Anda di halaman 1dari 7

Laporan Praktikum Ke 1 Hari Tgl : Senin, 21 Januari 2019

Kesehatan Laboratorium dan Satwa Dosen : Dr. Drh. Erni Sulistyowati, Sp1

Aquatik Asisten : Nadya AP, Amd

Kelompok : 4 (P-2)

BIOLOGI KOMPERATIF
Disusun oleh :

1. Ester Mustika Simbolon


2. David Juan Christian
3. Aldona Tegar Saputra
4. Raudhotul Jannah
5. Vannesha Oliveia D
6. Safira Afifah Putri

PROGRAM STUDI PARAMEDIK VETERINER

SEKOLAH VOKASI

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu kedokteran yang semakin berkembang di masa sekarang, menjadikan
pemanfaatan hewan sebagai obyek percobaan juga terus berkembang. Hewan percobaan
atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai macam
bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik. Hewan coba banyak
digunakan dalam studi eksperimental berbagai cabang medis dan ilmu pengetahuan dengan
pertimbangan hasil penelitian tidak dapat diaplikasikan langsung pada manusia untuk alasan
praktis dan etis. Pemakaian hewan coba untuk penelitian klinis pada manusia telah
memberikan kontribusi besar terhadap pemahaman tentang berbagai proses fisiologis dan
patologis yang mempengaruhi manusia (Ferreira 2005), namun demikian dalam penggunaan
hewan penelitian harus didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah, etika dan hukum.
Rodensia lainnya seperti kelinci dan marmut juga banyak dipakai sebagai subyek
penelitian. Kelinci termasuk keluarga Leporidae dari ordo Lagomorpha (Pearce 2007)
sedangkan marmot (Cavia porcellus), termasuk famili Caviidae dan genus Cavia. Beberapa
alasan mengapa kelinci dan marmot banyak digunakan sebagai hewan coba dalam
penelitian adalah selain karena pertimbangan praktis , ke dua hewan tersebut memiliki
model hewan yang sangat jinak dan lembut, juga karena mudah untuk ditangani dan
memerlukan perawatan yang relatif murah serta dapat berkembangbiak secara cepat.
1.2 Tujuan

BAB II

METODELOGI

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada hari senin, 21 januari 2019 pada pukul 09.00-13.00
WIB di GG Klinik Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor.

2.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum adalah termometer, penggaris, pita ukur,
timbangan digital, spidol, heating pad, masker, dan gloves. Bahan yang digunakan pada
praktikum adalah mencit, tikus, marmut, tissue, dan Alkohol.

