Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan faktor penting dalam mengarahkan generasi bangsa.
Pendidikan yang baik akan menghasilkan SDM yang memiliki keilmuan yang
baik. Pendidikan sendiri merupakan wadah besar dari rangkaian alat dan kegiatan
untuk menuju sebuah pembelajaran. Pembelajaran yang baik harus memiliki
rambu-rambu yang jelas yang hendak dicapai oleh sang pembelajar. Salah satu hal
yang penting yang menjadi jantung dari pendidikan adalah kurikulum.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Bab I pasal 1 ayat 19 berbunyi:
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.
Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan
pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait. Selain sebagai pedoman,
bagi siswa kurikulum memiliki enam fungsi, yaitu: fungsi penyesuaian, fungsi
pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan
fungsi diagnostik. Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai
tujuan pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup di
masyarakat. Makna dapat hidup di masyarakat itu memiliki arti luas, yang bukan
saja berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk menginternalisasi nilai
atau hidup sesuai dengan norma-norma masyarakat akan tetapi juga pendidikan
harus berisi tentang pemberian pengalaman agar anak dapat mengembangkan
kemampuannya sesuai dengan minat dan bakat mereka. Dengan demikian dalam
sistem pendidikan kurikulum merupakan komponen yang sangat penting, sebab di
dalamnya bukan hanya menyangkut tujuan dan arah pendidikan saja akan tetapi
juga pengalaman belajar yang harus dimilki setiap siswa serta bagaimana
mengorganisasi pengalaman itu sendiri.
Kedudukan kurikulum ini sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan
pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan
dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum
tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari kurikulum. Pada
dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat
diidentifikasi dengan cara mengkaji suatu kurikulum lembaga pendidikan itu.

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian kurikulum?
2) Apa kedudukan dan fungsi kurikulum?
3) Apa peranan kurikulum?
4) Apa komponen-komponen kurikulum?
5) Bagaimana model konsep kurikulum?
6) Apa saja organisasi kurikulum?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk mengetahui pengertian kurikulum.
2) Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi kurikulum.
3) Untuk mengetahui peranan kurikulum.
4) Untuk mengetahui komponen-komponen kurikulum.
5) Untuk mengetahui model konsep kurikulum.
6) Untuk mengetahui organisasi kurikulum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Kurikulum


A. Pengertian Kurikulum
Pengertian kurikulum secara etimologis, kurikulum bukan berasal
dari bahasa Indonesia tetapi berasal dari bahasa Latin yang kata dasarnya
adalah currere, secara harfiah berarti “lapangan perlombaan lari”.
Lapangan tersebut ada batas start dan batas finish. Dalam lapangan
pendidikan pengertian tersebut dijabarkan bahwa bahan belajar sudah
ditentukan secara pasti, dari mana mulai diajarkan dan kapan diakhiri, dan
bagaiman cara untuk menguasai bahan agar dapat mencapai gelar.
Pengertian kurikulum berdasarkan istilah berawal dari makna
“curir” dan “curere” kurikulum berdasarkan istilah diartikan sebagai
“Jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai
finish untuk memeroleh medali atau penghargaan”. Pengertian tersebut
kemudian diadaptasikan ke dalam dunia pendididikan dan diartikan
sebagai “Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh seorang
siswa dari awal hingga akhir program demi memeroleh ijazah”.
Kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, kurikulum
adalah “Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”. (Bab I Pasal 1 ayat 19).
Beberapa definisi Kurikulum kurikulum menurut beberapa ahli
kurikulum, yaitu sebagai berikut:
1. J.Galen Saylor dan William M.Alexander dalam buku Curriculum
Planning for Better Teaching and Learning (1956) menjelaskan arti
kurikulum sebagai berikut: “The Curriculum is the sum total of school’s
efforts to influence learning, whether in the classroom , on the
playground, or out of school”. Jadi segala usaha sekolah untuk
mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman
sekolah atau diluar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi
juga apa yang disebut kegiatan ekstra-kurikuler.
2. Harold B. Albertsycs dalam Reorganizing the High School Curriculum
(1965) mengandung kurikulum sebagai “ all of the activities that are
provided for students by the shcool”. Seperti halnya dengan definisi
Saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran,
akan tetapi juga meliputi kegiatan-kegiatan lain, didalam dan diluar

3
kelas , yang berada di bawah tanggung jawab sekolah. Definisi melihat
manfaat kegiatan dan pengalaman siswa diluar mata pelajaran
tradisional.
3. J.Lloyd Trump dan Delmas F.Miller dalam buku SecondarySchool
Improvemant (1973) juga menganut definisi kurikulum yang luas.
Menurut mereka dalam kurikulum juga termasuk metode mengajar dan
belajar, cara mengevaluasi murid dan seluruh program, perubahan
tenaga pengajar, bimbingan dan penyuluhan, supervisi dan administrasi
dan hal-hal struktural mengenai waktu, jumlah ruangan serta
kemungkinan memilih mata pelajaran. Ketiga aspek pokok, program,
manusia dan fasilitas sngat erat hubungannya, sehingga tak mungkin
diadakan perbaikan kalau tidak diperhatikan tiga-tiganya.
4. Smith dan kawan-kawan memandang kurikulum sebagai rangkaian
pengalaman yang secara potensial dapat diberikan kepada anak , jadi
dapat disebutkan potential curriculum. Namun apa yang benar-benar
dapat diwujudkan pada anak secara individual , misalnya bahan yang
benar-benar diperolehnya, disebut actual curriculum.
B. Kedudukan dan Fungsi Kurikulum
Kedudukan kurikulum dalam pendidikan, yaitu sebagai berikut:
1. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses
pendidikan. Kurikulum bertujuan sebagai arah, pedoman, atau sebagai
rambu-rambu dalam pelaksanaan proses pembelajaran (belajar
mengajar). Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan
demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
2. Sebagai construct yang dibangun untuk mentransfer apa yang sudah
terjadi di masa lalu kepada generasi berikutnya untuk dilestarikan,
diteruskan, atau dikembangkan.
3. Jawaban untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial yang berkenaan
dengan pendidikan.
4. Untuk membangun kehidupan masa depan di mana kehidupan masa
lalu, masa sekarang, dan berbagai rencana pengembangan dan
pembangunan bangsa dijadikan dasar untuk mengembangkan
kehidupan masa depan.
5. Sebagai rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan.
6. Kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli
atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau
memberikan landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum
berbagai institusi pendidikan.

4
Disamping memiliki peranan, kurikulum juga mengemban berbagai
fungsi tertentu. Alexander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondary
Education (1918), mengatakan bahwa kurikulum berfungsi sebagai
berikut:
1. Fungsi Penyesuaian ( The Adjutive of Adaptive Function)
Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena
lingkungan sendiri senantiasa berubah dan bersifat dinamis, maka
masing-masing individupun harus memiliki kemampuan menyesuaika
diri secara dinamis pula. Di balik itu, lingkungan pun harus disesuaikan
dengan kondisi perorangan. Di sinilah letak fungsi kurikulum sebagai
alat pendidikan, sehingga individu bersifat well-adjusted.
2. Fungsi Integrasi (The Integrating Function)
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi –pribadi yang terintegrasi.
Oleh karena individu sendiri merupakan bagian dari masyarakat, maka
pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan sumbangan dalam
pembentukan atau pengintegrasian masyarkat.
3. Fungsi Diferensiasi (The Differentiating Function)
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan
diantara setiap orang di masyarkat. Pada dasarnya, diferensiasi akan
mendorong orang-orang berpikir kritis dan kreatif, sehingga akan
mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya
diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidaritas sosial dan integrasi,
karena diferensiasi juga dapat menghindarkan terjadinya stagnasi sosial.
4. Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)
Kurikulum befungsi mempersiapkan siswa agar mampu
melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih
jau,misalnya melanjutkan studi ke sekolah yang lebih tinggi atau
persiapan belajar di dalam masyarakat.Persiapan kemampuan belajar
lebih lanjut ini sangat diperlukan,mengingat sekolah tidak mungkin
memberikan semua yang diperlukan siswa atau pun yang menarik
perhatian mereka.
5. Fungsi Pemilihan (The Selective Function)
Perbedaan (diferensasi) dan pemilihan (seleksi) adalah dua hal
yang saling berkaitan.Pengakuan atas perbedaan berarti memberikan
kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang diinginkan dan
menarik minatnya.Kedua hal tersebut merupakan kebutuhan bagi
masyarakat yang menganut sistem demokratis.Untuk
mengembakanberbagai kemampuan tersebut,maka kurikulum perlu
disusun secara luas dan bersifat fleksibel

5
6. Fungsi Diagnostik (The Diagnostic Function)
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan siswa untuk mampu memahami dan menerima dirinya,
sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.Hal
ini dapat dilakukan jika siswa menyadari semua kelemahan dan
kekuatan yang dimilikinya melalui proses ekspolarasi.Selanjutnya siswa
sendiri yang memperbaiki kelemahan tersebut dan mengembangkan
sendiri kekuatan yang ada. Fungsi ini merupakan fungsi diagnostik
kurikulum dan akan membimbing siswa untuk dapat berkembang
secara optimal.Berbagai fungsi kurikulum tadi dilaksanakan oleh
kurikulum secara keseluruhan.Fungsi-fungsi tersebut memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa,sejalan
dengan arah filsafat pendidika dan tujuan pendidikan yang diharapkan
oleh insitusi pendidikan yang bersangkutan.
C. Peranan Kurikulum
Ada tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yaitu sebagai
berikut:
1. Peranan Konservatif
Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan
dan menafsirkan wariswan sosial bagi generasi muda. Dengan
demikian, sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat mempengaruhi
dan membina tingkah laku siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial
yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai
suatu proses sosial. Ini seiring dengan hakikat pendidikan itu sendiri,
yang berfungsi sebagai jembatan antara siswa selaku anak didik dengan
orang dewasa, dalam suatu proses pembudayaan yang semakin
berkembang menjadi lebih kompleks. Oleh karenanya, dalam kerangka
ini fungsi kurikulum menjadi teramat penting, karena ikut membantu
proses tersebut. Romine mengatakan bahwa: “In sense the conservative
role provides what may be called’social cement’. It contributes to like
mindedness and provides for behaviour which is consistent with values
already accepted. It deals with what is sometimes known as the core of
‘relevative universals’.
Dengan adanya peranan konservatif ini, maka sesungguhnya
kurikulum itu berorientasi pada masa lampau. Meskipun demikian,
peranan ini sangat mendasar sifatnya.
2. Peranan Kreatif
Kurikulum berperan dalam melakukan berbagai kegiatan kreatif
dan konstruktif, dalam artian menciptakan dan menyusun suatu hal
yang baru sesuai dengan kebutuhan masyarakat di masa mendatang.

