Anda di halaman 1dari 36

PEDOMAN PELAYANAN

RUANG RADIOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan YME, atas segala rahmat yang telah
dikaruniai akan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan Buku
Pedoman Pelayanan Ruang Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Raja Ampat.

Buku Pedoman Pelayanan Ruang Radiologi Ini merupakan pedoman


bagi tenaga radiologi dalam memberikan pelayanan pada pasien radiologi.

Dalam buku pedoman ini diuraikan tentang standar ketenagaan,


standar fasilitas, tata laksana pelayanan, logistik, keselamatan pasien,
keselamatan kerja, pengendalian mutu di Ruang Radiologi.

Diharapkan dengan adanya buku ini dapat meningkatkan mutu


pelayanan di ruang radiologi dan digunakan sebagai acuan dalam
melaksanakan tugas pelayanan radiologi.

Tidak lupa penyusun menyampaikan terimakasih yang sedalam-


dalamnya atas bantuan semua pihak dalam menyelesaikan Buku Pedoman
Pelayanan Ruang Radiologi.

Kami sangat menyadari banyak terdapat kekurangan-kekurangan


dalam buku ini. Kekurangan ini secara berkesinambungan akan terus
diperbaiki sesuai dengan tuntunan dalam pengembangan rumah sakit ini.

Waisai, 01 September 2018

Kepala Ruang Radiologi RSUD


Kabupaten Raja Ampat

Jayanti Attas,Amd.Rad
Nip19771127 200412 2 001

ii
PEMERINTAH KABUPATEN RAJA AMPAT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN RAJA


AMPAT
Jln.JenderalBasukiRahmat, Warmasen, WaisaiKota, RajaAmpat, Papua Barat 98481

Telepon (0951) 3173358, e-mail: rsudr04@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN


RAJA AMPAT

NOMOR :800/PED- 083/RSUD-RA/IX/2018

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN RUANG RADIOLOGI

Disusun Oleh :

( Jayanti Attas,Amd.Rad)
Nip.19771127 200412 2 001

DisetujuiOleh :

Naharuddin Abbas,S.Si.Apt
NIP. 19800427 200801 1 016

DitetapkanOleh :

Dr. AGUS HARIYANTO, SpB


NIP. 19790830 2008011016

iii
PEMERINTAH KABUPATEN RAJA AMPAT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT


Jln.JenderalBasukiRahmat, Warmasen, WaisaiKota, RajaAmpat, Papua Barat 98481

Telepon (0951) 3173358, e-mail: rsudr04@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT


NOMOR :800/PED- 083/RSUD – RA/IX/2018

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN RUANG RADIOLOGI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT,


Menimbang : a. Bahwa untuk menjamin dan mewujudkan ketertiban dan
keselamatan dalam penyelenggaraan pelayanan radiologi,
maka perlu dibuat Pedoman Pelayanan Radiologi;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a,
perlu ditetapkan Pemberlakuan Pedoman Pelayanan
Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja
Ampat.
c. bahwa penetapan Pemberlakuan Pedoman Pelayanan
Radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja
Ampat sebagaimana tersebut pada huruf b, perlu
ditetapkan dan diatur dengan Keputusan Direktur.

Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 1441 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1014/Menkes/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan
Radiologi di Sarana Pelayanan Kesehatan
4. Peraturan Bupati Raja Amapat Nomor 19 Tahun 2017

iv
tentang kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok
dan Fungsi Serta Tata Kerja Perangkat Daerah Dinas
Kesehatan Kabupaten Raja Ampat.
5. Peraturan Bupati Raja Ampat Nomor 58 Tahun 2017
tentang kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok
dan Fungsi Serta Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah (
RSUD ) Kabupaten Raja Ampat.

MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:

KESATU : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Radiologi di Rumah


Sakit Umum Daerah Kabupaten Raja Ampat.

KEDUA : Pedoman ini berlaku sebagai acuan dalam mewujudkan


ketertiban dan keselamatan dalam penyelenggaraan
pelayanan radiologi di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Raja Ampat.

Ditetapkan di Waisai
pada tanggal 01 September 2018

DIREKTUR RSUD
KABUPATEN RAJA AMPAT,

Dr.AGUS HARIYANTO,SpB
Nip.197908302008011016

v
Daftar Isi

PENDAHULUAN............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Ruang Lingkup ....................................................................................... 1
C. Batasan Operasional .............................................................................. 1
D. Landasan Hukum ................................................................................... 2
STANDAR KETENAGAAN ............................................................................... 3
A. Kualifikasi sumber daya manusia ........................................................... 3
B. Distribusi Ketenagaan ............................................................................ 3
STANDAR FASILITAS ...................................................................................... 6
A. Denah ruang .......................................................................................... 6
B. Standar fasilitas...................................................................................... 7
TATA LAKSANA PELAYANAN ......................................................................... 8
LOGISTIK ....................................................................................................... 12
KESELAMATAN PASIEN .............................................................................. 15
A. Pengertian............................................................................................ 15
B. Tujuan .................................................................................................. 15
C. Tata laksana keselamatan pasien ........................................................ 16
KESELAMATAN KERJA ................................................................................. 17
PROTEKSI RADIASI ...................................................................................... 21
PENGENDALIAN MUTU ................................................................................ 25
PENUTUP ...................................................................................................... 30

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan radiologi sebagai acuan yang terintegrasi dari pelayanan
kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang-Undang
Dasar 1945 dimana kesehatan adalah hak fundamental setiap rakyat dari amanat
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Bertolak dari hal
tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah selayaknya memberikan pelayanan
yang berkualitas.

Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi diagnostik


khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti
puskesmas, klinik-klinik swasta, dan rumah sakit. Dengan adanya perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini telah memungkinkan
berbagai penyakit dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologi diagnostik
yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi pengion dan non pengion.Dengan
berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang
cukup pesat, baik dari peralatan maupun metodenya.

Ruang Radiologi RSUD Kabupaten Raja Ampat sebagai rumah sakit di


lingkungan pemerintah Kabupaten Raja Ampat memberikan pelayanan radiologi
diagnostik. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan radiologi khususnya
radiologi diagnostik , maka perlunya dibuat buku pedoman pelayanan Ruang
Radiologi sebagai acuan bagi sarana pelayanan kesehatan dalam melakukan
pelayanan Radiologi diagnostik yang menyeluruh dan berkualitas.

B. Ruang Lingkup
Pelayanan Radiologi diagnostik di Ruang Radiologi RSUD Kabupaten Raja
Ampat adalah pelayanan untuk melakukan diagnostik dengan menggunakan radiasi
dengan peralatan X-Ray Mobile.

C. Batasan Operasional
Beberapa hal yang berkaitan dengan standar operasional pelayanan radiologi
antara lain :
1. pelayanan 24 jam
2. waktu tunggu hasil pelayanan foto 2 jam
3. pelaksanaan ekspertisi oleh dokter spesialis Radiologi
4. kejadian kegagalan akibat kerusakan foto ≤ 2 %
5. kepuasan pelanggan ≥ 80 % .

1
D. Landasan Hukum
1. UU No. 23 tahun 1992, tentang Kesehatan
2. PP RI No. 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan
Standar Pelayanan Minimal
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 61 / Menkes / SK/ 1 /2004 tentang
Pedoman Penyusunan Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan di
Propinsi, Kabupaten / kota dan Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228 / Menkes/ SK/III/ 2002 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yang Wajib
Dilaksanakan Daerah
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1575 / Menkes / SK / II / 2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah sakit
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang
Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi sumber daya manusia


Standar ketenagaan ditentukan berdasarkan pada beberapa hal, yaitu:

1. Jenis sarana kesehatan


2. Kemampuan / kompetensi
3. Beban kerja
4. Jumlah pesawat
Jenis dan jumlah tenaga yang dibutuhkan dalam ruang radiology diagnostic
digolongkan berdasarkan jenis sarana pelayanan kesehatannya, yaitu :
1. Rumah Sakit kelas A atau setara
2. Rumah Sakit kelas B atau setara
3. Rumah sakit kelas C atau setara
4. Rumah Sakit kelas D atau setara
5. Puskesmas Perawatan Plus dan sarana kesehatan lain selain rumah sakit
Rumah Sakit dengan standar kelas D. Standar ketenagaannya meliputi :

Tabel 4. Standar Ketenagaan Di Ruang Radiologi

Rumah Sakit Umum Daerah Kelas D Kabupaten Raja Ampat

JENIS TENAGA PERSYARATAN JUMLAH

Spesialis Radiologi Memiliki MOU Kerja sama 1 orang

Radiografer Minimal D III memiliki STR 2 orang

Petugas Proteksi Radiasi Tingkat II memiliki SIB 2 orang


(PPR) Medik

Tenaga Administrasi SMU / Sederajat -

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan yang ada di Ruang Radiologi RSUD Kabupaten Raja
Ampat disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing pekerja.

