ZIKRI IHSAN D3-Keperawatan Poltekkes Padang 2017 H PDF
ZIKRI IHSAN D3-Keperawatan Poltekkes Padang 2017 H PDF
ZIKRI IHSAN
NIM : 143110238
ZIKRI IHSAN
NIM : 143110238
Karya Tulis Ilmiah ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber yang saya
NIM : 143110238
Tanda Tangan:
iii
Poltekkes Kemenkes Padang
Ya Allah.....
Begitu besar limpahan rahmat yang engkau berikan kepadaku
Begitu damai jiwaku saatnya bersujud dihadapanmu
Ketenangan dalam dzikirmu membuatku tak henti untuk
menyebut nama Mu
Dan ridhoilah langkah dalam kehidupan yang engkau gariskan
Ya Robbi.....
Berikan petunjuk Mu disetiap pilihanku
Jauhkan aku dari segala resah dan putus asa
Aku ingin menjadi butiran air dalam kehausan insani
Aku ingin menjadi cahaya yang menerangi dunia
Dengan segenap kerendahan hati dan kesabaran jiwa
Ku persembahkan karya ku ini sebagai baktiku
Pada orang-orang yang kucintai dan kusayangi
Terima kasih.....
Zikri ucapkan kepada Ayahanda Bakhtar dan Ibunda Mardaniatil Kamar
Kasihmu begitu tulus tanpa kenal letih dan lelah
Ini adalah mutiara dan butiran keringatmu
Jawaban dari do’a yang selalu didengungkan untuk ku
Pengganti air mata yang mengalir dipipimu
Demi cita-cita anakmu
Ku tahu ini belum seberapa dan ini belum semuanya
Aku menyayangi mu Ayah dan Ibu
Terima kasih...
Zikri ucapkan kepada keluarga saya tacinto Uni Rebi Virlana, Abang Akrimi
Fadhli, Adik bungsu Ainul Fazhilla, dan Nambo Muhiddinur Kamal yang selalu
Memberikan Do’a, semangat, dorongan, dan dukungan baik moral
Maupun materi sehingga saya dapat berjuangan sampai akhir
Aku juga sayang kalian
Terima Kasih....
Zikri Ucapkan kepada Ibu pembimbing kesayangan
Ibu Ns. Zolla Amely Ilda, S.Kep, M.Kep dan
Ibu Hj. Tisnawati, S.St, M.Kes yang telah
memberikan arahan selama proposal
dan karya tulis ilmiah berlangsung
Terima kasih...
Zikri ucapkan buat sahabat-sahabat tersayang Ilham A.Md.Kep,
Igo A.Md.Kep yang selalu berlomba dan berjuang bersama, juga sahabat tacinto
Fakhri dan Dicky yang tak pernah bosan memberi semangat dan doa, serta adek
tingkat Bunga, Mayor, Ika kemala yang selalu memberikan
doa dan dukungan serta selalu berbagi dalam suka maupun duka, semoga kalian
juga bisa secepatnya menyelesaikan perjuangan kalian
Terima kasih saya ucapkan kepada seorang sahabat, teman, kakak, senior,
sekaligus yang tersayang Ridha Fani Yulian, A.Md.Kep yang selalu
memberikan doa dan dukungan serta menemani
dalam suka maupun duka
Dan buat RNB’14 tercinta yang selalu heboh dan takkan terlupakan atas apa yang
telah kita lalui bersama, canda tawa, suka dan duka, dan sama berjuang menuju
gelar A.Md.Kep. Serta buat sahabat Keppang’14 yang selalu kompak dan
bersemangat dimanapun dan kapanpun, Zikri sayang kalian semua
‘Zikri Ihsan’
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
RIWAYAT PENDIDIKAN
TAHUN ASAL SEKOLAH
2001-2002 RA/TKA Masjid Akbar Batu Badinding
2002-2008 SD N 17 Batu Badinding
2008-2011 SMP N 2 Bonjol
2011-2014 SMA N 1 Bonjol
2014-2017 Poltekkes Kemenkes Padang
vi
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Neonatus dengan Hiperbilirubinemia di Ruang
Perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2017”. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, peneliti mengucapkan terima kasih kepada, Yth:
1. Ibu Ns. Zolla Amely Ilda, S.kep, M.Kep selaku pembimbing I dan Ibu
Hj.Tisnawati, S.St, M.Kep selaku pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan peneliti dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini.
2. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI Padang.
3. Ibu Hj. Murniati Muchtar, SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politektik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu Ns. Idrawati Bahar, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Padang.
5. Bapak Direktur RSUP Dr. M. Djamil Padang beserta staf yang telah
mengizinkan untuk melakukan penelitian.
6. Bapak Ibu dosen serta staf Jurusan Keperawatan yang telah memberikan
pengetahuan dan pengalaman selama perkuliahan.
7. Ibu pembimbing akademik Ns. Sila Dewi Anggreni,S.Kp,M.Kep, Sp.KMB
yang selalu memberikan support dan arahan untuk peneliti dan rekan-
rekan satu bimbingan.
8. Teristimewa kepada orangtua dan saudara yang telah memberikan
semangat dan dukungan serta restu yang tak dapat ternilai dengan apapun.
9. Sahabat yang telah memberikan support dan membantu dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Akhir kata, peneliti berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga nantinya
dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Peneliti
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ i
ABSTRAK...................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................. iii
LEMBAR ORISINALITAS............................................................................ iv
KATA PENGANTAR..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................. vii
DAFTAR BAGAN.......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6
A. Konsep Kasus Hiperbilirubinemia ............................................... 6
1. Pengertian ............................................................................... 6
2. Etiologi ................................................................................... 7
3. Patofisiologi ............................................................................ 9
4. WOC ....................................................................................... 11
5. Respon Tubuh.......................................................................... 13
6. Penatalaksanaan ...................................................................... 14
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Hiperbilirubinemia .............. 16
1. Pengkajian .............................................................................. 16
2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan .................................. 19
3. Rencana Keperawatan ............................................................ 19
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 26
A. Desain Penelitian .......................................................................... 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 26
C. Subjek Penelitian........................................................................... 26
D. Alat dan Instrumen Penelitian ....................................................... 26
E. Cara Pengumpulan Data ............................................................... 29
F. Jenis – jenis Data .......................................................................... 30
G. Rencana Analisis ........................................................................... 31
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS............................... 32
A. Deskripsi Kasus................................................................................... 32
1. Pengkajian Keperawatan............................................................... 32
2. Diagnosis Keperawatan................................................................. 36
3. Intervensi Keperawatan................................................................. 39
4. Implementasi Keperawatan........................................................... 44
5. Evaluasi Keperawatan................................................................... 48
B. Pembahasan Kasus.............................................................................. 52
1. Pengkajian Keperawatan............................................................... 52
2. Diagnosis Keperawatan................................................................. 55
3. Intervensi Keperawatan................................................................. 57
4. Implementasi Keperawatan........................................................... 60
5. Evaluasi Keperawatan................................................................... 65
BAB V PENUTUP......................................................................................... 72
A. Kesimpulan.......................................................................................... 72
B. Saran.................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN
Lampiran 9. Ganchart
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi baru
lahir. Hiperbilirubinemia ditandai dengan ikterik atau jaundice akibat
tingginya kadar bilirun dalam darah. Bilirubin merupakan hasil pemecahan
hemoglobin akibat sel darah merah yang rusak (Wong , 2009).
WHO (2015), menjelaskan bahwa sebanyak 4,5 juta (75%) dari semua
kematian bayi dan balita terjadi pada tahun pertama kehidupan. Data
kematian bayi terbanyak dalam tahun pertama kehidupan ditemukan di
wilayah Afrika, yaitu sebanyak 55/1000 kelahiran. Sedangkan di wilayah
eropa ditemukan ada 10/1000 dari kelahiran. Hal ini menunjukkan bahwa
di wilayah afrika merupakan kejadian tertinggi pada tahun 2015.
C. Tujuan Penelitian
1.Tujuan umum
Menerapkan asuhan keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP Dr.M.Djamil Padang.
2.Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi data hasil pengkajian pada neonatus dengan
kasus hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan
dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.
c. Menyusun rencana keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan
dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan
dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada neonatus dengan kasus
hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA Kebidanan
dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.
f. Melakukan dokumentasi keperawatan pada neonatus dengan
kasus hiperbilirubinemia di Ruangan Perinatologi IRNA
Kebidanan dan Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang.
