Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

SAMPUL...................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1. Latar belakang......................................................................................
1.2. Rumusan masalah.................................................................................
1.3. Tujuan....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
2.1. Pengertian redoks .................................................................................
2.2. Reduktor dan Oksidator.....................................................................
2.3. Konsep oksidasi-reduksi.......................................................................
2.3.1 Penemuan oksigen................................................................
2.3.2 Peran Hidrogen..................................................................
2.3.3 Peran Elektron...................................................................
2.3.4 Oksidasi kobalt(II) menjadi kobalt(III) dengan hidrogen
peroksida.......................................................................................
2.3.5 Oksidasi besi(II)hidroksida oleh udara............................
2.3.6 Oksidan dan reduktan (bahan pengoksidasi dan
pereduksi)..............................................................................
2.4. Bilangan oksidasi.........................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................


3.1. kesimpulan.............................................................................................
3.2. saran.......................................................................................................
DAFTAR IS..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang
menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam
sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti
oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida, atau reduksi karbon oleh
hidrogen menghasilkan metana(CH4), ataupun ia dapat berupa proses yang
kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer
elektron yang rumit. Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan
oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:
a. Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.
b. Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau
ion.
Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan
diatas tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada
perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan
selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai peningkatan
bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam
prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun
terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada
transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan
kovalen).
Dalam alpikasinya, reaksi redoks ini dapat diaplikasikan dalam
pengolahan logam seperti pembuatan besi dan baja. Pada dewasa ini penggunaan
logam yang paling banyak masih didominasi oleh logam besi dan paduannya
terutama di bidang permesinan. Logam aluminium dan paduannya juga mengalami
penggunaan yang meningkat akhir-akir ini karena beberapa sifat-sifatnya yang
disukai yang salah satunya adalah bobotnya yang ringan. Dalam penggunaannya pada
bidang teknik diharuskan memilih bahan logam yang sesuai dengan keperluan
aplikasi dalam hal kekuatan, kekerasan, kekuatan lelah, ketahan korosi dan
sebagainya sehingga dalam pemakaiannya akan memberikan hasil yang paling
optimal. Dari itu teknik pengolahannya harus memahami reaksi yang tepat, seperti
halnya penggunaan reaksi redoks tersebut dalam penanganan yang tepat.

1.2 Perumusan Masalah


Masalah yang ada dalam makalah yang berjudul penerapan konsep reaksi
redoks sangat banyak dan tidak mungkin untuk diteliti semuanya oleh penulis
oleh karena itu penulis membatasi masalah pada :
1. Apa yang dimaksud reaksi redoks itu?
2. Aplikasi reaksi tersebut dalam industri?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami konsep dasar dari reaksi redoks
2. Dapat menerapkan konsep reaksi redoks dalam industri pembuatan logam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reaksi Redoks


Pengetahuan manusia mengenai reaksi redoks senantiasa berkembang.
Perkembangan konsep reaksi redoks menghasilkan dua konsep, klasik dan
modern. Awalnya, reaksi redoks dipandang sebagai hasil dari perpindahan atom
oksigen dan hidrogen. Oksidasi merupakan proses terjadinya penangkapan
oksigen oleh suatu zat. Sementara itu reduksi adalah proses terjadinya pelepasan
oksigen oleh suatu zat. Oksidasi juga diartikan sebagai suatu proses terjadinya
pelepasan hidrogen oleh suatu zat dan reduksi adalah suatu proses terjadinya
penangkap hidrogen. Oleh karena itu, teori klasik mengatakan bahwa oksidasi
adalah proses penangkapan oksigen dan kehilangan hidrogen. Di sisi lain, reduksi
adalah proses kehilangan oksigen dan penangkapan hidrogen. Seiring
dilakukannya berbagai percobaan, konsep redoks juga mengalami perkembangan.
Munculah teori yang lebih modern yang hingga saat ini masih dipakai. Dalam
teori ini disebutkan bahwa:
a. Oksidasi adalah proses yang menyebabkan hilangnya satu atau lebih elektron
dari dalam zat. Zat yang mengalami oksidasi menjadi lebih positif.
b. Reduksi adalah proses yang menyebabkan diperolehnya satu atau lebih
elektron oleh suatu zat. Zat yang mengalami reduksi akan menjadi lebih
negatif.

