Anda di halaman 1dari 22

CASE SULIT

Ulkus Kornea cum Hipopion dan Katarak Immature

Disusun Oleh
Fatimah Hartina Faradillah
11.2017.100

Dosen Pembimbing
Dr. Rinanto Prabowo, Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Rumah Sakit Mata Dr. Yap Yogyakarta
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN MATA
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Bab I
Pendahuluan
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya
menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan strukturnya yang uniform, avaskuler dan
deturgenses. Deturgenses, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh
“pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Endotel
lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau fisik pada
endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan
edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, cedera pada epitel hanya
menyebabkan edema lokal sesaat stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel
telah beregenerasi.1
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari
epitel sampai stroma. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat
untuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi berupa descematokel, perforasi,
endoftalmitis, bahkan kebutaan. Ulkus kornea yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan
kornea dan merupakan penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia.2
Di Indonesia kekeruhan kornea masih merupakan masalah kesehatan mata sebab
kelainan ini menempati urutan kedua dalam penyebab utama kebutaan. Kekeruhan kornea ini
terutama disebabkan oleh infeksi mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan virus dan bila
terlambat didiagnosis atau diterapi secara tidak tepat akan mengakibatkan kerusakan stroma
dan meninggalkan jaringan parut yang luas.2
Bab II
TinjauanPustaka
Anatomi dan Fisiologi Kornea
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah
jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada
persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm
di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior,
kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan
epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan
endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa
cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu
sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga
penderita akan melihat halo.1

Gambar 1. Anatomi Kornea1

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:


1. Lapisan epitel
 Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
 Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya
melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.
 Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.
 Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
2. Membran Bowman
 Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
 Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Jaringan Stroma
 Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar satu dengan
yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian
perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan
waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.Keratosit merupakan sel
stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma.
Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan
embrio atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
 Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
 Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40
µm.
5. Endotel
 Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula
okluden.3

Gambar 2. Corneal Cross Section1


Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma
kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya.3
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan
air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir.
Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan
deturgensinya.1
Definisi
Ulkus kornea didefinisikan sebagai dikontinuitas jaringan kornea akibat terjadinya
defek epitel.
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.3
Patofisologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya
teratur dan tidak ada pembuluh darah. Biasanya cahaya terutama terjadi di permukaan
anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu
pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di
kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di
daerah pupil. 4
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang,
seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea,
wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan
tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel
mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya
infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbulah ulkus kornea.4
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga
diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat
menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris. 1
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel
leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu
melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat
sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran
Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan
menyebabkan terjadinya sikatrik.4
Etiologi5,6
a. Infeksi
Infeksi Bakteri : P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia dan spesies Moraxella
merupakan penyebab paling sering. Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala
klinis yang khas tidak dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang
bersifat khas menunjukkan infeksi P aeruginosa.
 Infeksi Jamur : disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus,
Cephalosporium, dan spesies mikosis fungoides.
 Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas
dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah
akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila
mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster,
variola, vacinia (jarang).
 Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna lensa
kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri.
b. Noninfeksi
 Bahan kimia, bersifat asam atau tergantung PH.
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik dan
organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi
pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi maka
tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial saja. Pada
bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang mengandung
kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi penghancuran
kolagen kornea.
 Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan
merusak epitel kornea.
 Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca yang
merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan defisiensi unsur film
air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan palpebra atau kelainan
epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik kering pada kornea. Pada
keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea
terpulas dengan flurosein.
 Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A
dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan
oleh tubuh.
 Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid, IDU
(Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
 Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
 Pajanan (exposure)
 Neurotropik
c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
 Granulomatosa wagener
 Rheumathoid arthritis
Klasifikasi1,5
Berdasarkanlokasi ,dikenalada 2 bentukulkuskornea , yaitu:
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
c. Ulkus cincin (ring ulcer)
Ulkus Kornea Sentral
a. Ulkus Kornea Bakteri
Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah
kornea (serpinginous).
Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan
disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati
secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi
sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu reaksi
radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas :Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus
sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke
dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam.

Gambar 3.a UlkusKornea Bakterialis1 Gambar 3.b Ulkus Kornea Pseudomonas1

Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam.
Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan
gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi
sel yang penuh dan berwarna kekuning-kuningan.
b.. Ulkus Kornea Fungi
Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa
minggu sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini.
Pada permukaan lesi terlihat bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak
kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada
bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian
sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam,
seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong
dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang.
Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.

Gambar 4. Ulkus Kornea Fungi1


c. Ulkus Kornea Virus
Ulkus KorneaHerpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan
perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada
mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea
keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma.
Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus herpes
simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda
injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel
kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi.

Gambar 5.a UlkusKornea Dendritik1 Gambar 5.b Ulkus Kornea Herpetik1


Ulkus Kornea Perifer
a. Ulkus Marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus
superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau
alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa,
dan lain-lain..

