refleksi, penalaran,

atau komunikasi, sebagai panduan untuk kepercayaam dan tindakan. Menurut

Liliasari berpikir kritis untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan

terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran

yang kohesif dan logis, memahami asumsi dan bias yang mendasari tiap-tiap

posisi.
21

Beberapa defenisi tentang berpikir kritis mulai dari John Dewey yang

dipandang sebagai ‘bapak’ tradisi berpikir modern yang mendefenisikan berpikir

kritis sebagai proses aktif, terus menerus, dan teliti mengenai sebuah keyakinan

atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alsan-

alasan pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan yang menjadi

kecendrungannya. Selanjutnya Edward Glasser mengembangkan gagasan Dewey

yang mendefenisikan berpikir kritis sebagai: (1) suatu sikap mau berpikir secara

mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan

pengalaman seseorang, (2) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan

penalaran yang logis, dan (3) semacam suatu keterampilan untuk menerapkan

metode-metode tersebut (Fisher, 2001: 2-3).

Menurut Tawil & Liliasari (2013) indikator keterampilan berpikir kritis dibagi

menjadi 5 kelompok yaitu: memberikan penjelasan sederhana (elementary

clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), membuat inferensi

(inferring), memberikan penjelasan lebih lanjut (advanced clarification),

mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics). Berikut merupakan Tabel 2.2

menunjukkan indikator dan kata-kata operasional berpikir kritis:

Tabel 2.2 Proses dan Kata-kata Operasional Berpikir Kritis

Indikator Kata-kata Operasional Teori


Memberikan penjelasan Menganalisis pernyataan, Ennis (1980)
sederhana mengajukan dan menjawab
pertanyaan klarifikasi
Membangun keterampilan Menilai kredibilitas suatu
dasar sumber, meneliti menilai hasil
penelitian
Membuat inferensi Mereduksi dan menilai
dedukasi, menginduksi dan
menilai induksi, membuat dan
22

menilai penilaian yang berharga


Membuat penjelasan lebih Mendefenisikan istilah, menilai
lanjut defenisi, mengidentifikasi
asumsi
Mengatur strategi dan Memutuskan sebuah tindakan,
teknik berinteraksi dengan orang lain
Sumber: Tawil, 2013

6. Tinjauan Materi Pencemaran Lingkungan

Materi pelajaran dalam penelitian ini adalah Pencemaran Lingkungan pada

kelas VII semester genap tahun pelajaran 2016 / 2017 yang diajarkan di Sekolah

Menengah Pertama (SMP) berdasarkan kurikulum 2013. Adapun kompetensi

dasar dan indikator pada materi Pencemaran Lingkungan adalah sebagai berikut:

K.D 3.8 Menganalisis terjadinya pencemaran lingkungan dan dampaknya bagi

ekosistem.

Indikator:

3.8.1 Mengemukakan konsep pencemaran lingkungan.

3.8.2 Mengemukakan faktor-faktor penyebab pencemaran air.

3.8.3 Menganalisis kemungkinan dampak pencemaran air bagi lingkungan dan

makhluk hidup.

3.8.4 Menyelidiki pengaruh air jernih dan tercemar terhadap kondisi

(pergerakan) ikan.

3.8.5 Mengemukakan faktor-faktor penyebab pencemaran udara.

3.8.6 Menganalisis kemungkinan dampak pencemaran udara.

3.8.7 Mengemukakan faktor-faktor penyebab pencemaran tanah.

3.8.8 Menganalisis kemungkinan dampak pencemaran tanah.


23

K.D 4.8 Membuat tulisan tentang gagasan penyelesaian masalah pencemaran di

lingkungannya berdasarkan hasil pengamatan.

Indikator:

4.8.1 Membuat gagasan tentang upaya-upaya untuk mengatasi dan mengurangi

pencemaran air.

4.8.2 Membuat gagasan tentang upaya-upaya untuk mengurangi dampak

pencemaran tanah.

Pembelajaran dan penilaian topik Pencemaran Lingkungan memerlukan waktu

7 jam pelajaran atau 3 kali tatap muka (dengan asumsi 5 JP/ minggu

diorganisasikan menjadi tiga kali tatap muka, yakni 3 JP dan 2 JP).