2.2 Reduktor dan Oksidator


Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi
senyawa lain dikatakan sebagai oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen
oksidasi. Oksidator melepaskan elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya
sendiri tereduksi. Oleh karena ia "menerima" elektron, ia juga disebut sebagai
penerima elektron. Oksidator bisanya adalah senyawa-senyawa yang memiliki
unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang tinggi (seperti H2O2, MnO4−, CrO3,
Cr2O72−, OsO4) atau senyawa-senyawa yang sangat elektronegatif, sehingga dapat
mendapatkan satu atau dua elektron yang lebih dengan mengoksidasi sebuah
senyawa (misalnya oksigen, fluorin, klorin, dan bromin).
Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa
lain dikatakan sebagai reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi.
Reduktor melepaskan elektronnya ke senyawa lain, sehingga ia sendiri
teroksidasi. Oleh karena ia "mendonorkan" elektronnya, ia juga disebut sebagai
penderma elektron. Senyawa-senyawa yang berupa reduktor sangat bervariasi.
Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan Al dapat digunakan sebagai
reduktor. Logam-logam ini akan memberikan elektronnya dengan mudah.
Reduktor jenus lainnya adalah reagen transfer hidrida, misalnya NaBH4 dan
LiAlH4), reagen-reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik[1][2],
terutama dalam reduksi senyawa-senyawa karbonil menjadi alkohol. Metode
reduksi lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen (H2) dengan katalis
paladium, platinum, atau nikel, Reduksi katalitik ini utamanya digunakan pada
reduksi ikatan rangkap dua ata tiga karbon-karbon.
Cara yang mudah untuk melihat proses redoks adalah, reduktor
mentransfer elektronnya ke oksidator. Sehingga dalam reaksi, reduktor
melepaskan elektron dan teroksidasi, dan oksidator mendapatkan elektron dan
tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi
disebut sebagai pasangan redoks.

2.3 Konsep oksidasi-reduksi


Pentingnya reaksi oksidasi-reduksi dikenali sejak awal kimia. Dalam
oksidasi-reduksi, suatu identitas diambil atau diberikan dari dua zat yang bereaksi.
Situasinya mirip dengan reaksi asam basa. Singkatnya, reaksi oksidasi-reduksi
dan asam basa merupakan pasangan sistem dalam kimia. Reaksi oksidasi reduksi
dan asam basa memiliki nasib yang sama, dalam hal keduanya digunakan dalam
banyak praktek kimia sebelum reaksi ini dipahami. Konsep penting secara
perlahan dikembangkan: misalnya, bilangan oksidasi, oksidan (bahan
pengoksidasi), reduktan (bahan pereduksi), dan gaya gerak listrik, persamaan
Nernst, hukum Faraday tentang induksi elektromegnet dan elektrolisis.
Perkembangan sel elektrik juga sangat penting. Penyusunan komponen reaksi
oksidasi-reduksi merupakan praktek yang penting dan memuaskan secara
intelektual. Sel dan elektrolisis adalah dua contoh penting, keduanya sangat erat
dengan kehidupan seharihari dan dalam industri kimia.

