Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

KULTUR JARINGAN TANAMAN

“Pembuatan Medium MS (Murashige and Skoog) Dengan


Menggunakan Berbagai ZPT(Zat Pengatur Tumbuh)”

Oleh:

MUH. MASYUDDIN AL-AMIN


NIM. D1B1 15 043

JURUSAN/PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kultur jaringan tanaman merupakan teknik budidaya (perbanyakan)

sel, jaringan, dan organ tanaman dalam suatu lingkungan yang terkendali

dan dalam keadaan aseptik atau bebas dari mikroorganisme. Secara umum

perbanyakan tanaman berdasarkan perkembangan dan siklus hidupnya dapat

digolongkan menjadi dua, yaitu perbanyakan secara seksual dan

perbanyakan secara aseksual.

Pembuatan medium merupakan bagian yang penting dalam kultur

jaringan, dimana medium yang kita buat akan menjadi tempat eksplan

mengalami pertumbuhan. Saat ini telah banyak dijual secara komersial

medium racikan atau medium instan yang bisa langsung kita pergunakan.

Medium dalam kultur jaringan dibedakan menjadi dua yaitu medium dasar

dan medium perlakuan. Medium dasar mengandung unsur hara (mikro dan

makro), sumber energi dan vitamin.Penamaan medium dasar biasanya

berdasarkan orang yang pertama kali menemukan medium tersebut.

Beberapa medium dasar yang banyak digunakan adalah : Medium dasar

Murashige and Skoog (1962), White (1934), Vacin and Went (1949),

Schenck and Hildenrant (1972), Woody Plant medium (1981) dan lain-lain.

Medium yang digunakan untuk kultur jaringan tanaman dapat berupa

medium padat atau cair. Medium padat digunakan untuk menghasilkan

kalus yang selanjutkan diinduksi membentuk tanaman yang lengkap,


sedangkan medium cair biasanya dugunakan untuk kultur sel. Medium yang

diggunakan mengandung lima komponen utama, yaitu senyawa anorganik,

sumber karbon,vitamin, zat pengatur tumbuh dan suuplemen organik

(Adnan, 2011). Medium dasar yang paling banyak digunakan adalah

medium dasar Murashige and Skoog (MS).

Keberhasilan dalam kultur jaringan dipengaruhi oleh adanya

penemuan zat pengatur tumbuh (ZPT) dan upaya pengembangan formulasi

medium sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan teknik

kultur jaringan. Zat pengtur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik

bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan

dapat merubah proses fisiologi tanaman. Zat pengatur tumbuh dapat dibagi

menjadi beberapa golongan yaitu golongan auksin, sitokinin, giberelin dan

inhibitor yang banyak dipakai dalam kultur jaringan tanaman yaitu auksin

dan sitokinin. Zat pengatur tumbuh auksin (IAA, NAA, IBA, 2,4-D) dapat

mengnduksi perakaran, sedangkan sitokinin (kinetin, zeatin BAP)

digunakan untuk menginduksi tunas.

Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan

tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman dengan

menggunakan medium buatan yang dilakukan di tempat yang steril.

Lingkungan aseptic sebagai salah satu syarat utama suksesnya

kegiatan kultur jaringan perlu diterapkan dengan sungguh-sungguh.Untuk

itu perlu adanya usaha sterilisasi peralatan yang akan digunakan dalam

proses kultur. Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan
harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar air flow dan

menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga dilakukan terhadap

peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata pada

peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga

harus steril. Sterilisasi pada teknik kultur jarngan meliputi: Sterilisasi

lingkungan kerja, sterilisasi alat dan medium dan sterilisasi bahan tanam.

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diadakan praktikum

mengenai cara pembuatan medium dasar Murashige and Skoog (1962)

dengan penambahan ZPT dan kegiatan sterilisasi.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah pembuatan medium dengan Murashige and Skoog dengan

menggunakan berbagai ZPT terdapat perbedaan?

1.3. Tujuan dan kegunaan

Tujuan dari praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui dapat

mempraktekan cara membuat larutan medium MS dengan penambahan

berbagai ZPT. Kegunaanya mahasiswa mampu dapat mempraktekan cara

membuat larutan medium MS dengan penambahan berbagai ZPT.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Medium merupakan factor utama dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman

dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis

medium. Medium tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya

terhadap partumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang

dihasilkannya (Tuhuteru et al, 2010).