D. Manfaat Penulisan
1. Institusi Pelayanan
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
dalam menerapkan asuhan keperawatan pada neonatus dengan
hiperbilirubinemia
2. Pengembangan Keilmuan
a. Peneliti
Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan
ilmu pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan
asuhan keperawatan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia yang
telah dipelajari.
b. Institusi Pendidikan
Laporan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi bahan
rujukan atau perbandingan, khususnya mengenai penerapan asuhan
keperawatan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Luasnya ikterus pada neonatus menurut daerah yang terkena dan kadar
bilirubinnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Derajat ikterus pada neonatus menurut rumus Kramer
3. Patofisiologi
Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk
akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi
reduksi. Karena sifat hidrofobiknya, bilirubin tak terkonjugasi
diangkut dalam plasma, terikat erat pada albumin. Ketika mencapai
hati, bilirubin diangkut ke dalam hepatosit, terikat dengan ligandin.
Setelah diekskresikan ke dalam usus melalui empedu, bilirubin
direduksi menjadi tetrapirol tak berwarna oleh mikroba di usus besar.
Bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diserap kembali ke dalam sirkulasi,
sehingga meningkatkan bilirubin plasma total (Mathindas ,dkk, 2013).
Hepar gagal
berkonjugasi
Ikterus Neonatus Hiperbilirubinemia
Bilirubin bersirkulasi Ikterus pada
kembali sklera dan leher,
peningkatan
bilirubin
Peningkatan bilirubin >12mg/dl
Sebagian masuk ke unconjugated dalam
siklus enterohepatik darah
Gangguan Kadar bilirubin >12mg/dl Kadar bilirubin
sistem tubuh >20mg/dl
Indikasi
Indikasi
fototerapi
Sistem Sistem Sistem Transfusi
pencernaan integumen Persyarafan tukar
Sinar intensitas
Reflek hisap Defisieensi Kelebihan bilirubin tinggi
menurun protein “Y” indirek Risiko Infeksi
Gangguan suhu
Bilirubin Akumulasi tubuh
Bayi malas
indirek terus bilirubin dalam
menyusu
bersirkulasi ke darah tidak di
jaringan ekskresiekskresikan Hipertermi Diare
perifer
Menumpuk dan
Nutrisi yang melekat di sel otak Risiko Kerusakan
Risiko
dicerna sedikit Ikterus Neonatus Integritas Kulit
Kekurangan
Kern Ikterus Volume Cairan
Resiko Infeksi
Risiko Cidera
2) Fenoforbital
Dapat mengekskresi bilirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatis glukoronil transferase
yang mana dapat meningkatkan bilirubin konjugasi dan clearance
hepatik pada pigmen dalam empedu, sintesis protein dimana dapat
meningkatkan albumin untuk mengikat bilirubin. Fenobarbital
tidak begitu sering dianjurkan.
3) Transfusi Tukar
Apabila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi atau kadar
bilirubin indirek lebih dari 20 mg%.
Langkah penatalaksanaan saat transfusi tukar adalah
sebagai berikut :
a. Sebaiknya neonatus dipuasakan 3-4 jam sebelum
transfusi tukar.
b. Siapkan neonatus dikamar khusus.
c. Pasang lampu pemanas dan arahkan kepada neonatus.
d. Tidurkan neonatus dalam keadaan terlentang dan buka
pakaian ada daerah perut.
e. Lakukan transfusi tukar sesuai dengan protap.
f. Lakukan observasi keadaan umum neonatus, catat
jumlah darah yang keluar dan masuk.
g. Lakukan pengawasan adanya perdarahan pada tali
pusat.
h. Periksa kadar Hb dan bilirubin setiap 12 jam.
(Suriadi dan Yulianni 2006)
2) Bilirubin Direk
Penatalaksanaannya yaitu dengan pemberian intake ASI yang
adekuat. Hal ini disarankan karna bilirubin direk dapat larut
dalam air, dan akan dikeluarkan melalui sistem pencernaan.
(Atikah & Jaya, 2016 ; Widagdo, 2012)
6) Pemeriksaan neurologis
Letargi, pada kondisi bilirubin indirek yang sudah
mencapai jaringan serebral, maka akan menyebabkan
kejang-kejang dan penurunan kesadaran.
7) Urogenital
Urine berwarna pekat dan tinja berwarna pucat. Bayi yang
sudah fototerapi biasa nya mengeluarkan tinja kekuningan.
e. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan bilirubin serum
Bilirubin pada bayi cukup bulan mencapai puncak kira-kira
6 mg/dl, antara 2 dan 4 hari kehidupan. Jika nilainya diatas
10 mg/dl yang berarti tidak fisiologis, sedangkan bilirubin
pada bayi prematur mencapai puncaknya 10-12 mg/dl,
antara 5 dan 7 hari kehidupan. Kadar bilirubin yang lebih
dari 14 mg/dl yaitu tidak fisiologis. Ikterus fisiologis pada
bayi cukup bulan bilirubin indirek munculnya ikterus 2
sampai 3 hari dan hilang pada hari ke 4 dan ke 5 dengan
kadar bilirubin yang mencapai puncak 10-12 mg/dl,
sedangkan pada bayi dengan prematur bilirubin indirek
munculnya sampai 3 sampai 4 hari dan hilang 7 sampai 9
hari dengan kadar bilirubin yang mencapai puncak 15
mg/dl/hari. Pada ikterus patologis meningkatnya bilirubin
lebih dari 5 mg/dl perhari.
2) Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong
empedu
3) Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu
membedakan hepatitis dan atresia biliary.
(Surasmi, dkk, 2003; Lynn & Sowden, 2009; Widagdo,
2012)
f. Data penunjang
1) Pemeriksaan kadar bilirubin serum (total) (normal =
<2mg/dl).
2) Pemeriksaan darah tepi lengkap dan gambaran apusan
darah tepi.
3) Penentuan golongan darah dari ibu dan bayi.
4) Pemeriksaan kadar enzim G6PD.
5) Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi
tiroid, uji urin terhadap galaktosemia.
6) Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan
kultur darah, urin, IT rasio dan pemeriksaan C reaktif
protein (CPR).
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah kualitatif, dan jenis penelitian ini adalah Deskriptif
yaitu suatu metode penelitian yang dilakukakan dengan tujuan untuk
membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif
dengan pendekatan studi kasus. Hasil yang diharapkan oleh peneliti adalah
melihat penerapan asuhan keperawatan pada neonatus dengan
hiperbilirubinemia di ruang perinatologi IRNA Kebidanan dan Anak
RSUP.Dr.M.Djamil Padang.
C. Subjek Penelitian
Kriteria :
1. Kriteria Inklusi
a. Semua bayi yang mengalami hiperbilirubinemia.
b. Bayi yang mengalami hiperbilirubinemia dirawat diruang perinatologi
RSUP Dr.M.Djamil Padang.
2. Kriteria Eksklusi
a. Bayi dengan hiperbilirubinemia yang mengalami perburukan kondisi.
D. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data
Alat atau instrumen pengumpulan data yang di gunakan adalah format
tahapan proses keperawatan neonatus mulai dari pengkajian sampai pada
evaluasi. Instrumen pengumpulan data berupa format tahapan proses
keperawatan neonatus mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Cara
pengumpulan data dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi dan
studi dokumentasi.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat pemeriksaan fisik yang
terdiri dari :
1. APD (Alat Pelindung Diri)
2. Stetoskop
3. Termometer
4. Penlight
5. Pita ukur
6. Timbangan bayi
b. Menegakkan diagnosa
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa adalah PES
(problem+etiologi+sympton) dan menggunakan istilah diagnosa
keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA (format terlampr).
3. Intervensi
Rencana keperawatan terdiri dalam beberapa komponen sebagai berikut:
a. Diagnosa yang diprioritaskan
b. Tujuan dan kriteria hasil
c. Intervensi
Intervensi keperawatan mengacu pada NANDA Nic-Noc.
(Format terlampir)
4. Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan implementasi keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan.
c. Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.
d. Tanda tangan perawat pelaksana.
(Format terlampir)
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan terdiri dalam beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan.
c. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.
4. Studi Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dalam penelitian ini mengunakan dokumen dari rumah sakit untuk
menunjang penelitian yang akan dilakukan, yaitu data laboratorium kadar
bilirubin lengkap, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan golongan
darah, pemeriksaan kadar enzim, uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin
dan pemeriksaan klinis lainnya.
F. Jenis-Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien dan orangtua, meliputi: Identitas pasien dan
orangtua, riwayat kesehatan pasien dan orangtua, dan pemeriksaan fisik
terhadap pasien.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung
dari rekam medis dan ruang perinatologi IRNA kebidanan dan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Data sekunder umumnya berupa bukti, data
penunjang, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip
yang tidak dipublikasikan.
G. Rencana Analisis
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisis semua temuan
pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia. Data yang telah didapat
dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakkan
diagnosa, merencanakan tindakan, melakukan tindakan sampai mengevaluasi
hasil tindakan akan dinarasikan dan dibandingkan dengan teori asuhan
keperawatan neonatus dengan hiperbilirubinemia. Analisa yang dilakukan
adalah untuk menentukan apakah ada kesesuaian antara teori yang ada dengan
kondisi pasien.