2.3.1 Penemuan oksigen


Karena udara mengandung oksigen dalam jumlah yang besar, kombinasi
antara zat dan oksigen, yakni oksidasi, paling sering berlangsung di alam.
Pembakaran dan perkaratan logam pasti telah menatik perhatian orang sejak dulu.
Namun, baru di akhir abad ke- 18 kimiawan dapat memahami pembakaran dengan
sebenarnya. Pembakaran dapat dipahami hanya ketika oksigen dipahami. Sampai
doktrin Aristoteles bahwa udara adalah unsur dan satu-satunya gas ditolak,
mekanisme oksidasi belum dipahami dengan benar. Kemungkinan adanya gas
selain udara dikenali oleh Helmont sejak awal abad ke-17.
Metoda untuk memisahkan gas tak terkontaminasi dengan uap
menggunakan pompa pneumatik dilaporkan oleh Hales di sekitar waktu itu
Namun, walau telah ada kemajuan ini, masih ada satu miskonsepsi yang
menghambat pemahaman peran oksigen dalam pembakaran. Miskonsepsi ini
adalah teori flogiston. Teori ini dinyatakan oleh dua kimiawan Jerman, Georg
Ernst Stahl (1660-1734) dan Johann Joachim Becher.
Menurut teori ini, pembakaran adalah proses pelepasan flogiston dari zat
yang terbakar. Asap yang muncul dari kayu terbakar dianggap bukti yang baik
teori ini. Massa abu setelah pembakaran lebih ringan dari massa kayu dan ini juga
konsisten dengan teori flogiston. Namun, ada kelemahan utama dalam teori ini.
Residu (oksida logam) setelah pembakaran logam lebih berat dari logamnya.
Priestley dan Scheele, yang menemukan oksigen di akhir abad ke-18, adalah
penganut teori flogiston. Jadi mereka gagal menghayati peran oksigen dalam
pembakaran.
Sebaliknya, Lavoiseur yang tidak terlalu mengenali teori ini, dengan benar
memahami peran oksigen dan mengusulkan teori pembakaran baru yakni oksidasi
atau kombinasi zat terbakar dengan oksigen. Ia mendukung teroinya dengan
percobaan yang akurat dan kuantitatif yang jauh lebih baik dari standar waktu itu.
Ia menyadari bahwa penting untuk memperhatikan kuantitas gas yang terlibat
dalam reaksi untuk memahami reaksi kimia dengan cara kuantitatif. Jadi ia
melakukan reaksinya dalam wadah tertutup. Peran oksigen dalam pembakaran
dikenali Lavoiseur; oksidasi-reduksi didefinisikan sebagai berikut. Oksidasi-
reduksi dan oksigen.
Oksidasi  menerima oksigen
Reduksi  mendonorkan oksigen
Sebagai contoh, reaksi dalam ekstraksi besi dari biji besi:

Karena reduksi dan oksidasi terjadi pada saat yang bersamaan, reaksi diatas
disebut reaksi redoks.

2.3.2 Peran hidrogen


Ternyata tidak semua reaksi oksidasi dengan senyawa organik dapat
dijelaskan dengan pemberian dan penerimaan oksigen. Misalnya, walaupun reaksi
untuk mensintesis anilin dengan mereaksikan nitrobenzen dan besi dengan
kehadiran HCl adalah reaksi oksidasi reduksi dalam kerangka pemberian dan
penerimaan oksigen, pembentukan CH3CH3 dengan penambahan hidrogen pada
CH2=CH2, tidak melibatkan pemberian dan penerimaan oksigen. Namun,
penambahan hidrogen berefek sama dengan pemberian oksigen. Jadi, etena
direduksi dalam reaksi ini. Dengan kata lain, juga penting mendefinisikan
oksidasi-reduksi dalam kerangka pemberian dan penerimaan hidrogen.
Oksidasi-reduksi dan hidrogen:
Oksidasi  mendonorkan hidrogen
Reduksi  menerima hidrogen
Contoh lain yaitu etanol dapat dioksidasi menjadi etanal:
Untuk memindahkan atau mengeluarkan hidrogen dari etanol diperlukan
zat pengoksidasi (oksidator). Oksidator yang umum digunakan adalah larutan
kalium dikromat(IV) yang diasamkan dengan asam sulfat encer.
Etanal juga dapat direduksi menjadi etanol kembali dengan menambahkan
hidrogen. Reduktor yang bisa digunakan untuk reaksi reduksi ini adalah natrium
tetrahidroborat, NaBH4. Secara sederhana, reaksi tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:

2.3.3 Peran elektron


Pembakaran magnesium jelas juga reaksi oksidasi-reduksi yang jelas
melibatkan pemberian dan penerimaan oksigen.
2Mg + O2  2MgO
Reaksi antara magnesium dan khlorin tidak diikuti dengan pemberian dan
penerimaan oksigen.
Mg + Cl2  MgCl2
Namun, mempertimbangkan valensi magnesium, merupakan hal yang
logis untuk menganggap kedua reaksi dalam kategori yang sama. Memang,
perubahan magnesium, Mg  Mg2+ + 2e- , umum untuk kedua reaksi, dan dalam
kedua reaksi magnesium dioksidasi. Dalam kerangka ini, keberlakuan yang lebih
umum akan dicapai bila oksidasireduksi didefinisikan dalam kerangka pemberian
dan penerimaan elektron.
Oksidasi-reduksi dan elektron
Oksidasi  mendonorkan elektron
Reduksi  menerima elektron
Bila kita menggunakan definisi ini, reaksi oksidasi-reduksi dapat dibagi
menjadi dua, satu adalah reaksi oksidasi, dan satunya reaksi reduksi. Jadi,
Mg  Mg2+ + 2 e- (mendonorkan elektron  dioksidasi)
Cl2 + 2e-  2Cl- (menerima elektron  direduksi)
Masing-masing reaksi tadi disebut setengah reaksi. Akan ditunjukkan bahwa
reaksi oksidasi reduksi biasanya paling mudah dinyatakan dengan setengah reaksi
(satu untuk oksidan dan satu untuk reduktan).
Contoh lain Reaksi redoks dalam hal transfer elektron:

Tembaga(II)oksida dan magnesium oksida keduanya bersifat ion. Sedang


dalam bentuk logamnya tidak bersifat ion. Jika reaksi ini ditulis ulang sebagai
persamaan reaksi ion, ternyata ion oksida merupakan ion spektator (ion
penonton).

Jika anda perhatikan persamaan reaksi di atas, magnesium mereduksi iom


tembaga(II) dengan memberi elektron untuk menetralkan muatan tembaga(II).
Dapat dikatakan: magnesium adalah zat pereduksi (reduktor).Sebaliknya, ion
tembaga(II) memindahkan elektron dari magnesium untuk menghasilkan ion
magnesium. Jadi, ion tembaga(II) beraksi sebagai zat pengoksidasi (oksidator).
Memang agak membingungkan untuk mempelajari oksidasi dan reduksi dalam hal
transfer elektron, sekaligus mempelajari definisi zat pengoksidasi dan pereduksi
dalam hal transfer elektron.

2.3.4 Oksidasi kobalt(II) menjadi kobalt(III) dengan hidrogen peroksida


Jika kita menambahkan larutan amonia berlebih ke dalam larutan
mangandung ion kobalt(II), kita akan mendapat ion kompleks, ion
heksaaminkobalt(II), Co(NH3)62+. Ion ini dioksodasi dengan cepat oleh larutan
hidrogen peroksida menjadi ion heksaaminkobalt(III),Co(NH3)63+.
Setengah-reaksi untuk kobalt cukup mudah. Dimulai dengan menulis apa
yang kita tahu dari soal.

Semua atom sudah setara, hanya muatan yang belum setara. Dengan
menambah satu elektron pada sisi kanan akan menyetarakan muatan, yaitu 2+.

Setengah-reaksi hidrogen peroksida juga tidak terlalu sulit, kecuali kita


belum tahu apa hasil reaksi dari hidrogen peroksida ini, jadi kita harus menebak.
Persamaan akan setara jika kita buat 2 ion hidrogen pada sisi kanan.Ini adalah
contoh yang baik untuk kasus dimana kita dapat jelas melihat dimana harus
menempatkan ion hidroksida.

