A. Definisi
Cidera kepala atau trauma kepala adalah cidera mekanik yang secara langsung
atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala,
fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan jaringan otak itu
sendiri, serta mengakibatkan gangguan neurologis.1 Menurut Brain Injury
Association of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan
bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau
benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana
menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik. Laki-laki cenderung
mengalami trauma kepala 1,5 kali lebih banyak daripada perempuan (CDC, 2006).
Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi (area) dimana terjadi trauma
(Sastrodiningrat, 2009). Cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua,
yaitu secara garis besar adalah trauma kepala tertutup dan terbuka. Trauma kepala
tertutup merupakan fragmen-fragmen tengkorak yang masih intak atau utuh pada
kepala setelah luka. The Brain and Spinal Cord Organization 2009, mengatakan
trauma kepala tertutup adalah apabila suatu pukulan yang kuat pada kepala secara
tiba-tiba sehingga menyebabkan jaringan otak menekan tengkorak. Trauma kepala
terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus sampai kepada dura mater.
(Anderson, Heitger, and Macleod, 2006). Kemungkinan kecederaan atau trauma
adalah seperti berikut:
- Fraktur
- Luka Memar
- Luka Robek (Laserasi)
- Abrasi
- Avulsi
Trauma kepala dapat terjadi akibat benturan langsung ataupun tidak langsung pada
kepala. Kelainan dapat berupa cidera otak fokal atau difus dengan atau tanpa fraktur
tulang tengkorak. Cidera fokal dapat menyebabkan memar otak, hematome epidural,
subdural dan intraserebral. Cidera difus dapat mengakibatkan gangguan fungsi saja,
yaitu gegar otak atau cedera struktural yang difus.1
Dari tempat benturan, gelombang kejut disebar ke seluruh arah. Gelombang ini
mengubah tekanan jaringan dan bila tekanan cukup besar, akan terjadi kerusakan
jaringan otak di tempat benturan yang disebut “coup” atau ditempat yang
berseberangan dengan benturan (countre coup).1
Cedera kepala dapat menyebabkan gangguan suplai oksigen dan glukosa, yang
terjadi karena berkurangnya oksigenisasi darah akibat kegagalan fungsi paru atau
karena aliran darah ke otak yang menurun, misalnya akibat syok. Karena itu, pada
cedera kepala harus dijamin bebasnya jalan nafas, gerakan nafas yang adekuat dan
hemodinamik tidak terganggu sehingga oksigenisasi cukup.1
Diagnosa
Sampai hari ke-5 pasca trauma dapat dijumpai absolut/relatif limfositopenia. Dapat
disertai atau tanpa fraktur basis kranii. EEG normal dan rontgen normal/-
Tata Laksana
Perawatan
Bed rest hingga semua keluhan hilang
Mobilisasi berangsur-angsur, belajar duduk, berdiri, berjalan dan selanjutnya
dipulangkan dengan pesan kontrol seminggu setelah meninggalkan rumah
sakit
Selama perawatan dilakukan observasi paling sedikit 2 x 24 jam terhadap
kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan, gejala tekanan intrakranial
meningkat, defisit neurologis yang timbul progresif, pupil mata
Pasien pingsan harus dirawat, EEG & rontgen
Medikamentosa
Pengobatan luka dan perdarahan dengan antibiotik untuk pencegahan :
Antikoagulan
Ampisilin/amoksisilin
Tetrasiklin
ATS profilaksis
Hemostatistika :
Karbasokrom Na-sulfonat (adona AC 17)
Asam treneksamat
Vit. B1, B6 dan B12 untuk neurologis
Obat encephalotropik
Pengobatan simptomatik, hanya diperlukan pada keadaan terpaksa/sangat
diperlukan :
Analgetika : metampyron, paracetamol, asam mefenamat.
Antimuntah : metoklopramid, dimenhidrinat (dramamine)
Tranquilizer : diazepam
Prognosa
Sembuh sempurna
Sembuh dengan gejala sisa berupa Sindroma Cerebral Post Traumatika, meliputi :
Neurosis post traumatika
Gangguan emosi, intelektual dan kecerdasan
Cephalgia/pusing/vertigo
Epilepsi
Gejala tersebut timbul segera setelah trauma kapitisnya sembuh atau dapat juga
jauh sesudahnya.
Contusio Serebri
Gangguan fungsi otak traumatik yang disertai kelainan patologis yang nyata
pada jaringan otak. Secara klinis dapat dijumpai 3 bentuk :
Contusio ringan
Contusio sedang
Contusio berat, bahkan pada keadaan yg sangat berat dapat segera diakhiri dengan
kematian.
Diagnosa
Pemeriksaan Penunjang
Prinsip ditujukan terhadap 2 hal yaitu efek primer dan sekunder. Tujuannya untuk
mencegah/mengatasi edema otak, menurunkan tekanan intrakranial serta
memperbaiki aliran darah ke otak sehingga otak terlindungi dari kerusakan lebih
lanjut dan proses penyembuhan dipercepat.
Perawatan
Bed rest total, dan lamanya tergantung keadaan klinis. Bila keadaan membaik,
mobilisasi berangsur. Perawatan juga dilakukan terhadap luka/fraktur yang ada.
Selama perawatan perhatian ditujukan pada :
Sistem kardiovaskuler
Pengawasan sedini mungkin terhadap gangguan sirkulasi seperti tensi dan
nadi.
Sistem respirasi
Menjamin jalan nafas yang lancar dan faal paru yang optimal :
Cairan yang diberikan dapat berupa glukosa 5% dan NaCl 0,9% dengan
perbandingan 3:1
Nutrisi
Cukup kalori. Jumlah makanan harus disesuaikan dengan cairan, elektrolit dan
kalori yang dibutuhkan, diperhitungkan bersama-sama dengan cairan infus
Infeksi
Perhatikan kemungkinan infeksi sekunder
Medikamentosa
Terapi steroid
Untuk mencegah/mengatasi edema otak diberikan kortikosteroid kuur, yaitu
deksametazon parenteral
Terapi homeostatistika
Untuk mengatasi/mencegah perdarahan lebih lanjut dapat diberikan
karbosokrom sodium sulfonat (adona AC 17), asam traneksamat
Terapi simptomatik
Bila febris, dikompres
Muntah dapat diberikan sulfas atropine 0,25 mg subcutan
Kejang/sangat gelisah diberikan diazepam IV
Terapi profilaksis thdp infeksi
Antibiotika : ampisilin/amoksisilin, tetrasiklin
ATS profilaksis
Neurotropik vitamin dan encephalotropics drugs
Vit. B1, B6, B12, E tablet
Pyritinol HCl tab/sirup, cutucholine (nicholin)
Terapi Suportif
Psikoterapi diberikan pada penderita sadar.
Hematome Epidural
Patofisiologi
Pemeriksaan Penunjang
Tata Laksana
Komplikasi
Bila tidak segera dioperasi, edema serebri akan bertambah hebat, tekanan
intrakranial makin meningkat. Selanjutnya terjadi herniasi yg disusul dg kematian
penderita.
Prognosa
Mortalitas hampir 100% dan lebih dari 50% pada kasus yg diobati disebabkan
keterlambatan dlm menegakkan diagnosa dan sebagian lagi memang karena beratnya
kerusakan jaringan otak yg terjadi.
Patofisiologi
Bentuk Klinik
Diagnosa
Mirip dengan epidural. Bedanya perjalanan penyakitnya lebih lama, dapat beberapa
hari, minggu, bulan atau lebih lama lagi.
Pemeriksaan Penunjang
Komplikasi
Jika diagnosa dapat segera ditegakkan dan tindakan operatif cepat dilakukan maka
komplikasi tidak akan terjadi.
Prognosa
Perdarahan Subarakhnoid
Etiologi
Non traumatik
Spontan, akibat pecahnya aneurisma. Disebut perdarahan subarakhnoid primer.
Traumatik
Akibat trauma kepala. Disebut perdarahan subarakhnoid sekunder.
Patofisiologi
Gejala dijumpai dari tingkat yg paling ringan sampai yang paling berat, tergantung
beratnya perdarahan yang terjadi.
Dimulai dengan keluhan sakit kepala ringan yang makin lama makin hebat
Kemudian disertai Tanda Rangsang Meningeal (TRM) : kaku kuduk, kernig sign
(+)
Selanjutnya pada keadaan berat akan dijumpai :
- Gangguan kesadaran sampai koma
- Defisit neurologis : hemipharese, refleks patologis
- Kejang : rigiditas deserebrasi, gangguan pernapasan dan dilatasi pupil
Pemeriksaan Penunjang
Tata Laksana
Perawatan
Bed rest total
Medikamentosa
Hemostatistika : karbosokrom Na-sulfonat (adona AC), asam treksamat
Metabolic activator : citicholine (nicholin), pyritinol mesylate (hidrogin)
Neurotonika : vit. B1, B6, B12, E tab/injeksi
Fisioterapi
Bila ada gejala sisa neurofisik spt hemipharese dpt dilakukan fisioterapi
Prognosa
Pada bentuk ringan, prognosa lebih baik daripada bentuk yang berat. Bahkan
pada bentuk yg berat sekali dapat menyebabkan kematian.
Fraktur Cranii
Pembagian klinik
Diagnosa
Pemeriksaan Penunjang
Perawatan
Bed rest total, kepala ditahan dg bantal pasir dg posisi perdarahan/likwore di
sebelah atas
Perawatan thdp perdarahan/likwore, jika perlu konsul ke THT
Medikamentosa
Hemostatistika : karbosokrom Na-sulfonat (adona AC), asam treksamat
Antibiotik adekuat diberikan guna menghadapi ancaman komplikasi
meningitis : ampisilin, amoksisilin. Harus diberikan antibiotik dosis tinggi
karena pada fraktur basis terdapat celah yang memungkinkan terjadi infeksi.
Jika dengan contusio beri KIR
Obat-obat yg ditujukan untuk gejala penyerta
Komplikasi
Prognosa
Sembuh sempurna
Meninggalkan gejala sisa berupa lesi nn.Craniales dan sindroma cerebral post
traumatika.