2.2 Prosedur Kerja


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 HASIL

3.2 PEMBAHASAN

Pemeriksaan biologi komperatif dilakukan berdasarkan beberapa parameter


diantaranya berat badan, temperature, gigi, panjang badan, panjang ekor, denyut nadi, dan
respirasi rate. Pemeriksaan dilakukan pada beberapa hewan laboratorium yaitu mencit jantan
dan betina, tikus jantan dan betina, marmot jantan dan betina. Pemeriksaan pertama
dilakukan pada mencit. Sebagian besar mencit diperoleh dari peternak hewan laboratorium
untuk digunakan dalam penelitian biomedis, pengujian, dan pendidikan.
Berat badan untuk mencit dewasa berkisar antara 18 – 35 g (betina) dan 20-40 g
(jantan) dari hasil diatas bobot mencit jantan 47 g dan betina 28 g. hasil tersebut menunjukan
bahwa bobot mencit betina tersebut normal. Pertambahan berat badan pada suatu individu
(mencit) dapat dipengaruhi oleh faktor nutrisi. Nutrisi pada dasarnya adalah nutrien atau zat
gizi yang terdapat dalam pakan yang masuk ke dalam tubuh individu sebagai konsumsi
pakan. Masa hidup mencit berkisar dari 1.5 – 3 tahun. Respirasi rate yang normal pada
mencit berkisar antara 60-220 napas / menit, dan dapat dilihat dari hasil diatas mencit jantan
200 napas/menit, dan betina 108 napas/menit hasil tersebut menunjukan bahwa rata-rata
napas dari mencit betina yang abnormal namun repirasi rate jantan normal. Untuk rata-rata
denyut nadi mencit berkisar antara 325-780 denyut / menit, dan dari hasil diatas menunjukan
rata-rata denyut nadi dari mencit jantan dan betina abnormal karena hanya menunjukan angka
rata-rata dibawah 325 yaitu jantan 208 kali/menit dan betina 108 kali/menit. Dan rata-rata
suhu normal mencit adalah 99,5 °F/37,5 oC, dan dari hasil diatas hanya mencit jantan 1 yang
menunjukan suhu normal yaitu 37,8 oC, sedangkan mencit yang lain menunjukan suhu yang
abnormal yaitu mencit jantan 2 ( 36,4 oC ), jantan 3 ( 35,9 oC ) dan betina ( 37,3 oC ).
Rumus gigi adalah 2 (I 1 / 1, M 3 / 3) = 16. Terbuka di gigi seri-berakar dan tumbuh
terus menerus. Mencit akan menggigit atau “sejumput” dengan gigi seri tajam jika
mishandled. Untuk bagian perut dari mencit dibagi menjadi 2 bagian yaitu nonglandular
proksimal dan bagian distal kelenjar. Kedua bagian yang terlalu berbeda. Ini mirip dengan
perut kuda. Untuk paru-paru kiri terdiri dari satu lobus, sedangkan paru kanan terdiri dari
empat lobus. Mencit memiliki lima pasang kelenjar susu. Distribusi jaringan mammae
menyebar, membentang dari garis tengah ventral atas panggul, dada, dan bagian leher.Mencit
memiliki zona thermoneutral sempit mamalia apapun sejauh diukur. Sebuah mouse
menanggapi penurunan suhu oleh non shivering thermogenesis, dan dengan kenaikan
temperatur lingkungan dengan mengurangi laju metabolik dan meningkatkan vascularization
dari telinga. Nonshivering thermogenesis dapat menghasilkan peningkatan tiga kali lipat
tingkat metabolisme dasar, dan untuk sebagian besar terjadi pada lemak cokelat. Konsentrasi
tertinggi lemak cokelat ditemukan dalam jaringan subkutan antara scapulae. Brown lemak
juga disebut kelenjar berhibernasi, walaupun mouse tidak hibernate.
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan pada tikus jantan, hasil penimbangan yang
diperoleh yaitu pada tikus jantan 189 g, dan tikus betina 195 g. Tikus pada usia muda (4
minggu) memiliki berat badan rata-rata 35-40 gram, sedangkan saat usia dewasa kelamin atau
pubertas (50-72 hari) berat badannya 200-250 gram. Selain itu, Mangkoewidjojo (2006)
berpendapat bahwa tikus Sparague dawley (Rattus norvegicus) memiliki berat badan dewasa
300-400 gr jantan sedangkan betina 250-300 gram.
Pemeriksaan suhu tubuh pada Tikus jantan mendapatkan hasil 36.2ºC, sedangkan
pada tikus betina 38.2ºC. suhu tikus jantan dan betina dalam keadaan normal karena suhu
tubuh normal pada tikus adalah 36° C- 40° C (Wolfenshon dan Lloyd 2013). Pemeriksaan
gigi tikus dilakukan dengan menghitung jumlah gigi tikus. Pertumbuhan gigi pada tikus
bersifat Monophydont menyebabkan tikus hanya satu set gigi permanen yang terdiri dari dua
gigi incisivus dan enam gigi molar pada kedua rahang atas dan bawah. Hasil pemeriksaan
gigi tikus hanya dapat menemukan 2 gigi incixivus atas dan bawah dikarenakan sulitnya
membuka mulut tikus hingga lebar. Gigi Incisivus pada rahang bawah lebih panjang tiga kali
lipat dibanding gigi incisivus rahang atas dan tipe Ciri gigi pada tikus memiliki mahkota gigi
lebih panjang dibanding akar giginya (Sukiya 2003). Gigi incisivus pada kedua rahang akan
tumbuh terus-menerus sepanjang umur tikus menyebabkan terjadinya abrasi yang membuat
kedua gigi tersebut tetap tajam seperti pahat. Berbeda dengan gigi incisivus, gigi molar
bersifat Brachiodontic yaitu mahkota gigi rendah dan berhenti tumbuh pada umur 125 hari.
(Moore 2000). Susunan formula gigi pada yaitu :
I C P M
1 0 0 3

