Anda di halaman 1dari 2

Prognosis

Prognosis pasien dengan frozen shoulder ini bervariasi, tergantung pada respon terhadap
terapi fisik, latihan dan terapi yang dilakukan. Kebanyakan pasien mengalami sisa-sisa nyeri dan
kekakuan bahu setelah terapi.
Frozen shoulder atau Capsulitis Adhesiva adalah suatu kondisi dengan 3 karakteristik utamanya
yaitu adanya nyeri, walaupun pada malam hari; kekakuan sendi bahu, terjadi penurunan ROM
(Range of Motion / Movement); serta hampir hilangnya kemampuan rotasi eksterna, baik pasif
maupun aktif, dari sendi bahu. Insidensi Frozen shoulder lebih banyak terjadi pada perempuan
dibandingkan dengan laki-laki dan sering terjadi pada lengan yang tidak dominan. Prevalensi
kondisi ini lebih banyak pada usia antara 40-60 tahun. Penyebab dari frozen shoulder masih
belum diketahui dengan pasti. Namun, terdapat banyak faktor pencetus atau predisposisi dari
frozen shoulder ini, yaitu imobilisasi, usia, dan trauma berulang (repetitive injury). Lundberg dan
Helbig mengklasifikasikan frozen shoulder menjadi dua, yaitu primer dan sekunder. Kelompok
primer adalah yang paling sering terjadi dan bersifat idiopatik. Kelompok sekunder diakibatkan
oleh perkembangan suatu penyakit yang meliputi sistem saraf pusat, immobilisasi extremitas
atas, trauma lengan, kanker atau infeksi pulmonari, infark myocard, infus IV yang terlalu lama,
diabetes mellitus, rheumatoid arthritis, dan lainnya. Keluhan yang dirasakan dapat berupa nyeri
dan ngilu pada sendi serta gerakan sendi bahu yang terbatas kesegala arah, terutama gerakan
abduksi, sehingga mengganggu lingkup gerak sendi bahu. Rasa nyeri akan meningkat
intensitasnya dari hari ke hari. Tata laksana pada pasien dapat diberikan terapi medikamentosa,
berupa NSAID serta terapi non medikamentosa, berupa istirahat, terapi panas, terapi dingin,
traksi leher, massage sendi bahu,. manipulasi dan mobilisasi, dan terapi latihan.

Anda mungkin juga menyukai