RUANG RADIOLOGI
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala rahmat yang telah
dikaruniai akan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan Buku
Pedoman Pelayanan Ruang Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Raja Ampat.
Jayanti Attas,Amd.Rad
Nip19771127 200412 2 001
ii
PEMERINTAH KABUPATEN RAJA AMPAT
TENTANG
Disusun Oleh :
( Jayanti Attas,Amd.Rad)
Nip.19771127 200412 2 001
DisetujuiOleh :
Naharuddin Abbas,S.Si.Apt
NIP. 19800427 200801 1 016
DitetapkanOleh :
iii
PEMERINTAH KABUPATEN RAJA AMPAT
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN RUANG RADIOLOGI
iv
tentang kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok
dan Fungsi Serta Tata Kerja Perangkat Daerah Dinas
Kesehatan Kabupaten Raja Ampat.
5. Peraturan Bupati Raja Ampat Nomor 58 Tahun 2017
tentang kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok
dan Fungsi Serta Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah (
RSUD ) Kabupaten Raja Ampat.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
Ditetapkan di Waisai
pada tanggal 01 September 2018
DIREKTUR RSUD
KABUPATEN RAJA AMPAT,
Dr.AGUS HARIYANTO,SpB
Nip.197908302008011016
v
Daftar Isi
PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup ....................................................................................... 1
C. Batasan Operasional .............................................................................. 1
D. Landasan Hukum ................................................................................... 2
STANDAR KETENAGAAN ............................................................................... 3
A. Kualifikasi sumber daya manusia ........................................................... 3
B. Distribusi Ketenagaan ............................................................................ 3
STANDAR FASILITAS ...................................................................................... 6
A. Denah ruang .......................................................................................... 6
B. Standar fasilitas...................................................................................... 7
TATA LAKSANA PELAYANAN ......................................................................... 8
LOGISTIK ....................................................................................................... 12
KESELAMATAN PASIEN .............................................................................. 15
A. Pengertian............................................................................................ 15
B. Tujuan .................................................................................................. 15
C. Tata laksana keselamatan pasien ........................................................ 16
KESELAMATAN KERJA ................................................................................. 17
PROTEKSI RADIASI ...................................................................................... 21
PENGENDALIAN MUTU ................................................................................ 25
PENUTUP ...................................................................................................... 30
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan radiologi sebagai acuan yang terintegrasi dari pelayanan
kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang-Undang
Dasar 1945 dimana kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dari amanat
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Bertolak dari hal
tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan pelayanan
yang berkualitas.
B. Ruang Lingkup
Pelayanan Radiologi diagnostik di Ruang Radiologi RSUD Kabupaten Raja
Ampat adalah pelayanan untuk melakukan diagnostik dengan menggunakan radiasi
dengan peralatan X-Ray Mobile.
C. Batasan Operasional
Beberapa hal yang berkaitan dengan standar operasional pelayanan radiologi
antara lain :
1. pelayanan 24 jam
2. waktu tunggu hasil pelayanan foto 2 jam
3. pelaksanaan ekspertisi oleh dokter spesialis Radiologi
4. kejadian kegagalan akibat kerusakan foto ≤ 2 %
5. kepuasan pelanggan ≥ 80 % .
1
D. Landasan Hukum
1. UU No. 23 tahun 1992, tentang Kesehatan
2. PP RI No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 61 / Menkes / SK/ 1 /2004 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di
Propinsi, Kabupaten / kota dan Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228 / Menkes/ SK/III/ 2002 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang Wajib
Dilaksanakan Daerah
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575 / Menkes / SK / II / 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah sakit
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang
Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan yang ada di Ruang Radiologi RSUD Kabupaten Raja
Ampat disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing pekerja.