6
Untuk membantu setiap individu dalam mengembangkan semua yang
ada padanya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman, cara
berpikir, kemampuan, dan keterampilan yang baru, yang memberikan
manfaat bagi masyarakat.
3. Peranan Kritis dan Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah. Sekolah tidak
hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan
memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal
ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam kontrol sosial dan
memberi penekanan pada unsur berpikir kritis. Nilai-nilai sosial yang
tidak sesuai lagi dengan keadaan di masa mendatang dihilangkan, serta
diadaka modifikasi dan perbaikan. Dengan demikian, kurikulum harus
merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
D. Komponen-komponen Kurikulum
1. Komponen Tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang
diharapkan. Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat
kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat.
Bahkan, rumusan tujuan yang menggambarkan suatu masyarakat yang
di cita-citakan, misalkan, filsafat atau sistem nilai yang dianut
masyarakat Indonesia adalah pancasila, maka tujuan yang diharapkan
tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang
pancasilais. Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan
misi dan visi sekolah serta tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan
setiap mata pelajaran dan tujuan proses pembelajaran.
2. Komponen Isi/ Materi Pelajaran
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu
menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan
atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap materi
pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik
materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai
tujuan yang ditentukan.
3. Komponen Metode/ Strategi
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam
pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang
memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan
implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang
harus dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka maka
tujuan itu tidak mungkin dapat tercapai. Strategi meliputi rencana,

7
metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai
tujuan tertentu. Sejalan dengan pendapat diatas, T. Rajakoni
mengartikan strategi pembelajaran sebagai pola dan urutan umum
perbuatan guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari kedua pengertian diatas, ada dua hal yang patut kita cermati.
Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai
sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan atau
strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum
sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan
tertentu. artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah
pencapaian tujuan. Dengan demikian penyusunan langkah – langkah
pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar
semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan.
Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal, dinamakan metode. Ini berarti metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa
jadi satu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya
untuk melaksanakan strategi ekspositori bisa digunakan metode
ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan
pemanfaatan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media
pembelajaran. Oleh karena itu, strategi berbeda dengan metode. Strategi
menunjuk pada a plan of operation achieving something, sedangkan
metode adalah a way in achieving something.
Istilah lain juga yang memiliki kemiripan dengan strategi adalah
pendekatan (approach). Sebenarnya pendekatan berbeda dengan
strategi maupun metode. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Roy Killen (1998)
misalnya, mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach) dan
pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approach).
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran
langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran
ekspositori. Sedangkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inquiry serta
strategi pembelajaran induktif. Dengan demikian, istilah pendekatan
merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Oleh karena itu, strategi dan metode

8
pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari
pendekatan tertentu.
4. Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum.
Melalui evaluasi, dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga
dapat dijadikan bahan pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu
dipertahankan atau tidak, dan bagian-bagian mana yang harus
disempurnakan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat
efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat
berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah
tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik
dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Kedua fungsi tersebut
menurut Scriven (1967) adalah evaluasi sebagai fungsi sumatif dan
evaluasi sebagai fungsi formatif. Evaluasi sebagai alat untuk melihat
keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokkan kedalam dua
jenis, yaitu tes dan nontes.

2.2 Model Konsep Kurikulum


A. Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis ini adalah model konsep kurikulum
yang paling tua, mulai sekolah pertama berdiri, kurikulum yang dipakai
mirip dengan kurikulum tipe ini. Hingga saat ini, realitas mengatakan
bahwa mayoritas Sekolah tidak bisa terlepas dari tIpe ini, walaupun sudah
banyak berkembang tipe-tipe lain, hal ini karena kurikulum ini sangat
praktis, sehingga mudah disusun dan mudah dikabungkan dengan
kurikulum tipe yang lain.
Kurikulum subjek akademis ini bersumber dari pendidikan klasik,
yaitu: perenialisme dan esensialisme, yang memiliki orientasi pada masa
lalu. menurut kedua teori itu, semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai
sudah ditemukan oleh para pemikir dan yang ahli dibidangnya, pada masa
lalu. Sehingga, fungsi pendidikan adalah memilihara dan mewariskan
hasil-hasil budaya yang sudah temukan pada masa lalu tersebut. Yang
diutamakan dan dinomorsatukan dalam kurikulum tipe ini adalah isi
pendidikan. sehingga menurut tipe ini, belajar adalah berusaha mengusai
ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang belajar dikatakan berhasil jika ia
sudah mengusai seluruh atau sebagian besar dari isi pendidikan yang telah
diberikan dan disiapkan oleh pendidik (guru).
Dalam perkembangannya kurikulum subjek akademis ini tidak hanya
menekankan pada isi atau materi pendidikan yang disampaikan oleh
pendidik, tetapi secara berangsur-angsur yang juga diperhatikan dan

9
ditekankan adalah proses belajar yang dilakukan oleh para siswa. Proses
belajar yang dipilih sangat bergantung pada segi apa yang dipentingkan
dan diutamakan dalam materi pelajaran tersebut.
Jeromo Bruner dalam The Proces of Education menyarankan bahwa
desai kurikulum hendaknya didasarkan atas struktur disiplin ilmu.
selanjutnya, ia menegaskan bahwa kurikulum suatu mata pelajaran harus
didasarkan atas pemahaman yang mendasar yang dapat diperoleh dari
prinsip-prinsip yang mendasarinya dan memberi struktur kepada suatu
disiplin ilmu.
Contoh kurikulum yang berdasarkan atas struktur pengetahuan
adalah Man : A Course of Stud (MACOS) Macos adalah kurikulum yang
dipakai untuk sekolah tingkat dasar, yang terdiri atas buku-buku, film,
poster, rekaman, permainan, dan perlengkapan kelas lainnya. kurikulum
ini ditujukan untuk mengadakan penyempurnaan tentang pengajaran ilmu
sosial dan humanitas, dengan pengarahan dan bimbingan Bruner.
Ada tiga pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek
akademis, yaitu:
1. Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Para murid belajar
bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan sekedar
mengingat-ingatnya.
2. Studi yang bersifat integratif. pendekatan ini merupakan respons
terhadap perkembangan masyarakat yang menuntuk model-model
pengetahuan yang lebih komprehensif-terpadu. pelajaran disusun atas
satuan-satuan pelajaran, dalam satuan-satuan pelajaran tersebut batas-
batas ilmu menjadi hilang. pengorganisasian tema-tema pengajaran
didasarkan pada fenomena-fenomena alam, proses kerja ilmiah dan
problema-problema yang ada. Mereka mengembangkan suatu model
kurikulum yang terintegrasi (Integrated Curriculum). Ada tiga ciri
model kurikulum yang dikembangkan, yaitu:
a. Menentukan tema-tema yang membentuk satu kesatuan yang dapat
terdiri atas ide atau konsep besar yang bisa mencakup semua ilmu
atau suatu proses kerja ilmu, fenomena alam, atau masalah sosial
yang membutuhkan pemecahan secara ilmiah.
b. Menyatukan kegiatan belajar dari beberapa disiplin ilmu. Kegiatan
belajar melibatkan isi dan proses dari satu atau beberapa ilmu sosial
atau perilaku yang mempunyai hubungan dengan tema yang dipilih
atau dikerjakan.
c. Menyatukan berbagai metode atau cara balajar. kegiatan belajar
ditekankan pada pengalaman konret yang bertolak dari minat dan
kebutuhan murid serta disesuaikan dengan keadaan setempa.

10
3. adalah pendekatan yang diterapkan di sekolah-sekolah fundamintalis.
Mereka tetap mengajar berdasarkan mata pelajaran yang titik tekannya
pada membaca, menulis, dan memecahkan masalah-masalah matematis.
Beberapa pelajaran yang lain seperti ilmu kealaman, ilmu sosial, dan
lain-lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan praktis
pemecahan masalah dalam kehidupan nyata.
Kurikulum subjek akademis ini memiliki beberapa ciri yang
berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Tujuan dari
kurikulum subjek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid
serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”.
Setelah para siswa mempunyai pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu,
diharapkan mereka dapat memiliki konsep-konsep dan cara-cara yang bisa
terus dikembangkan dalam masyarakat yang lebih luas.
Adapun metode yang seringkali digunakan dalam kurikulum subjek
akademis adalah metode ekspositori dan inkuiri. sedankan mengenai
organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis. Nana
menyebutkan empat pola organisasi isi yang menurutnya adalah
menduduki paling sentral (penting) sebagai berikut:
a. Correlated curriculum adalah pola organisasi materi atau konsep yang
dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran yang
lain.
b. Unified atau concentrated curriculum adalah pola organisasi bahan
pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup
materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.
c. Integrated curriculum adalah pola organisasi bahan ajar yang
diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupan
tertentu. Perbedaan mendasar dari integrated curriculum dengan
unified adalah jika dalam unified masih tampak disiplin ilmunya, maka
dalam pola integrated ini warna disiplin ilmu tersebut sudah melebur
sehingga tidak kelihatan lagi.
d. Problem solving curriculum adalah pola organisasi materi yang berisi
topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan
dengam menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.
Selanjutnya mengenai kegiatan evaluasi, kurikulum subjek akademis
menggunakan bentuk yang bervariasi disesuaiakan dengan tujuan dan sifat
mata pelajaran. Dalam bidang studi humaniora lebih banyak
menggunakan bentuk uraian (essay test) daripada tes objektif. Bidang studi
tersebut membutuhkan jawaban yang merefleksikan logika, koherensi, dan
integrasi secara menyeluruh. Bidang studi seni yang sifatnya ekspresi

11
membutuhkan penilaian subjektif yang jujur, disamping keindahan dan
cita rasa. beda halnya dengan bidang studi matematika, nilai tertinggi
diberikan kepada mengusai landasan aksioma serta cara penghitungannya
benar. Bidang studi ilmu kealaman penghargaan tertinggi tidak hanya
diberikan kepada jawaban yang benar tetapi juga pada proses berfikir yang
digunakan siswa.
B. Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi
(personalized), John Dewey (progressive education) dan J.J. Rousseau
(ramantic education). Mereka berasumsi bahwa siswa adalah yang pertama
dan utama dalam pendidikan. Mereka juga percaya bahwa siswa atau anak
memiliki potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para
pendidik humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu
atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. pendidikan
diarahkan kepada membina manusia yang utuh tidak hanya segi fisik dan
intelektual tetapi juga segi sosial dan afektif yakni; emosi, sikap, perasaan,
nilai, dan lain-lain.
Aliran-aliran pendidikan yang termasuk pada aliran
pendidikan humanistik, yaitu:
1. Pendidikan Konfluen
Aliran ini lebih menekankan keutuhan pribadi, individu harus
merespons secara utuh baik segi pikiran, perasaan, maupun tindakan,
terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan.
2. Pendidikan Kritisisme Radikal
Aliran ini bersumber dari aliran naturalisme dan romantisisme
Rousseau. Mereka memandang pendidikan sebagai uapaya untuk
membantu siswa atau anak menemukan dan mengembangkan sendiri
segala potensi yang dimilikinya.
3. Pendidikan Mistikisme Modern
Aliran ini menekankan latihan dan pengembangan kepekaan
perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui sesitivity training, yoga,
meditasi, dan sebagainya.
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik,
berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi, diantaranya
adalah:
1. Kurikulum berfungsi sebagai penyedia pengalaman (baca: pengetahuan)
berharga untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi anak
atau siswa.
2. Kurikulum ini menuntuk hubungan emosional yang baik antara guru
dan murid, juga guru harus mampu menjadi sumber.

12
3. Kurikulum ini menekankan integrasi, yaitu kesatuan prilaku bukan
hanya yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan.
4. Kurikulum humanistik harus mampu memberikan pengetahuan yang
menyeluruh, bukan pengalaman yang terpenggal-penggal.
5. Kurikulum ini kurang menekankan sekuens, karena dengan sekuens
para siswa kurang mempunyai kesempatan untuk memperluas dan
memperdalam aspek-aspek perkembangannya.
6. Kurikulum ini lebih mengutamakan proses daripada hasil.
C. Kurikulum Konfluen
Kurikulum konfluen ini dikembangkan oleh para ahli pendidikan
konfluen, yang berkeinginan menyatukan segi-segi afektif, yakni: sikap,
perasaan, dan nilai dengan segi-segi kognitif (kemampuan intelektual).
pendidikan konfluen kurang menekankan pada pengetahuan yang
mengandung segi afektif. menurut pendapat mereka kurikulum tidak
menyiapkan pendidikan tentang sikap, perasaan, dan nilai yang harus
dimiliki para siswa. kurikulum hendaknya mempersiapkan berbagai
alternatif yang dapat dipilih setiap siswa dalam proses bersikap,
berperasaan dan memberi pertimbangan nilai. setiap siswa seharusnya
diajak untuk menyatakan pilihan dan mempertanggungjawabkan sikap-
sikap, perasaan-perasaan, dan pertimbangan-pertimbangan nilai yang
sudah dipilihnya.
Kurikulum konfluen mempunyai lima ciri utama, yaitu sebagai
berikut:
a. Partisipasi, kurikulum ini menekankan partisipasi anak atau siswa
dalam belajar. kegiatan belajar adalah belajar bersama, melalui berbagai
bentuk aktivitas kelompok.
b. Integrasi, melalui partisipasi dalam berbagai bentuk kegiatan kelompok
dapat terjadi interaksi, interpenetrasi, dan integrasi dari pemikiran,
perasaan,dan tindakan.
c. Relevansi, isi pendidikan relevan dengan kebutuhan, minat dan
kehidupan siswa karena diambil dari dunia siswa oleh siswa sendiri.
d. Pribadi anak, pendidikan ini memberi tempat utama pada pribadi anak.
pendidikan adalah pengembangan pribadi anak secara utuh.
e. Tujuan, pendidikan ini bertujuan mengembangkan pribadi yang utuh,
serasi baik dalam dirinya maupun dengan lingkungan secara
menyeluruh.
Dalam kegiatan belajar ada beberapa metode atau cara yang bisa
dilaksanakan sebagaimana berikut: pertama, mengidentifikasi tema-tema
atau topik-topik yang mengandung self judgment. untuk setiap tema atau
topik hendaknya dipilih prosedur atau bentuk kegiatan atau teknik yang