BAB IV
DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS
A. Deskripsi Kasus
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan dan merupakan
suatu sistem yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi suatu kesehatan
klien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kenyataan. Kebenaran data sangat
penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan memberikan
pelayanan keperawatan sesuai respon individu.
Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Anamnesis Anamnesis
By.L perempuan berusia 8 hari no.MR By.T perempuan 1 hari no.MR 978552
979409 masuk melalui IGD RSUP masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil
Dr.M.Djamil Padang pada tanggal 14 Mei Padang pada tanggal 23 Mei 2017 pukul
2017 pukul 09.00 WIB, tampak kuning 10.15 WIB, tampak kuning seluruh tubuh
pada seluruh tubuh sejak usia satu hari. Ibu sesaat setelah lahir. Ibu pernah mengalami
mengatakan pernah mengalami keputihan, demam, nyeri saat berkemih, dan pernah
hipertensi saat hamil, dan ibu punya riwayat mengalami keputihan saat hamil.
penyakit DM.
Saat dilakukan pengkajian tanggal 23 Mei Saat dilakukan pengkajian pada 24 Mei
2017 pukul 17.00 WIB, ibu mengatakan 2017 pukul 20.00 WIB, ayah mengatakan
By.L tampak kuning pada seluruh tubuh By.T dinyatakan kuning oleh dokter sesaat
bayi sejak usia satu hari dan mendapat setelah persalinan di IGD RSUP Dr. M.
fototerapi selama 8 hari di ruang Djamil Padang dan langsung di bawa ke
perinatologi RSUP Dr. M. Djamil Padang, ruang rawat bayi dan neonatus untuk
perawat ruangan juga mengatakan bahwa mendapatkan fototerapi. By.T belum
By.L suspek sepsis. Ibu mengatakan By.S mendapatkan ASI eksklusif dari ibu karna
suka tidur dan malas untuk menyusu, Ibu kondisi ibu belum membaik dan ASI tidak
datang pada jam tertentu untuk memberikan mau diperas. By.T sementara mendapat susu
ASI secara langsung untuk By.L dan juga formula untuk diit melalui oral, By.T
ibu selalu menyiapkan ASI yang sudah di terpasang Threeway untuk pemberian obat
pompa untuk diberikan melalui selang injksi berupa antibiotik. Tanda vital saat
OGT, By.L terpasang Threeway untuk pengkajian RR : 40x/I, HR : 150x/I, S :
pemberian obat injeksi berupa antibiotik. 37,7°C. By.T tidak terpasang Oral Gastric
RR : 56x/I, S : 37,8°C, HR : 130x/I, By.L Tube.
terpasang Oral Gastric Tube untuk selang
makan.
Pemeriksaan pada toraks ditemukan lingkar Pemeriksaan pada toraks ditemukan lingkar
dada 32 cm, dada simetris, irama pernafasan dada 29 cm, dada simetris, irama pernapasan
teratur, By.L bernafas spontan, suara nafas teratur, By.T bernafas spontan, suara nafas
vesikuler. Pada pemeriksaan jantung, ictus vesikuler. Pada pemeriksaan jantung, ictus
kordis tidak terlihat, saat dilakukan palpasi cordis tidak terlihat, saat dilakukan palpasi
iktus kordis teraba, bunyi jantung regular. ictus cordis teraba, bunyi jantung regular.
Pemeriksaan pada abdomen ditemukan Pemeriksaan pada abdomen ditemukan
lingkar abdomen 32 cm, tali pusat sudah lingkar abdomen 30 cm, tali pusar masih
kering, tidak ada kelainan struktur abdomen lembab, tidak ada kelainan struktur
normal, spider nevy tidak terlihat, terdengar abdomen, spider navy tidak terlihat, bising
bising usus 16x/menit, tidak teraba adanya usus terdengan 16x/menit, tidak teraba
pembesaran hepar, berbunyi tympani saat di adanya pembesaran hepar, bunyi tympani
perkusi. saat di perkusi.
Hasil pemeriksaan kadar bilirubin pada By.L Hasil pemeriksaan kadar bilirubin pada By.T
menurut rumus Kramer didapatkan luas menurut rumus Kramer didapatkan luas
ikterik dari kepala, leher, hingga pusar, dan ikterik dari kepala, leher, hingga pusar,
derajat ikterus yaitu pada derajat II-III. paha, tungkai, tangan, dan kaki, derajat
ikterus yaitu pada derajat IV-V.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul pada By.L dengan kasus
hiperbilirubinemia yaitu ikterus neonatus berhubungan dengan
prematuritas, selanjutnya hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi,
diagnosis selanjutnya yaitu risiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake cairan, diagnosis selanjutnya yaitu
ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan penurunan daya
hisap bayi. Kemudian pada By.T diagnosis yang muncul yaitu ikterus
neonatus berhubungan dengan inkompatibilitas AB0, selanjutnya
hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi, diagnosis selanjutnya
yaitu risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake cairan, diagnosis lainnya diagnosis, dan diagnosis
lainnya yaitu kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
hiperbilirubinemia (NANDA, 2015).
Tabel 4.2
Diagnosis Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Berdasarkan pengkajian yang sudah Berdasarkan pengkajian yang sudah
dilakukan pada tanggal 23 Mei 2017, maka dilakukan pada tanggal 24 Mei 2017, maka
dilakukan analisis data, sehingga dapat dilakukan analisis data, sehingga dapat
ditegakkan diagnosis sebagai berikut, ditegakkan diagnosis sebagai berikut,
diagnosis utama yang muncul yaitu 1)Ikterus diagnosis utama yang muncul yaitu
neonatus berhubungan dengan prematuritas, 1)Ikterus neonatus berhubungan dengan
berdasarkan data subjektif: dokter inkompatibilitas AB0, berdasarkan data
mengatakan kuning tampak pada seluruh subjektif: dokter mengatakan kuning
tubuh bayi saat hari pertama kelahiran, By.L tampak pada seluruh tubuh bayi sejak
lahir kurang bulan yaitu 34-35minggu, 24jam pertama kelahiran, dan dari
berdasarkan data objektif: tanggal 23 Mei pemeriksaan rhesus dokter mengatakan ada
2017, bayi kuning pada wajah, leher, sampai perbedaan golongan darah rhesus ibu dan
dada, pada mukosa dan sklera, saat diraba bayi, kemudian berdasarkan data objektif:
turgor kulit kurang elastis dan kuning, tanggal 24 Mei 2017, bayi kuning pada
pengkajian ini juga di dukung oleh hasil seluruh tubuh, pada mukosa dan sklera,
laboratorium tanggal 17 Mei 2017 saat diraba turgor kulit kurang elastis dan
menunjukkan kadar bilirubin total 14,5 mg/dl kuning, pengkajian ini juga di dukung oleh
(normal 0,3-1 mg/dl), kadar bilirubin direk hasil laboratorium tanggal 23 Mei 2017
0,5 mg/dl (normal <0,20) dan kadar bilirubin yang menunjukkan kadar bilirubin total
indirek 14 mg/dl (normal <0,80). 18,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin direk
0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek
17,7 mg/dl (normal <0,80).
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi atau perencanaan keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen
tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensoi
keperawatan dan merupakan metode komunikasi tentang asuhan
keperawatan pada pasien (Nursalam, 2011).
Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Rencana keperawatan untuk diagnosis Rencana keperawatan untuk diagnosis
Ikterus neonatus berhubungan dengan Ikterus neonatus berhubungan dengan
immaturitas dengan kriteria hasil a)warna inkompatibilitas AB0 dengan kriteria hasil
kulit tidak menyimpang dari rentang normal a)warna kulit tidak menyimpang dari
b)mata bersih tidak menyimpang dari rentang rentang normal b)mata bersih tidak
normal c)kadar bilirubin tidak menyimpang menyimpang dari rentang normal c)kadar
dari rentang normal d)tanda vital dalam batas bilirubin tidak menyimpang dari rentang
normal, dengan rencana keperawatan yang normal d)tanda vital dalam batas normal
akan dilaksanakan yaitu pemberian fototerapi d)pertumbuhan dan perkembangan bayi
neonatus, aktifitas keperawatan sebagai dalam batas normal, dengan rencana
berikut: 1)Kaji kembali riwayat maternal dan keperawatan yang akan dilaksanakan yaitu
bayi mengenai faktor risiko terjadinya pemberian fototerapi neonatus, aktifitas
hiperbiliorubinemia seperti ketidakcocokan keperawatan sebagai berikut: 1)Kaji
Rhesus atau ABO, polisitemia, sepsis, kembali riwayat maternal dan bayi
prematuritas, sepsis dan malpresentasi. mengenai faktor risiko terjadinya
Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui hiperbiliorubinemia seperti ketidakcocokan
faktor resiko hiperbilirubin pada bayi. Rhesus atau ABO, polisitemia, sepsis,
2)Amati tanda-tanda ikterus atau kuning pada prematuritas, sepsis dan malpresentasi.
