Anda di halaman 1dari 3

Psikologis penyakit DM pada lansia

Dalam dunia kesehatan penyakit diabetes melitus termasuk penyakit yang tidak
menular, namun merupakan salah satu penyakit degeneratif yang bersifat kronis. Diabetes
Melitus merupakan ganguan kesehatan dan kumpulan gejala yang disebabkan oleh
peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan ataupun resistensi insulin, serta adanya
komplikasi yang bersifat akut dan kronik (Bustan, 2007).
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia
>65 tahun 8,6% menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15% populasi pada panti
lansia (Stele, 2008).
Perlu disadari bahwa hidup dengan DM dapat memberikan beban psikososial bagi
penerita maupun anggota keluarganya. Respon psikologis yang negatif terhadap diagnosis
bahwa seseorang mengidap penyakit ini dapat berupa penolakan atau tidak mau mengakui
kenyataan, marah, merasa berdosa, cemas dan depresi (Novitasari, 2012).
Selain perubahan tersebut jika penderita DM telah mengalami komplikasi maka
akan menambah kecemasan pada penderita karena dengan adanya komplikasi akan
membuat penderita mengeluarkan lebih banyak biaya, pandangan negatif tentang masa
depan,dan lain-lain. (Shahab, 2006)
Penderita DM mengalami banyak perubahan dalam hidupnya, mulai dari
pengaturan pola makan, olah raga, kontrol gula darah, dan lain-lain yang harus dilakukan
sepanjang hidupnya. Perubahan dalam hidup yang mendadak membuat penderita DM
menunjukan beberapa reaksi psikologis yang negatif diantaranya adalah marah, merasa
tidak berguna, kecemasan yang meningkat dan depresi. Selain perubahan tersebut jika
penderita DM telah mengalami komplikasi maka akan menambah kecemasan pada
penderita karena dengan adanya komplikasi akan membuat penderita mengeluarkan lebih
banyak biaya, pandangan negatif tentang masa depan, dan lain-lain (Shahab, 2006).
DM II adalah salah satu jenis diabetes yang biasa terjadi pada usia dewasa hingga
lansia dan biasa dikenal sebagai diabetes yang disebabkan oleh gaya hidup, terutama pola
makan yang salah (Hartono, 2006).
Pengetahuan mengenai DM, Diet diabetes pada dasarnya adalah pengaturan jumlah dan
jenis makanan sebagai sebagai salah satu bentuk pengobatan yang bertujuan untuk
menurunkan dan/atau mengendalikan berat badan, serta mengendalikan kadar gula dan
kolesterol (Hartono, 2006). Kepatuhan diet diabetes dalam penelitian ini akan diukur
menggunakan catatan makan dalam melaksanakan diet diabetes berdasarkan pada aspek
pemenuhan kebutuhan kalori, kebutuhan karbohidrat, kebutuhan lemak, pengendalian
konsumsi makanan dan minuman manis, dan pengaturan waktu makan (Johnson, Janet, Arlan,
Randy, & Walter, 1993)

Psikologis penyakit Hipertensi pada lansia


Beberapa data literatur menunjukkan bahwa hipertensi menjadi masalah yang paling
utama pada lansia. Menurut WHO (2010), masalah pada lansia yang paling utama adalah
penyakit jantung dan serangan stroke, dimana salah satu penyebabnya adalah hipertensi.
Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang ditandai dengan tidak normalnya
tekanan darah yaitu lebih dari 140/90 mmHg. Faktor risiko utama yang mendorong kenaikan
tekanan darah yakni stres. Stressor utama pada lansia hipertensi terkait dengan karakteristik
penuaan dan penyakit kronis yang membutuhkan perawatan seumur hidup.
Jurnal dari Hayes DK, Denny CH, Keenan NL, Croft JB, Greenlund KJ (2008)
menyebutkan bahwa 30% responden yang menderita hipertensi cenderung menyebutkan
bahwa dirinya memiliki status kesehatan yang buruk dibandingkan dengan yang tidak
hipertensi. Status kesehatan yang buruk mengindikasikan kualitas hidup tidaklah baik.
Rakhmawati (2006) menyebutkan bahwa kualias hidup adalah persepsi individu terhadap
fungsi kehidupannya setelah terjadi perubahan status kesehatannya serta dampak apa yang ia
rasakan dalam hidup berkaitan dengan perubahan kesehatannya; yang dinilai melalui
komponen-komponen fungsi dan status fisik, fungsi psikologis/mental, fungsi sosial, serta
gejala yang berkaitan dengan penyakit atau pengobatan yang dijalani dan persepsi terhadap
kesehatan secara umum. Saat seseorang mengalami stress membuat orang tersebut
mengalami gangguan pola tidur. Pola tidur yang buruk dapat menimbulkan gangguan
keseimbangan fisiologis dan psikologis seseorang yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
hipertensi.
Pentingnya pengetahuan pada penderita hipertensi untuk bisa mencegah dan
mengendalikan faktor resiko pada hipertensi. Hipertensi dapat dicegah dengan
mengendalikan faktor risiko yang sebagian besar merupakan faktor perilaku berupa kebiasaan
hidup salah satunya pola tidur. Apabila seseorang menerapkan pola hidup yang baik, maka
hipertensi bisa dihindari (Susalit dan Lubis, 2011). Kementerian Kesehatan membuat
kebijakan untuk mengelola penyakit hipertensi yaitu mengembangkan dan memperkuat
kegiatan deteksi dini hipertensi secara aktif (skrinning), meningkatkan akses untuk
mendapatkan pengobatan melalui Puskesmas untuk pengendalian hipertensi melalui
peningkatan sumber daya kesehatan yang profesional dan kompeten, peningkatan
ketersediaan sarana dan prasarana diagnostik pengobatan, maupun sarana promotif dan
preventif untuk mencegah terjadinya hipertensi.
Penderita hipertensi esensial (hipertensi tanpa komplikasi atau penyakit penyerta)
menurut Fredrickson & Matthews (1990) lebih sensitif terhadap segala macam stressor.
Menurut Harrel (1980), individu dengan hipertensi esensial memerlukan waktu yang lebih
lama untuk kembali pada tekanan darah normal ketika mengalami peningkatan darah akibat
merespon stress. Menurut jurnal dari Muramatsu N, Yin H, Hedeker D. (2010) menyebutkan
bahwa komunitas (seperti home community-based services/HCBS) yang menyediakan
dukungan bagi lansia dapat menurunkan kondisi stres yang tinggi pada lansia. Menurut Wills
&Filler (2001) dukungan sosial membantu lansia mengatasi persoalan yang dihadapinya lebih
efektif. Stress berkelanjutan karena persoalan yang tidak terselesaikan pun dapat dihindari
ketika lansia hipertensi mendapatkan dukungan sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Bustan, M.N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Rineka Cipta, .
Jakarta.
Novitasari, R., 2012. Diabetes Melitus Medical Book. Yogyakarta : Nuha Medika. Pinel, J.,
2012. Biopsikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Susalit, E., Lubis. H.R. 2011. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI
Rakhmawati Indriana. 2006. Persepsi Pasien Pasangan dan Anak tentang Kualitas Hidup
Pasien Pasca Stroke serta Koping Pasien terhadap Stroke dan Persepsi Diri tentang
Kualitas Hidupnya. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Hartono, A. (2006). Terapi gizi & diet rumah sakit. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai