Anda di halaman 1dari 21

LO 1.

MM ANATOMI SALURAN CERNA BAWAH


1.1 MAKRO
A. DUODENUM
 Panjangnya 12 jari atau 25 cm, melengkung seperti huruf C
 Dibagi menjadi 3 bagian :
- Pars superior duodeni
- Pars descendens duodeni
- Pars inferior duodeni, dapat dibedakan : pars horizontalis & ascendens
 Lengkung antara pars superior dan descendens duodeni disebut flaxura duodeni superior
 Lengkung antara pars descendens dan inferior duodenia disebut flexurs duodeni inferior
 Permulaan duodenum yang melebar disebut bulbus duodeni
 Akhir duodenum disebut flexura duodenojejunalis
 Pada duodenum akan bermuara :
- Ductus pancreaticus accessories/minor (Santorini, tidak selalu ada) dan letaknya lebih
ke oral. Bagiannya yang menonjol disebut papilla duodeni minor
- Ductus pancreaticus major (Wirsungi) serta ductus choledochus letaknya lebih ke anal.
Bagiannya yang menonjol disebut papilla duodeni major
- Papilla yang meluas ke cranial sebagai plica longitudinalis duodeni
- Di dalam dinding papilla duodeni major terdapat suatu rongga disebut ampulla yang
dindingnya terdapat suatu otot yaotu m.sphincter Oddi, yang melingkar. Bila
berkontraksi dapat menutup muara bersama dutus tersebut.

B. JEJUNUM DAN ILEUM


 Terletak pada region umbilicalis
 2/3 proximal usus halus merupakan jejunum, 3/5 distal merupakan ileum.
 Diameter jejunum cenderung lebih besar daripada ileum
 Mesentrium jejunum cenderung lebih tebal daripada ileum
 Ciri ileum :
- arcade lebih banyak tingkatnya,
- vasa recta lebih banyak,
- plica sirkulares lebih jarang, dan
- ukuran lebih kecil
 Ciri Jejunum :
- Arcade lebih sedikit tingkatannya
- Vasa cecta lebih banyak
- Plica sirkulares lebih padat
- Ukuran lebih besar
 Arteriae : berasal dari cabang A.mesentrica superior, cabang-cabangnya membentuk
anyaman yaitu arcade jejunalis dan ilei
 A.ileocolica menuju bagian bawah ileum
 Vena : senama dengan arterinya
 Inervasi : simpatis dan parasimpatis berasal dari NX dari plexus mesentericus superior
USUS BESAR (COLON)
Dapat dibagi menjadi :
 Colon ascenden: sebelah kanan, naik dari caudal ke cranial, dimulai dari caecum (usus buntu).
Pada ujung caecum bermuara bangunan kecil berupa pipa menyerupai cacing disebut processus
(appendix) vermiformis
 Colon transversum: berjalan dari kanan ke kiri. menyilang abdomen di regio umbilicalis dari
flexura coli dextra sampai flexura coli sinistra. Colon transversum membentuk lengkungan
berbentuk huruf “U”. Pada saat colon transversum mencapai lien akan melengkung ke bawah
membentuk flexura coli sinistra untuk menjadi colon descendens.
 Colon descenden: berjalan dari cranial ke caudal, taenia libera terletak di ventra, taenia
omentalis di lateral, dan taenia mesocolica di medial. Terbentang dari flexura coli sinistra
sampai apertura pelvis superior. Colon descendens menempati kuadran kiri atas dan bawah.
Colon descendens diperdarahi oleh arteri dan vena mesenterica inferior dan dipersarafi oleh
saraf simpatis dan parasimpatis nervi splanchnici pelvici melalui plexus mesenterica inferior.
 Colon sigmoideum: berbentuk seperti huruf S. Mulai dari apertura pelvis superior dan
merupaka lanjutan colon descendens. Colon ini tergantung ke bawah ke dalam cavitas pelvis
dalam bentuk sebuah lengkung. Colon sigmoideum beralih ke rectum di depan os sacrum.
Diperdarahi oleh cabang dari arteri mesenterica inferior dan disarafi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis dari plexus hypogastricus inferior.
 pada kolon terdapat taenia :
- taenia mesocolica : perlekatan alat penggantung dibelakang
- taenia omentalis : perlekatan omentum majus di depan
- taenia libera : dinding kaudal tidak ada alat yang melekat
 taenia ini, berkas stratum longitudinal karen alebih pendek dari stratum circulare,
mengakibatkan stratum circulare berlipat-lipat. Lipatan keluar disebut haustra dan lipatan ke
dalam disebut plica semilunaris
 lekuk diantara haustra disebut incisura.
 Pada colon ascendens, taenia libera terletak ventral , taenia omentalis terletak lateral dan taenia
mesocolica terletak medial
 Colon descendens berjalan dari cranial ke caudal. Taenia libera terletak di ventral, taenia
omentalis di lateral dan taenia mesocolica di medial

CAECUM
- Pada region ileaca dextra dengan panjang sekitar 6 meter
- Dibagian bawah terdapat juncture ileocolica tempat bermuaranya ileum
- Dilengkapi valvula ileocolica yang terdiri dari labium superius dan inferius. Kedua labium
dibentuk oleh lipatan stratum circular eke ventral dan dorsal bersatu membentuk frenulum.
- Disebelah oral lipatan, stratum circulare menebal dan membentuk suatu sfingter yang
mengatur masuknya isi usus ke dalam colon
- Terdapat appendix vermiformis, yaitu :
o Bentuk seperti cacing dengan panjang 8-13cm
o Ada beberapa tipe :
 Post caecalis : dibelakang caecum
 Descending atau pelvic type : dibewah ileum terminalis
 Subcaecalis : dibawah caecum
 Ante ilei : di depan ileum terminalis
 Post ilei : di belakang ileum terminalis
o Terletak di region iliaca dextra
o Mempunyai penutup peritoneum yang lengkap pada bagian bawah mensenterium usus
halus, disebut dengan mesoappendix
o Pada orang hidup dapat ditemukan 2 tipe :
 Mobile type : bisa berubah-ubah dapat ditemukan semua tipe
 Fixed type : tetap dapat ditemukan bila ujung appendix pada peritoneum dan type
retrocaecal
o Cara pemeriksaan appendix vermiformis, yaitu dengan cara menarik garis antara
umbilicus dengan SIAS dextra kemudian dibagi tiga. Titik sepertiga lateral adalah letak
appendix disebut dengan titik Mc.Burney.

RECTUM
Menempati bagian posterior cavitas pelvis superior dan merupakan lanjutan colon sigmoideum dan
berjalan ke bawah turun di depan os sacrum, meninggalkan pelvis dengan menembus diaphragma
pelvis. Melanjutkan diri sebagai canalis analis di dalam perineum.

PERDARAHAN
ARTERI
Aorta abdominalis bercabang menjadi :
1. A.coeliaca
a. A. gastric sinistra
b. A.lienalis
c. A. hepatica communis
- A. hepatica propria
- A. gastric dextra
- A. gastroduodenalis :
 A. gastroduodenalis dextra
 A. pancreaticoduodenalis superior (memperdarahi duodenum superior dan caput
pancreas bagian atas)
2. A. mesenterica superior
a. A. colica media (ke cranial di sebelah ventral pancreas masuk ke dalam mesocolon
transversum 2/3 proximal menuju ke colon transversum dan memperdarahinya
b. A. pancreaticoduodenalis inferior (memperdarahi pancreas dan duodenum)
c. A. colica dextra (member cabang-cabang ke colon ascendens)
d. Aa. Jejenalis (masuk ked alma mesenterium member cabang-cabang ke jejunum, jumlah
12-15, setiap arteri akan membelah menjadi dua dan bersatu dengan arteri yang berdekatan
membentuk arcade, kemudia bercabang lagi dan bersatu membentuk arcade 2,3,4)
e. A. ileocolica (pergi ke kanan caudal member cabang ke colon ascendens dan ileum)
- Ramus superior (beranastomosis dengan A.colica dextra)
- Ramus inferior :
 A. caecalis anterior
 A. caecalis posterior, bercabang lagi menjadi A. appendicularis
3. A. renalis
4. A. mesenterica inferior
a. A. colica sinistra (pergi ke kiri dan member cabang-cabang ke ramus ascendens : 1/3 distal
colon transversum, flexura coli sinistra, ramus descendens memperdarahi bagian atas colon
descendens)
b. A. sigmoidea (member cabang-cabang ke colon descendens bagian bawah dan colon
sigmoideum)
c. A. hemorrhoidalis superior (rectalis superior) (memberi cabang-cabang ke dorsal rectum
dan anus)
Cabang-cabang a. colica media, a. colica dextra, aa. Jejenalis, aa.ileae, a. colica sinistra dan a.
sigmoidea berhubungan satu sama lain menjadi A.marginalis (Drummon), sehingga terjadi
lengkung-lengkung disebut arcades

VENA
1) V. mesenterica inferior
2) V. mesenterica superior : menerima darah balik dari :
- V. ileocolica
- Vv. Jejenalis
- Vv. Pancreaticoduodenalis (bersatu dulu dengan v. gastroepiploica dextra  ke v.
mesenterica superior)
- V. gastroepiploica dextra
- Vv. Ileae
- V. colica dextra dan media
3) V. lienalis (bersatu dengan v. mesenterica superior menjadi V.portae)

PERSARAFAN
Oleh saraf otonom, yaitu :
a. Simpatis
 Dikenal sepasang n.Splachnicus major dan minor dextra dan sinistra.
 Sifat simpatis efferent yang membawa impuls yang menyebabkan penghambatan sekresi
kelenjar, vasokonstriksi pembuluh darah, relaksasi pada otot-otot dinding vesica felea,
ventriculus dan usus.
b. Parasimpatis
 N. vagus (X) sinistra
 N.Vagus (X) dextra
- Menembus diafragma di belakang esophagus (chorda posterior)
- Menuju langsung ke pangkal truncus coeliacus dan plexus coeliacus untuk
menginervasi : intestinum tenue dan crassum, gaster, 2/3 colon transversum, lien,
pancreas, hepar
- 1/3 lateral colon transversum, colon desendens, colon sigmoid diinervasi oleh
sacral 2,3,4 (pusat parasimpatis)
1.2 MIKRO
1. Usus Halus
a. Duodenum
Tunica mucosa epitel selapis torak dengan microvili, sel goblet masih jarang. Dalam
lamina propria terdapat potongan criptus. Villus intestinalis gemuk, tunica muscularis
mucosa tidak membentuk villus intestinalis. Tunica submucosa dipenuhi kelenjar Brunner.
Tunica mucosa dan tunica submucosa membentuk plica semicircularis (Kerkringi). Tunica
adventitia jaringan ikat jarang.

b. Jejunum
Tunica mucosa mirip duodenum, sel goblet
mulai banyak. Sel paneth di dasar criptus
Lieberkuhn, sitoplasma mengandung
granula kasar merah. Villus intestinalis lebih
kurus dan tumpul. Plica semicircularis
mudah dilihat.

c. Ileum
Tunica mucosa lebih banyak mengandung sel goblet. Villus intestinalis kurus. Pada sebagian
dindingnya dalam lamina propria terdapat nodulus lymphatici aggregatii (Plaques peyeri).
Tunica submucosa tanpa kelenjar, plica
semicircularis mudah ditemukan, tetapi
pendek-pendek.
2. Usus Besar
Tunica mucosa rata tanpa lipatan, villus tidak ada, criptus Lieberkuhn (kelenjar instestinal)
panjang dengan dipenuhi sel
goblet dan sedikit sel
argentaffin. Lamina propria
banyak sel limfoid dan
nodulus lymphaticus.
Nodulus dapat menyebar
sampai submucosa. Tunica
muscularis dua lapis circular
dan longitudinal. Serabut
longitudinal bersatu dalam
tiga pita longitudinal tebal
disebut “taenia coli”. Pada
bagian bebas kolon, lapisan
serosa ditandai suatu
tonjolan pedunculosa terdiri jaringan adiposa (appendices epiploicae). Pada daerah anus,
membran mucosa mempunyai sekelompok lipatan longitudinal “collum rectalis
Morgagni”. Sekitar 2 cm diatas lubang anus, mucosa diganti oleh epitel berlapis gepeng.
Pada daerah ini lamina propria mengandung plexus vena-vena besar yang dapat
menimbulkan haemorhoid (wasir).

Pada daerah anus, membran mukosa mempunyai sekelompok lipatan longitudinal, collum rectails
Morgagni. Sekitar 2 cm di atas lubang anus mukosa usus diganti oleh epitel berlapis gepeng. Pada
daerah ini, lamina propria mengandung pleksus vena-vena besar yang bila melebar berlebihan dan
mengalami varikosa mengakibtakan hemoroid.
Appendix merupakan diverticulum kecil langsing dan buntu yang berasal dari caecum.Epitel
permukaan terutama tersusun oleh sel silindris dengan striated border, dan sel gobletnya sedikit. Di
dalam kriptus, terdapat sedikit sel Paneth, dan banyak sel enteroendokrin. Muscularis mucosa
biasanya tidak sempurna. Submukosa tebal dan mengandung pembuluh darah dan saraf, dan
muscularisnya tipis tetapi masih memperlihatkan kedua lapisan. Tunica serosa identik dengan yang
meliputi usus lainnya.
2.MM FISIOLOGI SALURAN CERNA BAWAH
Fisiologi Usus Halus (intestinum minor)
Usus halus mempunyai 2 fungsi utama pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi dan air.
Semua akitivitas lainnya mengatur atau mempermudah berlangsungnya proses ini. Proses pencernaan
ini dimulai dari mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan
yang masuk. Proses dilanjutkan didalam duodenum terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang
menghidrolisis karbohidrat, lemak dan protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Adanya
bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan memberikan pH optimal untuk
kerja enzim-enzim. Sekresi empedu dan hati membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan
permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pankreas.
Kerja empedu terjadi sebagai akibat dari sifat deterjen asam-asam empedu yang dapat
melarutkan zat-zat lemak dengan membentuk misel. Misel merupakan agregat asam empedu dan
molekul-molekul. Lemak membentuk inti hidrofobik, sedangkan asam empedu karena merupakan
molekul polar, membentuk permukaan misel dengan ujung hidrofobik mengarah ke dalam dan ujung
hidrofilik menghadap keluar menuju medium cair. Bagian sentral misel juga melarutkan vitamin-
vitamin larut lemak dan kolesterol. Jadi asam-asam lemak bebas, gliserida dan vitamin-vitamin yang
larut dalam lemak dipertahankan dalam larutan sampai mereka dapat di absorbsi oleh permukaan sel
epitel.
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus enteriukus).
Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan mencernakan zat-zat makanan
sambil diabsorbsi. Enzim-enzim utama pencernaan adalah kelenjar ludah menghasilkan amylase
(ptyalin) ludah; kelenjar ludah menghasilkan pepsin dan lipase lambung; mukosa duodenum
menghasilkan enterokinase; kelenjar eksokrin pankreas menghasilkan tripsin, kemotripsin,
karbosipeptidase, nuclase, lipase pankreas; amilase pankreas; hati menghasilkan asam empedu (bukan
enzim), kelenjar usus menghasilkan aminopeptidase, dipeptidase, maltase, lactase, sukrosa, lipase
usus, nucleotidase.
Dua hormon penting dalam pengaturan usus. Lemak yang bersentuhan dengan mukosa
duodenum menyebabkan kontraksi kantong empedu yang diperantarai oleh kerja kolesistokinin.
Hasil-hasil pencemaan tak lengkap yang bersentuhan dengan mukosa duodenum, merangsang sekresi
getah pankreas yang kaya akan enzim; hal ini diperantarai oleh kerja pankreozimin.
Parikreozimin dan kolesistokinin sekarang diduga merupakan satu hormon yang sama, yang
mempunyai efek berbeda, hurmon ini dinamakan CCK (beberapa buku teks menyebut hormon ini
CCK-PZ). Hormon ini dihasilkan oleh mukosa duodenum. Asam yang bersentuhan dengan mukosa
usus menyebabkan dikeluarkan hormon lain, sekretin dan jumlah yang keluarkan sebanding dengan
asam yang mengalir melalui duodenum. Sekretin merangsang sekresi getah yang mengandung
bikarbonat dari pankreas, dan empedu dari hati. Sekretin memperbesar kerja CCK. Pergerakan
segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan
sekresi usus, dan pergerakkan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan
kecepatan yang sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinue isi lambung.
Absorbsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pengamatan karbohidrat, lemak dan protein
(gula sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino) melalui dindirig usus ke sirkulasi darah
dan limfe untuk digunakan oleh sel- sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi.
Absorbsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor aktif dan pasif yang sebagian besar
kurang dimengerti.
Besi dan kalsium sebagian besar diabsorbsi dalam duodenum dan abscrbsi kalsium
memerlukan vitamin D, vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K) diabsorbsi dalam duodenum
dan memerlukan garam-garam empedu. Asam folat dan vitamin-vitamin lain yang larut dalam air juga
diabsorbsi di duodenum. Absorbsi gula, asam-asam amino dan lemak sebagian besar diselesaikan
menjelang kimus mencapai jejunum. Absorbsivitamin B12 berlangsung pda ileum terminal melalui
mekanisme transport khusus yang memerlukan faktor intrinsik lambung. Sebagian besar asam-asam
empedu yang dikeluarkan oleh kandung empedu ke dalam duodenum untuk membantu pencernaan
lemak, akan diabsorbsi pada ileum terminal dan masuk kembali ke hati. Siklus ini dinamakan sirkulasi
enterohepatik garam-garam empedu dan sangat penting dalam mempertahankan cadangan empedu.
Dengan demikian asam-asam atau garam-garam empedu mampu bekerja mencenakan leniak berkali-
kali sebelum dikeluarkan dalam feses.
Penyakit atau reseksi ileum terminal dapat menyebabkan defisiensi garam-garam empedu dan
mengganggu pencernaan lemak. Masuknya garam- garam empedu dalam jumlah besar ke dalam
kolon menyebabkan iritasi kolon dan diare.

Fisiologi Usus Besar


Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus.
Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah nampir
lengkap pada kolon. bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa
feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya karena
adanya kiriman yang berlebihan dan ileum, maka akan terjadi diare.
Berat akhir feses yang dikeluarkan per hari sekitar 200 g, 75% diantaranya berupa air. Sisanya
terdiri dari residu makanan yang tidak diabsorpsi, bakteri, sel epitel yang mengelupas, dan mineral yang
tidak diabsorbsi.
Sedikitnya pencernaan yang terjadi di usus besar terutama diakibatkan oleh bakteri dan bukan
karena kerja enzim. Usus besar mengsekresikan mucus alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus
ini bekerja untuk melumasi dan melindungi mukosa. Bakteri usus besar munsintesis vitamin K. dan
beberapa vitamin B. Pembusukan oleh bakteri dari sisa-sisa protein menjadi asam amino dan zat- zat
yang lebih sederhana seperti peptida, indol, skatol, fenol dan asam lemak.
Pembentukan berbagai gas seperti NH3, CO2, H2 dan CH4 membantu pembentukan flatus di
kolon. Beberapa subtansi ini dikeluarkan dalam feses, sedangkan zat lainnya diabsorpsi dan diangkut
ke hati di mana zat-zat ini akan diubah manjadi senyawa yzng kurang toksik dan diekskresikan melalui
kemih. Fermentasi bakteri pada sisa karbohidrat juga melepaskan CO2 , H2 dan CH4 yang merupakan
komponen flatus. Dalam sehari secara normal dihasilkan sekitar 1.000 ml flatus. Kelebihan gas dapat
terjadi pada aerofagia (menelan udara secara berlebihan) dan pada peningkatan gas di dalam lumenusus,
yang biasanya berkaitan dengan jenis makanan yang dimakan. Makanan yang mudah membentuk gas
seperti kacang-kacangan mengandung banyakkarbohidrat yang tidak dapat dicerna.
Pada umumnya, pergerakan usus besar adalah lambat. Pergerakan usus besar yarg khas adalah
gerakan mengaduk haustra. Kantong-kantong atau haustra teregang dan dari waktu ke waktu otot
sirkular akan berkontrasi untuk mengosongkannya. Pergerakannya tidak progresif, tetapi menyebabkan
isi usus bergerak bolak-balik dan meremas-remas sehingga memberi cukup waktu untuk absorbsi.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif;
(1) kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke
depan, menyumbat beberapa haustra, dan
(2) penstaltik massa, merupakan kontraksi yang mengbatkan segmen kolon.
Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian
ini timbul dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik setelah makan, khususnya
setelah makanan pertama masuk pada hari itu.

Fisiologi Defekasi
Propulsi feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding rektum dan merangsang refleks
defekasi. Defekasi dikendalikan oleh stingier ani eksterna dan interna. Sfingter interna dikendalikan
oleh sistem saraf otonom, dan sfingter eksterna berada di bawah kontrol volunter. Refleks defekasi
terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan keempat dari medula spinalis.
Serabut-serabut parasimpatis mencapai rektum melalui saraf splangnikus panggul dan
bertanggung jawab atas kontraksi rektum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rektum yang
mengalami distensi -berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan anulus
anorektal menghilang. Otot-otot sfingter intema dan ekstema berelaksasi pada waktu anus tertarik atas
melebihi tinggi massa feses. Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen
yang terjadi akibat kontraksi volunter otot-otot dada dengan glotis ditutup, dan kontraksi secara terus-
menerus dari otol-otot abdomen (menuver ata'i peregangan valsava). Defekasi dapat dihambat oleh
kontraksi volunter otot-otot sfingtcr ekstema dan levator ani. Dinding rektum secara bertahap akan
relaks, dan keinginan untuk berdefekasi menghilang. Kelainan dari proses defekasi adalah konstipasi
dan diare. Konstipasi terjadi karena kegagalan pengosongan rektum saal terjadi peristaltik massa.
LO 3. MM OBSTRUKSI ILEUS
3.1 DEFINISI
 Ileus menurut Sjamsuhidajat (1997) adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya disertai
dengan pengeluaran banyak aliran cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral
dari obstruksi obstruksi maupun oleh muntah.
 Ileus adalah gangguan pasase dari isi usus akibat sumbatan sehingga terjadi penumpukkan
cairan dan udara di bagian proksimal dari sumbatan tersebut.
Akibat sumbatan tersebut, terjadi peningkatan tekanan intraluminer dan terjadi gangguan
resorbsi usus serta meningkatnya sekresi usus. Ditambah adanya muntah akibat suatu refluks
obstruksi maupun karena regurgitasi dari lambung yang penuh mengakibatkan terjadi
dehidrasi, febris dan syok.
3.2 ETIOLOGI
1. Adhesi
Berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum, atau pasca
operasi. Adhesi dapat berupa perlengketan dalam bentuk tunggal maupun multiple dan dapat
setempat maupun luas.Sering juga ditemukan adhesi yang berbentuk pita. Pada operasi
perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali
2. Hernia inkarserata
Obstruksi akibat hernia inkarserata pada anak dapat di kelola secara konseratif.Jika tidak
berhasil dalam waktu 8 jam, harus dilakukan herniotomi segera. Bila terdapat suatu defek pada
dinding rongga perut, maka akibat tekanan intraabdominal yang meninggi, suatu alat tubuh dapat
terdorong keluar melalui defek itu. Misalnya : sebagian lambung dapat terdesak keluar ke rongga
perut melalui suatu defek pada diafragma masuk ke dalam rongga dada. Hernia yang tidak tampak
dari luar disebut “internal hernia”. Ditemukan lebih banyak “ekterna hernia”, yaitu yang tampak
dari luar seperti hernia umbilical, hernia inguinal, dan hernia femoral.
Jika liang hernia cukup besar maka isi usus dapat didorong masuk lagi dan disebut reponibel,
jika tidak dapat masuk lagi disebut incarcerata. Pada keadaan ini terjadi bendungan pembuluh-
pembuluh darah yang disebut dengan strangulasi. Akibat gangguan sirkulasi darah akan terjadi
kematian jaringan setempat yang disebut infark. Hernia yang menunjukkan strangulasi pembuluh
darah dan tanda-tanda incarcerata akan menimbulkan gejala-gejala ileus.
3. Askariasis
Kebanyakan cacing askariasis hidup diusus halus bagian yeyenum, jumlahnya biasanya
mencapai puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi dapat terjadi di berbagai tempat diusus halus,
tetapi biasanya diileum terminal yang lumennya paling sempit. Cacing menyebabkan terjadinya
kontraksi local dinding usus yang disertai dengan reaksi radang setempat yang tampak
dipermukaan peritoneum.
Obstruksi usus oleh cacing askaris paling sering ditemukan pada anak karena hygiene kurang
sehingga infestasi cacing terjadi berulang. Lumen usus halus anak lebih sempit disbanding usus
halus orang dewasa, sedangkan ukuran cacing sama besar. Obstruksi umumnya disebabkan oleh
gumpalan padat yang terdiri atas sisa makanan dan puluhan ekor cacing yang mati atau hampir
mati akibat pemberian obat cacing.
Anak dapat menderita serangan kolik tanpa henti jika obstruksinya total. Terjadi muntah
sewaktu kolik, dan kadang keluar cacing dari mulut atau anus. Perut kembung, dan peristaltis
terlihat sewaktu kolik. Umumnya mengalami demam.
Pada pemeriksaan perut dapat diraba masa tumor yang berupa gumpalan cacing, masa tidak
berbatas jelas dan mungkin dapat digerakkan. Kadang, masa teraba seperti kantong nelayang yang
penuh cacing. Penderita biasanya mengeluh nyeri perut apa bila ditekan.
4. Invaginasi
Invaginasi atau intususepsi sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang muda dan
dewasa. Invaginasi pada anak biasanya bersifat idiopatik. Kebanyakan ditemukan pada usia 2-12
bulan, dan lebih banyak pada anak laki-laki. Serangan rhinitis atau infeksi saluran nafas sering kali
mendahului terjadinya invaginasi. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk
dan naik kekolon asendens serta mungkin sampai keluar dari rectum.
Invaginasi dapat menyebabkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan komplikasi
perforasi dari peritonitis. Anamnesis memberikan gambaran yang cukup mencurigakan bila bayi
yang sehat dan eutrofis sekonyong-konyong mendapat serangan nyeri perut. Anak tampak gelisah
dan tidak dapat ditenangkan, sedangkan di antara serangan biasanya anak tidur tenang karena
sudah capai sekali.
Serangan klasik terdiri atas nyeri perut, gelisah sewaktu serangan kolik, biasanya keluar
lender campur darah per anum yang berasal dari intususeptum yang tertekan, terbendung, atau
mungkin sudah mengalami strangulasi. Anak biasanya muntah sewaktu serangan, dan pada
pemeriksaan perut dapat teraba masa yg biasanya memanjang dengan batas jelas seperti sosis.
Invaginatum yang masuk jauh dapat ditemukan pada pemeriksaan colok dubur, ujung invaginatum
teraba seperti porsio uterus pada pemeriksaan vaginal sehingga dinamai “pseudoporsio” atau
porsio semu. Jarang ditemukan invaginatum yang sampai keluar dari rektum. Keadaan tersebut
harus dibedakan dari prolapsus mukosa rektum, pada invaginasi didapatkan invaginatum bebas
dari dinding anus, sedangkan prolapsus berhubungan secara sirkuler dengan dinding anus.
Disebut juga “intussusceptio”. Biasanya pada anak, bagian oral (proksimal) usus menerobos
masuk ke dalam rongga bagian anal (distal) seperti suatu teleskop. Ada beberapa jenis bergantung
pada lokasinya :
 enterika : usus halus masuk ke dalam usus halus
 entero-colics : ileum masuk ke dalam coecum atau colon, jenis ini paling sering ditemukan
 colica : usus besar masuk ke dalam usus besar
 prolapsus ani : rektum keluar melalui anus
Bagian dalam disebut intussusceptium, sedang bagian luar yang melingkarinya intussusceptum.
Mesentrium yang mengandung pembuluh darah intussusceptium akan ikut tertarik dan pembuluh
darah akan terjepit hingga terjadi gejala-gejala ileus. Penyebab terjadinya pada anak-anak adalah
ketidakseimbangan kontraksi otot usus-usus, adanya jaringan limfoid yang berlebihan (terutama
sekitar perbatasan bagian ileo-cekal) dan antiperistaltik kolon melawan peristaltik ileum. Pada
orang dewasa disebabkan karena adanya dinding tumor yang menonjol/bertangkai (polip) dan oleh
gerakan peristaltik didorong ke bagian distal dan dalam gerakan ini dinding usus ikut tertarik.
5. Volvulus
Kebanyakan volvulus dibagian ileum, didarahi arteri ileosekalis dan mudah mengalai
strangulasi. Gambaran klinis merupakan gambaran ileus obstruksi tinggi dengan atau tanpa gejals
dan tanda stangulasi.
Volvulus di usus halus agak jarang ditemukan. Disebut pula dengan torsi dan merupakan
pemutaran usus dengan mesenterium sebagai poros. Usus melilit/memutar sampai 180-360
derajat. Volvulus dapat disebabkan oleh mesentrium yang terlalu panjang, yang merupakan
kelainan kongenital pada usus halus, pada obstisipasi yang menahun, terutama pada sigmoid, pada
hernia inkarcerata, usus dalam kantong hernia menunjukkan tanda-tanda torsi; pada tumor dalam
dinding usus atau tumor dalam mesentrium. Akibat volvulus terjadi gejala-gejala strangulasi
pembuluh darah dengan infark dan gejala-gejala ileus.
6. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital dapat berbetuk stenosis dan atresia. Setiap cacat bawaan sebagian saluran
cerna akan menyebabkan obstruksi setelah bayi mulai menyusui. Kelainan-kelainan ini
disebabkan oleh tidak sempurnanya kanalisasi saluran pencernaan dalam perkembangan
embrional dan keadaan ini dapat terjadi pada usus dimana saja.
Stenosis juga dapat terjadi akibat penekanan, misalnya oleh pankreas anulare atau oleh atresia
jenis membran dengan lubang ditengahnya.
Atresia ialah buntu sama sekali dengan tanda-tanda obstruksi total sedangkan stenosis hanya
merupakan penyempitan dengan gejala-gejala obstruksi yang tidak total. Atresia adalah gangguan
pasase usus yang kongenital dapat berbentuk stenosis dan atresia, yang dapat disebabkan oleh
kegagalan rekanalisasi pada waktu janin berusia 6-7 minggu. Kelainan bawaan ini dapat juga
disebabkan oleh gangguan aliran darah lokal pada sebahagian dinding usus akibat desakan,
invaginasi, volvulus, jepitan, atau perforasi usus masa janin. Daerah usus yang tersering
mengalaminya adalah usus halus. Pankreas anulare menyebabkan obstruksi usus halus
diduodenum bagian kedua.
7. Radang kronik
Setiap radang kronik, terutama morbus Crohn, dapat menyebabkan obstruksi karena udem,
hipertrofi, dan fibrosis yang biasanya terjadi pada penyakit kronik.
8. Tumor
Proses keganasan terutama karsinoma ovarium, dan kolon dapat menyebabkan obstruksi usus.
Obstruksi ini terutama disebabkan oleh kumpulan metastasis diperitoneum atau di mesenterium
yang menekan usus.
9. Tumpukan sisa makanan
Ditemukan pada orang yang pernah mengalami gasterektomi, biasanya terjadi pada daerah
anastomosis. Dapat terjadi setelah makan banyak sekali buah-buahan yang mengandung banyak
serat sehingga terjadi obstruksi ileum terminal.
10. Kompresi duodenum oleh arteri
Arteri mesenterika superior dapat mengempa bagian ketiga duodenum atau pars horizontalis.
Duodenum dapat terjepit dalam sudut antara arteria tersebut dengan aorta.
11. Pankreas Annulare
Pankreas anulare menyebabkan obstruksi usus halus di duodenum bagian duodenum bagian
kedua. Gejala dan tanda sama seperti pada atresia atau malrotasi usus. Pankreas anulare
merupakan kelainan kongenital yang jarang ditemukan. Penyakit ini disebabkan oleh kelainan
pada perkembangan bakal pankreas sehingga tonjolan dorsal dan ventral melingkari duodenum
bagian kedua akibat tidak lengkapnya pergeseran bagian ventral. Keadaan ini menyebabkan
obstruksi duodenum dan kadang disertai atresia juga. Penyakit ini pada awalnya sering tidak
ditemukan gejala dan baru ditemukan pada saat dewasa.
12. Batu empedu yang masuk ke ileus
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke
duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal.
Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal
atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi

3.3 EPID
Obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang sering dijumpai.
Sekitar 20% pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri abdomen karena obstruksi
saluran pencernaan dan 80% terjadi pada usus halus. Obstruksi ileus adalah suatu
penyumbatan mekanis pada usus dimana menghambat proses pencernaan secara normal.
(Sjamsuhidayat, 2006). Angka kejadian di Indonesia menunjukkan kasus laparatomi
meningkat dari 162 kasus pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada 2006 dan 1281 kasus pada
tahun 2007 (Depkes RI, 2007). Angka kejadian pada pasien obstruksi ileus dengan tindakan
laparatomi di ruang Cempaka III RSUD Pandan Arang Boyolali dari bulan Januari sampai
Maret 2014 sebanyak 8 pasien. Pada pasien post operasi laparatomi atas indikasi obstruksi
ileus di ruang Cempaka III RSUD Pandan Arang Boyolali memerlukan perawatan
khusus.
3.4 KLASIFIKASI
Terdapat dua jenis obstruksi usus :
1. Non-mekanis : peristaltik usus dihambat akibat pengaruh toksin atau trauma yang
memengaruhi pengendalian otonom motilitas usus (mis,. ileus paralitik atau ileus
adinamik)
2. Mekanis : terjadi obstruksi di dalam lumen usus atau obstruksi mural yang disebabkan
oleh tekanan ekstrinsik.

Berdasarkan lokasi obstruksinya ileus obstrukif atau ileus mekanik dibedakan menjadi, antara
lain :
1. Ileus obstruktif letak tinggi
Obstruksi mengenai usus halus (dari gaster sampai ileum terminalis)
2. Ileus obstruktif letak rendah
Obstruksi mengenai usus besar (dari ileum terminal sampai rectum)

Berdasarkan stadiumnya ileus obstruktif dibagi menjadi 3 antara lain :


1. Obstruksi sebagian (partial obstruction)
Obstruksi terjadi sebagian sehingga makanan masih dapat lewat, pasien masih bisa flatus
dan defekasi.
2. Obstruksi sederhana (simple obstruction)
Obstruksi atau sumbatan yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai
gangguan aliran darah).
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction)
Obstruksi yang disertai dengan terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang
akan berakhir dengan nekrosis atau gangren.

Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3 :


1. Lesi ekstrinsik (ekstraluminal), disebabkan oleh adhesi (post operative), hernia (inguinal,
femoral, umbilical), neoplasma (karsinoma), dan abses intraabdominal.
2. Lesi intrinsik di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan kongenital
(malrotasi), inflamasi (Chron’s disease, diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan
intususepsi.
3. Obstruksi menutup (intaluminal), penyebabnya dapat berada di dalam usus, misalnya
benda asing, batu empedu.

3.5 PATOF
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas akibat peningkatan
tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh karena
sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat
mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah
pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas
kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok—hipotensi,
pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang
terus menerus mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi
cairan ke dalam usus. Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan
permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan
sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia (Price & Wilson, 1995).
Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana, distensi timbul tepat
proksimal dan menyebabkann muntah refleks.
Setelah ia mereda, peristalsis melawan obstruksi timbul dalam usaha mendorong isi usus melewatinya
yang menyebabkan nyeri episodik kram dengan masa relatif tanpa nyeri di antara episode. Gelombang
peristaltik lebih sering, yang timbul setiap 3 sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di
didalam ileum. Aktivitas peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelung usus, yang
menyebabkan gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif. Dengan berlanjutnya
obstruksi, maka aktivitas peristaltik menjadi lebih jarang dan akhirnya tidak ada. Jika ileus obstruktif
kontinu dan tidak diterapi, maka kemudian timbul muntah dan mulainya tergantung atas tingkat
obstruksi. Ileus obstruktif usus halus menyebabkan muntahnya lebih dini dengan distensi usus relatif
sedikit, disertai kehilangan air, natrium, klorida dan kalium, kehilangan asam lambung dengan
konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan alkalosis metabolik. Berbeda pada ileus
obstruktif usus besar, muntah bisa muncul lebih lambat (jika ada). Bila ia timbul, biasanya kehilangan
isotonik dengan plasma. Kehilangan cairan ekstrasel tersebut menyebabkan penurunan volume
intravascular, hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika terapi tidak diberikan dalam perjalanan
klinik, maka dapat timbul azotemia, penurunan curah jantung, hipotensi dan syok

Ileus
Obstruktif
Akumulasi gas dari cairan didalam
lumen setelah proksimal dari letatak
obstruksi

Distens Proliferasi bakteri Kehilangan


i yang berlangsung H2O dan
cepat elektrolit
Tekanan intralumen ↑ Volume ECF↓

Iskemia dinding usus

Iskemia dinding usus

Kehilangan cairan menuju ruang


peritonium
Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik
ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistemik

Peritonitis septikemia Syok


Hipovolemik
3.6 MK
1. Obstruksi usus halus
a. Obstruksi sederhana
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang banyak, nyeri
abdomen bervariasi dan sering dirasakan sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.
Obstruksi bagian distal menyebabkan kejang di daerah periumbilikal atau nyeri yang sulit
dijelaskan lokasinya. Kejang hilang timbul dengan adanya fase bebas keluhan. Muntah
akan timbul kemudian, waktunya bervariasi tergantung letak sumbatan. Semakin distal
sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi selalu terjadi
terutama pada obstruksi komplit.
b. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri hebat.
Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia.
Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi maka diperlukan tindakan operasi segera untuk
mencegah terjadinya nekrosis usus.
2. Obstruksi usus besar
Nyeri akibat sumbatan biasanya terasa di daerah epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus
menerus menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul
sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit.
Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila
terjadi refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak gangguan pada usus
halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan valvula Bauchini yang paten,
terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling
tinggi dan dindingnya yang lebih tipis.
Beberapa gejala dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe: obstruksi usus halus (tinggi ataupun rendah),
dan obstruksi usus besar.
1. Obstruksi usus halus tinggi: biasanya diawali dengan muntah-muntah hebat, dan dapat
menyebabkan dehadrasi dengan cepat. Distensi biasanya minimal, dan pada pemeriksaan
radiografi, hanya dapat ditemukan sedikit dilatasi usus halus
2. Obstruksi usus halus rendah: gejala yang dominan adalah nyeri, ditambah dengan distensi
sentral. Biasanya tidak langsung terjadi muntah-muntah. Pada radiografi, terlihat dilatasi
multipel dari usus halus.
3. Obstruksi usus besar: distensi menjadi gejala yang dominan. Nyeri dirasakan tidak terlalu
hebat; muntah dan dehidrasi merupakan gejala klinis yang terjadi beberapa hari setelah onset.
Pada radiografi, terlihat dilatasi dari colon proximal dari tempat obstruksi. Usus halus dapat
dilatasi apabila terdapat valvula ileocaecal incompetent.

Gejala selanjutnya yang bisa muncul termasuk dehidrasi, oliguria, syok hypovolemik,
pireksia, septikemia, penurunan respirasi dan peritonitis. Terhadap setiap penyakit yang dicurigai
ileus obstruktif, semua kemungkinan hernia harus diperiksa.
Konstipasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konstipasi absolut ( dimana feses dan gas tidak
bisa keluar) dan relatif (dimana hanya gas yang bisa keluar). Kegagalan mengerluarkan gas dan feses
per rektum juga suatu gambaran khas ileus obstruktif.
Dehidarasi umumnya terjadi pada ileus obstruktif usus halus yang disebabkan muntah yang berulang-
ulang dan pengendapan cairan.
Sangat penting untuk membedakan antara ileus obstruktif dengan strangulasi dengan tanpa
strangulasi, karena termasuk operasi emergensi. Penegakan diagnosa hanya tergantung gejala kilnis.
Sebagai catatan perlu diperhatikan:
1. Kehadiran syok menandakan iskemia yang sedang berlansung
2. Pada strangulasi yang mengancam, nyeri tidak pernah hilang total
3. Gejala-gejala biasanya muncul secara mendadak dan selalu berulang
4. Kemunculan dan adanya gejala nyeri tekan lokal merupakan tanda yang sangat penting,
tetapi, nyeri tekan yang tidak jelas memerlukan penilaian rutin.

Pada ileus obstruktif tanpa strangulasi kemungkinan bisa terdapat area dengan nyeri tekan
lokal pada tempat yang mengalami obstruksi; pada srangulasi selalu ada nyeri tekan lokal yang
berhubungan dengan kekakuan abdomen.
1. Nyeri tekan umum dan kehadiran kekakuan abdomen/rebound tenderness menandakan
perlunya laparotomy segera.
2. Pada kasus ileus obstruktif dimana nyeri tetap ada walaupun telah diterapi konservatif,
walaupun tanpa gejala-gejala di atas, strangulasi tetap harus didiagnosa.
Ketika srangulasi muncul pada hernia eksternal dimana benjolan tegang, lunak, ireponibel, tidak
hanya membesar karena reflek batuk dan benjolan semakin membesar.
3.7 DX DD
ANAMNESIS
Gejala Utama:
- Nyeri-Kolik
 Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilikus
 Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik.
- Muntah
 Stenosis Pilorus : Encer dan asam
 Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan
 Obstruksi kolon : onset muntah lama.
- Perut Kembung (distensi)
- Konstipasi
 Tidak ada defekasi
 Tidak ada flatus

PEMERIKSAAN FISIK
 Inspeksi : Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan
turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi,
parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik usus
yang bisa bekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah. Penderita
tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik (Sabiston, 1995; Sabara, 2007)
 Palpasi : Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau
nyeri tekan, yang mencakup ‘defance musculair’ involunter atau rebound dan
pembengkakan atau massa yang abnormal (Sabiston, 1995; Sabara, 2007).
 Auskultasi :Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik gemerincing
logam bernada tinggi dan gelora (rush) diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa hari
dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik
(sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya nyeri usus
bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulata (Sabiston,
1995).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Radiologi
Pemeriksaan sinar-X bisa sangat bermanfaat dalam mengkonfirmasi diagnosis ileus obstruktif serta
foto abdomen tegak dan berbaring harus yang pertama dibuat. Adanya gelung usus terdistensi
dengan batas udara-cairan dalam pola tangga pada film tegak sangat menggambarkan ileus
obstruksi sebagai diagnosis. Dalam ileus obstruktif usus besar dengan katup ileocaecalis
kompeten, maka distensi gas dalam kolon merupakan satu-satunya gambaran penting. Penggunaan
kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-peritonitis. Barium enema diindikasikan untuk
invaginasi, dan endoskopi disarankan pada kecurigaan volvulus

Dapat pula ditemukan :


1. Ileus obstruksi letak tinggi :
 Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal junction) dankolaps usus
di bagian distal sumbatan.
 Coil spring appearance
 Herring bone appearance
 Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
2. Ileus obstruksi letak rendah :
 Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
 Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen Air fluid
level yang panjang-panjang di kolon. Sedangkan pada ileus paralitik gambaran radiologi
ditemukan dilatasi usus yang menyeluruhdari gaster sampai rectum.
 ditemukan dilatasi usus yang menyeluruhdari gaster sampai rectum.