2 1 0 0 3 = 16

Panjang badan tikus, diukur dari hidung hingga pangkal ekor (Mangkoewidjojo
2006). Panjang badan tikus normalnya 15-25 cm. hasil pengukuran panjang badan dari tikus
jantan yaitu 17 cm dan betina 20 cm, Panjang badan tikus jantan dan betina tersebut dapat
dikatakan normal karena memasuki range dari ukuran normal tikus. Selain panjang tubuh,
Panjang ekor tikus juga dihitung, hasil pengukuran ekor tikus jantan adalah 14.5 cm dan tikus
betina 18 cm. pemeriksaan denyut nadi dilakukan dengan menempatkan tangan diarea
jantung, hasil yang diperoleh dari pemerikaan denyut nadi pada tikus jantan yaitu 196
kali/menit dan tikus betina 171 kali/menit. Respirasi rate pada tikus dilakukan dengan cara
melihat kembang kempis dari tubuh tikus, hasil yang didapatkan dalam pemeriksaan respirasi
rate pada tikus jantan 172 kali/menit dan tikus betina 99 kali/menit.
Menurut Wolfenshon dan Lloyd (2013) denyut nadi normal tikus yaitu 250-450 kali/
menit dan respirasi rate normal tikus yaitu 70-115 kali/menit. Pemeriksaan karakteristik
biologi repreduksi tikus jantan dimulai dengan inspeksi organ reproduksi testikel. Kemudian
untuk jarak testikel ke anus adalah 2 cm, semakin jauh jaraknya menunjukkan hewan tersebut
jantan. Pada tikus testis turun ke kantung skrotum selama musim kawin dan sisanya berada
di rongga perut ( Moore and Keith 2007).
Marmut (Carvia porcellus) memiliki klasifikasi yaitu Phylum Chordata, Sub phylum
Vertebrata, Class Mammalia, Ordo Rodentia, Familia Cavidae, Genus Cavia, Spesies Cavia
porcellus. Marmut merupakan mamalia yang memiliki tubuh berbentuk bilateral simetris
dengan tulang rangka yang mempunyai kendio okspital. Hasil pengamatan yang didapatkan
yaitu berat badan marmut jantan dan marmut betina memiliki berat yang ideal, karena berat
marmut normal yaitu lebih dari 100 gram sedangkan marmut dewasa bisa mencapai 850 –
1000 gram (Iqbal 2016).

DAFTAR PUSTAKA

Iqbal MY. 2016. Memelihara Marmut Intensif.


http://yudhis13.blogspot.co.id/2016/02/memelihara-marmut-cara-beternak-
marmut.html [diunduh 2018 Feb 08].

Ferreira LM, Hochman B, Barbosa MV. 2005. Modelos experimentais em pesquisa. Acta Cir

Bras. 20:28–34. [PubMed]

Mangkoewidjojo S. 2006. Hewan Laboratorium dalam Penelitian Biomedik.


Yogyakarta(ID): FKH UGM.

Moore DM. 2000. Laboratory Animal Medicine And Science Series Ii Rats And Mice :
Biology. Washington(USA): University of Washington Health Sciences Center for
Educational Resources.

Moore, Keith AA. 2007. Essential Clinical Anatomy, Third Edition. Lippincott Williams &
Wilkins.

Pearce AI, Richards RG, Milz S, Schneider E, Pearce SG. 2007. Animal models for implant

biomaterial research in bone: A review. Eur Cell Mater.13:1–10. [PubMed].

Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata. Yogyakarta(ID): Universitas Negeri Yogyakarta JICA.

Wolfensohn S, Lloyd M. 2013. Handbook of Laboratory Animal Management and

Welfare. 4th ed. Wiley-Blackwell. West Sussex 234.

Kimball, B., Field, K., Beauchamp, G., Mennella, J., & Bachmanov, A. 2010. Bitter
Avoidance in Guinea Pigs
(Cavia porcellus)
and Mice (
Mus musculus
and
Peromyscus leucopus
).
Journal of Comparative Psychology,
124(4), pp. 455-459

Anda mungkin juga menyukai