Tugas pokok masing-masing jenis tenaga adalah :

1. Dokter Spesialis Radiologi

3
a. Menyusun dan mengevaluasi secara berkala SOP tindak medis radiologi, imejing
diagnostic serta melakukan revisi bila perlu
b. Melaksanakan dan mengevaluasi tindak radiodiagnostik, imejing diagnostic
sesuai yang telah ditetapkan dalam SOP
c. Melakukan pembacaan terhadap hasil pemeriksaan radiologi
d. Memberikan layanan konsultasi terhadap pemeriksaan yang akan dilaksanakan.
e. Menjamin pelaksanaan seluruh aspek proteksi radiasi terhadap pasien.
f. Menjamin bahwa paparan pasien serendah mungkin untuk mendapatkan citra
radiografi yang seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan tingkat panduan
paparan medik
g. Mengevaluasi kecelakaan radiasi dari sudut pandang klinis
h. Meningkatkan kemampuan diri sesuai perkembangan IPTEK Radiologi
2. Radiografer
a. Mempersiapkan pasien dan peralatan untuk pemeriksaan dan pembuatan foto
radiologi
b. Memposisikan pasien sesuai dengan teknik pemeriksaan
c. Mengoperasionalkan peralatan radiologi sesuai SOP.
d. Melakukan kegiatan processing film atau Proses Pengambilan foto pasien
melalui Medical Image Digitizer CR/ Proses Transfer Image ke komputer.
e. Memberikan proteksi terhadap pasien, dirinya sendiri dan masyarakat di sekitar
ruang pesawat sinar-X
f. Menerapkan teknik dan prosedur yang tepat untuk meminimalkan paparan yang
diterima pasien sesuai kebutuhan
g. Merawat dan memelihara alat pemeriksaan radiologi secara rutin

3. Tenaga PPR
a. Membuat program Proteksi dan Keselamatan Radiasi
b. Memantau aspek operasional program Proteksi dan Keselamatan Radiasi
c. Memastikan ketersediaan dan kelayakan perlengkapan Proteksi Radiasi, dan
memantau pemakaiannya
d. Meninjau secara sistematik dan periodic, program pemantauan di semua tempat
di mana pesawat sinar-x digunakan
e. Memberikan konsultasi yang terkait dengan Proteksi dan Keselamatan radiasi
f. Berpartisipasi dalam mendesain fasilitas Radiologi
g. Memelihara Rekaman
h. Mengidentifikasi kebutuhan dan mengorganisasi kegiatan pelatihan
i. Melaksanakan latihan penanggulangan dan pencarian keterangan dalam hal
kedaruratan
j. Melaporkan kepada Pemegang Izin setiap kejadian kegagalan operasi yang
berpotensi kecelakaan radiasi

4
k. Menyiapkan laporan tertulis mengenai pelaksanaan program Proteksi dan
Keselamatan Radiasi, dan verivikasi keselamatan yang diketahui oleh Pemegang
Izin untuk dilaporkan kepada kepala BAPETEN
4. Tenaga Administrasi
Melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan pemeriksaan yang dilakukan
di ruang pelayanan

5
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah ruang
Persyaratan lokasi ruang radiologi antara lain mudah dicapai,
berdekatan dengan instalasi gawat darurat, laboratorium, ICU, dan instalasi
bedah sentral.

Adapun denah ruang radiologi RSUD Kabupaten Raja Ampat berdekatan


dengan :

a. A = Depan : Hall
b. B = Samping Kiri : Tanah Kosong
c. C = Samping Kanan : Hiperbarik
d. D = Belakang : Tanah Kosong

Denah Ruang Radiologi:

6
B. Standar fasilitas
Standar fasilitas ruang radiologi disesuaikan dengan jenis kelas rumah
sakit. Untuk RSUD dengan tipe kelas D,

Adapun fasilitas peralatan dan perlengkapa radiologi yang ada diruang radiologi
RSUD Kabupaten Raja Ampat sebagai berikut ;

NO PERALATAN KELENGKAPAN JUMLAH KET

1 Mobile X-Ray Punya 2 tuas


tungkai tube agar
pergerakan dapat
1 Tersedia
leluasa. Kekuatan
30-100 KV,
minimal 100mA.

2 Telemedizine ( CR ) Computer, Printer


1 Tersedia

3. Peralatan Proteksi Lead Apron 0,25 –


4 Tersedia
Radiasi 0,5 mm Pb

4. Perlengkapan Proteksi
TLD 3 Tersedia
Radiasi :

5. Viewing Box Double 1 Tersedia

7
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Pendaftaran pemeriksaan
Pendaftaran pemeriksaan radiologi dilakukan di loket pendaftaran

sesuai dengan protap-protap alur pemeriksaan pasien yang meliputi :

1. Alur pelayanan radiologi penderita rawat jalan yang terdiri dari :

a. Pasien umum

b. Pasien BPJS / KIS

2. Alur pelayanan radiologi untuk penderita rawat inap

3. Alur pelayanan radiologi untuk penderita Unit Gawat Darurat

Prosedur Pasien Umum :

1. Pasien datang ke loket administrasi radiologi dengan membawa surat


permintaan pemeriksaan dari Poliklinik ( Dokter Umum, Penyakit Dalam,
Bedah, Anak dll )
2. Petugas loket menerima surat permintaan pemeriksaan, mencatat
identitas pasien, nomor registrasi, jenis pemeriksaan kemudian
dibuatkan rincian biaya pemeriksaan untuk dibayarkan di kasir
3. Berkas pasien diserahkan kepada radiographer di ruang pemeriksaan
4. Radiografer melakukan pemotretan sesuai dengan permintaan
5. Hasil pemeriksaan radiologi setelah dibuatkan expertise oleh dokter
radiologi diberikan ke pasien sehari setelah pemeriksaan ( Besok ) pada
jam keja.

Prosedur Pasien BPJS / KIS:

1. Pasien datang ke loket administrasi radiologi dengan membawa surat


permintaan pemeriksaan dari dokter.
2. pasien diminta mendaftarkan ke loket BPJS/Askes apabila belum
terdaftar di loket Askes
3. Apabila sudah terdaftar maka langsung dibuatkan berkas-berkas
pasien dengan melengkapi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Rujukan asli + foto kopi rujukan
b. Foto kopi kartu peserta askes/BPJS
c. Bagi anak yang telah berusia 21 sampai dengan 25 tahun ( yang
masih kuliah ) harus melampirkan foto kopi kartu mahasiswa

8
4. Pasien diminta untuk menunggu giliran pemeriksaan, berkas pasien di
serahkan ke radiographer
5. Radiografer membuat pemotretan sesuai dengan pemeriksaan
6. Hasil pemeriksaan radiologi setelah dibuatkan expertise oleh dokter
radiologi diberikan sehari setelah pemeriksaan ( Besok ) pada jam
kerja.

Prosedur Pelayanan Radiologi untuk penderita rawat inap

1. Pasien / pengantar datang ke loket administrasi radiologi dengan membawa


surat perintah pemeriksaan dari dokter yang merawat
2. Petugas loket radiologi menerima surat pemeriksaan, mencatat identitas
pasien, nomor register dan jenis pemeriksaan yang diminta
3. Pasien yang tidak memerlukan persiapan langsung diantar ke kamar
pemeriksaan dengan berkas permintaan pemeriksaan fotonya dan dilakukan
pemotretan
4. Pasien dapat langsung dibawa ke ruang rawat inap kembali sementara hasil
expertise diambil sehari setelah pemeriksaan ( besok ) oleh petugas ruangan
tempat perawatan pasien.

B. Persiapan Pemeriksaan
Persiapan pemeriksaan di radiologi meliputi persiapan pasien dan persiapan
peralatan.

C. Pelaksanaan Pemeriksaan
Surat permintaan radiologi yang telah diregistrasi oleh petugas administrasi
diterima radiographer. Kemudian meyakinkan bahwa pasien yang akan difoto
adalah sesuai dengan surat permintaan foto. Sebelum dilaksanakan pemeriksaan
dicatat terlebih dahulu pada buku register. Setelah itu menyiapkan kaset dan
asesoris yang sesuai dengan jenis pemeriksaan. Kemudian menyiapkan pasien
dengan baju pemeriksaan. Bila pemeriksaaan mengharuskan pasien berganti baju.
Melepas perhiasan atau benda yang dapat mengganggu foto dan memberitahu
kepada pasien apa yang akan difoto. Setelah selesai dengan persiapan-persiapan itu
kemudian melakukan posisioning sesuai dengan jenis pemeriksaan foto. Kemudian
mengatur factor eksposi (kV, mA, S) dan siap diekspose. Setelah selesai ekspose,
pemeriksaan selesai, untuk pasien rawat inap dipersilahkan untuk kembali ke
ruangan dan dari polik kembali ke dokter pengirim untuk tindak lanjut pemeriksaan.
Selama pemeriksaan petugas memperhatikan aspek proteksi radiasi, sebagai
perlindungan keselamatan radiasi bagi pasien dan petugas pekerja radiasi.

D. Pemprosesan film
Pemprosesan film dilakukan dengan CR (computed radiography). Sebelum
digunakan terlebih dahulu peralatan pemrosesan film harus dinyalakan sesuai
dengan prosedur yang sudah ditetapkan.

9
Langkah- langkah pemrosesan film rontgen dengan CR :

1. Lakukan registrasi pasien yang difoto


2. Ambil kaset khusus CR yang belum diekspose
3. Lakukan pemeriksaan sesuai permintaan roentgen
4. Ambil kaset khusus CR yang sudah diekspose
5. Masukkan kaset pada tempat kaset di CR agar terdeteksi
6. Keluarkan kaset bila tampilan roentgen di monitor sudah selesai
7. Lakukan pengeditan dan pencetakkan gambar rontgen:
a) Masuk ke dalam software pemroses gambar pada komputer workstation
b) Klik kolom date/tanggal, pilih today kemudian refresh
c) Pilih identitas pasien yg akan kita edit gambarnya
d) Saat muncul jendela Patient Mini Archive, klik print preview pada toolbar
e) Klik dan drag gambar dari Patient Mini Archive ke dalam kolom print
preview
f) Tutup jendela Patient Mini archive agar tidak menutupi jendela
printpreview
g) Lakukan Editing pada gambar di jendela print preview (kontras,
brightness, ketajaman, zoom in/out, marker,layout)
h) Setelah gambar diedit dan sesuai dengan gambar yg sesuai, klik toolbar
print
i) Tunggu film keluar dari print

E. Pemberian expertise
1. Foto/image dari hasil pemeriksaan diterima oleh dokter Spesialis radiologi
melalui Via WA
2. Foto/image layak diexpertise, criteria foto layak expertise adalah sebagai berikut :
a) Tidak ada yang terpotong
b) Kontras film optimal
c) Identitas pasien ada (nama, jenis kelamin, tanggal/umur)
3. Ada Nama, tanggal, nomor RM, marker L/R
4. Observasi secara detail dari cranial-caudal, superior-inferior, anterior-posterior,
aspek basis, lateral medial, proximal-distal. Tentang kemungkinan-kemungkinan
kelainan/perubahan kontras dan anatomis yang dapat terjadi pada foto-foto
5. Foto / image yang telah dinilai layak diexpertise, dibuatkan deskripsi yang berisi
tentang uraian lengkap mengenai gambaran radiologis yang ditemukan pada foto
/ image serta resume kesan yang merupakan hasil expertise.
6. Dokter spesialis radiologi mendokumentasikan expertise dari setiap
pemeriksaan dan mencetaknya untuk diberikan kepada radiografer melalui Email
dan di teruskan ke dokter pengirim.
Pemberian expertise atau bacaan roentgen dilakukan oleh dokter spesialis
radiology setiap hari sesuai dengan jam kerja yaitu dari jam 08.00 – 15.00 atau

10
dalam waktu 1 x 24 jam. Di luar jam kerja expertise dapat dilakukan khusus untuk
pasien yang segera membutuhkan hasil radiograf ( cito ), seperti pasien dari
ruangan, IGD, Bedah, maupun ICU.

F. Penyerahan hasil
Setelah pemeriksaan rontgen selesai, pasien rawat inap dipersilahkan kembali
ke ruangan dan pasien dari polik atau rawat jalan d persilahkan kembali k dokter
pengirim untuk d tindak lanjuti, Selanjutnya foto rontgen di kirim lewat Via WA ke
dokter radiologi untuk diberikan bacaan / expertise. Foto-foto rontgen yang sudah
diexpertise dipisahkan dari pasien rawat inap dan pasien rawat jalan. Kemudian
dipisahkan jawaban yang asli dan jawaban dalam bentuk kopiannya, yang asli
dimasukan ke dalam amplop film bersama dengan film untuk diberikan kepada
pasien yang mengambil hasil pemeriksaan radiologi, sedangkan kopiannya
disimpan secara teratur menurut nomor registrasi hal ini untuk memudahkan apabila
pasien ingin mengambil hasil pemeriksaannya akibat kehilangan atau rusak dan atau
lainnya sebab yang menyebabkan hasil ekspertisenya diperlukan kembali.

Untuk pengambilan hasil dapat dilakukan di dalam jam kerja ( 08.00 s/d
15.00). Untuk pasien rawat inap hasil diambil oleh perawat ruangan dengan terlebih
dahulu mengisi data di dalam buku pengambilan. Untuk pasien rawat jalan hasil
diambil baik oleh pasien atau keluarga pasien yang dibuktikan dengan kwitansi atau
tanda bukti lain seperti surat jaminan pelayan BPJS / Kartu Indonesia Sehat.

G. Janji Hasil Radiologi


Hasil pemeriksaan radiologi harus sudah diterima sesuai dengan janji hasil
sebagai berikut:
JANJI HASIL

NO JENIS PEMERIKSAAN CITO TIDAK CITO

Kurang dari 1 2 Jam


1 Foto Polos
jam

11
BAB V
LOGISTIK

A. Perencanaan
Perencanaan pengelolaan ruangan radiologi dimulai pada saat minimal 15 menit
sebelum dilakukan pelayanan radiografi. Pengelolaan ruangan radiologi terbagi
menjadi :

1. Pengelolaan di Ruang Penerimaan Pasien


2. Pengelolaan Ruang Logistik radiologi
3. Pengelolaan Ruang Radiasi ( pemeriksaan radiologi )
4. Pengelolaan Ruang Dokter Spesialis Radiologi
5. Ruang Pengambilan hasil Pemeriksaan Radiologi
Perencanaan pengelolaan ruangan radiologi menjadi sangat penting, kesiapan
perencanaan yang baik akan menyebabkan pelayanan pemeriksaan radiologi tepat
waktu dan semakin baik dari praradiasi sampai post radiasi yang berakhir pada
pemberian hasil pemeriksaan radiologi.