tubuh bayi, pemeriksaan ini bertujuan untuk Pengkajian ini dilakukan untuk mengetahui
mengetahui atau menilai derajat ikterus sesuai faktor resiko hiperbilirubin pada bayi.
dengan rumus Kramer. 2)Amati tanda-tanda ikterus atau kuning
3)Periksa kadar bilirubin serum sesuai pada tubuh bayi, pemeriksaan ini bertujuan
kebutuhan, protokol, dan permintaan dokter, untuk mengetahui atau menilai derajat
pemeriksaan ini bertujuan agar bisa ikterus sesuai dengan rumus Kramer.
mengetahui kadar bilirubin dalam darah dan 3)Periksa kadar bilirubin serum sesuai
untuk memastikan tindakan selanjutnya. kebutuhan, protokol, dan permintaan
4)Tutup mata bayi dengan penutup mata dokter, pemeriksaan ini bertujuan agar bisa
berwarna hitam dan tidak tembus cahaya, mengetahui kadar bilirubin dalam darah
hindari penekanan yang berlebihan, tindakan dan untuk memastikan tindakan
ini bertujuan untuk menghindari mata bayi selanjutnya.
dari cedera akibat dari pemberian sinar 4)Tutup mata bayi dengan penutup mata
fototerapi, karna akan berdampak kebutaan berwarna hitam dan tidak tembus cahaya,
pada bayi. hindari penekanan yang berlebihan,
5)Ubah posisi bayi setiap 4jam per protokol, tindakan ini bertujuan untuk menghindari
ini bertujuan agar seluruh bagian tubuh bayi mata bayi dari cedera akibat dari
yang kuning dapat menerima sinar fototerapi. pemberian sinar fototerapi, karna akan
Selanjutnya monitor tanda vital, aktivitas berdampak kebutaan pada bayi.
keperawatan yang dilakukan yaitu 6)Monitor 5)Ubah posisi bayi setiap 4jam per
warna kulit, suhu, dan kelembaban, ini protokol, ini bertujuan agar seluruh bagian
bertujuan agar tidak terjadinya cedera pada tubuh bayi yang kuning dapat menerima
kulit bayi, dan juga untuk mencegah agar bayi sinar fototerapi.
tidak mengalami hipertermi. Selanjutnya monitor tanda vital, aktivitas
keperawatan yang dilakukan yaitu
6)Monitor warna kulit, suhu, dan
kelembaban, ini bertujuan agar tidak
terjadinya cedera pada kulit bayi, dan juga
untuk mencegah agar bayi tidak
mengalami hipertermi.
3)Monitor kemampuan bayi untuk menggapai 3)Dorong masukan oral yang bertujuan
putting. Tindakan ini bertujuan untuk melihat agar bayi tidak kekurangan cairan.
kemampuan bayi saat menyusu. 4)Pantau status hidrasi seperti kelembapan
4)Informasikan pada ibu untuk tidak mukosa dan nadi. Bertujuan untuk
membatasi bayi menyusu, tindakan ini mengetahui derajat perfusi jaringan.
dilaksanakan agar pemahaman ibu bertambah 5)Anjurkan untuk menggunakan pakaian
tentang pentingnya frekuensi pemberian ASI yang longgar karna pakaian yang ketat
5)Pantau integritas kulit sekitar putting, dapat mengakibatkan penekanan pada area
tujuan dari perencanaan ini adalah untuk yang tertekan.
melihat area sekitar putting ibu setelah
penggunaan alat pemompa ASI. Selanjutnya manajemen tekanan, dengan
6)Ajarkan tentang perawatan putting untuk aktivitas keperawatan sebagai berikut:
mencegah lecet. Tindakan keperawatan ini 6)Hindari kerutan pada tempat tidur, untuk
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mencegah terjadinya iritasi karna gesekan
ibu mengenai perawatan putting selama dengan alat tenun.
menyusui dan mencegah agar payudara ibu 7)Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
tidak lecet. dan kering.
8)Ubah posisi bayi setiap dua jam sekali.
7)Diskusikan dengan ibu tentang penggunaan
Tindakan ini bertujuan untuk mencegah
pompa ASI supaya ibu tidak kesusahan lagi
penekanan kulit pada daerah tertentu
saat memompa ASI.
dalam waktu lama.
8)Anjurkan ibu untuk makan makanan
9)Monitor aktivitas dan mobilisasi bayi
bergizi selama menyusui, tujuan dari
untuk melihat kemampuan gerakan bayi.
intervensi ini adalah karna makanan bergizi
sangat diperlukan oleh ibu menyusui sebagai 10)Mandikan bayi dengan sabun dan air
nutrisi yang optimal untuk bayi. hangat untuk mempertahankan kebersihan
9)Anjurkan ibu untuk minum jika merasa tanpa mengiritasi kulit.
sudah merasa haus agar ibu tidak kehausan
dan kekurangan cairan selama menyusui.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah dibuat,
tujuan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi
keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai.
Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Berdasarkan rencana keperawatan yang telah Berdasarkan rencana keperawatan yang
dibuat, maka tindakan keperawatan pada telah dibuat, maka tindakan keperawatan
diagnosis Ikterus neonatus pada By.L yaitu pada diagnosis Ikterus neonatus pada
1)Pada pukul 14.30 WIB Mengkaji ulang By.T yaitu 1)Pada pukul 14.00 WIB
riwayat maternal dan bayi mengenai adanya Mengkaji ulang riwayat maternal dan bayi
faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia mengenai adanya faktor risiko terjadinya
pada By.L, didapatkan ibu dengan riwayat hiperbilirubinemia pada By.T, didapatkan
penyakin Diabetes Melitus dan mengalami ibu dengan eksklamsia, dan mengalami
PEB saat kehamilan, kemudian hasil pecah ketuban ±17jam, dengan warna
pengkajian lainnya pada ibu didapatkan ketuban hijau kental, kemudian hasil
bahwa By.L lahir prematur atau kurang bulan pengkajian lainnya pada ibu didapatkan
yaitu 34-35minggu dengan operasi sectio bahwa By.T lahir cukup bulan yaitu 38-
caesarea. Hasil labor pada tanggal 17 Mei 39minggu dengan spontan. Hasil labor
2017, Bilirubin total 14,5 mg/dl (normal 0,3- pada tanggal 23 Mei 2017, bilirubin total
1), bilirubin direk 0,5 mg/dl (normal <0,20), 18,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin direk
bilirubin indirek 14 mg/dl (normal < 0,80). 0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek
Dan By.L sempat mengalami suspek sepsis. 17,7 mg/dl (normal <0,80),
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah suatu proses menilai hasil dari keperawatan
neonatus yang sudah dilakukan sudah teratasi atau belum teratasi. Melalui
kegiatan evaluasi, perawat dapat menilai pencapaian tujuan dari tindakan
keperawatan neonatus.
Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan
Partisipan 1 Partisipan 2
Perkembangan yang dialami oleh By.L Perkembangan yang dialami oleh By.T
selama dilakukan tindakan keperawatan selama dilakukan tindakan keperawatan
selama 7 hari yaitu data objektif: pada hari selama 5 hari yaitu data objektif: pada hari
pertama kuning masih tampak diwajah sampai pertama kuning masih tampak diseluruh
pusar By.L, data subjektif: dokter mengatakan tubuh By.T, data subjektif: dokter juga
bahwa By.L masih kuning pada wajah sampai mengatakan bahwa By.T masih kuning
pusar. kulit juga tampak kering, turgor kulit pada seluruh tubuh. kulit juga tampak
kurang elastis dan kering. kering, turgor kulit kurang elastis, kering,
dan terkelupas. Kadar bilirubin total By.T
Evaluasi keperawatan untuk masalah juga masih tinggi yang juga tampak dari
keperawatan ikterus neonatus pada tanggal hasil pemeriksaan laboratorium pada
24 Mei 2017, data objektif: kuning hanya tanggal 23 Mei 2017 yang menunjukkan
tampak pada bagian wajah sampai dada By.L. kadar bilirubin total 18,5 mg/dl (normal
Kuning perlahan mulai berkurang ini terlihat 0,3-1). Masalah keperawatan belum
pada tanggal 26 Mei 2017 hasil pemeriksaan teratasi dan intervensi dilanjutkan.
fisik kuning mulai berkurang sampai leher.