Gambar 6. Ulkus Marginal

b. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus
mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum
diketahui.
Gambar 7. Mooren's Ulcer1
d. Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk
melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-
kadang timbul perforasi.Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi
satu menyerupai ring ulcer.
Manifestasi Klinis5-6
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
Gejala Subjektif
 Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
 Sekret mukopurulen
 Merasa ada benda asing di mata
 Pandangan kabur
 Mata berair
 Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
 Silau
 Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer
kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
Gejala Objektif
 Injeksi siliar
 Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
 Hipopion
Diagnosis1,4,5
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien
penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda asing,
abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi
virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian
obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi penyakit
bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi imunosupresi
akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi imunosupresi
khusus.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea
edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang
disertai dengan hipopion.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
 Ketajamanpenglihatan
 Tesrefraksi
 Tes air mata
 Pemeriksaanslit-lamp
 Keratometri (pengukuran kornea)
 Responreflek pupil
 Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.

Gambar 8. Kornea ulcer dengan fluoresensi1


 Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)
Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar
dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa.
Lebih baik lagi dengan biopsy jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid
Schiff. Selanjutnya dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar
ekstrakmaltosa.

Gambar 9 a.Pewarnaan gram ulkus Gambar 9 b.Pewarnaan gram ulkus kornea herpes
simplex1 herpes zoster1

Gambar 10. aPewarnaan gram ulkus kornea1 Gambar 10. bPewarnaan gram ulkus
bacteria akantamoeba1
Penatalaksanaan1,6
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata
agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea
tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti virus,
anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien dirawat
bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat
dan perlunya obat sistemik.
a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah
1. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
2. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
3. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
4. Berikan analgetik jika nyeri
b. Penatalaksanaan medis
Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi kornea
sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. Konjungtuvitis,
dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada hidung, telinga, tenggorok,
gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan :
 Sulfas atropine sebagai salap atau larutan,
Kebanyakan dipakai sulfas atropine karena bekerja lama 1-2 minggu.
Efek kerja sulfas atropine :
 Sedatif, menghilangkan rasa sakit.
 Dekongestif, menurunkan tanda-tanda radang.
 Menyebabkan paralysis M. siliaris dan M. konstriktor pupil.
Dengan lumpuhnya M. siliaris mata tidak mempunyai daya akomodsi
sehingga mata dalan keadaan istirahat. Dengan lumpuhnya M. konstriktor
pupil, terjadi midriasis sehinggga sinekia posterior yang telah ada dapat
dilepas dan mencegah pembentukan sinekia posterior yang baru
 Skopolamin sebagai midriatika.
 Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau tetrakain
tetapi jangan sering-sering.
 Antibiotik
Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas
diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan ulkus
sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan
dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.
 Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat
komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi
:
1. Jenis jamur yang belum diidentifikasi penyebabnya : topikal amphotericin B
1, 2, 5 mg/ml, Thiomerosal 10 mg/ml, Natamycin > 10 mg/ml, golongan
Imidazole
2. Jamur berfilamen : topikal amphotericin B, thiomerosal, Natamicin,
Imidazol
3. Ragi (yeast) : amphotericin B, Natamicin, Imidazol
4. Actinomyces yang bukan jamur sejati : golongan sulfa, berbagai jenis anti
biotik
 Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal
untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi
sekunder analgetik bila terdapat indikasi.
1. Flap Konjungtiva
Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan melepaskan konjungtiva
dari sekitar limbus yang kemudian ditarik menutupi ulkus. Tujuan tindakan ini
memberi perlindungan dan nutrisi pada ulkus untuk mempercepat penyembuhan.
Jika sudah sembuh flap konjungtiva dapat dilepaskan kembali.
2. Transplantasi Membran Amnion
a. Indikasi
Transplantasi membran amnion digunakan pada defek epitel persisten yang
tidak respon terhadap pengobatan medikamentosa dan sebagai alternatif lain dari
tindakan flap konjungtivadan tarsorafi.Transplantasi membran amnion
merupakan metode efektif untuk penatalaksanaan perforasi kornea nontraumatik
dan descemetokel. Metoda ini juga bermanfaat sebagai terapi permanen atau
sebagai tindakan sementara sampai inflamasi berkurang dan prosedur
rekonstruksi tetap dapat dilakukan. Disamping itu, teknik ini juga bermanfaat
pada negara-negara yang persediaan jaringan korneanyaterbatas.
b. Kontraindikasi
Kontraindikasitransplantasi membran amnion meliputidry eye
beratdenganlagoftalmus, ataunekrosishebat yang mengiringiiskemik.