13
sesuai. Kedua, materi disajikan dalam bentuk yang belum selesai (open
ended), tema atau issue-issue diharapkan muncul secara sepontan dari
prosedur serta perlengkapan pengajaran yang ada.
D. Kurikulum Rekontruksi Sosial
Kurikulum rekontruksi sosial lebih memusatkan perhatian pada
problema-problema yang terjadi dan dihadapinya dalam kehidupan
masyarakat. kurikulum ini tentu berbeda dengan model-model kurukulum
yang lainnya. kurikulum ini juga bersumber dari aliran pendidikan
interaksional yang menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri,
melainkan merupakan kegiatan bersama, interaksi, kerja sama. interaksi
dan kerja sama tidak hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga
antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya,
dan dengan sumber belajar lainnya. melalui interaksi dan kerja sama ini
siswa berusaha memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam
masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Theodore Brameld, seperti yang dikutip oleh Sukmadinata,
menyampaikan gagasannya tentang rekontruksi sosial, yang terjadi pada
tahun 1950-an. Dalam masyarakat demokratis, seluruh warga masyarakat
harus turut serta dalam perkembangan dana pembaharuan masyarakat.
untuk melaksanakan hal tersebut sekolah mempunyai posisi yang sangat
penting. sekolah bukan saja dapat membantu individu
memperkembangkan kemampuan sosialnya, tetapi juga dapat membantu
bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam kegiatan sosial.
Ada beberapa ciri dari desain kurikulum rekonstruksi sosial, yaitu
sebagai berikut:
1. Asumsi. Tujuan utama kurikulum rekontruksi sosial adalah
menghadapkan para siswa pada tangtangan, ancaman, hambatan-
hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
2. Masalah-masalah sosial yang mendesak. Kegiatan belajar dipusatkan
pada masalah-masalah sosial yang mendesak. masalah-masalah tersebut
dirumuskan dalam pertanyaan, seperti: dapatkah kehidupan seperti
sekarang ini memberikan kekuatan untuk menghadapi ancaman-
ancaman yang akan mengganagu integrasi kemanusiaan.
3. Pola-pola organisasi. Pada tingkat sekolah menengah, pola organisasi
kurikulum disusun seperti sebuah roda di tengah-tengahnya sebagai
poros dipilihnya suatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas
secara plenom dari tema utama dijabarkan sejumlah topik yang dibahas
dalam diskusi-diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungan dan lain-
lain. Topik-topik dengan berbagai kegiatan kelompok ini merupakan
jari-jari.

14
4. Komponen-Komponen Kurikulum Rekontruksi Sosial.
5. Tujuan dan isi kurikulum.
6. Metode.
7. Evaluasi.
E. Teknologi dan Kurikulum
Abad dua puluh ditandai dengan perkembangan teknologi yang
sangat pesat. perkembangan teknologi mempengaruhi setiap bidang dan
aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. sejak dahulu teknologi
telah diterapkan dalam pendidikan, tetapi teknologi sederhana. misalnya
penggunaan papan tulis dan kapur, pena dan tinta, dan lain-lain. Dewasa
ini yang digunakan dalam pendidikan adalah teknologi maju, seperti audio
dan video cassette, overhead projector, film slide, dan motion film, mesin
pengajar, komputer, CD-rom dan internit.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum
adalah dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) yang
dikenal dengan teknologi alat (tools technology) dan perangkat keras
(hardware) yang dikenal dengan sebutan teknologi sistem (system
technology).
Teknologi pendidikan dalam bentuk teknologi alat, lebih
menekankan pada penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang
efiensi dan efektivitas pendidikan. kurikulumnya berisi rencana-rencana
penggunaan berbagai alat dan media, juga model-model yang banyak
melibatkan penggunaan alat. contoh model pengajaran tersebut adalah :
pengajaran dengan bantuan film dan video, pengajaran berprogram, masin
pengajaran dan lain-lain.
Dalam bentuk teknologi sistem, teknologi pendidikan menekankan
kepada penyusunan program pengajaran atau rencana pelajaran dengan
menggunakan pendekatan sistem.
Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan
memiliki beberapa ciri khusus, yaitu sebagai berikut:
1. Tujuan. tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang
dirumuskan dalam bentuk perilaku. tujuan yang bersifat umum yaitu
kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif
atau tujuan intruksional. Objektif ini menggambarkan prilaku,
perbuatan atau kecakapan-keterampilan yang dapat diamati atau diukur.
2. Metode. Metode yang dipakai adakalanya berupa pengajaran yang
bersifat individual, tiap siswa menghadapi serentetan tugas yang harus
dikerjakannya, dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing. Pada
saat tertentu ada tugas-tugas kelompok. Pelaksanaan pengajaran
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