3
a. Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP tindak medis radiologi, imejing
diagnostic serta melakukan revisi bila perlu
b. Melaksanakan dan mengevaluasi tindak radiodiagnostik, imejing diagnostic
sesuai yang telah ditetapkan dalam SOP
c. Melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan radiologi
d. Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan dilaksanakan.
e. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap pasien.
f. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk mendapatkan citra
radiografi yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan tingkat panduan
paparan medik
g. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis
h. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK Radiologi
2. Radiografer
a. Mempersiapkan pasien dan peralatan untuk pemeriksaan dan pembuatan foto
radiologi
b. Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan
c. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP.
d. Melakukan kegiatan processing film atau Proses Pengambilan foto pasien
melalui Medical Image Digitizer CR/ Proses Transfer Image ke komputer.
e. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri dan masyarakat di sekitar
ruang pesawat sinar-X
f. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan paparan yang
diterima pasien sesuai kebutuhan
g. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin
3. Tenaga PPR
a. Membuat program Proteksi dan Keselamatan Radiasi
b. Memantau aspek operasional program Proteksi dan Keselamatan Radiasi
c. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan Proteksi Radiasi, dan
memantau pemakaiannya
d. Meninjau secara sistematik dan periodic, program pemantauan di semua tempat
di mana pesawat sinar-x digunakan
e. Memberikan konsultasi yang terkait dengan Proteksi dan Keselamatan radiasi
f. Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas Radiologi
g. Memelihara Rekaman
h. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan
i. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan dalam hal
kedaruratan
j. Melaporkan kepada Pemegang Izin setiap kejadian kegagalan operasi yang
berpotensi kecelakaan radiasi
4
k. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program Proteksi dan
Keselamatan Radiasi, dan verivikasi keselamatan yang diketahui oleh Pemegang
Izin untuk dilaporkan kepada kepala BAPETEN
4. Tenaga Administrasi
Melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan pemeriksaan yang dilakukan
di ruang pelayanan
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
Persyaratan lokasi ruang radiologi antara lain mudah dicapai,
berdekatan dengan instalasi gawat darurat, laboratorium, ICU, dan instalasi
bedah sentral.
a. A = Depan : Hall
b. B = Samping Kiri : Tanah Kosong
c. C = Samping Kanan : Hiperbarik
d. D = Belakang : Tanah Kosong
6
B. Standar fasilitas
Standar fasilitas ruang radiologi disesuaikan dengan jenis kelas rumah
sakit. Untuk RSUD dengan tipe kelas D,
Adapun fasilitas peralatan dan perlengkapa radiologi yang ada diruang radiologi
RSUD Kabupaten Raja Ampat sebagai berikut ;
4. Perlengkapan Proteksi
TLD 3 Tersedia
Radiasi :
7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Pendaftaran pemeriksaan
Pendaftaran pemeriksaan radiologi dilakukan di loket pendaftaran
a. Pasien umum
8
4. Pasien diminta untuk menunggu giliran pemeriksaan, berkas pasien di
serahkan ke radiographer
5. Radiografer membuat pemotretan sesuai dengan pemeriksaan
6. Hasil pemeriksaan radiologi setelah dibuatkan expertise oleh dokter
radiologi diberikan sehari setelah pemeriksaan ( Besok ) pada jam
kerja.
B. Persiapan Pemeriksaan
Persiapan pemeriksaan di radiologi meliputi persiapan pasien dan persiapan
peralatan.
C. Pelaksanaan Pemeriksaan
Surat permintaan radiologi yang telah diregistrasi oleh petugas administrasi
diterima radiographer. Kemudian meyakinkan bahwa pasien yang akan difoto
adalah sesuai dengan surat permintaan foto. Sebelum dilaksanakan pemeriksaan
dicatat terlebih dahulu pada buku register. Setelah itu menyiapkan kaset dan
asesoris yang sesuai dengan jenis pemeriksaan. Kemudian menyiapkan pasien
dengan baju pemeriksaan. Bila pemeriksaaan mengharuskan pasien berganti baju.
Melepas perhiasan atau benda yang dapat mengganggu foto dan memberitahu
kepada pasien apa yang akan difoto. Setelah selesai dengan persiapan-persiapan itu
kemudian melakukan posisioning sesuai dengan jenis pemeriksaan foto. Kemudian
mengatur factor eksposi (kV, mA, S) dan siap diekspose. Setelah selesai ekspose,
pemeriksaan selesai, untuk pasien rawat inap dipersilahkan untuk kembali ke
ruangan dan dari polik kembali ke dokter pengirim untuk tindak lanjut pemeriksaan.
Selama pemeriksaan petugas memperhatikan aspek proteksi radiasi, sebagai
perlindungan keselamatan radiasi bagi pasien dan petugas pekerja radiasi.
