Anda di halaman 1dari 2

CHANCROID

Epidemiologi

Chancroid merupakan penyakit yang paling sering terjadi di negara berkembang, terutama Afrika dan
Asia, dimana organisme penyebabnya, Haemophilus ducreyi, ditemukan pada lebih dari 50% pada pasien
dengan ulser genital sampai pada tahun 1990an. Wilayah endemik ini juga memiliki angka kejadian yang
tinggi pada infeksi HIV di dunia, dan chancroid umum ditemukan pada 18 negara dimana prevalensi HIV
mencapai lebih dari 8%.

Penemuan kasus ini pada negara berkembang biasanya berkaitan dengan pekerja seksual, penggunaan
kokain, sifilis, dan kenaikan risiko infeksi HIV. Prostitusi kelas rendah muncul menjadi sumber terjadinya
infeksi ini. Pria dilaporkan memiliki angka insidensi yang lebih tinggi daripada wanita. Beberapa
penelitian di Afrika menyatakan bahwa ulser chancroid menjadi faktor risiko penting terhadap
penyebaran secara heteroseksual pada terjadinya HIV-1. Masih belum jelas apakah ada asimptomatik
pada karier H. ducreyi dan apa faktor risiko terjadinya penyebaran. Durasi infeksi pada pasien wanita
dengan tidak adanya tatalaksana terjadi sekitar 45 hari. Cara penyebaran dari wanita ke pria masih
belum diketahui, tetapi penyebaran dari pria ke wanita sekitar 70% dilaporkan secara seksual.

Etiologi dan Patogenesis

Aspek Historical

H. ducreyi adalah Gram negatif, coccobasillus anaerobik fakultatif yang membutuhkan hemin (faktor X)
untuk berkembang. Organisme ini kecil, tidak motil, dan tidak menghasilkan spora, dan menunjukkan
rantai streptobasiller yang tipikal, terutama pada kultur. Urutan taksonomi masih kontroversial.
Klasifikasi saat ini, menunjukkan H. ducreyi sebagai Haemophilus sp. Bagaimanapun, penelitian tentang
homologi DNA dan kemotaksonomi menunjukkan perbedaan substansial antara H. ducreyi dan
Haemophilus sp. Klasifikasi H. ducreyi dapat saja berubah pada masa depan, tetapi hal ini masih menanti
penelitian lebih lanjut.

Biochemistry

Growth Requirements

Genetis and Virulence

Tiga faktor utama yang kemungkinan berpengaruh dalam patogenesis infeksi H. ducreyi adalah:
pelekatan pada permukaan superfisial, jumlah produksi eksotoksin (contohnya, cytolethal distending
toxin), dan mekanisme resistensi pada host.
tes laboratorium

kultur bakteri H. ducreyi merupakan alat diagnostik primer untuk chancroid. bagaimanapun, teknik
amplifikasi DNA telah membuktikan bahwa sensitifitas kultur H. ducreyi hanya 75%. Basil akan bertahan
2 - 4 jam pada swab, tidak didinginkan. Materi swab dari dasar ulser yang purulent, harus segera
diletakkan pada medium kulturnya, karena tidak adanya sistem transport yang memuaskan.

Sebagai catatan, penggunaan media isolasi dari nutritionally rich agar dengan hemoglobin dan serum
sangat direkomendasikan oleh karena tingginya tingkat sensitivitasnya. Kecil, non mukoid, kuning
keabuan, kolonisasi akan timbul pada 2 sampai 4 hari setelah inokulasi. Koloni ini akan tetap utuh ketika
bagian permukaan agar ditekan. Identifikasi H. ducreyi dilakukan berdasarkan rekomendasi dari
Lubwama. Terdapat percobaan tentang kebutuhan haemin, tes katalse dan oksidase, tes B-laktamase,
hydrogen sulfide, serta aktivitas indol. Tes kelemahan antibiotik direkomendasikan karena resisten H.
ducreyi mulai umum terjadi.

Pemeriksaan langsung dengan pengecatan Gram atau Giemsa mungkin dapat membantu, tetapi
dilaporkan bahwa sensitivitas dan spesifitas cukup rendah, yaitu 10% hingga 63% dan 51% hingga 99%.
Bentuk basil sering ditemukan sebagai kelompok kecil atau rantai paralel dari 2 atau 3 organisme pada
mukus. Bentuk ini sering disebut sebagai "Scholl of Fish" atau "Raiload Track". Bentuk ini tidak
patognomonik H. ducreyi, karena banyak ulser genitalis memiliki banyak flora yang terdeteksi. Swab
kapas atau kalsium alginate direkomendasikan untuk pengumpulan spesimen. Beberapa peneliti tidak
merekomendasikan mikroskopis langsung pada diagnosis chancroid.

Anda mungkin juga menyukai