B. Pelaksanaan
1. Pengelolaan di Ruang Penerimaan Pasien
a. Pasien Rawat Jalan dan rawat inap Non Perjanjian
b. Kesiapan Buku register
c. Kesiapan Labeling
d. Kesiapan Kwitansi yang beregister
e. Kesiapan Peralatan dengan system komputerisasi
2. Ruang Logistik Radiologi
Untuk memperlancar kegiatan pelayanan di ruang Radiologi, telah disusun Tata
cara dalam pengadaan barang medis dan non medis di Ruang Radiologi,
sebagai berikut :

a. Membuat perencanaan keperluan barang bulanan


b. Meminta persetujuan Kepala Ruang Radiologi ditujukan kepada Instalasi
Farmasi untuk bahan medis dan Sub Bagian perlengkapan dan Rumah
Tangga untuk bahan non medis
Pengadaan film di Ruang Radiologi memakai tata cara seperti pengadaan
barang medis dan non-medis lainnya. Tata cara penyimpanan film memakai tata cara
sebagai berikut :

a. Film rontgen harus terhindar dari kerusakan fisik yang dapat dilakukan dengan
cara :
 Saat menerima film box film harus dicek untuk memastikan box dalam
keadaan baik.
 Menghandle box dengan hati-hati

12
 Rak penyimpanan film memiliki ketinggian antara 30-160 cm
 Letakkan box secara vertikal dan pastikan tidak ada bagian box
yangmenerima tekanan terberat
 Box film besar diletakkan di bawah
 Ukuran lebar rak cukup untuk memamsukkan film.

b. Temperatur : 20 - 25°C (Pakai AC selama 24 jam).


c. Kelembaban : 50 - 60 %
d. Ventilasi : Sirkulasi udara harus baik.
e. Jarak antara rak atas dengan rak dibawahnya cukup lapang.
f. Tata letak kotak film tidak ditumpuk satu sama lain (berdiri tegak dan berjejer
kesamping).
g. Tidak terkena cahaya matahari.
h. Tidak bercampur dengan penyimpanan bahan kimia.
i. Aman dari radiasi sinar-X.
j. Pemakaian didahulukan pada film yang mempunyai waktu kadaluarsa yang
hampir habis,
Berikut langkah-langkah dalam pemenuhan kebutuhan Alkes / alat
kesehatan di radiologi RSUD Kabupaten Raja Ampat :

a. Mendata kebutuhan alat/bahan yang dibutuhkan dalam Buku


permintaan barang
b. Mengajukan data alat/bahan tersebut ke gudang melalui Kasie
Pelayanan
c. Setelah disetujui dan digudang alat/bahan tersedia, alat yang
dibutuhkan dapat diambil
d. Mencatat semua alat baru ke dalam buku inventaris alat
3. Ruang Radiasi / Pemeriksaaan Radiologi
Ruang pemeriksaan radiologi merupakan pusat pelayanan dimana
pasien diperiksa secara radiologi dengan pesawat radiologi Mobile. Dengan
banyaknya variasi pemeriksaan radiologi maka kesiapan petugas khususnya
dokter spesialis radiologi dan radiografer, tentu saja alat-alat dan atau pesawat
radiologi telah siap dan laik pakai sesuai dengan SOP yang telah tersedia.
Kesiapan yang perlu untuk melakukan pemeriksaan adalah antara lain :

a. Pesawat sudah terkalibrasi.


b. Sudah dilakukan pemanasan ( Warming up ) sesuai SOP
c. Tersedia Apron dengan ketebalan setara dengan 0,25-0,5 mm Pb,
Thyroid shield.
d. Kontak film screen dengan jenis dan ukuran yang diperlukan sesuai
dengan pemeriksaan yang akan dilakukan
e. Marker R / L

13
f. Peralatan medik radiologi lainnya untuk keperluan pemeriksaan yang
akan dilakukan
Keterampilan dokter spesialis radiologi dalam melakukan pemeriksaan
dan keterampilan radiografer dalam mengatur parameter-parameter radiografi
sangat menetukan tingkat keberhasilan pemeriksaan radiologi yang dilakukan
dan produk layanan radiologi dalam bentuk foto-foto radiografi yang sesuai
dengan kriteria imejing.

4. Ruang Pembacaan foto


Pada Ruang pembacaan foto selain foto-foto yang sudah selesai dibuat
dan diidentifikasi sesuai dengan nomor rekam medik berikut amplopnya ,
disiapkan viewing Box yang bersih dari noda dan dilengkapi dengan lampu neon
dengan tingkat kecerahan yang memadai. Hal ini dibutuhkan selain untuk
memeriksa dan menganalisa foto2 untuk dibuat ekspertise. Perlengkapan
lainnya adalah komputer dan printer untuk membuat / mencetak lembar hasil
radiologi. Semua film dan lembar jawaban (ekspertise) dimasukan kedalam
amplop film yang sudah disediakan dan telah diberi identitas sesuai dengan
rekam medis yang telah dibuat sebelumnya.

5. Ruang pengambilan hasil pemeriksaan


Semua film yang telah diekspertise dipisahkan jawaban yang asli dan
jawaban dalam bentuk kopiannya, yang asli dimasukkan ke dalam amplop film
bersama dengan film untuk diberikan kepada pasien yang mengambil hasil
pemeriksaan radiologi, sedangkan kopiannya disimpan secara teratur menurut
nomor registrasi hal ini untuk memudahkan apabila pasien ingin mengambil
hasil pemeriksaannya akibat kehilangan atau rusak dan atau lainnya sebab
yang menyebabkan hasil ekspertisenya diperlukan kembali.

C. Monitoring dan evaluasi


Semua kegiatan pelayanan yang dilakukan selalu di dalam pengawasan
radiografer yang di tugaskan biasanya radiografer senior. Petugas tersebut setiap
harinya setelah selesai pemeriksaan harus mengkolekting semua laporan kegiatan
pelayanan dari setiap ruangan dan dicatat dalam buku laporan. Adapun isi
laporannya adalah antara lain :

1. Jumlah pasien yang datang


2. Jumlah pasien Rawat inap yang dilakukan pemeriksaan
3. Jumlah pasien rawat jalan yang dilakukan pemeriksaan
4. Jumlah Pemakaian film sesuai dengan ukuran
5. Jumlah Pembayaran tunai
6. Jumlah pembayaran dengan BPJS
7. Jumlah pembayaran dengan Jamsostek

14
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Pengertian Keselamatan pasien di Rumah Sakit adalah system (tatanan)
pelayanan dalam suatu Rumah Sakit yang memberikan asuhan pasien agar pasien
menjadi lebih aman. Termasuk di dalamnya: mengukur risiko; identifikasi dan
pengolahan risiko terhadap pasien; pelaporan dan analisis insiden; kemampuan
untuk belajar dan menindak lanjuti insiden serta menerapkan solusi untuk mencegah,
mengurangi serta meminimalkan risiko.

B. Tujuan
Tujuan keselamatan pasien adalah terciptanya budaya keselamatan pasien di
rumah sakit, meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat, Menurunnya Kejadian Tidak diharapkan di rumah sakit, terlaksananya
program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian Tidak
Diharapkan (KTD).

Dengan meningkatnya jumlah sentra dan fasilitas pelayanan radiologi maka


dimungkinkan semakin meningkatnya jumlah pasien yang dilakukan pemeriksaan sehingga
tidak dapat dipungkiri bahwa semakin banyak jumlah pasien yang menerima radiasi dan
kemungkinan semakin besar peluang terjadinya KTD. Oleh sebab itu diharapkan petugas
kesehatan harus semakin hati-hati untuk tidak menambah penderitaan pasien dengan terjadinya
KTD. Kejadian tidak diinginkan yang mungkin timbul pada proses pelayanan radiologi diagnostic
antara lain dapat disebabkan oleh :

1. Pada saat menerima surat permintaan pemeriksaan radiologi


a. Kurang/tidak teliti dalam mengidentifikasi pasien
b. Kurang paham klinis yang membuat kesalahan pembuatan foto.
c. Tidak bertanya apakah pasien hamil atau tidak ( wanita subur )
2. Pada saat dilakukan pemeriksaan.
a. Saat memindahkan pasien ke meja pemeriksaan terlalu banyak memanipulasi obyek
b. Memakai peralatan kurang steril
c. Pengulangan pemeriksaan
 Salah penyudutan arah sinar
 Salah sentrasi
 Under dan uppereksposure
 Tidak ada marker
 Kesalahan tindakan medic oleh resident/radiolog
 Salah positioning
d. Kesalahan pesawat yang disebabkan
 Tidak dikalibrasi secara rutin