D. Pemprosesan film
Pemprosesan film dilakukan dengan CR (computed radiography). Sebelum
digunakan terlebih dahulu peralatan pemrosesan film harus dinyalakan sesuai
dengan prosedur yang sudah ditetapkan.
9
Langkah- langkah pemrosesan film rontgen dengan CR :
E. Pemberian expertise
1. Foto/image dari hasil pemeriksaan diterima oleh dokter Spesialis radiologi
melalui Via WA
2. Foto/image layak diexpertise, criteria foto layak expertise adalah sebagai berikut :
a) Tidak ada yang terpotong
b) Kontras film optimal
c) Identitas pasien ada (nama, jenis kelamin, tanggal/umur)
3. Ada Nama, tanggal, nomor RM, marker L/R
4. Observasi secara detail dari cranial-caudal, superior-inferior, anterior-posterior,
aspek basis, lateral medial, proximal-distal. Tentang kemungkinan-kemungkinan
kelainan/perubahan kontras dan anatomis yang dapat terjadi pada foto-foto
5. Foto / image yang telah dinilai layak diexpertise, dibuatkan deskripsi yang berisi
tentang uraian lengkap mengenai gambaran radiologis yang ditemukan pada foto
/ image serta resume kesan yang merupakan hasil expertise.
6. Dokter spesialis radiologi mendokumentasikan expertise dari setiap
pemeriksaan dan mencetaknya untuk diberikan kepada radiografer melalui Email
dan di teruskan ke dokter pengirim.
Pemberian expertise atau bacaan roentgen dilakukan oleh dokter spesialis
radiology setiap hari sesuai dengan jam kerja yaitu dari jam 08.00 – 15.00 atau
10
dalam waktu 1 x 24 jam. Di luar jam kerja expertise dapat dilakukan khusus untuk
pasien yang segera membutuhkan hasil radiograf ( cito ), seperti pasien dari
ruangan, IGD, Bedah, maupun ICU.
F. Penyerahan hasil
Setelah pemeriksaan rontgen selesai, pasien rawat inap dipersilahkan kembali
ke ruangan dan pasien dari polik atau rawat jalan d persilahkan kembali k dokter
pengirim untuk d tindak lanjuti, Selanjutnya foto rontgen di kirim lewat Via WA ke
dokter radiologi untuk diberikan bacaan / expertise. Foto-foto rontgen yang sudah
diexpertise dipisahkan dari pasien rawat inap dan pasien rawat jalan. Kemudian
dipisahkan jawaban yang asli dan jawaban dalam bentuk kopiannya, yang asli
dimasukan ke dalam amplop film bersama dengan film untuk diberikan kepada
pasien yang mengambil hasil pemeriksaan radiologi, sedangkan kopiannya
disimpan secara teratur menurut nomor registrasi hal ini untuk memudahkan apabila
pasien ingin mengambil hasil pemeriksaannya akibat kehilangan atau rusak dan atau
lainnya sebab yang menyebabkan hasil ekspertisenya diperlukan kembali.
Untuk pengambilan hasil dapat dilakukan di dalam jam kerja ( 08.00 s/d
15.00). Untuk pasien rawat inap hasil diambil oleh perawat ruangan dengan terlebih
dahulu mengisi data di dalam buku pengambilan. Untuk pasien rawat jalan hasil
diambil baik oleh pasien atau keluarga pasien yang dibuktikan dengan kwitansi atau
tanda bukti lain seperti surat jaminan pelayan BPJS / Kartu Indonesia Sehat.
11
BAB V
LOGISTIK
A. Perencanaan
Perencanaan pengelolaan ruangan radiologi dimulai pada saat minimal 15 menit
sebelum dilakukan pelayanan radiografi. Pengelolaan ruangan radiologi terbagi
menjadi :
B. Pelaksanaan
1. Pengelolaan di Ruang Penerimaan Pasien
a. Pasien Rawat Jalan dan rawat inap Non Perjanjian
b. Kesiapan Buku register
c. Kesiapan Labeling
d. Kesiapan Kwitansi yang beregister
e. Kesiapan Peralatan dengan system komputerisasi
2. Ruang Logistik Radiologi
Untuk memperlancar kegiatan pelayanan di ruang Radiologi, telah disusun Tata
cara dalam pengadaan barang medis dan non medis di Ruang Radiologi,
sebagai berikut :
a. Film rontgen harus terhindar dari kerusakan fisik yang dapat dilakukan dengan
cara :
Saat menerima film box film harus dicek untuk memastikan box dalam
keadaan baik.
Menghandle box dengan hati-hati
12
Rak penyimpanan film memiliki ketinggian antara 30-160 cm
Letakkan box secara vertikal dan pastikan tidak ada bagian box
yangmenerima tekanan terberat
Box film besar diletakkan di bawah
Ukuran lebar rak cukup untuk memamsukkan film.
13
f. Peralatan medik radiologi lainnya untuk keperluan pemeriksaan yang
akan dilakukan
Keterampilan dokter spesialis radiologi dalam melakukan pemeriksaan
dan keterampilan radiografer dalam mengatur parameter-parameter radiografi
sangat menetukan tingkat keberhasilan pemeriksaan radiologi yang dilakukan
dan produk layanan radiologi dalam bentuk foto-foto radiografi yang sesuai
dengan kriteria imejing.
14
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Pengertian Keselamatan pasien di Rumah Sakit adalah system (tatanan)
pelayanan dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan asuhan pasien agar pasien
menjadi lebih aman. Termasuk di dalamnya: mengukur risiko; identifikasi dan
pengolahan risiko terhadap pasien; pelaporan dan analisis insiden; kemampuan
untuk belajar dan menindak lanjuti insiden serta menerapkan solusi untuk mencegah,
mengurangi serta meminimalkan risiko.
B. Tujuan
Tujuan keselamatan pasien adalah terciptanya budaya keselamatan pasien di
rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat, Menurunnya Kejadian Tidak diharapkan di rumah sakit, terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD).
15
Tidak adanya kegiatan QC peralatan radiologi.
Tidak dimiliki alat-alat QC radiologi
3. Sesudah pemeriksaan
a. Tindakan setelah pemeriksaan ( Intervensional )
b. Efek radiasi ( dosis tinggi Intervensional )
b. Pemakaian marker R / L
Marker logam Pb di letakkan pada kaset atau tubuh pasien.
c. Critical value
Yang termasuk dalam critical value antara lain :
- Cedera kepala
- Efusi pleura masif
- Curiga ileus Obstruksi
- Curiga pneumothoraks
- Corpus aleinum
- Pneumoperitonium/Perposasi
Jika didapatkan hasil pemeriksaan radiologis seperti diatas, dokter
pemeriksa segera menghubungi DPJP atau petugas di bangsal / ruang
perawatan melalui telepon atau sarana lainnya sebelum hasil expertise
diterima oleh DPJP, untuk segera ditindak lanjuti.
d. Minimalisasi dosis radiasi
Kalibrasi secara rutin
Pengaturan luas lapangan penyinaran yang diatur sedemikian rupa sehingga
cukup seluas obyek yang diperiksa.
Pengaturan Faktor eksposi yang tepat ( dicatat pada lembar permintaan
pemeriksaan radiologi untuk mudah menghitung dosis permukaan yang diterima
pasien.
Pada setiap pasien wanita usia subur sebelum dilakukan pemeriksaan harus
ditanya apakah sedang hamil atau tidak bila hamil diminta pertimbangan dokter
radiologi apakah perlu atau tidak dilakukan. Jadi pada hakekatnya semua
pemeriksaan atau tindakan radiologi harus dilakukan apabila ada permintaan dari
dokter yang mengirim dan dilengkapi dengan klinis yang jelas dan dikerjakan
sesuai dengan standar operational Prosedur dan dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten. Wanita hamil trimester I tidak diperbolehkan terpapar
radiasi sinar X
16
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
17
b. Sekering / Fuse
Peralatan listrik diperlengkapi dengan sekering sebagai alat
pengaman untuk mencegah arus yang tidak sesuai pada saat melewati
rangkaian. Oleh sebab itu, sangat penting untuk memasang sekering yang
benar nilainya. Jika sekeringnya tidak berfungsi maka sebaiknya ditukar
dengan yang lain pada nilai yang sama. Jika gagal lagi maka terdapat
kerusakan pada rangkaian dan harus dicari sebabnya serta
diperbaiki.JANGAN PERNAH menaikkan nilai sekering, karena hal ini sangat
bahaya dilakukan. Beberapa model pesawat sinar-x mempunyai colokan
listrik khusus, biasanya berwarna merah dan ditandai dengan “hanya sinar-x”.