Medium merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan

kultur jaringan. Komposisi medium yang digunakan tergantung dengan jenis

tanaman yang akan diperbanyak. Medium yang digunakan biasanya terdiri

dari garam mineral, vitamin dan hormon. Diperlukan juga bahan tambahan

seperti agar,gula (sebagai sumber energi), dan lain-lain. Zat pengatur

tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis maupun

jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan.

Medium yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol

kaca. juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya menggunakan

autoklafdengan suhu 121o C kurang lebih selama 15 menit (Yuniastuti

2012). Crantz) pada Berbagai Bahan Pemadat Alternatif Pengganti Agar.

Jurnal

Sebelum membuat medium, maka terlebih dahulu harus menentukan

medium apa yang akan dibuat. Untuk menanam eksplan dari tanaman keras

sering menggunakan medium WPM, sedangkan untuk tanaman semusim


(sayuran dan tanaman hias) sering menggunakan medium MS. Medium

Knudson C hanya cocok untuk menanam eksplan kelapa Kopyor dan

Anggrek (Budisantoso, 2015).

Dalam kultur jaringan, unsur-unsur diberikan tidak dalam bentuk

unsur murni, tetapi berupa senyawa berbentuk garam. Sebelum

dicampurkan kedalam medium tumbuh, garam-garam mineral itu haruslah

lebih dahulul dilarutkan dalam konsentrasi tertentu, sehingga dalam medium

tumbuh nantinya jumlah tiap gram benar sesuai dengan ketentuan sebagai

pelarut dipakai akuades (Yuwono, 2008).

ZPT adalah salah satu usaha dalam memacu pertumbuhan tanaman

sehingga akan diperoleh peningkatkan hasil tanaman. Telah diketahui

bahwa auksin, karbohidrat dan nitrogen yang dikandung dalam bahan

tanaman merupakan bahan baku yang memungkinkan terbentuknya akar

(Djamhari, 2010).

Sitokinin berperan dalam mendorong pembelahan sel atau jaringan

yang digunakan sebagai eksplan dan merangsang perkembangan pucuk-

pucuk tunas. Dalam perbanyakan in vitro, sitokinin digunakan untuk

mengatasi dormansi apikal dan mempertinggi percabangan tunas lateral dari

ketiak daun. BAP merupakan salah satu sitokinin yang sering digunakan

dalam penelitian kultur jaringan (Kartaji dan Buchory, 2008).


III. METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 03 Oktober 2018 pada

pukul 01:00 WITA sampai selesai. Bertempat di Laboratorium

Agroteknologi Unit In Vitro Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, magnetik stirrer,

spatula, gunting, pipet mikro, hand sprayer, botol semprot, botol kultur,

gelas ukur, Erlenmeyer, oven, timbangan analitik, hot plate, karet gelang,

plastik, kertas label, otoclave, LAFC (Laminar Air Flow Cabinet) dan

kamera.

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, MS (Murashige

and Skoog), agar, gula, 2,4-D, IBA, aquades steril, alkohol 70%, bayclin

dan tisue.

3.3. Prosedur Kerja

Pelaksanaan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan Larutan Sterilisasi

Larutan sterilisasi dibuat dengan menambahkan 30 ml bayclin dan

70 ml aquadest.
2. Pembuatan Medium

1. Menyiapkan alat dan bahan.

2. Menimbang gula sebanyak 15 ml gram/500 ml, agar 3,5 gram/500 ml,

dan MS 2,215 gram/500 ml.

3. Setelah semua bahan ditimbang, memasukkan satu persatu bahan ke

dalam erlenmeyer yang bersih aquadest ± 250 ml, sambil di aduk

menggunakan magnetik stirrer diatas hot plate.

4. Setelah semua bahan tercampur rata, menambahkan bayclin 250

ml/500 ml ke dalam larutan. Setelah itu menambahkan aquadest

sampai volume mencapai 500 ml.