Data subjektif: dokter mengatakan bahwa Evaluasi keperawatan untuk masalah
fototerapi sudah boleh di hentikan, keperawatan ikterus neonatus pada
dilanjutkaan dengan intake ASI yang adekuat. tanggal 25 Mei 2017, data objektif:
tampak kuning masih ada di seluruh tubuh
Data objektif: Kuning pada leher sudah By.T, hal ini didukung dengan hasil labor
hilang, hanya saja saat diperiksa pada bagian pada 24 Mei 2017 yang menunjukkan
pipi masih terdapat kuning. Pada hari kelima kadar bilirubin total By.T yaitu 17,3 mg/dl
tanggal 27 Mei 2017 kuning sudah hilang di (normal 0,3-1) dan di lakukan
seluruh tubuh bayi, By.L masih indikasi penambahan lampu fototerapi menjadi tiga
rawat untuk observasi dan melanjutkan lampu, kuning diseluruh tubuh By.T masih
antibiotik selama dua hari lagi Sampai hari menetap hingga tanggal 26 Mei 2017 dan
ketujuh tanggal 29 Mei 2017 kuning sudah dibuktikan dengan hasil labor kadar
tidak ada dan antibiotik sudah habis, data bilirubin total 22,1 mg/dl (normal 0,3-1),
subjektif: By.L sudah mendapat acc pulang data subjektif: dokter mengatakan By.T di
dari dokter, masalah keperawatan ikterus indikasikan untuk transfusi tukar, akan
neonatus sudah teratasi dan intervensi tetapi keluarga menolak untuk dilakukan
dihentikan. transfusi tukar. Sampai hari kelima
peneliti melakukan penelitian pada By.T
kuning masih menetap diseluruh tubuh dan
keluarga meminta pulang paksa, kondisi
bayi belum membaik, masalah
keperawatan belum teratasi, dan intervensi
dihentikan.
Evaluasi dari tindakan keperawatan untuk Evaluasi dari tindakan keperawatan untuk
masalah keperawatan hipertermi pada masalah keperawatan hipertermi pada
tanggal 24 Mei 2017 data objektif: saat tanggal 25 Mei 2017, data objektif: saat
dilakukan pemeriksaan tanda vital By.L dilakukan pemeriksaan tanda vital By.T
mengalami hipotermi yaitu suhu 35,7°C, yaitu suhu 37,8°C, fototerapi dihentikan
fototerapi dihentikan dan dipindahkan ke sementara dan By.T diberikan intake
pemanas bayi untuk mengembalikan suhu cairan adekuat agar suhu tubuh bayi dapat
normal bayi, suhu kembali normal pada pukul seimbang. Kemudian dilakukan observasi
20.00 WIB yaitu 37,2°C dan fototerapi dan pada pukul 12.00 WIB By.T sudah
dilanjutkan. Tanggal 26 Mei 2017 saat tidak mengalami hipertermi lagi yaitu
dilakukan pemeriksaan tanda vital, suhu bayi 36,5°C, data ssubjektif: bayi tidak rewel
kembali naik tapi tidak signifikan yaitu lagi dan kembali dilakukan pemberian
37,6°C dan masih dapat di atasi, data fototerapi pada By.T.
subjektif: bayi tidak rewel lagi dan perawat Sampai hari rawatan terakhir yaitu hari
ruangan mengatakan masalah hipertermi kelima didapatkan hasil pemeriksaan tanda
sudah teratasi. Sampai hari terakhir peneliti vital bahwa suhu By.T daalam rentan
melakukan penelitian, masalah keperawatan normal , yaitu 36,5°C. By.T pulang paksa
hipertermi sudah teratasi, dan intervensi atas permintaan keluarga, masalah teratasi,
dihentikan. intervensi dihentikan.
Evaluasi dari tindakan keperawatan untuk Evaluasi dari tindakan keperawatan untuk
masalah keperawatan risiko kekurangan masalah keperawatan risiko kekurangan
volume cairan setelah dilakukan perawatan volume cairan setelah dilakukan
selama 7 hari, volume cairan By.L sudah perawatan selama 5 hari didapatkan bahwa
membaik, data objektif: dilihat dari hasil keseimbangan cairan By.L belum
pemeriksaan fisik didapatkan bahwa turgor maksimal karena intake ASI yang adekuat
kulit sudah membaik, kulit tidak kering, dan dan hanya dengan susu formula saja, dari
sudah mulai elastis, muikosa lembab, dan hasil pemeriksaan fisik ditemukan bahwa
tidak ada kulit yang terkelupas. OGT pada turgor kulit masih buruk, kering, kurang
By.L sudah dilepas pada tanggal 29 Mei 2017 elastis, dan terkelupas. By.T pulang paksa
karena sudah di izinkan untuk pulang, data atas permintaan keluarga pada tanggal 28
ssubjektif: ibu mengatakan kulit bayi sudah Mei 2017 dengan kondisi yang sangat
tidak kering dan lebih elastis, kemudian belum stabil, masalah belum teratasi dan
edukasi pada ibu tentang pentingnya intervensi dihentikan.
pemberian intake ASI yang adekuat sudah
diberikan dan ibu mengerti. Masalah
keperawatan teratasi dan intervensi
dihentikan.
B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membahas kesinambungan antara
teori dan laporan kasus asuhan keperawatan pada By.L dengan By.T pada
kasus hiperbilirubinemia yang telah dilakukan sejak tanggal 23 Mei – 29 Mei
2017. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, menegakkan diagnosis
keperawatan, memberikan intervensi keperawatan, melakukan implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa By.L tampak kuning pada sklera,
wajah, leher, hingga pusar, refleks menghisap masih lemah, bayi terpasang
OGT. Kemudian hasil penelitian pada By.T didapatkan kuning pada
seluruh tubuh dan sklera By.T, warna feses pucat, dan warna urine gelap,
tampak mengantuk dan malas, reflek hisap kuat, tidak terpasang OGT.
Atikah dan Jaya (2015), mengatakan bahwa bayi prematur lebih rentan
mengalami hiperbilirubinemia, hal ini di karenakan sistem organ hepar
yang belum berkembang sempurna, sehingga karena menurunnya kerja
hepar, pemecahan bilirubin dalam darah gagal dilakukan sehingga bilirubin
akan terus bersirkulasi dalam darah dan menyebabkan kuning pada tubuh
bayi, akan tetapi juga tidak tertutup kemungkinan bahwa
hiperbilirubinemia juga terjadi pada bayi aterm.
2. Diagnosis Keperawatan
Hasil penelitian, pada By.L muncul 6 diagnosis keperawatan, yaitu ikterus
neonatus berhubungan dengan prematuritas, hipertermi berhubungan
dengan efek fototerapi, risiko infeksi berhubungan dengan proses invasif,
risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang
tidak adekuat, risiko cedera berhubungan dengan proses fototerapi dan
ketidak efektifan pola makan bayi. Sedangkan pada By.T ada 7 diagnosis
yang muncul yaitu ikterus neonatus berhubungan dengan inkompatibilitas
AB0, hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi, risiko infeksi
berhubungan dengan proses invasif, risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat, risiko cedera
berhubungan dengan proses fototerapi, defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan proses penyakit dan kerusakan integritaas kulit
berhubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare.
Sedangkan pada By.T, diagnosis yang tidak muncul berdasarkan teori yaitu
diagnosis risiko kerusakan integritas kulit peneliti tidak mengangkat
diagnosis ini karena By.T sudah mengalami integritas kulit, dan
ketidakefektifan pola makan bayi karena saat dilakukan pemeriksaan reflek
rooting dan sucking By.T memiliki reflek yang kuat, sehingga peneliti tidak
mengangkat diagnosis ini. Bayi hiperbilirubinemia berisiko infeksi karena
bayi ikterik memiliki daya tahan tubuh yang rentan, bayi dalam perawatan
juga berisiko infeksi baik dari lingkungan maupun dari petugas, sehingga
diagnosis risiko infeksi juga harus ditegakkan, untuk mencegah infeksi
sudah dilakukan aktivitas seperti perawat ruangan sudah menggunakan baju
khusus saat tindakan, menerapka 5 moment cuci tangan, meningkatkan
teknik aseptik, bayi juga mendapatkan terapi antibiotik. Selanjutnyabayi
dalam perawatan fototerapi berisiko terjadinya cedera pada mata, genitalia,
dan kulit, sehingga diagnosis risiko cedera juga harus ditegakkan, untuk
mencegah cedera sudah dilakukan aktivitas seperti menutup mata dengan
penutup hitam, menutup genitalia, dan merubah posisi bayi per 2 jam. Pada
bayi ikterus dengan kadar bilirubin >20mg/dl di indikasikan untuk
fototerapi, maka perlu dilakukan edukasi pada keluarga mengenai tindakan
yang akan diberikan dan proses penyakit serta dampak jika tidak dilakukan
fototerapi, maka perlu di angkat diagnosis defisiensi pengetahuan untuk
membantu dalam kelancaran proses rawatan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi pada By.L dan By.T untuk diagnosis ikterus neonatus
berhubungan dengan prematuritas yaitu fototerapi neonatus, beberapa
tindakan seperti meninjau faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia pada
bayi, seperti prematuritas, inkompatibilitas ABO, dan sepsis perlu dikaji
pada kasus hiperbilirubinemia untuk mengetahui penyebab pasti terjadinya
hiperbilirubinemia apakah disebabkan oleh kelainan golongan darah,
infeksi atau prematur pada bayi.
