HIDROLIKA BENDUNG
V-1
KULIAH BENDUNG
sungai, penempatan as bendung harus di bagian lurus alur sungai untuk menghindari
terjadinya erosi dan sedimentasi pada sekitar tubuh bendung.
5.2.2. Kelengkapan Bendung
Kelengkapan bendung yang akan direncanakan adalah :
a. Tubuh bendung tetap
b. Peredam energi
c. Tembok pangkal bendung
d. Tembok sayap hulu dan hilir
e. Bangunan pengambilan (intake)
f. Dinding banjir
g. Pintu dan perlengkapan operasi
h. Penduga muka air
i. Tanggul penutup
5.3. Debit Desain Bendung
5.3.1. Kriteria Teknis Debit Desain
Debit desain dalam perencanaan bendung ditentukan berdasarkan keperluan masing-
masing bangunan, yaitu :
a. Bangunan pelimpah, peredam energi, tembok pangkal, dan tanggul
penutup, didesain dengan menggunakan debit banjir rencana dengan kala ulang 100
tahun (Q100 th).
b. Bangunan pengambilan didsesain dengan debit kebutuhan untuk irigasi
ditambah debit untuk pembilasan sebesar 1,20 x Qn. Dengan Qn adalah debit
rencana untuk pengambilan irigasi.
c. Bangunan atau sistem pembilas bendung didesain dengan debit desain
yang ditentukan dengan memperhatikan kecepatan minimum untuk pembilasan dan
kecepatan maksimum agar strukturnya tidak terkena kikisan air.
d. Debit desain untuk bangunan pembilas dan kantong sedimen
direncanakan sama dengan debit desain untuk bangunan pengambilan (= 1,20 x Qn),
juga akan dihitung debit minimum yang memungkinkan untuk pembilasan
e. Perkiraan agradasi dan degradasi dasar sungai yang terjadi disekitar
bendung diperhitungkan dengan debit desain.
V-2
KULIAH BENDUNG
Q = C.L.Hd3/2
Dengan :
Q = debit pengaliran (m3/dt).
C = koefisien pengaliran (2,0 – 2,1).
L = lebar efektif bendung (m).
Hd = tinggi tekan rencana di atas mercu (m).
Le = L – 2.(n.Kp + Ka).Hd
Dengan :
L = panjang bersih mercu (m).
n = jumlah pilar.
Kp = koefisien kontraksi pilar (gambar 5.2)
Ka = koefisien kontraksi abutmen (gambar 5.3)
Hd = tinggi air total di atas mercu (termasuk tinggi kecepatan datang).
V-3
KULIAH BENDUNG
Gambar 5.1
Sketsa Lebar Efektif Mercu Bendung
V-4
KULIAH BENDUNG
Gambar 5.3
Koefisien Kontraksi Abutment (Ka)
Gambar 5.4
Sketsa Tampang Lintang Bendung Tipe Ogee
V-5
KULIAH BENDUNG
hc
Xn = K.Hdn-1.Y
Dengan :
X,Y = koordinat permukaan hilir dengan titik pusat ditarik dari puncak mercu (m).
Hd = tinggi tekanan rencana (m).
n,k = parameter bendung tergantung dari kecepatan dan kemiringan muka.
Bagian yang lebih hilir dari lengkung yang diperoleh harus dilanjutkan secara menerus
dan licin dengan lengkung lain atau garis lurus dengan kemiringan tajam 1 : 1 atau 1 :
0,8.
Lengkung lain tersebut diperoleh dengan persamaan diferensial dari lengkung Y = f(X)
(Masrevaniah, Aniek, 1995:11).
V-6
KULIAH BENDUNG
Tabel 5.1
Nilai k dan n Untuk Bendung Ogee
Kemiringan Hulu k n
Vertikal 2,000 1,850
3:1 1,936 1,836
3:2 1,939 1,810
1:1 1,873 1,776
Sumber : Masrevaniah, Aniek, 1995:12.
Q2
hc = 3 ; Vc = g.hc
g.Le 2
Dengan :
hc = kedalaman air kritis (m).
Vc = kecepatan kritis (m/dt).
Q = debit aliran (m3/dt).
g = gaya gravitasi (m/dt2).
Le = lebar efektif bendung (m).
V-7
KULIAH BENDUNG
Gambar 5.5
Pola Aliran di Kaki Bendung
V-8
KULIAH BENDUNG
dipilih apabila debit aliran mempunyai intensitas kecil dan angka Froude Number, F <
2,5.
Gambar 5.6
Kolam Olakan Datar Tipe I
V-9
KULIAH BENDUNG
Kolam olakan datar tipe III juga mempunyai gigi pemencar (buffle block) dan ambang
hilir yang berfungsi untuk membantu memancarkan energi sehingga panjang loncatan
dapat diperpendek. Agar lebih pendek lagi kolam olakan tipe II dimodifikasi menjadi
kolam olakan datar tipe III dengan penambahan gigi benturan di bagian lantai. seperti
terlihat pada gambar 5.8. Kolam olakan tipe III sesuai untuk debit spesifik (debit
persatuan lebar) agak kecil, yaitu q < 18,5 m 3/dt/m, V > 18 m/dt dan F > 4,5.