5. Setelah semua bahan tercampur rata, larutan dibagi dua.

6. Memasukkan larutan ke dalam erlenmeyer masing-masing 250 ml.

7. Setelah itu, menambahkan Zat pengatur tumbuh 2,4-D sebanyak 250

µl pada erlenmeyer (A) dan IBA sebanyak 250 µl pada erlenmeyer

(B).

3. Sterilisasi Autoclave

1. Erlenmeyer A di aduk dan dipanaskan diatas hot plate.

2. Setelah mendidih, memasukkan medium ke dalam botol scot lalu di

sterilisasi menggunakan autoclave selama ± 30 menit.

3. Setelah itu, menuang medium pada botol kultur di laminar air flow

semua alat dan bahan di semprot sebelum di masukkan ke dalam

laminar air flow.

4. Setelah itu, medium di tutup dan di simpan di ruang inkubasi.


4. Sterilisasi non Autoclave

a. Botol kultur di semprot menggunakan larutan sterilisasi dan ditiriskan

diatas plastik.

b. Erlenmeyer B di aduk dan dipanaskan di atas hot plate.

c. Setelah mendidih, medium di tuang ke dalam botol kultur tanpa

menggunakan laminar air flow.

d. Menunggu medium sampai dingin dan di tutup menggunakan plastik,

kemudian disimpan di ruang inkubasi.

e. Mendokumentasikan kegiatan diatas.


IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini yaitu:

Tidak ada kontaminasi medium MS terhadap ragam sterilisasi

Autoclav dan non autoclav, serta tidak ada perbedaan anatara ZPT IBA dan

2,4-D. Terdapat perbedaan waktu sterilisasi mengunakan bahan kimia dalam

hal ini byclin/Clorox dan bahan sterilisasi Tekanan + uap, lebih prkatis dan

cepat, menggunakan bahan kimia dibandingkan bahan sterilisasi tekanan +

uap.

5.2. Saran

Saran pada praktikum kali ini yaitu praktikan harus banyak mencatat

agar paham cara membuat medium dengan baik dan benar.


DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2011. Pengenalan Alat Laboratorium Bioteknologi. Fakultas


Pertanian. Universitas Hasanuddin.

Budisantoso, I. 2015. Pembuatan Medium Kultur Jaringan. Universitas


Jendral Soedirman. Purwokerto.

Djamhari, S. 2010. Memecah Dormansi Rimpang Temulawak (Curcuma


xanthorrhiza Roxb) Menggunakan Larutan Atonik dan Stimulasi
Perakaran dengan Aplikasi Auksin. Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesia, Vol.12(1):66-70.

Karjadi, A.K. dan Buchory A. 2008. Pengaruh Auksin dan Sitokinin


terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Jaringan Meristem
Kentang Kultivar Granola. J. Hort. Vol.18(4):380-384.

Pramono. 2008. Pesona Sansevieria. Agromedium Pustaka. Jakarta.

Tuhuteru, S., Hehanussa, M. L. dan Raharjo, S. H. T. 2010. Pertumbuhan


dan Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmum pada Medium
Kultur In-Vitro dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal
Agrologia, vol 1(1):1-12.

Yuniastuti Endang 2012. Petunjuk Praktikum Kultur Jaringan. Surakarta.

Yuwono, T. 2008. Bioteknologi Pertanian. UGM Press. Yogyakarta.


DOKUMENTASI

Pengamatan hari ke - 1

Gambar 1. Medium MS+ZPT 2,4D + Gambar 2. Medium MS+ZPT+IBA+


sterilisasi autoclav sterilisasi non autoclav
Pengamatan hari ke - 2

Gambar 3. Medium MS+ZPT 2,4D + Gambar 4. Medium MS+ZPT+IBA+


sterilisasi autoclav sterilisasi non autoclav
Pengamatan hari ke – 5

Gambar 5. Medium MS+ZPT 2,4D + Gambar 6. Medium MS+ZPT+IBA+


sterilisasi autoclav sterilisasi non autoclav

Pengamatan hari ke – 7

Gambar 7. Medium MS+ZPT 2,4D + Gambar 8. Medium MS+ZPT+IBA+


sterilisasi autoclav sterilisasi non autoclav

Anda mungkin juga menyukai