Kemudian kita hanya perlu menambah 2 elektron pada sisi kiri untuk
menyetarakan muatan.

Menggabungkan setengah-reaksi untuk mendapat persamaan reaksi


Yang telah kita dapat sejauh ini adalah:

Perkalian dan penjumlahan setengah reaksi:

2.3.5 Oksidasi besi(II)hidroksida oleh udara


Jika kita menambah larutan natrium hidroksida ke dalam larutan senyawa
besi(II), kita akan mendapat endapan hijau besi(II)hidroksida. Endapan ini cepat
dioksidasi oleh oksigen dari udara manjadi endapan jingga-coklat
besi(III)hidroksida.Setengah-reaksi untuk besi(II)hidroksida sangat sederhana.
Kita jelas perlu ion hidroksida lain pada sisi kiri. Ini bahkan lebih
sederhana dan mudah dari contoh sebelumnya.

Untuk menyetarakan muatan, kita tambah satu elektron pada sisi kanan.

Setengah reaksi untuk oksigen tidak terlalu mudah. Kita tidak tahu apa
hasil reaksi yang terbentuk.

Tidak pasti apakah kita perlu menyetarakan oksigen dengan molekul air
atau ion hidroksida pada sisi kanan. Untuk soal ini, kita akan buat seolah-olah
reaksi dalam suasana asam.Pada kasus ini, kita hanya dapat menyetarakan oksigen
dengan menambah molekul air pada sisi kanan.

Setarakan hidrogen dengan menambah ion hidrogen pada sisi kiri.

Lalu, setarakan muatan dengan menambah 4 elektron.

Sekarang kita dapat setengah reaksi yang setara. Permasalahannya kini,


persamaan itu hanya jika dalam suasana asam. Reaksi yan gkita kerjakan adalah
suasana basa, dengan ion hidroksida bukan ion hidrogen.
Jadi, kita harus menyingkirkan ion-ion hidrogen. Tambahkan ion
hidroksida secukupnya padakedua sisi persamaan sehingga dapat menetralkan
semua ion hidrogen. Karena persamaan ini telah setara, kita harus menambah ion
hidroksida dalam jumlah yang sama pada kedua sisi untuk mempertahankan
kesetaraannya.

Ion hidrogen dan ion hidroksida pada sisi kiri akan menjadi 4 molekul air.

Akhirnya, ada molekul air pada kedua sisi persamaan. Kita dapat
meniadakan molekul air pada salah satu sisi.
Jangan lupa untuk memeriksa kembali bahwa semua penyetaraan telah
diselesaikan.
Menggabungkan setengah-reaksi untuk mendapat persamaan reaksi
Dari sini, pengerjaan selanjutnya sama dengan yang sebelumnya telah kita
kerjakan berulang-ulang. Kita telah mendapat dua setengah-reaksi:

Persamaan untuk besi harus terjadi 4 kali untuk dapat menyediakan


elektron yang cukup bagi oksigen.

Perhatikan bahwa ion hidroksida pada masing-masing sisi saling meniadakan.