Pengorganisasian 3 kali tatap muka tersebut adalah sebagai berikut:


24

Tatap muka ke- Materi Alokasi waktu


1 Pencemaran Air 3 JP
2 Pencemaran Udara 2 JP
3 Pencemaran Tanah 2 JP
Tabel 2.3 Alokasi Waktu dan Subtopik

1. Defenisi Pencemaran Lingkungan


Pencemaran lingkungan merupakan satu dari beberapa faktor yang dapat

memengaruhi kualitas lingkungan. Pencemaran lingkungan

(environmental pollution) merupakan segala sesuatu baik berupa bahan-bahan

fisika maupun kimia yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Menurut

UU RI Nomor 23 Tahun 1997, pencemaran lingkungan adalah masuknya atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam

lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke

tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai

dengan peruntukannya.
Jadi, pencemaran lingkungan terjadi akibat dari kumpulan kegiatan manusia

(populasi) dan bukan dari kegiatan perorangan (individu). Selain itu, pencemaran

dapat diakibatkan oleh faktor alam, contoh gunung meletus yang menimbulkan

abu vulkanik. Seperti meletusnya Gunung Merapi.


Pencemaran ada tiga macam, yaitu pencemaran air, pencemaran udara, dan

pencemaran tanah.
a. Pencemaran Air
Dalam kehidupan sehari-hari, makhluk hidup selalu membutuhkan air,

termasuk manusia. Kita sangat membutuhkan air bersih untuk berbagai kegiatan,

antara lain minum, mandi, mencuci, memasak, dan sebagainya. Salah satu ciri air

bersih adalah tidak tercemar.


25

Pencemaran air, yaitu masuknya makhluk hidup, zat, energi atau komponen

lain ke dalam air. Akibatnya, kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran

air merupakan kondisi air yang menyimpang dari sifat- sifat air dari keadaan

normal. Kualitas air menentukan kehidupan di perairan laut ataupun sungai.

Apabila perairan tercemar, maka keseimbangan ekosistem di dalamnya juga akan

terganggu. Air dapat tercemar oleh komponen-komponen anorganik, di antaranya

berbagai logam berat yang berbahaya. Komponen-komponen logam berat ini

berasal dari kegiatan industri. Kegiatan industri yang melibatkan penggunaan

logam berat, antara lain industri tekstil, pelapisaan logam, cat/tinta warna,

percetakan, bahan agrokimia, dan lain-lain. Beberapa logam berat ternyata telah

mencemari air di negara kita, melebihi batas yang berbahaya bagi kehidupan.

Sumber: Widodo, 2013


Gambar 2.1 Pencemaran Air
1) Faktor-faktor Penyebab Pencemaran Air
a) Limbah Industri

Air limbah industri cenderung mengandung zat berbahaya. Oleh karena itu,

harus dicegah agar tidak dibuang ke saluran umum. Jenis limbah yang berasal dari

industri dapat berupa limbah organik berbau, seperti limbah pabrik tekstil atau

limbah pabrik kertas. Adapun yang berupa limbah anorganik berupa cairan panas,

berbuih dan berwarna, yang mengandung asam belerang, berbau menyengat.

Seperti limbah pabrik baja, limbah pabrik emas, limbah pabrik cat, limbah pabrik

pupuk organik, limbah pabrik farmasi, dan lain-lain.


26

b) Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga merupakan limbah yang berasal dari hasil samping

kegiatan perumahan. Seperti rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan

(hotel), rumah makan, dan puing-puing bahan bangunan serta besi-besi tua bekas

mesin-mesin atau kendaraan. Limbah rumah tangga dapat berasal dari bahan

organik, anorganik, maupun bahan berbahaya dan beracun. Limbah organik,

seperti kulit buah sayuran, sisa makanan, kertas, kayu, daun, dan berbagai bahan

yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Limbah yang berasal dari bahan

anorganik, antara lain besi, aluminium, plastik, kaca, kaleng bekas cat, dan

minyak wangi sukar diuraikan oleh mikroorganisme.

c) Limbah Pertanian

Pertanian juga dapat berakibat terjadinya pencemaran air, terutama akibat dari

penggunaan pupuk dan bahan kimia pertanian tertentu seperti insektisida, dan

herbisida. Limbah bahan berbahaya dan beracun, antara lain timbul akibat adanya

kegiatan pertanian berupa obat-obatan pembasmi hama penyakit (pestisida

misalnya insektisida) dan pupuk organik, misalnya urea. Penggunaan pupuk yang

berlebihan dapat juga menyebabkan suburnya ekosistem di perairan kolam,

sungai, waduk, atau danau. Pupuk yang tidak terserap ke dalam tumbuhan, maka

akan tinggal di permukaan tanah, apabila hujan datang, maka bersana aliran air

pupuk tersebut akan terbuang menuju perairan. Akibatnya terjadi blooming algae

atau tumbuh suburnya ganggang di atas permukaan perairan. Tanaman ganggang

ini dapat menutupi seluruh permukaan perairan, sehingga mengurangi kadar sinar

matahari yang masuk ke dalamnya. Akibatnya, proses fotosintesis fitoplankton


27

terganggu dan kadar oksigen yang terlarut dalam air menurun, sehingga

merugikan makhluk hidup lain yang ada di dalamnya.