15
a. Penegasan tujuan, yaitu para siswa diberi penjelasan tentang
pentingnya bahan yang harus dipelajari.
b. Pelaksanaan pengajaran, para siswa belajar secar individual melalui
media buku-buku ataupun media elektronik.
c. Pengetahuan tentang hasil, kemajuan siswa dapat segera diketahui
oleh siswa sendiri, sebab dalam model kurikulum ini umpan balik
selalu diberikan.
3. Organisasi bahan ajar. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil
dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga
mendukung penguasaan sesuatu kompetensi.
4. Evalusi. kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu
pelajaran, suatu unit ataupun semester. evaluasi yang digunakan
umumnya berentuk tes objektif. Sesuai dengan landasan pemikiran
mereka, bahwa model pengajarannya menekankan sifat ilmiah, bentuk
ini tes dipandang lebih cocok.
Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada kriteria, yaitu:
prosedur pengembangan kurikulum dinilai dan disempurnakan oleh
pengembang kurikulum yang lain dan hasil pengembangan yang berbentuk
model adalah yang bisa diuji kembali, dan memberikan hasil yang sama.
Inti dari pengembangan kurikulum teknologi adalah penekanan pada
kompetensi. Pengembangan dan penggunaan alat dan media pengajaran
bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program pengajaran
dan ditujukan pada kompetensi tertentu.

2.3 Organisasi Kurikulum


Dakir (2004:33) menyatakan bahwa ada tiga pengorganisasian pokok
kurikulum, yaitu:
A. Organisasi Separated Subject Curriculum
Bidang studi diajarkan secara terpisah sesuai dengan pembatasan
bahan serta waktu yang telah ditentukan terlebih dahulu. Ciri-Ciri
Organisasi Separated Subject Curriculum, yaitu:
1. Dilihat dari segi tujuan
No Keuntungan Kekurangan
1 Dapat mencapai pengetahuan Pengetahuan yang didapat
secara mendalam kurang
2 Dapat menstandarkan Sarana pendidikan jadi kaku
pengetahuan peserta didik yang
terbesar dibanyak tempat
3 Dapat menyeragamkan fasilitas Kurikulum kurang fleksibel
yang disediakan

16
2. Dilihat dari sumber bahan
No Keuntungan Kekurangan
1 Disediakan dari pusat Buku acuan kurang diperhatikan
2 Luas bahan terbatas Bahan disusun urutannya oleh
penulis buku, kadang-kadang
kurang bersifat psikologi
3 GBPP dari pusat
4 Bahan mudah diatur secara
sistematis
3. Dilihat dari sudut metode mengajar
No Keuntungan Kekurangan
1 Bentuk pengajaran secara Metode yang digunakan bersifat
progresif linear teacher centered
2 Tidak banyak menggunakan Banyak metode yang dilakukan
metode yang bervariasi besifat tradisional
3 Metode dril, ceramah, dan
hafalan kurang dapat
membentuk perkembangan
pribadi
4 Kegiatan belajar bersifat
ekspositorik
4. Dilihat dari segi guru
No Keuntungan Kekurangan
1 Persiapan bahan relative mudah Kurang kreatif
2 Bahan sudah siap pakai Kalau ketinggalan buku, guru
tidak dapat mengajar
3 Tidak perlu mengadakan bahan Dibatasi waktu penyampaiannya
banding
4 Tunduk pada aturan yang dibuat,
artinya tidak menyimpang dari
kurikulum
5. Dilihat dari peserta didik
No Keuntungan Kekurangan
1 Beban tugas tidak terlalu Tidak membedakan perbedaan
banyak individual
2 Dapat belajar secara sistematis Anak dianggap tong kosong
yang aka nada kotak-kotak ilmu
pengetahuan yang perlu diisi
3 Tidak berinisiatif

17
4 CBSA tidak berlaku
B. Organisasi Correlated Curriculum
Suatu pengaturan/penyusunan mata pelajaran dengan cara
menggabungkan dua atau lebih mata pelajaran baik yang ada dalam bidang
studi maupun diluar bidang studi. Ciri-Ciri Organisasi Correlated
Curriculum, yaitu:
No Tinjauan Kelebihan Kelemahan
1 Tujuan Untuk memechkan Kadang-kadang kabur
pembelajaran masalah secara bulat, karena kompleks
utuh dan luas
2 Bahan Bahan dapat disusun Bahan tidak sistematis
secara fleksibel
Sumber bahan tidak Luas bahan tidak
terbatas ditentukan batasnya
Penyusunan pokok Sumber bahan
bahasan tidak tersebar
terpancang pada satu
bidang pengetahuan
3 Metode mengajar Pendekatannya Sarana/prasarana
student centered kadang-kadang tidak
tersedia dan mahal
CBSA terlaksana
secara wajar
Tidak membosankan
4 Evaluasi Yang dievaluasi Ujian dilakukan
tidak hanya evaluasi secara local
produk,tetapi juga
evaluasi proses
Dalam raport tidak
menggambarkan
peserta
didik pandai atau tidak
Hanya dapat
dilakukan secara
konsekuen oleh
sekolah swasta
5 Guru Guru lebih kreatif, Guru kurang biasa
inisiatif, dan tidak melaksanakan, karena
terpancang pada di sekolah guru tidak
waktu dilatih correlates