2.3.6 Oksidan dan reduktan (bahan pengoksidasi dan pereduksi)
Oksidasi reduksi seperti dua sisi dari selembar kertas, jadi tidak mungkin
oksidasi atau reduksi berlangsung tanpa disertai lawannya. Bila zat menerima
elektron, maka harus ada yang mendonorkan elektron tersebut. Dalam oksidasi
reduksi, senyawa yang menerima elektron dari lawannya disebut oksidan (bahan
pengoksidasi sebab lawannya akan teroksidasi. Lawan oksidan, yang mendonor-
kan elektron pada oksidan, disebut dengan reduktan (bahan pereduksi) karena
lawannya (oksidan tadi tereduksi. Diantara contoh diatas, magnesium, yang
memberikan elektron pada khlorin, adalah reduktan, dan khlorin, yang menerima
elektron dari magnesium adalah reduktan.
Umumnya, unsur elektropositif seperti logam alkali dan alkali tanah
adalah reduktan kuat, sementara unsur elektronegatif seperti khlorin adalah
oksidan yang baik. Suatu senyawa dapat berlaku sebagai oksidan dan juga
reduktan. Bila senyawa itu mudah mendonorkan elektron pada lawannya,
senyawa ini dapat menjadi reduktan. Sebaliknya bila senyawa ini mudah
menerima elektron, senyawa itu adalah oksidan. Tabel mendaftarkan setengah
reaksi oksidan dan reduktan yang umum.
Tabel Beberapa oksidan dan reduktan
Oksidan
I2(aq) + 2 e-  2I-(aq)
Br2(aq) + 2e-  2Br-(aq)
Cr2O72-(aq) + 14H+(aq) + 6e-  2Cr3+(aq) + 7H2O(l)
Cl2(aq) + 2e-  2Cl-(aq)
MnO4-(aq) + 8H+(aq) + 5e-  Mn2+(aq) + 4H2O(l)
S2O82-(aq) + 2e-  2SO42-(aq)
Reduktan
Zn(s)  Zn2+(aq) + 2e-
H2(g)  2H+(aq) + 2e-
H2S(aq)  2H+(aq) + S(s) + 2e-
Sn2+(aq)  Sn4+(aq) + 2e-
Fe2+(aq)  Fe3+(aq) + 2e-.

2.4.Bilangan Oksidasi

Bilangan oksidasi adalah muatan formal atom dalam suatu molekul atau
dalam ion yang dialokasikan sedemikian sehingga atom yang keelektronegativan-
nya lebih rendah mempunyai muatan positif. Karena muatan listrik tidak berbeda
dalam hal molekul yang terdiri atas atom yang sama, bilangan oksidasi atom
adalah kuosien muatan listrik netto dibagi jumlah atom. Dalam kasus ion atau
molekul mengandung atom yang berbeda, atom dengan ke-elektronegativan lebih
besar dapat dianggap anion dan yang lebih kecil dianggap kation. Misalnya,
nitrogen berbilangan oksidasi 0 dalam N2; oksigen berbilangan oksidasi -1 dalam
O22-; dalam NO2 nitrogen +4 dan oxygen -2; tetapi dalam NH3 nitrogen -3 dan
hidrogen +1.
Jadi, bilangan oksidasi dapat berbeda untuk atom yang sama yang
digabungkan dengan pasangan yang berbeda dan atom dikatakan memiliki muatan
formal yang sama nilainya dengan bilangan oksidasinya. Walaupun harga nilai
muatan formal ini tidak mengungkapkan muatan sebenarnya, namun nilai ini
sangat memudahkan untuk untuk menghitung elektron valensi dan dalam
menangani reaksi redoks.
Bilangan oksidasi logam dalam senyawa logam transisi dapat bervariasi
dari rendah ke tinggi. Bilangan oksidasi ini dapat berubah dengan reaksi redoks.
Akibat hal ini, jarak ikatan dan sudut ikatan antara logam dan unsur yang
terkoordinasi, atau antar logam, berubah dan pada saat tertentu keseluruhan
struktur kompleks dapat terdistorsi secara dramatik atau bahkan senyawanya
dapat terdekomposisi.Reaksi senyawa logam transisi dengan berbagai bahan
oksidator atau reduktor juga sangat penting dari sudut pandang sintesis.
Khususnya, reaksi reduksi digunakan dalam preparasi senyawa organologam,
misalnya senyawa kluster atau karbonil logam.Sementara itu, studi transfer
elektron antar kompleks, khususnya reaksi redoks senyawa kompleks logam
transisi telah berkembang.
Taube mendapat hadiah Nobel (1983) untuk studi reaksi transfer elektron
dalam kompleks logam transisi dan mengklasifikasikan reaksi ini dalam dua
mekanisme. Mekanisme transfer elektron dengan ligan jembatan digunakan
bersama antara dua logam disebut dengan mekanisme koordinasi dalam, dan
mekanisme reaksi yang melibatkan transfer langsung antar logam tanpa ligan
jembatan disebut mekanisme koordinasi luar.
1. Mekanisme koordinasi dalam bila [CoCl(NH3)5]2+ direduksi dengan
[Cr(OH2)6]2+, suatu kompleks senyawa antara, [(NH3)5Co-Cl-Cr(OH2)5]4+,
terbentuk dengan atom khlor membentuk jembatan antara kobal dan
khromium. Sebagai akibat transfer elektron antara khromium ke kobalmelalui
khlor, terbentuk [Co(NH3)5Cl]+, dengan kobal direduksi dari trivalen menjadi
divalen, dan [Cr(OH2)6]3+, dengan khromium dioksidasi dari divalen menjadi
trivalen. Reaksi seperti ini adalah jenis reaksi redoks melalui mekanisme
koordinasi dalam. Anion selain halogen yang cocok untuk pembentukan
jembatan semacam ini adalah SCN-, N3-, CN-,dsb.
2. Mekanisme koordinasi luar. Bila [Fe(phen)3]3+ (phen adalah ortofenantrolin)
direduksi dengan [Fe(CN)6]4- , tidak ada jembatan ligan antar logam dan
elektron berpindah dari HOMO Fe(II) ke LUMO Fe(III) dalam waktu yang
sangat singkat dan kontak langsung antar dua kompleks. Akibat transfer
elektron ini, terbentuk [Fe(phen)3]2+ dan [Fe(CN)6]3-. Reaksi seperti ini adalah
reaksi redoks melalui mekanisme koordinasi luar, dan karakteristik sistem
kompleks yang memiliki laju substitusi ligan yang sangat lambat
dibandingkan dengan laju transfer elektron, khususnya dalam sistem yang
memiliki ligan yang sama tetapi bilangan oksidasi yang berbeda, [Fe(CN) 6]3-
dan [Fe(CN)6]4- yang memiliki laju transfer elektron yang besar. R. A.
Marcus mendapatkan hadiah Nobel (1992) untuk studi mekanisme transfer
elektron koordinasi luar ini.
BAB III
KESIMPULAN