Hal ini jangan digunakan untuk pemakaian yang lain, karena ia colokan
khusus tanpa sekering. Alat itu didisain khusus untuk menerima tegangan
listrik pada saat eksposi yang amat sangat rendah, akan tetapi sangat
berbahaya bila digunakan dengan tegangan listrik biasa yang tidak
mempunyai peralatan pengaman khusus di dalam pesawat sinar-x nya.
c. Colokan dan soket listrik
Jika memungkinkan hendaknya semua soket listrik harus punya
penghubung (switch) sehingga aliran listrik dapat diputus sebelum colokan
dilepaskan.INGAT, jangan pernah mencabut colokan dengan menarik
kabelnya. Dengan cara mematikan penghubungnya adalah lebih baik, hal itu
akan menghindari terjadinya bunga api pada colokan dan soket tetap baik.
Soket harus terhindar dari air atau cairan dan jangan ditempatkan pada
tempat yang memungkinkan terjadinya percikan air atau air yang
mengalir.Jika peralatan kamar gelap- seperti tabung illuminator-
membutuhkan penghubung listrik, maka kabelnya harus ditempatkan pada
posisi yang aman dan jangan sampai tersentuh petugas yang sedang
bekerja. Jika colokan atau soket sudah berumur tua atau jika sekering
penghubung tidak mengait dengan baik, maka ujung logam colokannya atau
soketnya akan menjadi panas. Kalau hal ini terjadi, hendaknya colokan atau
soketnya harus diganti walaupun sebenarnya disebabkan oleh ukuran kabel
yang tidak sesuai dengan besar arus listrik yang mengalir.Atau panggillah
tenaga yang berkompeten tentang listrik untuk memperbaikinya.
d. Pelindung / pembungkus peralatan
Peralatan yang berisi komponen listrik harus mempunyai pelindung.
Pelindung ini untuk meyakinkan bahwa tidak ada komponen yang terkelupas
dan bisa tersentuh. Bagian ini dirancang terpisah dengan bagian lain dan
mempunyai pembungkus. Sehingga pembungkusnya harus selalu terlindung
dengan baik dan jika rusak harus dipindahkan setelah semua peralatan listrik
“diputus”, dan periksalah semua ujung peralatan, tidak ada yang menempel
pada bagian lain. Jika terdapat kerusakkan pada bagian dalam dari peralatan
hendaknya yang mengambil adalah teknisi listrik.Dan semua ujung peralatan
18
harus dalam keadaan tidak ada arus listrik.Ingat, periksa sekering apakah
masih melekat ketika pelindung logam sedang diperbaiki.
e. Pembersihan peralatan
Jangan pernah menggunakan air atau lap basah untuk membersihkan
peralatan listrik. Gunakanlah krim pembersih yang tidak mudah terbakar (non
flammable) seperti krim pembersih “bodi” mobil yang dengan mudah dapat
dibeli di pasar.
f. Perbaikan peralatan
Perbaikan peralatan harus dilakukan oleh orang terlatih dan
mempunyai kecakapan untuk jenis pekerjaan tersebut
g. Konsleting (electrical fire)
Peralatan listrik-karena kesalahan- bisa terjadi konsleting atau
kelebihan arus listrik sehingga menjadi panas yang bias mengakibatkan
kebakaran. Jika asap atau rasa panas terasa, peralatan yang ada harus
diputus dari sambungan listriknya dengan segera. Api yang timbul pada
peralatan listrik biasanya tidak cepat merambat bila penghubung listriknya
dimatikan, karena bahannya dibuat dari yang tidak mudah terbakar. Tetapi
jika api telah menjalar hendaknya dipadamkan dengan tabung pemadam api
yang berisi gas CO2 atau bubuk pemadam api. JANGAN pernah
menggunakan air bila terjadi konsleting. Pasir yang kering bisa digunakan bila
tidak terdapat peralatan yang lain. INGAT bila terjadi kebakaran, panggil
teman untuk memindahkan setiap orang/pasien ke tempat yang aman dan
dekat dengan pintu.Karena untuk mencegah bahaya kebakaran, maka segala
serpihan yang mudah terbakar jangan berada dekat atau di dalam bagian
yang mengandung listrik.Udara harus dapat dengan mudah bertukar pada
bagian peralatan tersebut sehingga tidak terjadi peningkatan panas pada
bagian itu.