15
 Tidak adanya kegiatan QC peralatan radiologi.
 Tidak dimiliki alat-alat QC radiologi
3. Sesudah pemeriksaan
a. Tindakan setelah pemeriksaan ( Intervensional )
b. Efek radiasi ( dosis tinggi Intervensional )

C. Tata laksana keselamatan pasien


Modalitas dengan sumber Radiasi Sinar-X
a. Hindari manipulasi pasien pada saat posisioning
Terutama pada pasien dengan klinis trauma capitis, Fraktur Columna Vertebralis, trauma
tumpul abdomen dan thoraks. Begitu pula pasien dengan fraktur ekstrimitas dengan
pemakaian peralatan traksi.

b. Pemakaian marker R / L
Marker logam Pb di letakkan pada kaset atau tubuh pasien.

c. Critical value
Yang termasuk dalam critical value antara lain :
- Cedera kepala
- Efusi pleura masif
- Curiga ileus Obstruksi
- Curiga pneumothoraks
- Corpus aleinum
- Pneumoperitonium/Perposasi
Jika didapatkan hasil pemeriksaan radiologis seperti diatas, dokter
pemeriksa segera menghubungi DPJP atau petugas di bangsal / ruang
perawatan melalui telepon atau sarana lainnya sebelum hasil expertise
diterima oleh DPJP, untuk segera ditindak lanjuti.
d. Minimalisasi dosis radiasi
 Kalibrasi secara rutin
 Pengaturan luas lapangan penyinaran yang diatur sedemikian rupa sehingga
cukup seluas obyek yang diperiksa.
 Pengaturan Faktor eksposi yang tepat ( dicatat pada lembar permintaan
pemeriksaan radiologi untuk mudah menghitung dosis permukaan yang diterima
pasien.
 Pada setiap pasien wanita usia subur sebelum dilakukan pemeriksaan harus
ditanya apakah sedang hamil atau tidak bila hamil diminta pertimbangan dokter
radiologi apakah perlu atau tidak dilakukan. Jadi pada hakekatnya semua
pemeriksaan atau tindakan radiologi harus dilakukan apabila ada permintaan dari
dokter yang mengirim dan dilengkapi dengan klinis yang jelas dan dikerjakan
sesuai dengan standar operational Prosedur dan dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten. Wanita hamil trimester I tidak diperbolehkan terpapar
radiasi sinar X

16
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

A. Keselamatan dan kesehatan kerja di Radiologi


Bekerja pada bagian radiologi haruslah memperhatikan hal-hal yang dapat
mempengaruhi aspek keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini disebabkan
spesifikasinya yang memungkinkan terjadinya kecelakaan apabila peraturan dan
ketelitian tidak menjadi etos kerja. Terdapat beberapa hal penting yang harus
diperhatikan, yaitu :

1. Keselamatan arus listrik


a. Arde listrik peralatan sinar- x
Arde dilakukan dengan menghubungkan permukaan metal/logam
pada pesawat sinar-X ke tanah melalu konduktor tembaga. Konduktor ini
biasanya berupa : Satu lempeng tembaga yang ditempelkan ke permukaan
metal/logam dari meja pemeriksaan, tuas penyangga tabung, transformator
dan control consoul dan menghubungkannya ke tanah. Perhatikan betul
bahwa lempeng logamnya benar-benar menempel. Satu konduktor bumi
yang terdapat pada kabel utama dari pesawat sinar-x bergerak ( mobile unit )
yang terhubung pada bagian akhir dari rangkaian pesawat yang
membutuhkan arde dan ujung yang lain pada konduktor bumi di dalam
colokan listrik ( pulg socket ). Ingat, penggunaan kabel penyambung
(extention cable) atau adaptor akan menghambat kelancaran kerja dari
konduktor bumi dan jangan digunakan, kecuali jika tidak terdapat alternative
lain. Tetapi jika harus menggunakan kabel penyambung harap diingat ukuran
dan besar kabel harus sama dengan kabel utamanya dan kedua ujung
ardenya harus benar-benar tersambung dengan baik.
Periksalah secara teratur kabel dan sambungan pada kedua ujung
dengan kondisi seperti di bawah ini :

Karet pembungkus kabel. Jika terdapat potongan atau kerusakan


hendaknya segera diperbaiki atau diganti. Sambungan antara ujung kabel
dan colokan listrik. Karet pembungkus kabel hendaknya terlindung di dalam
kotak colokan listrik. Kotak colokan listrik.Jika kotak ini retak atau pecah
hendaknya segera diganti. Ujung arde yang terdapat di dalam colokan
listrik hendaknya terkait dengan baik. Setiap 6 bulan teknis listrik atau
petugas yang cakap harus mengecek keadaan ini , jika colokannya putus
maka jangan dimasukkan ke dalam soket listrik sampai ia benar-benar
telah diperbaiki dan aman. Catatan : Kerusakan dapat dicegah dengan
penanganan yang cermat dan hati-hati terhadap peralatan sinar-x dan
kabelnya. Jangan sampai kabel dalam keadaan tegang, kusut, menempel
pada permukaan yang tajam saat digerakkan.

17
b. Sekering / Fuse
Peralatan listrik diperlengkapi dengan sekering sebagai alat
pengaman untuk mencegah arus yang tidak sesuai pada saat melewati
rangkaian. Oleh sebab itu, sangat penting untuk memasang sekering yang
benar nilainya. Jika sekeringnya tidak berfungsi maka sebaiknya ditukar
dengan yang lain pada nilai yang sama. Jika gagal lagi maka terdapat
kerusakan pada rangkaian dan harus dicari sebabnya serta
diperbaiki.JANGAN PERNAH menaikkan nilai sekering, karena hal ini sangat
bahaya dilakukan. Beberapa model pesawat sinar-x mempunyai colokan
listrik khusus, biasanya berwarna merah dan ditandai dengan “hanya sinar-x”.
Hal ini jangan digunakan untuk pemakaian yang lain, karena ia colokan
khusus tanpa sekering. Alat itu didisain khusus untuk menerima tegangan
listrik pada saat eksposi yang amat sangat rendah, akan tetapi sangat
berbahaya bila digunakan dengan tegangan listrik biasa yang tidak
mempunyai peralatan pengaman khusus di dalam pesawat sinar-x nya.
c. Colokan dan soket listrik
Jika memungkinkan hendaknya semua soket listrik harus punya
penghubung (switch) sehingga aliran listrik dapat diputus sebelum colokan
dilepaskan.INGAT, jangan pernah mencabut colokan dengan menarik
kabelnya. Dengan cara mematikan penghubungnya adalah lebih baik, hal itu
akan menghindari terjadinya bunga api pada colokan dan soket tetap baik.
Soket harus terhindar dari air atau cairan dan jangan ditempatkan pada
tempat yang memungkinkan terjadinya percikan air atau air yang
mengalir.Jika peralatan kamar gelap- seperti tabung illuminator-
membutuhkan penghubung listrik, maka kabelnya harus ditempatkan pada
posisi yang aman dan jangan sampai tersentuh petugas yang sedang
bekerja. Jika colokan atau soket sudah berumur tua atau jika sekering
penghubung tidak mengait dengan baik, maka ujung logam colokannya atau
soketnya akan menjadi panas. Kalau hal ini terjadi, hendaknya colokan atau
soketnya harus diganti walaupun sebenarnya disebabkan oleh ukuran kabel
yang tidak sesuai dengan besar arus listrik yang mengalir.Atau panggillah
tenaga yang berkompeten tentang listrik untuk memperbaikinya.
d. Pelindung / pembungkus peralatan
Peralatan yang berisi komponen listrik harus mempunyai pelindung.
Pelindung ini untuk meyakinkan bahwa tidak ada komponen yang terkelupas
dan bisa tersentuh. Bagian ini dirancang terpisah dengan bagian lain dan
mempunyai pembungkus. Sehingga pembungkusnya harus selalu terlindung
dengan baik dan jika rusak harus dipindahkan setelah semua peralatan listrik
“diputus”, dan periksalah semua ujung peralatan, tidak ada yang menempel
pada bagian lain. Jika terdapat kerusakkan pada bagian dalam dari peralatan
hendaknya yang mengambil adalah teknisi listrik.Dan semua ujung peralatan