2) Dampak Pencemaran Air


a) Penurunan Kualitas Lingkungan

Pembuangan bahan tercemar secara langsung ke dalam perairan dapat

menyebabkan terjadinya pencemaran pada perairan tersebut. Misalnya,

pembuangan limbah organik dapat menyebabkan peningkatan mikroorganisme

atau kesuburan tanaman air sehingga menghambat masuknya cahaya matahari ke

dalam air. Hal ini menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen terlarut dalam

air, sehingga mengganggu keseimbangan ekosistem di dalamnya yang ada di

perairan tersebut.

b) Gangguan Kesehatan

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai

penyakit. Tidak menutup kemungkinan di dalam air limbah tersebut mengandung

virus dan bakteri yang menyebabkan penyakit. Air limbah juga bisa digunakan

sebagai sarang nyamuk dan lalat yang dapat membawa (vektor) penyakit tertentu.

Berikut dijabarkan beberapa penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air.

c) Pemekatan Hayati

Bahan beracun itu dapat meresap ke dalam tubuh, alga, atau mikroorganisme

lainnya. Selanjutnya, hewan-hewan kecil (zooplankton) akan memakan alga,

kemudian zooplankton akan di makan oleh ikan-ikan kecil. dan ikan besar akan

memakan ikan yang kecil. Apabila ikan-ikan besar tersebut ditangkap oleh

manusia dan dimakan, maka bahan beracun tersebut akan masuk ke dalam tubuh

manusia.
28

d) Gangguan Pemandangan

Kadang-kadang air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu

kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu pemandangan kota. Meskipun air

yang tercemar tidak menimbulkan bau, namun perubahan warna air mengganggu

pandangan mata kita. Hal ini tentu mengganggu kenyaman dan keasrian dari tata

kota.

e) Mempercepat Proses Kerusakan Benda

Ada sebagian air limbah yang mengandung zat yang dapat diubaholeh bakteri

anaerob menjadi gas yang dapat merusak seperti H2S. Gas ini dapat mempercepat

proses perkaratan pada besi. Agar terhindar dari hal-hal di atas, sebaiknya sebelum

dibuang, air limbah harus diolah terlebih dahulu dan memenuhi ketentuan Baku

Mutu Air Limbah.

3) Cara Penanggulangan Pencemaran Air


a) Pembuatan Kolam Stabilisasi

Dalam kolam stabilisasi, air limbah diolah secara alamiah untuk menetralisasi

zat-zat pencemar sebelum air limbah dialirkan ke sungai. Kolam stabilisasi yang

umum digunakan adalah kolam anaerobik, kolam fakultatif (pengolahan air

limbah yang tercemar bahan organik pekat), dan kolam maturasi (pemusnahan

mikroorganisme patogen). Kolam stabilisasi ini dapat digunakan oleh semua

kalangan karena memilikinya murah dan mudah digunakan.

b) IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah)

Pengolahan air limbah ini menggunakan alat-alat khusus. Pengolahan ini

dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu primary treatment (pengolahan pertama),


29

secondary treatment (pengolahan kedua), dan tertiary treatment (pengolahan

lanjutan).

b. Pencemaran Udara

Pencemaran udara didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana udara

mengandung senyawa-senyawa kimia atau substansi fisik maupun biologi dalam

jumlah yang memberikan dampak buruk bagi kesehatan manusia, hewan , ataupun

tumbuhan. Selain itu, juga akan merusak keindahan alam serta kenyamanan, atau

merusak barangbarang perkakas (properti).