Intervensi selanjutnya yaitu tutup mata bayi saat dilakukan fototerapi untuk
mencegah terjadinya cedera pada mata, ubah posisi bayi setiap 4jam yang
tujuan nya agar efek sinar fototerapi dapat menyebar merata di tubuh.
Intervensi monitor tanda vital diantaranya monitor nadi, suhu, dan
frekuensi nafas, kemudian monitor warna kulit dan kelembaban.
Atikah dan Jaya (2015), mengatakan pada bayi yang sudah mengalami
ikterus dengan kadar >20mg/dl di indikasikan untuk dilakukan tindakan
transfusi tukar, ini lebih efektif dilakukan daripada fototerapi karena kadar
bilirubin darah yang sudah sangat tinggi, transfusi tukar bisa dilakukan
berkala jika kadar bilirubin serum tidak turun ke batas normal.
Intervensi yang tidak dapat dilakukan pada By.L menurut teori yaitu
tindakan transfusi tukar karena By.L tidak mencapai kriteria untuk transfusi
tukar, sementara menurut teori intervensi yang harus dilakukan pada By.T
yaitu pemberian tindakan transfusi tukar, karena kadar bilirubin By.T sudah
mencapai kriteria untuk dilakukan transfusi tukar, karena ada penolakan
tindakan dari keluarga, maka tindakan transfusi tukar tidak dilakukan.
Menurut analisis peneliti, pemberian intake cairan dan nutrisi pada bayi
yang dalam proses fototerapi sangat penting dilakukan, karena pada saat
dilakukan fototerapi, kulit akan mengalami penguapan dan dehidrasi akibat
dari sinar yang diberikan, jikadi abaikan maka bisa berdampak pada bayi,
misalnya bayi bisa mengalami demam, dehidrasi berat, dan mengalami
masalah pada kulit.
4. Implementasi Keperawatan
Diagnosis pertama pada By.L yaitu Ikterus neonatus, tindakan yang telah
dilakukan peneliti adalah 1)melakukan pengkajian ulang riwayat maternal
dan bayi mengenai adanya faktor risiko terjadinya hiperbilirubinemia pada
By.L, didapatkan ibu dengan riwayat penyakit Diabetes Melitus dan
mengalami PEB saat kehamilan, kemudian hasil pengkajian lainnya pada
ibu didapatkan bahwa By.L lahir prematur atau kurang bulan yaitu 34-
35minggu dengan operasi sectio caesarea. Hasil labor pada tanggal 17 Mei
2017, Bilirubin total 14,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin direk 0,5 mg/dl
(normal <0,20), bilirubin indirek 14 mg/dl (normal < 0,80). Dan By.L
sempat mengalami suspek sepsis.
Menurut analisis peneliti, mengkaji riwayat maternal antara ibu dan bayi
seperti meninjau faktor ketidakcocokan rhesus atau ABO antara Ibu dan
bayi, sepsis, prematuritas, malpresentasi sangat penting dilakukan karna
keadaan inkompatibilitas rhesus ABO antara ibu dan bayi, sepsis,
prematuritas dan malnutrisi yang mana ini merupakan beberapa keadaan
yang dapat menyebabkan terjadinya ikterus pada bayi.
Atikah dan Jaya (2015), mengatakan fototerapi merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan bayi bisa mengalami hipertermi akibat pemberian sinar
intensitas tinggi yang menyebabkan terjadinya evaporasi cairan.
Atikah dan Jaya (2015), mengatakan untuk menilai cairan pada bayi sudah
terpenuhi dapat dilakukan dengan pengukuran pada berat badan, kemudian
menilai keefektifan penyerapan cairan dan sirkulasi dapat dinilai dari
output bayi.
Menurut analisis peneliti, monitor intake dan output pada bayi dengan
hiperbilirubinemia dan menjalani proses fototerapi penting dilakukan,
karena bayi dengan proses fototerapi sangat rentan terjadinya dehidrasi,
disisi lain keseimbangan cairan sangat penting untuk membantu dalam
metabolisme seperti keseimbangan suhu dan eliminasi.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan pada By.L dari asuhan keperawatan yang dilakukan
selama 7 hari pada diagnosis keperawatan ikterus neonatus berhubungan
dengan prematuritas, yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan dari
tindakan keperawatan yang dilakukan, dan didapatkan hasil tanda-tanda
vital sudah dalam batas normal.
Kuning pada By.L tampak hilang pada hari rawatan kelima, ibu juga
mengatakan bahwa kuning pada By.L sudah hilang, By.L sudah mau
bangun dan lebih aktif bergerak. Hasil pemeriksaan fisik kuning pada tubuh
sudah tidak ada lagi dan pada skera juga sudah hilang. Tanda-tanda vital
yang normal yaitu nadi 130x/menit, pernafasan 35x/menit dan suhu 36,5°C.
Masalah keperawatan teratasi dan intervensi dihentikan.
Kuning pada By.T masih terdapat pada seluruh tubuh bayi dari wajah
hingga kaki, dokter mengatakan By.T harus segera mendapat tindakan
transfusi tukar, tetapi keluarga menolak untuk diberi tindakan tersebut.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kuning masih terdapat di wajah, pusar,
sampai tungkai, kuning pada sklera dan kuku juga belum hilang. Tanda
vital dalam batas normal yaitu nadi 140x/menit, pernafasan 35x/menit, dan
suhu 36,8°C. Masalah keperawatan belum teratasi dan intervensi
dihentikan karena klien pulang paksa.
Berdasarkan analisis peneliti, kriteria hasil pada kedua bayi tidak sama
tercapai, pada By.L kriteria yang diharapkan tercapai karena perawatan
yang diberikan maksimal, sedangkan pada By.T kriteria yang diharapkan
tidak tercapai karena penolakan keluarga untuk diberikan tindakan
transfusi tukar, sementara By.T sangat membutuhkan tindakan lanjut
dengan transfusi tukar untuk mengatasi kadar bilirubin yang sudah sangat
tinggi pada bayi. Bahaya hiperbilirubinemia adalah terjadinya kern ikterus
yang mana kern ikterus ini dapat menyebabkan terjadinya ensefalopati
biliaris yang dapat menimbulkan kelainan menetap pada bayi. Kelainan ini
terjadi apabila bilirubin indirek telah melalui sawar darah otak. Keadaan ini
perlu dihindari dan transfusi tukar merupakan tindakan utama yang dapat
menurunkan molisis dan membuang pula antibodi yang menimbulkan
hemolis.
Evaluasi keperawatan pada By.L dan By.T dari asuhan keperawatan yang
dilakukan selama 7 hari pada diagnosis keperawatan hipertermi
berhubungan dengan efek fototerapi, yang bertujuan agar termoregulasi
tidak terganggu dan teridentifikasi nya tanda dan gejala hipertermi.
Atikah dan Jaya (2015), mengatakan bahwa manajemen suhu tubuh bayi
yang tepat dan keseimbangan dengan suhu ruangan akan membantu dalam
menjaga suhu bayi tidak meningkat atau menurun, sehingga risiko untuk
terjadinya dampak dari peningkatan atau penurunan suhu dapat teratasi.
Menurut analisis peneliti, kriteria hasil yang diharapkan pada By.L dan
By.T untuk diagnosis keperawatan hipertermi sudah teratasi pada hari
kedua, kolaborasi antara ibu, keluarga, dan perawat dapat membuat
masalah hipertermi pada bayi dapat cepat teratasi. Untuk mencegah
terjadinya hipertermi kembali, dilakukan pemantauan suhu secara kontinyu
dan pemberian intake cairan yang adekuat.
Evaluasi keperawatan pada By.L dan By.T dari asuhan keperawatan yang
dilakukan selama 7 hari pada diagnosis keperawatan risiko kekurangan
volume cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat dan
efek fototerapi, yang bertujuan agar keseimbangan cairan tubuh bayi dapat
terjaga.
Evaluasi untuk diagnosis risiko kekurangan volume cairan pada By.L dan
By.T tidak sama, pada By.L setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
7 hari, pada hari kelima, masalah risiko kekurangan volume cairan dapat
diatasi dengan kriteria hasil intake dan output seimbang dalam 24 jam,
turgor kulit membaik ditandai dengan kulit lembab, turgor elastis dan
adanya peningkatan berat badan sebanyak 200gr, masalah sudah teratasi,
intervensi risiko kekurangan volume cairan dihentikan.
Atikah dan Jaya (2015), mengatakan untuk menilai cairan pada bayi sudah
terpenuhi dapat dilakukan dengan pengukuran pada berat badan, kemudian
menilai keefektifan penyerapan cairan dan sirkulasi dapat dinilai dari
output bayi. Kurang nya intake cairan dan nutrisi pada bayi yang menjalani
proses fototerapi dapat menyebabkan bayi mengalami dehidrasi, dan juga
dapat ditandai dari kulit terkelupas, kulit dan mukosa kering, kulit kurang
elastis serta tidak adanya penambahan berat badan.