18
harus dalam keadaan tidak ada arus listrik.Ingat, periksa sekering apakah
masih melekat ketika pelindung logam sedang diperbaiki.
e. Pembersihan peralatan
Jangan pernah menggunakan air atau lap basah untuk membersihkan
peralatan listrik. Gunakanlah krim pembersih yang tidak mudah terbakar (non
flammable) seperti krim pembersih “bodi” mobil yang dengan mudah dapat
dibeli di pasar.
f. Perbaikan peralatan
Perbaikan peralatan harus dilakukan oleh orang terlatih dan
mempunyai kecakapan untuk jenis pekerjaan tersebut
g. Konsleting (electrical fire)
Peralatan listrik-karena kesalahan- bisa terjadi konsleting atau
kelebihan arus listrik sehingga menjadi panas yang bias mengakibatkan
kebakaran. Jika asap atau rasa panas terasa, peralatan yang ada harus
diputus dari sambungan listriknya dengan segera. Api yang timbul pada
peralatan listrik biasanya tidak cepat merambat bila penghubung listriknya
dimatikan, karena bahannya dibuat dari yang tidak mudah terbakar. Tetapi
jika api telah menjalar hendaknya dipadamkan dengan tabung pemadam api
yang berisi gas CO2 atau bubuk pemadam api. JANGAN pernah
menggunakan air bila terjadi konsleting. Pasir yang kering bisa digunakan bila
tidak terdapat peralatan yang lain. INGAT bila terjadi kebakaran, panggil
teman untuk memindahkan setiap orang/pasien ke tempat yang aman dan
dekat dengan pintu.Karena untuk mencegah bahaya kebakaran, maka segala
serpihan yang mudah terbakar jangan berada dekat atau di dalam bagian
yang mengandung listrik.Udara harus dapat dengan mudah bertukar pada
bagian peralatan tersebut sehingga tidak terjadi peningkatan panas pada
bagian itu.

2. Keselamatan peralatan
Buatkanlah ruangan untuk pesawat sinar-x dan kamar gelap yang cukup
besar agar tidak terjadi kecelakaan pada radiographer dan pekerja lainnya.
Periksalah apakah :

a. Barang-barang perabot terletak secara aman di dinding, lantai atau atap


b. Kunci dan gembok berfungsi dengan baik
c. Tombol dan pembungkus peralatan terletak dengan aman pada
posisinya sehingga tidak ada jari-jari pasien atau radiographer yang
tersentuh luka akibat keadaan tersebut. Sekrup atau mur yang lepas
harus diganti dengan ukuran yang sama
d. Periksalah konus dan pembatas sinar- x, apakah tersambung dengan
baik ke tabung sinar
3. Keselamatan radiasi

19
a. Periksalah karet Pb, yang digunakan untuk meyakinkan tidak adanya sinar-x
yang tembus ketika melakukan pemeriksaan (terutama pada eksposi yang
dekat organ/ daerah sensitive). Jika karet timbale yang digunakan tidak cukup
tebal, maka gunakan karet timbal yang lebih tebal sehingga tidak timbul kabut
pada film.
b. Apron / pelindung Pb. Periksalah apron untuk meyakinkan bahwa tidak ada
bagian yang rusak, ingat bahwa bila apron yang digunakan terdapat celah
atau renggang yang kecil sekalipun maka tetap harus dilakukan perbaikan
atau pemindahan letak bagian yang rusak tersebut. Lipatan dapat ditekan dan
ditempel dengan lem perekat untuk menghindari terjadinya berbagai pecahan
pada karet Pb. Jika bagian yang rusak ini telah diperbaiki, hendaknya
diperiksa dengan menggunakan sinar-x apakah masih terdapat kebocoran
radiasi.

B. Pelaksanaan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. Medical Check Up untuk Petugas Radiologi
Waktu pelaksanaan 1x dalam setahun
2. Kegiatan pelatihan Proteksi Radiasi
Waktu pelaksanaan 1x dalam setahun
3. Kegiatan Pelatihan dan Simulasi Penanggulangan Bahaya Radiasi.
Waktu pelaksanaan 1x dalam setahun
4. Kegiatan Sosialisasi Bahan Berbahaya.
Waktu pelaksanaan 1x dalam setahun
5. Kegiatan Sosialisasi bahan berbahaya bagi pekerja baru (termasuk peserta
didik)
Waktu pelaksanaan 1x dalam setahun, atau di instansi pengirim masing-
masing peserta didik.

20
BAB VIII
PROTEKSI RADIASI

Radiasi yang digunakan di Radiologi di samping bermanfaat untuk membantu menegakkan


diagnosa, juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat umum yang
berada disekitar sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan oleh
besarnya radiasi, jarak dari sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi.

Upaya untuk melindungi pekerja radiasi serta masyarakat umum dari ancaman
bahaya radiasi dapat dilakukan dengan cara :

A. Mendesain ruangan radiasi sedemikian rupa sehingga paparan radiasi tidak


melebihi batas-batas yang dianggap aman.
B. Melengkapi setiap ruangan radiasi dengan perlengkapan proteksi radiasi yang
tepat dalam jumlah yang cukup.
C. Melengkapi setiap pekerja radiasi dan pekerja lainnya yang karena bidang
pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi dengan alat monitor
radiasi.
D. Memakai pesawat radiasi yang memenuhi persyaratan keamanan radiasi.
E. Membuat dan melaksankan prosedur bekerja dengan radiasi yang baik dan
aman.

A. Desain dan paparan di ruangan radiasi


1. Ukuran Ruangan Radiasi
Ukuran minimal ruangan radiasi sinar-x adalah panjang 4 meter, lebar 3 meter,
tinggi 2,8 meter. Ukuran tersebut tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti
pasien.

2. Tebal Dinding
Tebal dinding suatu ruangan radiasi sinar-x sedemikian rupa sehingga penyerapan
radiasinya setara dengan penyerapan radiasi dari timbal setebal 2 mm. Tebal
dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc adalah 15 cm.Tebal
dinding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm.

3. Pintu dan jendela


Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding (misal lobang stop kontak, dll)
harus diberi penahan-penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal. Di depan
pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala ketika meja kontrol
pesawat dihidupkan. Tujuannya adalah : Untuk membedakan ruangan yang
mempunyai paparan bahaya radiasi dengan ruangan yang tidak mempunyai
paparan bahaya radiasi. Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas
medis untuk tidak memasuki ruangan karena ada bahaya radiasi di dalam ruangan
tersebut. Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen

21
sedang aktif. Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk
mencegah bahaya paparan radiasi terhadap orang lain di sekitar ruangan
pemeriksaan rontgen.

Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai luar. Bila ada jendela
yang letaknya kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi yang setara dengan
2 mm timbal dan jendela tersebut harus ditutup ketika penyinaran sedang
berlangsung. Jendela pengamat diruang operator harus diberi kaca penahan radiasi
minimal setara dengan 2 mm timbal.

4. Paparan Radiasi
Besarnya paparan radiasi yang masih dianggap aman di ruangan radiasi dan
daerah sekitarnya tergantung kepada pengguna ruangan tersebut. Untuk ruangan
yang digunakan oleh pekerja radiasi besarnya paparan 100 mR/minggu. Untuk
ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi besarnya paparan 10
mR/minggu.

B. Perlengkapan Proteksi Radiasi


1. Pakaian Proteksi Radiasi (APRON)
Setiap ruangan radiasi disediakan pakaian proteksi radiasi dalam jumlah yang
cukup dan ketebalan yang setara dengan 0,35 mm timbale.