Sumber: Widodo, 2013


Gambar 2.2 Pencemaran Udara
1) Faktor Penyebab Pencemaran Udara
a) Aktivitas Alam

Aktivitas alami yang terjadi pada alam dapat menimbulkan pencemaran udara

di atmosfer. Kotoran-kotoran yang dihasilkan oleh hewan ternak mengandung

senyawa metana yang dapat meningkatkan suhu bumi, sehinga terjadi pemanasan

global. Proses yang serupa terjadi pada siklus nitrogen di atmosfer. Selain itu,

bencana alam seperti meletusnya gunung berarpi menghasilkan abu vulkanik yang

mencemari udara sekitar yang berbahaya bagi kesehatan serta tanaman.

b) Aktivitas Manusia

Berikut merupakan pencemaran yang diakibatkan oleh aktivitas manusia:


30

 Pembakaran sampah
 Asap–asap industri
 Asap kendaraan
 Asap rokok

 Senyawa-kimia buangan seperti CFC, dan lain-lain

2) Dampak Pencemaran Udara


a) Bagi Kesehatan

Terbukti bahwa kualitas udara yang menurun akibat pencemaran menimbulkan

berbagai penyakit. ISPA (infeksi saluran pernapasan) adalah salah satunya.

Saluran pernapasan merupakan gerbang masuknya udara ke dalam tubuh. Udara

yang kotor membawa senyawa-senyawa yang tidak baik bagi kesehatan.

b) Bagi Tumbuhan

Abu vulkanik yang berasal dari meletusnya gunung berapi, membuat udara

tercemar dan memicu terjadinya hujan asam. Hujan asam mengandung senyawa

sulfur yang bersifat asam. Kondisi asam ini dapat mematikan tanaman setempat.

Oleh karena itu, kita sering menemui begitu banyak tanaman dan pohon yang

rusak akibat hujan asam atau terkena abu vulkanik.

c) Efek Rumah Kaca

Konsentrasi karbon dioksida dan karbon monoksida yang tinggi di atmosfer

akan memicu terjadinya efek rumah kaca yakni peningkatan suhu bumi.

d) Rusaknya Lapisan Ozon

CFC merupakan senyawa yang sering digunakan dalam produk-produk

pendingin (freezer, AC) dan aerosol. Ketika CFC terurai di atmosfer maka akan

memicu reaksi dengan oksigen penyusun ozon. Dengan demikian, ozon akan

terurai yang menyebabkan lapisan ozon berlubang.


31

c. Pencemaran Tanah

Sumber: Widodo, 2013


Gambar 2.3 Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah suatu keadaan di mana bahan kimia buatan manusia

masuk dan mengubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi

karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial,

penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan

subpermukaan, kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah,

air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung

dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

1) Faktor Penyebab Pencemaran Tanah


a) Limbah Domestik

Limbah domestik dapat berasal dari daerah seperti pemukiman penduduk,

pedagang, tempat usaha, hotel dan lain-lain, kelembagaan misalnya kantor-kantor

pemerintahan dan swasta, serta tempat-tempat wisata. Limbah domestik tersebut

dapat berupa limbah padat dan cair.

b) Limbah Industri

Limbah Industri berasal dari sisa-sisa produksi industri. Limbah industri juga

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu limbah padat dan limbah cair.
32

c) Limbah Pertanian

Penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak struktur

tanah. Akibatnya, kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami jenis

tanaman tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Penggunaan pestisida

bukan saja mematikan hama tanaman, tetapi juga mikroorganisme yang berguna

di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah organisme di

dalamnya.

2) Dampak Pencemaran Tanah

Semua pencemaran pasti akan merugikan makhluk hidup terutama manusia.

Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur

masuk ke dalam tubuh, dan kerentanan populasi yang terkena. Selain kesehatan

manusia yang terganggu, pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak

terhadap ekosistem. Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme

tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian.

3) Cara Penanggulangan Pencemaran Tanah

Berikut ini ada dua cara utama yang dapat dilakukan apabila tanah sudah

tercemar, yaitu remediasi dan bioremediasi. Remediasi adalah kegiatan untuk

membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah,

yaitu in-situ (atau on-site) dan exsitu (atau off-site). Bioremediasi adalah proses

pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur,

bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar

menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
33

B. Kerangka Pikir

1. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Aktivitas

Belajar Peserta Didik

Permasalahan yang muncul di dalam kelas pada saat proses pembelajaran IPA

peserta didik di kelas VII SMP Negeri 1 Liliriaja Kabupaten Soppeng adalah

rendahnya aktivitas belajar peserta didik. Faktor yang menyebabkan hal tersebut

karena peserta didik belum mendominasi proses belajar mengajar atau dengan

kata lain peserta didik kurang berpartisipasi dalam proses pembelajaran sehingga

peserta didik kurang aktif dalam mengonstruksi pengetahuannya.