Atikah dan Jaya (2015), mengatakan kerusakan integritas kulit pada bayi
hiperbilirubinemia dapat diatasi segera dengan manajemen cairan yang
adekuat. Jika cairan dan nutrisi tidak terpenuhi, tubuh akan sulit
meregenerasi, sehimgga untuk perbaikan kondisi kulit akan lama.
Menurut analisis peneliti, pada dasarnya kerusakan pada kulit By.T dapat
ditangani segera, hanya saja karena kurang pengetahuan keluarga tentang
tindakan untuk mengatasi bilirubin pada By.T dan menolak tindakan,
menyebabkan bilirubin pada By.T semakin banyak, sehingga kerusakan
pada kulit jadi sulit diatasi, ditambah lagi keluarga tidak mau berkolaborasi
dalam membantu ibu untuk bisa memompa ASI agar bisa diberikan kepada
By.T, sehingga cairan dan nutrisi dari ASI tidak didapatkan By.T yang
menyebabkan proses penyembuhan menjadi lama.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada By.L dan By.T
dengan hiperbilirubinemia diruang Perinatologi IRNA Kebidanan dan
Anak RSUP Dr. M. Djamil Padang, peneliti dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :
Atikah,M,V & Jaya,P. 2015. Buku Ajar Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, dan
Balita. Jakarta. CV.Trans Info Media
Dinkes Kota Padang. 2015. Profil Kesehatan Kota padang 2014. Sumatera
Barat. Kementrian kesehatan RI
Nelson. Waldo E. dkk. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1.
Jakarta. EGC
Surasmi, A. Handayani, S. Kusuma, H, N. 2003. Perawatan bayi risiko tinggi.
Jakarta . EGC.
http://www.who.int/gho/child_health/mortality/neonatal_infant_text/en/.
Diakses Senin, 10 Januari 2017.
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. KELUHAN UTAMA By.L dirawat diruang perinatologi RSUP Dr. M. Djamil Padang karena bayi kuning setelah kelahiran
Riwayat Kehamilan
Status kehamilan G3 P2 A1 H1
Pemeriksaan kehamilan/ANC Tidak ada √ Ada, Frekuensi : < 3 x √ > 3 x
Masalah kehamilan Tidak ada √ Ada, …….ibu mengalami PEB.............
Konsumsi obat selama hamil √ Tidak ada Ada, sebutkan … ..
sebutkan
Pemeriksaan kehamilan ke Perawat Bidan √ Dokter
Riwayat Kelahiran
Usia Gestasi 34-35 mg
BB lahir 3000 gr PB lahir 50.cm
Nilai APGAR Me it ke 1….... Me it ke 5….........
Kala Persalinan Kala I: ……jam.........menit Kala II: ……jam.........menit Kala III: ..……jam.........menit
Penolong Perawat Bidan √ Dokter Dukun
Jenis persalinan Spontan √ Sectio Vakum Forcep
Caesarea
Kesulitan √ Tidak Ada Ada, sebutkan …..
Air ketuban √ Jernih Keruh
Kelainan bayi Tidak Ada Ada, sebutkan …..
Inisiasi Menyusu Dini √ Ada Tidak Ada
(IMD)
Pemberian Vit K √ Ada Tidak Ada
LINGKUNGAN
2. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital Suhu : 36,7 oC RR : 56 x/m HR : 130 x/m TD : - mmHg
Tingkat kesadaran
(GCS) : E.......M.......V.... Jumlah:.........
Antropometri BB saat ini : 3100.gr PB : 50.cm LLA : 15 cm
Kepala Lingkar Kepala : 35 cm
Ubun-ubun besar : 4x2cm Ubun-ubun kecil: 0,5x0,5cm
Bentuk √ Normal Kelainan, sebutkan :............ Jejas
Sutura Sagitalis : ................................. Caput Succedaneum :......................
Poltekkes Kemenkes Padang
Rambut √ Hitam Tipis Jarang Merah
Mata √ Simetris Tidak simetris Menonjol Sklera √ Ikterik Tidak ikterik
Strabismus Ada Tidak ada Konjungtiva Anemis √ Tdk anemis
Kelainan sebutkan …. Sekret Ada √Tdk ada
Reflek cahaya : +/+
Reflek pupil : +/+
Hidung Jalan nafas √ Bersih Tidak bersih Sekret Obstruksi Kelainan
Pernafasan cuping Ada √Tidak ada
hidung
Mulut Struktur mulut √ Utuh Labioskiziz
Palatum √ Utuh Palatoskiziz
Gusi √ Utuh Tidak Utuh
Lidah : merah muda
Warna bibir : merah
Reflek Rooting : (+)
Reflek sucking : (+)
Telinga √ Normal Keluar cairan Berbau
Kelainan, sebutkan ….
Sejajar dengan kantus mata: (+)
Leher Ukuran: √ Ya Tidak
Rekfek Tonik Neck: ..............................
Dada
Lingkar Dada 32 cm
Pernafasan
Inspeksi Irama nafas √ Reguler Irreguler
Jenis nafas Cheyne Stoke Kussmaul Hiperventilasi
Alat bantu Ada,sebutkan..................... √ Tidak Ada
Kesulitan Retraksi dada Otot bantu nafas
nafas
Palpasi Fremitus : Sama kiri dan kanan
Auskultasi Suara nafas √ Vesikuler Wheezing Rhonchi Stridor
Jantung
Sirkulasi Denyut jantung 130.x/menit
Irama √ Teratur Tidak teratur
Akral √ Hangat Dingin
Abdomen
Lingkar Perut 32 cm
Inspeksi Tali pusat
Basah √ Kering Bau Sudah puput
Kelainan struktur abdomen: .......................................
Spinder nevy : ........................
Auskultasi Bising usus : 10 x/menit
√ Teratur tidak teratur
Palpasi Pembesaran hepar tidak teraba, tidak ada massa
Genitalia
√ Normal Kelainan, sebutkan ….
Mekonium sudah Atresia ani
keluar Hipospadia/Epispadia
Kulit Turgor, kembali Segera √ Lambat Sangat lambat
Kelembaban Baik √ Buruk
Warna kulit Sianosis √ Tidak sianosis
Lanugo √ Ada Tidak
Pemeriksaan Ikterus (Kreamer) : ikterus grade II dan III
PROGRAM TERAPI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
C. Intervensi Keperawatan
Nama : By.L
No.MR : 979409
2. Manajemen demam
a. Monitor suhu secara
kontinue
b. Monitor keluaran
cairan
c. Monitor warna kulit
dan suhu
d. Monitor masukan
dan keluaran.
3 Risiko kekurangan Setelah dilakukan Manajemen cairan
volume cairan b.d asuhan keperawatan, a. Monitor berat badan.
tidak adekuatnya maka didapatkan b. Timbang popok.
kriteria:
intake cairan, efek c. Pertahankan catatan
fototerapi dan intake dan output yang
Keseimbangan cairan.
diare. akurat.
d. Monitor vital sign.
a. Intake dan
e. Dorong masukan oral.
output
f. Monitor pernafasan,
seimbang
tekanan darah, dan nadi.
dalam 24
g. Monitor status hidrasi
jam.(5)
(kelembapan membrane
b. Turgor kulit
mukosa, nadi adekuat,
membaik (5)
tekanan darah ortostatik).
h. Monitor warna, kuantitas
dan banyaknya keluaran
urin.
i. Berikan cairan yang
sesuai.
j. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan.
k. Monitor berat badan.
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. KELUHAN UTAMA Bayi kuning sejak 24jam pertama kelahiran, kuning diseluruh tubuh dan kulit terkelupas.
Riwayat Kehamilan
Status kehamilan G 1 P1 A0 H1
Pemeriksaan kehamilan/ANC √ Tidak ada Ada, Frekuensi : < 3 x >3x
Masalah kehamilan Tidak ada √Ada, sebutkan ……..eksklamsia dan keputihan............
Konsumsi obat selama hamil √ Tidak ada Ada, sebutkan … ..
Pemeriksaan kehamilan ke Perawat Bidan Dokter
Riwayat Kelahiran
Usia Gestasi 38 - 39 mg
BB lahir 2700 gr PB lahir 48 .cm
Nilai APGAR Me it ke 1….... Me it ke 5….........
Kala Persalinan Kala I: ……jam.........menit Kala II: ……jam.........menit Kala III: ..……jam.........menit
Penolong Perawat Bidan √ Dokter Dukun
Jenis persalinan √ Spontan Sectio Caesarea Vakum Forcep
Kesulitan √ Tidak Ada Ada, sebutkan …..
Air ketuban Jernih √ Keruh
Kelainan bayi Tidak Ada √ Ada, sebutkan ....kulit pecah-pecah...
