S25a Kepala Madrasah PNS di Madrasah Swasta ekuivalensi tugas tambahannya tidak
dihitung
Penghitungan Ekuivalen Tugas Tambahan;
1. Dihitung ekuivalen 18 JTM jika pengangkatan guru PNS
tersebut sebagai Kepala Madrasah di Madrasah swasta
dilakukan sebelum berlakunya PMA Nomor 29 Tahun 2014
2. Tidak dihitung ekuivalen 18 JTM jika pengangkatannya
dilakukan setelah pemberlakuan PMA Nomor 29 Tahun
2014.
Guru PNS yang diangkat sebagai Kamad di Madrasah swasta
sebelum tanggal 15 September 2014, jam ekuivalen tugas
tambahan Kepala Madrasah (sebanyak 18 JTM) akan tetap
muncul di Cetak Ajuan S25a, SKMT, dan SKBK. Sehingga sesuai
dengan KMA Nomor 103 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pemenuhan Beban Kerja Guru Madrasah yang Bersrtifikat
Pendidik, Kepala Madrasah tersebut cukup mengajar paling
sedikit 6 (enam) JTM perminggu atau membimbing 40 (empat
puluh) peserta didik (bagi Kamad dari guru BK) untuk dapat
memenuhi beban kerja 24 JTM sebagai syarat Tunjangan Profesi
Guru.
Guru PNS yang diangkat sebagai Kamad di Madrasah swasta
setelah tanggal 15 September 2014, jam ekuivalen tugas
tambahannya sebagai Kepala Madrasah tidak dihitung. Dalam
Lampiran S25a, SKMT, dan SKBK akan tertulis 0 (nol).
Sehingga bagi guru ini, untuk memenuhi beban mengajar 24 JTM
harus mengajar sebanyak 24 JTM perminggu atau membimbing
minimal 150 siswa (bagi Kamad dari guru BK), layaknya guru
yang tidak memiliki tugas tambahan.
Ketegasan sistem Simpatika ini bisa jadi merugikan bagi guru
PNS menjabat sebagai Kamad di Madrasah swasta. Tetapi, toh
yang namanya peraturan dibuat untuk dipatuhi. Selama ini
mungkin saja PMA No. 29 Tahun 2014 (yang telah berlaku
hampir dua tahun) kurang 'bergigi', mungkin dengan kehadiran
Simpatika, PMA tersebut punya 'taring baru'.