Dari makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang


menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom
dalam sebuah reaksi kimia.
2. Oksidasi adalah proses yang menyebabkan hilangnya satu atau lebih elektron
dari dalam zat. Zat yang mengalami oksidasi menjadi lebih positif.
3. Reduksi adalah proses yang menyebabkan diperolehnya satu atau lebih
elektron oleh suatu zat. Zat yang mengalami reduksi akan menjadi lebih
negatif.
4. Aplikasi redoks ini dalam industri pembuatan baja adalah bertujuan untuk
menghilangkan ikatan oksigen dari biji besi. Proses reduksi ini memerlukan
gas reduktor seperti hidrogen atau gas karbon monoksida (CO).
DAFTAR PUSTAKA

Daryus, A., 2008, Diktat Kuliah Proses Produksi, Universitas Darma Persada,
Jakarta

Diaz, R., 2012, Penerapan Konsep Reaksi Redoks Dalam Kehidupan Sehari-Hari,

Fajar, E., Rahayu, S., dkk, 2010, Pengenalan Reaksi Redoks, Universitas
Indonesia Press, Jakarta
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta
karunia-Nya yang tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga kami bisa
menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “Konsep
Redoks ” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia teknik

Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu, kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam
makalah ini. Kamu pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik
dan sarannya kepada kami agar di kemudian hari kami bisa membuat makalah
yang lebih sempurna lagi.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa
disebutkan satu-persatu atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini.
Tugas Makalah Kimia Teknik

KONSEP REDOKS

OLEH :
KAHAR
P3C416022

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI


DIII TEKNIK MESIN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

Anda mungkin juga menyukai