Gambar 2.10 Step ledder sign (Nobie,


2009)
BNO 3 posisi
pemeriksaan radiografi pada daerah abdomen khususnya untuk melihat kelainan yang ada di tractus
digestivus. Posisi AP untuk melihat ada atau tidaknya penebalan / distensi pada kolon yang disebabkan
massa atau gas, posisi setengah duduk untuk menampakan udara bebas di bawh diaphragm dan LLD
untuk memperlihatkan air fluid level atau udara bebas

BNO 3 POSISI
1. ABDOMEN AP
 Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan, MSP tubuh berada di pertengahan meja.
kedua tangan diatur lurus disamping tubuh dan kedua kaki diatur lurus.
 Posisi Objek : aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas bawah pada simfisis pubis
dan crista iliaca berada dipertengahan. Pelvis TIDAK mengalami rotasi (terlihat dari kedua SIAS
berjarak sama dikedua sisinya)
 CR : vertikal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca
 FFD : 100 cm
 Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi

2. ABDOMEN SETENGAH DUDUK


 Posisi Pasien : pasien duduk diatas meja pemeriksaan dengan menempatkan MSP tubuh sejajar
kaset, kedua tangan lurus disamping tubuh dan kedua kaki diatur lurus.
 Posisi Objek : kaset berada dibelakang tubuh pasien, aturlah kaset dengan batas atas procxypoid
dan batas bawahnya simfisis pubis, pelvis dan shoulder TIDAK mengalami rotasi.
 CR : horisontal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca (umbilikus)
 FFD : 100 cm
 jangan lupa memakai grid

3. ABDOMEN LLD
 Posisi Pasien : Pasien tidur miring ke sisi kiri, kedua genue ditekuk (difleksikan), kedua tangan
diletakkan ditas kepala
 Posisi Objek : aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas bawah pada simfisis pubis
dan crista iliaca berada dipertengahan. kaset berada dibelakang punggung.
 CR : horizontal sejajar kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca.
 FFD : 100 cm
Laboratorium: Leukositosis, dengan pergeseran ke kiri, biasanya terjadi bila terdapat strangulasi,
tetapi hitung darah putih yang normal tidak menyampingkan strangulasi. Peningkatan amilase
serum kadang-kadang ditemukan pada semua bentuk ileus obstruktif, khususnya jenis strangulasi.

PEMERIKSAAN LAIN
COLOK DUBUR
Umumnya dilakukan dengan sikap litotomi, dapat ditunjang dengan alat anoskop atau
sigmoidoskop. Posisi yang nyaman untuk pasien adalah posisi Sims, yaitu pasien tidur terlentang pada
sisi kiri dengan kedua lutut ditekuk. Buli-buli harus dikosongkan dahulu agar tidak terdapat penilaian
yang keliru.
1. Inspeksi pada daerah perianal dan sakrokoksigeal. Dapat dijumpai:
 Lesi anal, dan perianal, seperti prolapse hemoroid, yang biasanya dijumpai pada arah pukul
4,7,11 dan berwarna livid.
 Prolaps rectum, dengan lipatan mukosa melingkar konsentris dan berwarna merah
 Fisura ani, yang berupa lesi di anal-kanal yang nyeri bila ditekan biasanya dijumpai arah
pukul 6 dan disertai dengan skin tag
 Kondoloma akuminata atau kondiloma lata
2. Memasukan jari telunjuk bersarung tangan yang telah dilumuri pelumas dengan lembut melalui
anus
 Pada laki-laki dapat digunakan titik acuan berupa kelenjar prostat disebelah ventral
 Pada perempuan titik acuan serviks uteri disebelah ventral
3. Penilaian terhadap:
 Tonus sfingter ani: jari telunjuk terjepit menunjukan kontraksi sfingter ani
 Reflex bulbokavernosus: memencet glans penis
 Ampula rectum: menganga seperti pada peritonitis atau kolaps seperti pada ileus obstruktif
 Mukosa dinding rectum: dinilai dengan melingkar memutar jari telunjuk menurut arah
jarum jam dan melawan arah jarum jam. Hemoroid interna tidak teraba, polip rektuk teraba
licin lunak dan mungkin bertangkai, karsinoma teraba keras berbenjol dan tidak teratur

Hasil tambahan
1. Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
2. Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
3. Feses yang mengeras : skibala
4. Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi
5. Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
6. Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis
Diagnosis Banding
Ileus obstruksi harus dibedakan dengan:
1. Carcinoid gastrointestinal
2. Penyakit Crohn
3. Intussuscepsi pada anak
4. Divertikulum Meckel
5. Ileus meconium
6. Volvulus
7. Infark Myocardial Akut
8. Malignansi, Tumor Ovarium
9. TBC Usus
10. Ileus paralitik
3.8 TATALAKSA
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah
perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah
tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan,
terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus di rawat dirumah
sakit.
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah aspirasi dan mengurangi
distensi abdomen (dekompresi). Pasien dipuasakan, kemudian dilakukan juga resusitasi cairan
dan elektrolit untuk perbaikan keadaan umum. Setelah keadaan optimum tercapai barulah
dilakukan laparatomi. Pada obstruksi parsial atau karsinomatosis abdomen dengan pemantauan
dan konservatif.
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital berfungsi secara
memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin.
Tindakan bedah dilakukan bila :
a. Strangulasi
b. Obstruksi lengkap
c. Hernia inkarserata
d. Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT,
infus,oksigen dan kateter).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita harus
mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa
pasca bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik.
MEDIKAMENTOSA
Obat pertama :
Prostigmin 3 x 1 sampai IV untuk memacu mobilitas usus
Antibiotik

OBAT ANTIEMETIK
Antagonis reseptor H1, Antagonis reseptor muskarinik, Antagonis reseptor dopamine, Antagonis
reseptor serotonin, Cannabinoid, Steroid
 Antagonis reseptor H1
Contoh : Cinnarizine, cyclizine, dimenhydrinate, promethazine
Tidak dapat digunakan untuk mual-muntah karena rangsangan pada CTZ.
Efektif untuk mabuk kendaraan dan mual muntah karena rangsangan pada lambung. Diberikan
sebelum timbul gejala mual-muntah
a. Puncak antiemetik : 4 jam, bertahan selama 24 jam
b. KI : wanita hamil trimester I (kec. Promethazine)
 Antagonis reseptor muskarinik
Contoh : Hyoscine
Untuk mual-muntah karena gangguan labirin dan rangsangan lokal di lambung. Tidak dapat
digunakan untuk mual muntah karena rangsangan pada CTZ
a. Puncak antiemetik : 1-2 jam
b. ES : drowsiness, mulut kering, penglihatan kabur, retensi urin
 Antagonis reseptor dopamin
Contoh : Metoklopramid, Domperidone, Phenothiazine
Metoklopramid
Bekerja di CTZ
ES : karena blokade reseptor dopamin di SSP →gangguan pergerakan pada anak2 dan dewasa muda,
mengantuk, fatigue/lemah. Stimulasi release prolaktin → galaktore dan gangguan menstruasi. Efek
pada motilitas usus → diare
Domperidone
Antagonis reseptor D2. Antiemetik untuk vomitting postoperatif dan akibat kemoterapi kanker
ES : diare
Phenothiazine
Dapat digunakan untuk vomitting karena rangsangan pada CTZ. Tidak efektif untuk muntah karena
rangsangan di lambung. Cara kerja → antagonis reseptor D2 di CTZ, menghambat reseptor histamine
dan muskarinik. Pemberian p.oral, rektal, atau parenteral