18
curriculum
Guru akan Pembagian tugas pada
mempunyai team teaching perlu
pengetahuan yang penyelesuaian
luas dan dalam
Secara team teaching Tidak semua guru
tidak melelahkan sanggup
melaksanakan
6 Peserta didik Peserta didik Kurang mempunyai
mempunyai pengetahuan yang
pengetahuan praktis dalam
dan luas
Sesuai dengan Kurang mempunyai
minatnya pengetahuan yang
seimbang antar bidang
studi untuk setiap
bidang studi
pengetahuan
Peserta didik tidak
hanya diasah
otaknya saja tetapi
secara keseluruhan.
C. Integrated curriculum
Integrated curriculum adalah kurikulum yang pelaksanaannya
disusun secara menyeluruh untuk membahas suatu pokok masalah
tertentu. Pembahasan tersebut dapat cara menggunakan berbagai mata
pelajaran yang relavan dalam satu bidang studi atau antar bidang studi atau
antar bidang studi. Topic pembahasan ditentukan secara demokratis antara
peserta didik dengan guru. Metode yang digunakan dengan pendekatan
student centered,problem solving, dan CBSA. Kalau integrated curriculum
dapat dilakukan dengan baik,harapan dari hasil belajar akan
mengakibatkan yang bersangkutan dapat tertanam: learn to know,learn to
do, learn to be,dan learn to leve together. Kesulitan utama dalam
pelaksanaan integrated curriculum karena di lembaga pendidikan
guru,sebelum yang bersangkutan menjadi guru tidak pernah dilatih atau
disiapkan untuk melaksanakan kurikulum tersebut. Dengan digalakkannya
kurikulum muatan local sebetulnya guru telah melakukan integrated
curriculum.

19
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Kurikulum menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, kurikulum
adalah “Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. (Bab I
Pasal 1 ayat 19).
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses
pendidikan. Kurikulum bertujuan sebagai arah, pedoman, atau sebagai rambu-
rambu dalam pelaksanaan proses pembelajaran (belajar mengajar).
Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya
tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga mengemban berbagai fungsi
tertentu. Alexander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondary Education
(1918), mengatakan bahwa kurikulum mempunyai fungsi Penyesuaian (The
Adjutive of Adaptive Function), fungsi Integrasi (The Integrating Function),
fungsi diferensiasi (The Differentiating Function), fungsi persiapan (The
Propaedeutic Function), fungsi pemilihan (The Selective Function), dan
fungsi Diagnostik (The Diagnostic Function).
Ada tiga peranan kurikulum yang sangat penting, yakni peranan
konservatif, peranan kritis atau evaluatif, dan peranan kreatif.
Komponen-Komponen Kurikulum terdiri atas komponen tujuan, isi
kurikulum, komponen metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen
evaluasi.
Model Konsep Kurikulum, terbagi atas Kurikulum Subjek Akademis,
Kurikulum Humanistik, Kurikulum Konfluen, Kurikulum Rekontruksi Sosial
dan Teknologi dan Kurikulum.
Dakir (2004:33) menyatakan bahwa ada tiga pengorganisasian pokok
kurikulum, yaitu Organisasi Separated Subject Curriculum, Organisasi
Correlated Curriculum dan Integrated curriculum

1.2 Saran
Melalui makalah ini, diharapkan agar kita semua dapat mengetahui hakikat
kurikulum meliputi konsep dasar kurikulum, model konsep kurikulum dan
organisasi kurikulum agar kita sebagai calon guru dapat memahami bahwa
kurikulum adalah pedoman pendidikan agar kedepannya kita dapat menjadi guru
yang berkualitas dan melahirkan murid yang berkualitas.

20
Daftar Pustaka

Adelina. (2016). Hakikat Kurikulum. [Online], tersedia


file:///C:/Users/User/Downloads/Hakikat_Kurikulum.pdf.pdf. Diakses pada
20 Februari 2019.
Dakir. (2004). Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana Prenada Media.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Erliana Syaodih. (2012). Kurikulum dan
Pembelajaran Kompetensi. Bandung : Refika Aditama
Suriadi, Fadly. (2015). Hakikat Kurikulum. [Online], tersedia
https://www.academia.edu/11767483/Hakikat_Kurikulum. Diakses pada 20
Februari 2019.

21

Anda mungkin juga menyukai