Inisiasi Menyusu Dini √ Ada Tidak Ada
(IMD)
Pemberian Vit K √ Ada Tidak Ada
LINGKUNGAN
2. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital Suhu : 37,5 oC RR : 40 x/m HR : 150 x/m TD : - mmHg
Tingkat kesadaran
(GCS) : E.......M.......V.... Jumlah:.........
Antropometri BB saat ini 2700.gr PB : 48.cm LLA : 12 cm
Kepala Lingkar Kepala : 32 cm
Ubun-ubun besar :4x3 Ubun-ubun kecil:
Bentuk √ Normal Kelainan, sebutkan :............ Jejas
Sutura Sagitalis : ................................. Caput Succedaneum :......................
Abdomen
Lingkar Perut 30 cm
Inspeksi Tali pusat
√ Basah Kering Bau Sudah puput
Kelainan struktur abdomen: .......................................
Spinder nevy : ........................
Auskultasi Bisi g usus : …… / e it
√ Teratur tidak teratur
Palpasi Tidak ada massa di abdomen, abdomen tidak
tegang
Perkusi Tympani
Genitalia
√ Normal Kelainan, sebutkan ….
√ Mekonium sudah Atresia ani
keluar Hipospadia/Epispadia
Kulit Turgor, kembali Segera √ Lambat Sangat lambat
Kelembaban Baik √ Buruk
Warna kulit Sianosis √ Tidak sianosis
Lanugo Ada Tidak
Pemeriksaan Ikterus (Kreamer) : ikterus grade III - IV
PROGRAM TERAPI
- Fototerapi : >96jam
- Injeksi : a)Ampicilline 2x135mg (IV)
b)Gentamicin 1x12mg (IV)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Data Penunjang
Hasil Pemeriksaan labor pada tanggal 23 Mei 2017 , bilirubin total 18,5 mg/dl (normal 0,3-1), bilirubin
direk 0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek 17,7 mg/dl (normal <0,80), Hb 13,5 gr/dl (normal P 12-14
g/dl W 12-16 g/dl), leukosit 13.787/mm3 (normal 5000-10000), trombosit 342.000/mm3 (normal 150000-
400000), HT 39% (normal P 38-58%, W 37-43%).
Hasil pemeriksaan labor pada 24 Mei 2017 didapatkan hasil bilirubin total 17,3 mg/dl (normal 0,3-1),
bilirubin direk 0,6 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek 16,7 mg/dl (normal <0,80), Hb 13,1 gr/dl (normal
P 12-14 g/dl W 12-16 g/dl), leukosit 12.350/mm3 (normal 5000-10000), trombosit 304.000/mm3 (normal
150000-400000), HT 39% (normal P 38-58%, W 37-43%).
Sedangkan hasil labor pada tanggal 25 Mei 2017 didapatkan hasil bilirubin total 22,1 mg/dl (normal 0,3-1),
bilirubin direk 0,8 mg/dl (normal <0,20), bilirubin indirek 21,3 mg/dl (normal <0,80)
- Kulit kering.
- Turgor kulit kurang elastis.
- Mukosa kering.
- Reflek sucking lemah.
- Bayi tampak gelisah.
- Produksi ASI ibu tidak
lancar,dan tidak dapat
dipompa..
DS: - Perawat ruangan mengatakan Hiperbilirubinemia Kerusakan integritas
kulit bayi terkelupas di kulit
hampir seluruh tubuh.
C. Intervensi Keperawatan
Nama : By.T
No.MR : 978552
P:
Intervensi dilanjutkan.
Hipertermi - Masalah sudah teratasi, intervensi
dihentikan.
Risiko kekurangan 1) Melakukan penimbangan berat badan. S:
2) Meningkatkan intake cairan dan - Bayi rewel dan menangis saat haus.
volume cairan
- Dokter mengatakan bayi berisiko
nutrisi yang adekuat
3) Mempertahankan masukan per oral kekurangan volume cairan akibat
agar cairan dan nutrisi terpenuhi fototerapi tiga lampu.
melalui ASI. O:
4) Menimbang popok bayi untuk menilai
- Kulit masih kering.
pengeluaran atau output, serte menilai - Turgor kulit kurang elastis.
- Mukosa kering.
warna dan konsistensi urine bayi.
- Urine berwarna pekat.
- Kulit terkelupas, dan bibir pecah-
pecah.
- Cairan yg masuk susu formula 30cc
per 3jam.
A:
- Masalah risiko kekurangan volume
cairan belum teratasi
P:
- Intervensi dilanjutkan.
Kerusakan integritas 1) mempertahankan intake dan output S:
- perawat ruangan mengatakan kulit
kulit yang akurat.
2) mendorong masukan oral masih terkelupas dan belum ada
3) memantau status hidrasi seperti
perkembangan
kelembapan mukosa dan nadi.
O:
4) menghindari kerutan pada tempat
- Turgor kurang elastis.
tidur, untuk mencegah terjadinya
- Kulit kering.
iritasi karna gesekan dengan alat - Kulit terkelupas pada bagian wajah,
tenun. leher, perut, hingga paha.
5) mengubah posisi bayi setiap dua jam - Kulit iritasi dan kemerahan pada
sekali. bagian sekitar anus karena bayi
6) menilai aktivitas dan mobilisasi bayi
menmgalami diare.
untuk melihat kemampuan gerakan - Kerutan pada alat tenun tidak ada.
bayi, bayi bergerak aktif dan sering
A:
rewel.
7) Memberikan baby oil setelah - Masalah kerusakan integritas kulit
dimandikan. belum teratasi.
P:
Intervensi dilanjutkan.
Minggu/28 Ikterus neonatus 1) Mengobservasi tanda-tanda ikterus. S:
2) Menutup mata bayi dengan penutup - Dokter mengatakan kuning pada
Mei 2017
berwarna hitam, dan hindari tubuh bayi masih ada.
- Perawat ruangan mengatakan bayi
penekanan.
3) Mengubah posisi bayi per 4jam. masih membeutuhkan fototerapi
4) Memonitor warna kulit, suhu, dan
dua lampu.
kelembaban. - Dokter mengindikasikan untuk
transfusi tukar.
O:
- Tampak kuning pada sklera, kuku,
wajah, leher, pusar, paha, dan
lengan belum hilang.
- Bayi masih tampak gelisah.
- Fototerapi masih dilanjutkan
dengan dua lampu.
- Kulit masih kering.
- Bilirubin grade III – IV.
- Keluarga menolak diberikan
tindakan, dan pulang paksa.
A:
- Masalah ikterus neonatus belum
teratasi.
P:
Intervensi dihentikan.
Hipertermi - Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
Risiko kekurangan 1) Melakukan penimbangan berat badan. S:
2) Meningkatkan intake cairan dan - Bayi masih rewel dan menangis
volume cairan
nutrisi yang adekuat saat haus.
3) Mempertahankan masukan per oral - Dokter mengatakan bayi berisiko
agar cairan dan nutrisi terpenuhi kekurangan volume cairan akibat
melalui ASI. fototerapi tiga lampu.
4) Menimbang popok bayi untuk menilai - Perawat ruangan mengatakan
pengeluaran atau output, serte menilai kebutuhan cairan pada By.T belum
warna dan konsistensi urine bayi. terpenuhi.
O:
- Kulit masih kering.
- Turgor kulit kurang elastis.
- Mukosa kering.
- Urine berwarna pekat.
- Kulit terkelupas, dan bibir pecah-
pecah.
- Cairan yg masuk susu formula 30cc
per 3jam.
- Bayi mengalami diare.
A:
- Masalah risiko kekurangan volume
cairan belum teratasi
P:
Intervensi dihentikan.
Kerusakan integritas 1) mempertahankan intake dan output S:
- perawat ruangan mengatakan kulit
kulit yang akurat.
2) mendorong masukan oral masih terkelupas dan belum ada
3) memantau status hidrasi seperti
perkembangan
kelembapan mukosa dan nadi.
O:
4) menghindari kerutan pada tempat
- Turgor kurang elastis.
tidur, untuk mencegah terjadinya - Kulit kering.
- Kulit terkelupas pada bagian wajah,
iritasi karna gesekan dengan alat
leher, perut, hingga paha.
tenun.
- Kulit iritasi dan kemerahan pada
5) mengubah posisi bayi setiap dua jam
bagian sekitar anus karena bayi
sekali.
6) menilai aktivitas dan mobilisasi bayi menmgalami diare.
- Kerutan pada alat tenun tidak ada.
untuk melihat kemampuan gerakan
- By.T pulang paksa atas permintaan
bayi, bayi bergerak aktif dan sering
keluarga.
rewel.
A:
7) Memberikan baby oil setelah
- Masalah kerusakan integritas kulit
dimandikan.
belum teratasi.
P:
Intervensi dihentikan.