Gambar 5.8
Kolam Olakan Datar Tipe III
Gambar 5.9
V - 10
KULIAH BENDUNG
V1 = 2g.( Z H 2 )
Dengan :
V1 = kecepatan aliran sebelum loncatan (m/dt).
Z = beda tinggi muka air upstream sampai titik yang ditinjau (m).
H2 = tinggi air di atas ambang (m).
Dengan :
Y1 = kedalaman air pada kaki bendung (m).
Q = debit aliran (m3/dt).
V1 = kecepatan aliran pada kaki bendung (m/dt).
B1 = lebar aliran pada kaki bendung (m).
V - 11
KULIAH BENDUNG
Y2 1 2
( 1 8Fr1 - 1)
Y1 2
V1
Fr1 =
g.Y1
Dengan :
Y1 = kedalaman air pada kaki bendung (m).
Y2 = kedalaman air setelah loncatan (m).
V1 = kecepatan aliran pada kaki bendung (m3/dt).
V2 = kecepatan aliran setelah loncatan (m/dt).
Fr1= bilangan Froude pada kedalamanY1.
g = percepatan grafitasi (= 9,81 m/dt2).
L = 5.(D3 + h)
Dengan :
L = panjang kolam olakan (m).
D3 = kedalaman air sedikit di hilir (m).
h = tinggi ambang ujung (m).
Ketentuan lain yang dapat dipakai dalam menetapkan panjang kolam olakan datar
adalah (Masrevaniah, Aniek,1995:22) :
Lj = (5 – 6) D2
Dengan :
Lj = panjang kolam olakan (m).
D2 = kedalaman air setelah loncatan (m).
V - 12
KULIAH BENDUNG
Untuk keamanan dinding kolam olakan dari meluapnya air akibat loncatan hidraulik,
maka diberikan jagaan (freeboard) dengan persamaan berikut (USBR, 1979) :
F = 0,1 . ( V1 + D 2 )
Dengan :
F = tinggi jagaan (m).
V1 = kecepatan aliran di kaki bendung (m/dt).
D2 = kedalaman air setelah loncatan (m).
Gambar 5.10
V - 13
KULIAH BENDUNG
Q = Cd.a.b. 2.g.Z
Dengan :
Q = debit aliran (m3/dt).
Cd = koefisien pengaliran.
a = tinggi bukaan pintu (m).
b = lebar pintu (m).
g = gaya gravitasi (m/dt2).
Z = kehilangan energi pada bukaan pintu (m).
Gambar 5.11
V - 14
KULIAH BENDUNG
Sumber : KP-04,1986:35.
Gambar 5.12
Skema Rencana Ambang Pintu Air Intake
V - 15
KULIAH BENDUNG
1
h P A
m
b
Sumber : KP-02, 1986.
Terowongan merupakan bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi
atau pembuang) melewati suatu daerah perbukitan atau bawah jalan. Dari segi hidrolis
bangunan terowongan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
V - 16
KULIAH BENDUNG
QA 2 g z
Dengan :
Q = debit (m3/dt)
= koefisien debit
A = luas pipa (m2)
g = percepatan grafitasi (m/dt2)
z = kehilangan tinggi energi (m)
Kehilangan keluar : va v1 2
H masuk masuk
2g
H keluar keluar
va v2 2
2g
v2 v2L
H f C f 2
g C R
Dengan :
V = kecepatan aliran di saluran hulu (V 1) atau hilir (V2) (m/dt).
va = kecepatan aliran dalam saluran (m/dt).
g = percepatan gravitasi (9,8 m/dt2).
L = panjang pipa (m).
i = kemiringan hidrolis terowongan
K = koef. kekasaran Strickler.
R = jari-jari hidrolis (m), pipa diameter D maka,
R = 1/4 D
V - 17
KULIAH BENDUNG
Tabel 5.2
Harga dalam terowongan pendek (L < 20 m)
Tinggi dasar di bangunan Tinggi dasar di bangunan lebih tinggi
sama dengan di saluran daripada di saluran
Sisi Ambang Sisi
Segi empat 0,8 Segi empat Segi empat 0,72
Bulat 0,9 Bulat Segi empat 0,76
Bulat Bulat 0,85
Sumber : KP-04, 1986
Gambar 5.14
Terowongan Segi Empat
Kehilangan tinggi energi dihitung dengan rumus (KP-04, Kriteria Perencanaan Bagian
Bangunan) :
Q = . b . h1 . (2 . g . z)
Q = 0,385 . . b . h1 . (2 . g . h)
V - 18
KULIAH BENDUNG
Dengan :
Q = debit (m3/dt).
= 0,85 - 0,90.
b = lebar terowongan (m).
h = dalam air depan terowongan (m).
h1 = dalam air di dalam terowongan (m).
z = kehilangan tinggi energi (m).
V - 19