2. Keselamatan peralatan
Buatkanlah ruangan untuk pesawat sinar-x dan kamar gelap yang cukup
besar agar tidak terjadi kecelakaan pada radiographer dan pekerja lainnya.
Periksalah apakah :
19
a. Periksalah karet Pb, yang digunakan untuk meyakinkan tidak adanya sinar-x
yang tembus ketika melakukan pemeriksaan (terutama pada eksposi yang
dekat organ/ daerah sensitive). Jika karet timbale yang digunakan tidak cukup
tebal, maka gunakan karet timbal yang lebih tebal sehingga tidak timbul kabut
pada film.
b. Apron / pelindung Pb. Periksalah apron untuk meyakinkan bahwa tidak ada
bagian yang rusak, ingat bahwa bila apron yang digunakan terdapat celah
atau renggang yang kecil sekalipun maka tetap harus dilakukan perbaikan
atau pemindahan letak bagian yang rusak tersebut. Lipatan dapat ditekan dan
ditempel dengan lem perekat untuk menghindari terjadinya berbagai pecahan
pada karet Pb. Jika bagian yang rusak ini telah diperbaiki, hendaknya
diperiksa dengan menggunakan sinar-x apakah masih terdapat kebocoran
radiasi.
20
BAB VIII
PROTEKSI RADIASI
Upaya untuk melindungi pekerja radiasi serta masyarakat umum dari ancaman
bahaya radiasi dapat dilakukan dengan cara :
2. Tebal Dinding
Tebal dinding suatu ruangan radiasi sinar-x sedemikian rupa sehingga penyerapan
radiasinya setara dengan penyerapan radiasi dari timbal setebal 2 mm. Tebal
dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc adalah 15 cm.Tebal
dinding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm.
21
sedang aktif. Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk
mencegah bahaya paparan radiasi terhadap orang lain di sekitar ruangan
pemeriksaan rontgen.
Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai luar. Bila ada jendela
yang letaknya kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi yang setara dengan
2 mm timbal dan jendela tersebut harus ditutup ketika penyinaran sedang
berlangsung. Jendela pengamat diruang operator harus diberi kaca penahan radiasi
minimal setara dengan 2 mm timbal.
4. Paparan Radiasi
Besarnya paparan radiasi yang masih dianggap aman di ruangan radiasi dan
daerah sekitarnya tergantung kepada pengguna ruangan tersebut. Untuk ruangan
yang digunakan oleh pekerja radiasi besarnya paparan 100 mR/minggu. Untuk
ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi besarnya paparan 10
mR/minggu.
3. Pesawat radiasi
a. Kebocoran tabung
Tabung pesawat rontgen ( tube ) harus mampu menahan radiasi sehingga radiasi
yang menembusnya tidak melebihi 100 mR per jam pada jarak 1 meter dari focus
pada tegangan maksimum
b. Filter
Filter radiasi harus terpasang pada setiap tabung pesawat rontgen
22
d. Peralatan flouroskopi
Tabir fluoroskopi harus mengandung gelas timbale dengan ketebalan yang
setara dengan 2 mm timbale untuk pesawat rontgen berkapasitas maksimum 100
kV atau 2, 5 mm timbal untuk pesawat rontgen berkapasitas maksimum 150 kV.
Karet timbal yang digantungkan pada sisi tabir fluoroskopi harus mempunyai
ketebalan setara dengan 0,5 mm timbale dengan ukuran 45 x 45 cm.
4. Pemeriksaan kesehatan
Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala
sedikitnya sekali dalam setahun
D : dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi
selama masa kerjanya . N : Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan
dalam tahun.
23
c. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua yang tidak berkepentingan berada
di luar ruangan pemeriksaan, sedangkan petugas berada di ruang operator
Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai kebutuhan
d. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto
e. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak
menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan
f. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin
gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk
membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus
memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbale serta menghindari
berkas sinar langsung dengan cara berdiri di samping berkas utama.
g. Pemeriksaan radiology tidak boleh dilakukan tanpa permintaan dari dokter.