2. Alat monitor radiasi


TLD
Setiap pekerja radiasi dan/ atau pekerja lainnya yang karena bidang
pekerjaannya harus berada di sekitar medan radiasi diharuskan memakai TLD
setiap memulai pekerjaannya setiap hari. TLD dipakai pada pakaian kerja pada
daerah yang diperkirakan paling banyak menerima radiasi atau pada daerah
yang dianggap mewakili penerimaan dosis seluruh tubuh seperti dada bagian
depan atau panggul bagian depan

3. Pesawat radiasi
a. Kebocoran tabung
Tabung pesawat rontgen ( tube ) harus mampu menahan radiasi sehingga radiasi
yang menembusnya tidak melebihi 100 mR per jam pada jarak 1 meter dari focus
pada tegangan maksimum

b. Filter
Filter radiasi harus terpasang pada setiap tabung pesawat rontgen

c. Diafragma berkas radiasi


Diafragma berkas radiasi pada suatu pesawat harus berfungsi dengan baik.
Ketebalan diafragma minimal setara dengan 2 mm timbale. Posisi berkas sinar
diafragma harus berhimpit dengan berkas radiasi

22
d. Peralatan flouroskopi
Tabir fluoroskopi harus mengandung gelas timbale dengan ketebalan yang
setara dengan 2 mm timbale untuk pesawat rontgen berkapasitas maksimum 100
kV atau 2, 5 mm timbal untuk pesawat rontgen berkapasitas maksimum 150 kV.

Karet timbal yang digantungkan pada sisi tabir fluoroskopi harus mempunyai
ketebalan setara dengan 0,5 mm timbale dengan ukuran 45 x 45 cm.

Tabung pesawat roentgen dengan tabir fluoroskopi harus dihubungkan secara


permanent dengan sebuah stop kontak otomatis harus dipasang untuk
mencegah beroperasinya pesawat apabila pusat berkas radiasi tidak jatuh tepat
di tengah-tengah tabir fluoroskopi. Semua peralatan fluoroskopi harus dilengkapi
dengan tombol pengatur waktu yang memberikan peringatan dengan bunyi
sesudah waktu penyinaran terlampaui. Penyinaran akan berakhir jika pengatur
waktu tidak di reset dalam waktu satu menit.

4. Pemeriksaan kesehatan
Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala
sedikitnya sekali dalam setahun

5. Kalibrasi pesawat roentgen


Pesawat roentgen harus dikalibrasi secara berkala terutama untuk memastikan
penunjukkan angka-angkanya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

6. Dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi


Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi
didasarkan atas rumus dosis akumulasi : D = 5 ( N – 18 ) rem

D : dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi
selama masa kerjanya . N : Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan
dalam tahun.

18 : usia minimum seseorang yang diizinkan bekerja dalam medan radiasi


dinyatakan dalam tahun Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang
pekerja radiasi dalam jangka waktu 1 tahun ialah 5 rem. Jumlah tertinggi
penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu 13
minggu ialah 1, 25 rem. Sedangkan untuk wanita hamil 1 rem. Jumlah tertinggi
penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu satu
minggu adalah 0,1 rem

7. Prosedur kerja di ruangan radiasi


a. Menghidupkan lampu merah yang berada di atas pintu masuk ruang
pemeriksaan
b. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang
sedang diperiksa

23
c. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua yang tidak berkepentingan berada
di luar ruangan pemeriksaan, sedangkan petugas berada di ruang operator
Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai kebutuhan
d. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto
e. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak
menerima radiasi melebihi dari yang diperlukan
f. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin
gunakan penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk
membantu pasien atau memegang film selama penyinaran maka ia harus
memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung tangan timbale serta menghindari
berkas sinar langsung dengan cara berdiri di samping berkas utama.
g. Pemeriksaan radiology tidak boleh dilakukan tanpa permintaan dari dokter.

24
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU

A. EVALUASI DAN PENGEMBANGAN MUTU UNIT RADIOLOGI


Prosedur evaluasi dibagi menjadi 2 (dua) metode, yaitu :
1. Metode evaluasi pertemuan
2. Metode evaluasi personal
Dari 2 (dua) metode tersebut dapat diambil kesimpulan akhir yang merupakan
pedoman peningkatan efektifitas pelayanan dan cara bekerja di Unit Radiologi.

1. Metode Evaluasi Pertemuan


Evaluasi pertemuan dibagi dalam 2 (dua) tahap, yaitu :

a. Tahap Evaluasi pertemuan bulanan dihadiri oleh radiografer dan tenaga


adminstrasi.
Dalam pertemuan ini dibahas :

1) Kesulitan dalam pelaksanaan pelayanan : Kelengkapan peralatan utama


2) Kelengkapan sarana penunjang di radiology
3) Kebutuhan SDM
4) Jumlah kunjungan
5) Metode pemeriksaan
6) Kerusakan alat, dll
b. Tahap Evaluasi pertemuan tahunan dihadiri oleh seluruh karyawan radiologi ,
yang dibahas adalah mengenai :
1) Evaluasi dan menindak lanjuti dari hasil pertemuan bulanan
2) Menarik kesimpulan dan mengambil tindakan
3) Dibuat rumusan kerja baku dalam pelaksanaan pelayanan radiologi
2. Metode Evaluasi Pengendalian Mutu Personal
a. Setiap anggota radiologi diberikan daftar penilaian pelaksanaan pekerja (DP3).
b. Setiap tahun dievaluasi oleh atasan langsung untuk diberikan penilaian

B. PROGRAM JAMINAN MUTU RADIOLOGI


1. Berikut 10 langkah program QA ( Quality Asurance ) beserta penjelasannya
a. Perencanaan QA ( Planning for Asurance )
Langkah pertama menyiapkan organisasi yang melaksanakan QA.
Perencanaan mulai dengan review scope organisasi pelayanan untuk menetapkan
pelayanan yang dituju. Untuk sebagian organisasi, adalah tidak mungkin untuk
meningkatkan mutu seluruh bidang dalam waktu bersamaan. Bahkan, kegiatan QA
didahulukan pada beberapa area yang kritis. Prioritas tinggi, volume tinggi atau
pelayanan yang mudah bermasalah adalah sering dipilih untuk mendapatkan
perhatian khusus untuk memulai progam QA.

25
b. Membuat pedoman dan menyusun standar - standar
Agar pelayanan bermutu tinggi dapat diberikan konsisten, organisasi harus
menjabar kan tujuan progam-progam dan sasarannya kedalam prosedur
operasional. Dalam arti luas,standar adalah suatu pelayanan tentang mutu yang
diharapkan. Dalam maksud ini adalah petunjuk praktis atau protokol klinik prosedur
administrasi atau prosedur peranational standar (Stndards operating procedure).

c. Mengkomunikasikan standar dan spesifikasi


Hal ini akan meyakinkan masing-masing petugas kesehatan, supervision,
manager, dan orang-orang yang mendukung untuk memahami apa yang diharapkan
dari masing-masing mereka, khususnya apabila pelatihan sedikit, supervisi lemah
atau apabila pedoman atau standar-standar tersebut baru dibuat atau baru berubah.

d. Monitoring mutu (Monitoring Quallity).


Monitoring adalah pengumpulan dan review data yang membatu menilai
apakah norma-norma program diikuti mutu atau apakah outcome ditingkatkan.
Dengan monitor, indicator-indikator kunci. Desain atau redesain system monitor
memerlukan penjabaran statemen tentang mutu yang diharapkan kedalam indicator-
indikator yang bisa diukur, di seluruh tingkat organisasi. Ini termasuk:

1. Seleksi indicator
2. Menyusun ambang batas (Threshold)
3. Menyeleksi sumber informasi
4. Mendesain suatu system untuk mengumpulkan dan kompilasi data
5. Melaksanakan kegiatan-kegiatan monitoring
e. Mengidentifikasi masalah dan menyeleksi peluang untuk peningkatan.
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dinilai dari identifikasi masalah mutu
dan mencari peluang peningkatan. Langkah- langkahnya :

1. Identifikasi masalah.
2. Identifikasi area potensial untuk peningkatan.
3. seleksi area yang dibutuhkan untuk perbaikan.
4. keputusan oleh ahlinya
5. voting
6. dengan matrix
f. Menetapkan masalah dan operasionalisasinya.
Tujuannya adalah untuk menyatakan secara jelas masalah yang dimaksudkan.
Langkah- langkahnya :

1. menguraikan masalah.
2. Menetapkan batasan- batasan masalah.
3. Verifikasi bahwa statement tidak masalah menempatkan atau menyatakan
secara tidak langsung penyebab atau solusi.
g. Memilih tim : identifikasi siapa yang seharusnya bekerja.