Salah satu alternatif pembelajaran yang sesuai yaitu menerapkan model

pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik dapat terlibat aktif dalam

pembelajaran, serta memupuk kerja sama diantara peserta didik mampu

memecahkan permasalahan yang dihadapinya yaitu dengan penerapan model

pembelajaran inkuiri terbimbing. Model inkuiri terbimbing dapat memberikan

kesempatan dan pengalaman belajar peserta didik. Jadi, dapat dikatakan bahwa

melalui langkah-langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan

proses pembelajaran lebih aktif karena melibatkan secara maksimal seluruh

kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,

logis, dan analitis, sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.

2. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap

Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik

Permasalahan yang muncul di dalam kelas pada saat proses pembelajaran IPA

peserta didik di kelas VII SMP Negeri 1 Liliriaja Kabupaten Soppeng adalah
34

upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk meningkatkan keterampilan berpikir

kritis peserta didik masih kurang. Model pembelajaran yang diterapkan kurang

memberikan kesempatan dan pengalaman belajar untuk mengonstruksi konsep-

konsep IPA yang dipelajari melalui proses berpikir. Sedangkan berpikir kritis tidak

dapat datang dengan sendirinya melainkan hal tersebut dilatihkan sehingga peserta

didik belum mampu membentuk sikap dan keterampilannya dalam berpikir kritis.

Salah satu alternatif pembelajaran yang sesuai yaitu menerapkan model

pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik dapat melatih keterampilan

berpikir kritis sehingga mampu memecahkan permasalahan yang dihadapinya

yaitu dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model inkuiri

terbimbing dapat memberikan kesempatan dan pengalaman belajar peserta didik.

Pembelajaran inkuiri dapat membantu peserta didik untuk mengonstruksi

pengetahuan melalui proses berpikir. Sehingga diharapkan melalui langkah-

langkah model pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan proses pembelajaran

lebih aktif karena melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik

untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis,

sehingga dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis peserta didik.

Pembelajaran
terlihat
Pendidik masih mendominasi
Pembelajaran Konvensional
proses belajar mengajar

Sehingga

Rendahnya aktivitas belajar


peserta didik

Solusi

Menerapkan
Diharapkan
Diharapkan proses model
proses pembelajaran
pembelajaran
pembelajaran lebih yang
lebih aktif
aktif
Menerapkan model pembelajaran yang
mengkondisikan
sehingga
sehinggadapat peserta
dapatmeningkatkan
meningkatkandidik dapat
aktivitas
aktivitasterlibat
belajar
belajar
Penerapan
Penerapan
mengkondisikan model
model
peserta pembelajaran
pembelajaran
didik dapat terlibat
aktif peserta
dalam pembelajaran
pesertadidik.
didik. Dampak
aktifinkuiri
inkuiri
dalam terbimbing
terbimbing
pembelajaran
35

Gambar 2.4 Kerangka Pikir Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


terhadap Aktivitas Belajar Peserta Didik

Masalahnya
Keterampilan berpikir kritis
Pembelajaran Konvensional
peserta didik kurang dilatih

Rendahnya keterampilan
berpikir kritis peserta didik

Sehingga

Peserta didik kurang mampu membentuk sikap dan


keterampilan berpikir kritis dalam usaha
mengonstruksi pengetahuan

Solusi

Penerapan model pembelajaran


inkuiri terbimbing

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memberikan


Diharapkan dapat meningkatkan keterampilan
kesempatan dan pengalaman belajar bagi peserta didik dan membantu
berpikir kritis peserta didik.
peserta didik untuk mengonstruksi pengetahuan melalui proses
36

Dampak

Gambar 2.5 Kerangka Pikir Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik
C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir di atas, maka diajukan

hipotesis yaitu:

1. Aktivitas belajar peserta didik yang dibelajarkan menggunakan model

pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dari pada aktivitas belajar peserta

didik yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional di

kelas VII SMPN 1 Liliriaja (studi pada materi Pencemaran Lingkungan).


2. Keterampilan berpikir kritis peserta didik yang dibelajarkan menggunakan

model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dari pada keterampilan

berpikir kritis peserta didik yang dibelajarkan menggunakan model

pembelajaran konvensional di kelas VII SMPN 1 Liliriaja (studi pada materi

Pencemaran Lingkungan).

Anda mungkin juga menyukai