24
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
25
b. Membuat pedoman dan menyusun standar - standar
Agar pelayanan bermutu tinggi dapat diberikan konsisten, organisasi harus
menjabar kan tujuan progam-progam dan sasarannya kedalam prosedur
operasional. Dalam arti luas,standar adalah suatu pelayanan tentang mutu yang
diharapkan. Dalam maksud ini adalah petunjuk praktis atau protokol klinik prosedur
administrasi atau prosedur peranational standar (Stndards operating procedure).
1. Seleksi indicator
2. Menyusun ambang batas (Threshold)
3. Menyeleksi sumber informasi
4. Mendesain suatu system untuk mengumpulkan dan kompilasi data
5. Melaksanakan kegiatan-kegiatan monitoring
e. Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi peluang untuk peningkatan.
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dinilai dari identifikasi masalah mutu
dan mencari peluang peningkatan. Langkah- langkahnya :
1. Identifikasi masalah.
2. Identifikasi area potensial untuk peningkatan.
3. seleksi area yang dibutuhkan untuk perbaikan.
4. keputusan oleh ahlinya
5. voting
6. dengan matrix
f. Menetapkan masalah dan operasionalisasinya.
Tujuannya adalah untuk menyatakan secara jelas masalah yang dimaksudkan.
Langkah- langkahnya :
1. menguraikan masalah.
2. Menetapkan batasan- batasan masalah.
3. Verifikasi bahwa statement tidak masalah menempatkan atau menyatakan
secara tidak langsung penyebab atau solusi.
g. Memilih tim : identifikasi siapa yang seharusnya bekerja.
26
h. Menetapkan tim kecil untuk mengatasi masalah- masalah tertentu.
1. identifikasi mereka yang terlibat.
2. menyusun tim.
3. membuat prosedur kerja tim
i. Analisa masalah dan identifikasi penyebab masalah.
Menganalisa dan mempelajari masalah untuk identifikasi penyebab masalah,
mengumpulkan dan analisis data untuk memahami masalah aslinya dan prinsipnya
dan identifikasi akar penyebab masalahnya. Focus analisis masalah dan
penyebabnya :
27
1) Memastikan bahwa teknik radiografi yang digunakan tepat dan penanganan film
yang dilakukan benar
2) Memastikan bahwa perlengkapan radiografi yang digunakan dalam kondisi baik
dan standar
3) Memastikan bahwa pemilihan jenis film yang digunakan tepat
c. Prosedur Pelaksanaan Reject Analysis Film:
Lakukan survei terhadap :
1) Jumlah film yang belum terekspose di ruang processing termasuk yang ada
didalam kaset
2) Jumlah film yang belum terekspose di masing-masing kamar pemeriksaan
3) Tentukan jumlah dari film yang di reject untuk masing-masing kategori,antara lain :
a. Over eksposure
b. Under eksposure
c. Positioning
d. Motion
e. Processing
f. Equipment
4) Masing-masing ruang mencatat jumlah film yang digunakan dan jumlah film yang
ditolak
5) Tim analisis melakukan pengumpulan data dari masing-masing ruangan
seminggu sekali, film yang ditolak disortir dan dilakukan kategorisasi (jika
memungkinkan dilakukan identifikasi pada setiap pemeriksaan).
d. Batasan - batasan radiograf (gambar radiografi yang diterima):
1) Angka reject tidak melebihi 10%
2) Ideal nya dibawah 5% tergantung tidak hanya program QC yang baik tetapi
juga laporan yang ideal diantara radiografer dan radiolog
3) Jika total reject > 10% maka yang diharapkan harus melakukan QC program
yang baik
Ruang Radiologi RSUD Kabupaten Raja Ampat menggunakan standar reject ≤
2%
28
2) Kesalahan penolakan film akibat kesalahan peralatan (tools eror)
Penyebab penolakan film akibat alat adalah akibat kurang berfungsinya
alat yang digunakan dalam radiologi, seperti pesawat rontgen yang tidak stabil
karena ada hambatan pada tegangan.Processing otomatis yang macet atau
roller processing yang kasar sehingga manyebabkan film tergores. Kaset dan IS
yang kotor, marker yang menutupi organ.
29
BAB IX
PENUTUP
30