26
h. Menetapkan tim kecil untuk mengatasi masalah- masalah tertentu.
1. identifikasi mereka yang terlibat.
2. menyusun tim.
3. membuat prosedur kerja tim
i. Analisa masalah dan identifikasi penyebab masalah.
Menganalisa dan mempelajari masalah untuk identifikasi penyebab masalah,
mengumpulkan dan analisis data untuk memahami masalah aslinya dan prinsipnya
dan identifikasi akar penyebab masalahnya. Focus analisis masalah dan
penyebabnya :

1. statement masalah dan klarifikasi masalah.


2. Memahami proses sekitar permasalahan.
3. Membuat hipotesa tentang penyebab masalah
4. Test hipotesa dan menetapkan penyebab utama.
j. Membuat solusi- solusi dan kegiatan- kegiatan untuk peningkatan mutu.
Sasarannya dari langkah ini adalah membuat solusi yang memecahkan masalah.
Langkah dalam membuat solusi dengan kegiatan peningkatan mutu :

1. memilih dan mendesain semua solusi.


2. daftar semua solusi potensial.
3. seleksi kriteria untuk menetapkan solusi terbaik.
4. memilih solusi untuk pelaksanaan peningkatan mutu.
5. ungkapan solusi secara praktis dan mudah dilaksanakan
melaksanakan dan mengevaluasi upaya- upaya peningkatan mutu.
Langkah final ini biasanya dikenal dengan siklus Deming (PDCA)

1. merencanakan pelaksanaan solusi (plan).


2. melaksanakan solusi (do).
3. mengikuti pelaksanaan solusi dan hasilnya (check).
4. membuat keputusan bilamana pelaksanaannya diperluas, dimodifikasi solusinya
atau memilih solusi lainnya untuk ditest (Action)
2. Reject Analysis
Pengertian Reject Analysis adalah suatu prosedur untuk mengetahui tingkat kesalah
pahaman dan kesalahan teknik dalam melakukan pemeriksaan atau kesalahan yang
timbul oleh peralatan yang dinilai terhadap film - film yang terbuang dengan sia - sia.
a. Tujuan Reject Analysis Film:
1) Menganalisa jumlah film yang terbuang sebagai sebuah presentase dari total film
yang digunakan
2) Membuat standar untuk program QA dan kemudian memantau sebuah keefektifan
dari suatu program
3) Menyediakan alat untuk mendeteksi dini dari perubahan reject rate dan
mengidentifikasi kemungkinan dari penyebabnya
b. Manfaat Reject Analysis:

27
1) Memastikan bahwa teknik radiografi yang digunakan tepat dan penanganan film
yang dilakukan benar
2) Memastikan bahwa perlengkapan radiografi yang digunakan dalam kondisi baik
dan standar
3) Memastikan bahwa pemilihan jenis film yang digunakan tepat
c. Prosedur Pelaksanaan Reject Analysis Film:
Lakukan survei terhadap :

1) Jumlah film yang belum terekspose di ruang processing termasuk yang ada
didalam kaset
2) Jumlah film yang belum terekspose di masing-masing kamar pemeriksaan
3) Tentukan jumlah dari film yang di reject untuk masing-masing kategori,antara lain :
a. Over eksposure
b. Under eksposure
c. Positioning
d. Motion
e. Processing
f. Equipment
4) Masing-masing ruang mencatat jumlah film yang digunakan dan jumlah film yang
ditolak
5) Tim analisis melakukan pengumpulan data dari masing-masing ruangan
seminggu sekali, film yang ditolak disortir dan dilakukan kategorisasi (jika
memungkinkan dilakukan identifikasi pada setiap pemeriksaan).
d. Batasan - batasan radiograf (gambar radiografi yang diterima):
1) Angka reject tidak melebihi 10%
2) Ideal nya dibawah 5% tergantung tidak hanya program QC yang baik tetapi
juga laporan yang ideal diantara radiografer dan radiolog
3) Jika total reject > 10% maka yang diharapkan harus melakukan QC program
yang baik
Ruang Radiologi RSUD Kabupaten Raja Ampat menggunakan standar reject ≤
2%

e. Faktor - faktor penyebab reject analysis film:


1) Kesalahan penolakan film akibat kesalahan manusia ( human error)
Kesalahan atau kekurang telitian personal atau radiografer dalam
mengatur faktor eksposi sehingga gambaran yang dihasilkan tidak memberikan
informasi yang jelas untuk menegakkan diagnosa. Gambar yang dihasilkan
dapat menjadi under exposure atau over exposure. Under exposure terjadi
karena faktor eksposi yang diberikan kurang sehingga gambaran menjadi putih
akibat kurangnya kontras dan densitas.Sedangkan over exposure terjadi karena
faktor eksposi yang diberikan terlalu banyak sehingga gambaran yang dihasilkan
menjadi terlalu gelap akibat kelebihan kontras dan densitas.

28
2) Kesalahan penolakan film akibat kesalahan peralatan (tools eror)
Penyebab penolakan film akibat alat adalah akibat kurang berfungsinya
alat yang digunakan dalam radiologi, seperti pesawat rontgen yang tidak stabil
karena ada hambatan pada tegangan.Processing otomatis yang macet atau
roller processing yang kasar sehingga manyebabkan film tergores. Kaset dan IS
yang kotor, marker yang menutupi organ.

3) Kesalahan penolakan film akibat pergerakan pasien (patient eror)


Pergerakan pasien akan menyababkan gambaran radiografi menjadi
kabur. Hal ini dapat terjadi karena pasien yang tidak kooperatif dapat juga terjadi
karena pasien tidak mengerti maksud dan jenis pemeriksaan karena tidak
mandapatkan instruksi yang jelas dari radiografer.

f. Tahap - tahap reject analysis


Tahap-tahap yang dilakukan oleh tim reject analysis harus diberikan kepada
instalasi radiologi, tahap-tahap tersebut yaitu:
1) Siapa yang menjalankan program
2) Radiografer yang diikutsertakan
3) Kategori apa saja yang dilakukan
4) Data-data apa saja yang dimasukkan dalam analisa
5) Periode waktu yang digunakan
6) Penafsiran hasil
7) Analisa hasil
8) Perbandingan hasil

29
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan radiologi RSUD Kabupaten Raja Ampat merupakan bagian


integral sistem pelayanan rumah sakit. Upaya peningkatan mutu radiologi berarti
upaya peningkatan mutu rumah sakit. Mutu Pelayanan dimulai dengan penyusunan
program mutu tiap unit, termasuk instalasi radiologi.
Namun suatu program mutu pelayanan tidak akan berarti bila tidak ada
evaluasi secara baik. Parameter yang digunakan dalam evaluasi yaitu antara lain :
a. Tersedianya fasilitas radiologi dalam keadaan baik dan standar.
b. Kepatuhan terhadap Standar Prosedur Operasional (SPO).
c. Kecilnya angka penolakan dan pengulangan film rontgen.
d. Tingginya kepercayaan pasien dan dokter pengirim.
e. Makin singkatnya respon time.
f. Makin meningkatnya kunjungan radiologi.
g. Makin menurunnya komplain terhadap pelayanan radiologi.
h. Makin meningkatnya jasa pelayanan / kesejahteraan pegawai radiologi.
Pedoman pelayanan radiologi ini diharapkan menjadi acuan bagi pelaksanaan
kegiatan untuk kegiatan pelayanan pasien, sehingga indikator mutu output dapat
dicapai. Sedang bagi manajemen pedoman pelayanan ini dapat bermanfaat untuk
pemenuhan kebutuhan sumber daya sehingga indikator mutu input dapat tercapai
juga.

30

Anda mungkin juga menyukai