 Antagonis serotonin
Contoh : ondansetron, granisetron
Sangat baik utk terapi mual-muntah akibat obat sitotoksik. Pemberian p.o, injeksi IV pelan, infus
ES : sakit kepala, gangguan GIT
 Cannabinoid
Derivat cannabinol sintetik → menurunkan muntah karena rangsangan pada CTZ.
ES : drowsiness, dizziness, mulut kering, perubahan mood,hipotensi postural, halusinasi, dan reaksi
psikotik
 Steroid
Glukokortikoid → deksametason dan metilprednisolon
Mekanisme kerja → belum diketahui dan sinergisme dengan ondansetron

PENCAHAR
 Bulk Laxative : meningkatkan volume residu padat yg tidak diabsorpsi
Contoh : Metilselulose, sterculia, agar, bran, ispaghula husk
Polimer polisakarida tidak dapat dipecah. Mekanisme kerja menahan air di lumen usus merangsang
peristaltis abeberapa hari. ES : ringan
 Osmotic Laxative : meningkatkan jumlah air
Meningkatkan volume cairan di lumen bowel→ mempercepat transfer makanan ke usus halus →
massa yg sangat besar masuk kolon → distensi→ekspulsi faeces
 Faecal Softener : mengubah konsistensi faeces
Contoh : Docusate sodium
Menghasilkan feses yg lebih lumak. Efek stimulan laksatif lemah
 Stimulant Purgative : meningkatkan motilitas dan sekresi
Contoh : Bisacodyl, sodium picosulfat, preparat senna
Meningkatkan peristaltis dengan cara stimulasi mukosa usus. ES : kram abdomen, jangka panjang →
atonia colon

OBAT YG MENINGKATKAN MOTILITAS GIT


 Domperidone
Antagonis reseptor D2 antiemetik. Memblok adrenoreseptor a-1 dan menurunkan efek relaksanya ,
menurunkan tekanan sfingter esofagus bawah meningkatkan motilitas GIT. Tidak menstimulasi
sekresi asam lambung. Digunakan untuk gangguan pengosongan lambung dan refluks
esofagitiskronis. ES : hiperprolaktinemia
 Metoklopramid
Efek sentral → antiemetic
Efek lokal → percepatan pengosongan lambung tanpa menstimulasi sekresiasam lambung
Efeknya kecil pada motilitas usus bag. Bawah. Digunakan untuk refluks gastroesofagus dan gangguan
pengosongan lambung. Tidak dapat digunakan untuk ileus paralitik.
 Cisapride
Menstimulasi release ACh pada pleksus myenterik di GIT bag. Atas. Digunakan untuk refluks
esofagitis dan gangguan pengosongan lambung. Tidak mempunyai efek antiemetic. ES : diare, kram
abdomen, takikardi (jarang).

3.9 KOMPLIKASI
 Peritonitis septikemia, suatu keadaan dimana terjadi peradangan pada selaput rongga perut
(peritonium) yang disebabkan oleh adanya bakteri dalam darah (bakteremia).
 Syok hipovolemi, terjadi akibat dehidrasi dan kekurangan cairan
 Perforasi usus, suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya suatu lubang yang
menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam rongga perut. Kebocoran ini dapat menyebabkan
peritonitis
 Nekrosis usus, kematian jaringan pada usus
 Sepsis, infeksi berat di dalam darah karena adanya infeksi
 Abses, kondisi dimana berkumpulnya nanah di daerah anus karena adanya bakteri atau kelenjar
yang tersumbat pada usus
 Sindrom usus pendek dengan malabsorbsi dan malnutrisi, suatu keadaan dimana tubuh sudah
tidak bisa mengabsorbsi nutrisi karena pembedahan
 Gangguan elektrolit, terjadi karena hipovolemi

3.10 PENCEGAHAN
Pencegahan Primordial
Pencegahan primordial merupakan upaya pencegahan pada orang-orang yang belum memiliki
faktor risiko terhadap ileus obstruktif. Biasa dilakukan dengan promosi kesehatan atau memberikan
pendidikan kesehatan dengan melakukan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat dalam menjaga kesehatannya oleh kemampuan masyarakat.
Pencegahan Primer
Upaya mempertahankan orang yang agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi
sakit. Pencegahan primer berarti mencegah terjadinya ileus obstruktif. Pencegahan primer yang
dilakukan antara lain :
a) Bergaya hidup sehat dengan cara menjaga diri dan lingkungannya
b) Dengan meningkatkan asupan makanan bergizi yang meningkatkan daya tahan tubuh
c) Diet Serat. Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insidens
timbulnya berbagai macam penyakit. Hasil penelitian membuktikan bahwa diet tinggi serat
mempunyai efek proteksi untuk kejadian penyakit saluran pencernaan.
d) Untuk mencegah hernia, hindari angkat berat, yang meningkatkan tekanan didalam perut dan
mungkin memaksa satu bagian dari usus untuk menonjol melalui daerah rentan dinding perut.
Pencegahan sekunder
dilakukan terhadap ileus obstruktif adalah dengan cara mendeteksi secara dini, dan
mengadakan penatalaksanaan medik untuk mengatasi akibat fatal ileus obstruktif
Pencegahan tertier
untuk mengurangi ketidakmampuan, mencegah kecacatan dan menghindari komplikasi yang
dapat memperparah keadaan. Tindakan perawatan post operasi serta melakukan mobilitas/ambulasi
sedini mungkin.

3.11 PROGNOSIS
Obstruksi usus halus yang tidak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka kematian 5 %.
Kebanyakan pasien yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut usia. Obstruksi usus halus yang
mengalami strangulasi mempunyai angka kematian sekitar 8 % jika operasi dilakukan dalam jangka
waktu 36 jam sesudah timbulnya gejala-gejala, dan 25 % jika operasi diundurkan lebih dari 36 jam.
Pada obstruksi usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 15–30 %. Perforasi sekum
merupakan penyebab utama kematian yang masih dapat dihindarkan.
LO 4.MM PANDANGAN ISLAM TENTANG OPERASI
Segala macam perubahan keinginan berlebihan untuk mengubah ciptaan Allah tanpa alasan yang
valid tidak dapat diterima. Sehingga operasi atau tindakan bedah dalam rangka menghilangkan atau
memperbaiki kekurangan seperti operasi plastik tidak boleh dilakukan. Hal ini dianggap melawan
atau mengingkari ciptaan Allah karena ciptaan Allah adalah terbaik dan sempurna. ]
Dalam kasus operasi (rekonstruksi atau bedah restroratif) karena kepentingan medis dapat
menjadi boleh bahkan wajib dengan alasan-alasan :
a. Dilakukan unuk memperbaiki cacat alami/cacat bawaan
b. Cacat karena penyakit
c. Cacat karena komplikasi pengobatan penyakit

Hal-hal diatas bertujuan untuk mengembalikan penampilan normal untuk mengurangi


tekanan psikologis dan perasaan malu dan mengembalikan fungsi. Hal ini merupakan yang dianjurkan
dalam rangka menjaga ciptaan Allah. Tujuan tersebut tidak mengandung perubahan fitrah tapi
mengembalikan fitrah kepada keaadaan awal sebelum kerusakan.
Bedah yang merupakan tindakan penyayatan terhadap orang hidup hanya dibenarkan karena
adanya hajat atau darurat, untuk prngobatan atau menghindarkan bahaya yang lebih besar, dan untuk
itu tidak ada cara atau metode lain. Pembolehan itu harus didasarkan dengan keyakinan kuat akan
berhasil. Dan sebisanya tidak mengubah fitrah atau kejadian asli yang normal.

Anda mungkin juga menyukai