3. Keratoplasti
Transplantasi kornea (keratoplasti) diindikasikan bagi banyak kornea yang
serius, misalnya jaringan parut, edema, penipisan dan distorsi. Istilah keratoplasti
penetrans berarti penggantikan kornea seutuhnya dan keratoplasti lamelar berarti
penggantian sebagian dari ketebalan kornea.
Donor yang lebih muda lebih disukai untuk keratoplasti penetrans dan terdapat
hubungan langsung antara umur dengan kesehatan dan jumlah sel endotel. Karena
sel endotel sangat cepat mati, mata hendaknya segera diambil segera setelah donor
meninggal dan segera dibekukan. Mata utuh harus dimanfaatkan dalam 48 jam, dan
sebaiknya dalam 48 jam. Untuk keratoplasti lamelar, kornea tersebut dapat
dibekukan, didehidrasi, atau disimpan dalam lemari es selama beberapa minggu, sel
endotel tidak penting untuk prosedur ini.

Gambar 11. Keratoplasti. (A) Penetrating, (B) Lamellar2

Pencegahan
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli
mata setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat
mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.
 Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata
 Jika mata sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup
sempurna, gunakan tetes mata agar mata selalu dalam keadaan basah
 Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat
lensa tersebut.
Komplikasi6
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
 Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
 Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
 Prolaps iris
 Sikatrik kornea
 Katarak
 Glaukoma sekunder

Prognosis6
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya
mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi
yang timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena
jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya
mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal
ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka
dapat menimbulkan resistensi. Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus
disembuhkan dengan pemberian terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua
metode; migrasi sekeliling sel epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan
pembuluh darah dari konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat
melalui metode yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar
leukosit dan fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.

HIPOPION

Definisi

Hipopion adalah pus steril yang terdapat pada bilik mata depan. Hipopion dapat

terlihat sebagai lapisan putih yang mengendap di bagian bawah bilik mata depan karena
adanya gravitasi. Komposisi dari pus biasanya steril, hanya terdiri dari lekosit tanpa adanya

mikroorganisme patogen, seperti bakteri, jamur maupun virus, karena hipopion adalah reaksi

inflamasi terhadap toxin dari mikroorganisme patogen, dan bukan mikroorganisme itu

sendiri.1,2,5

Gambar 12 :ulkus kornea cum hipopion5


PATOFISIOLOGI

Radang iris dan badan siliar menyebabkan penurunan permeabilitas dari blood-

aqueous barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel radang dalam cairan

aqueous, sehingga memberikan gambaran hipopion.Adanya pus di bilik mata depan biasanya

memberikan gambaran lapisan putih. Hipopion yang berwarna kehijauan biasanya

disebabkan oleh infeksi Pseudomonas. Sedangkan hipopion yang berwarna kekuningan

bisanya disebabkan oleh jamur. Karena pus bersifat lebih berat dari cairan aqueous, maka pus

akan mengendap di bagian bawah bilik mata depan. Kuantitas dari hipopion biasanya

berhubungan dengan virulensi dari organisme penyebab dan daya tahan dari jaringan yang

terinfeksi. Beberapa organisme menghasilkan pus lebih banyak dan lebih cepat. Diantaranya

Pneumokokus, Pseudomonas, Streptokokus pyogenes dan Gonokokus.Hipopion pada ulkus

fungal biasanya dapat terinfeksi karena jamur dapat menembus membran Descemet. Bakteri

memproduksi hipopion lebih cepat dari jamur sedangkan infeksi virus tidak menyebabkan

hipopion. Apabila ditemukan hipopion pada infeksi virus, biasanya disebabkan adanya

infeksi sekunder oleh bakteri.4

ETIOLOGI

Hipopion merupakan reaksi inflamasi di bilik mata depan. Karena itu semua penyakit

yang berhubungan dengan uveitis anterior dapat menyebabkan terjadinya hipopion.Hipopion


dapat timbul setelah operasi atau trauma disebabkan karena adalanya infeksi. Misalnya pada

keratitis dan ulkus kornea. Bakteria, jamur, amoba maupun herpes simplex dapat

menyebabkan terjadinya hipopion. Bakteri patogen yang umumnya ditemukan adalah

Streptococcus dan Staphylococcus. Hipopion karena infeksi jamur jarang ditemukan.

Penyebab-penyebab hipopion terjadi :

Ulkus Kornea. Apabila terjadi peradangan hebat tapi belum terjadi perforasi dari ulkus,

maka toksin dari peradangan kornea dapat sampai ke iris dan badan siliar, dengan melalui

membran Descemet, endotel kornea ke cairan bilik mata depan. Dengan demikian iris dan

badan siliar mengalami peradangan dan timbulah kekeruhan di cairan bilik mata depan

disusul dengan terbentuknya hipopion.

KOMPLIKASI

Struktur dari hipopion yang mengandung fibrin, merupakan reaksi tubuh terhada

inflamasi. Tetapi fibrin-fibrin ini dapat menyebabkan terjadinya perlengketan antara iris dan

lensa (sinekia posterior) Bila seluruh pinggir iris melekat pada lensa disebut seklusio pupil,

sehingga cairan dari cop tidak dapat melalui pupil untuk masuk ke coa, iris terdorong ke

depan, disebut iris bombe dan menyebabkan sudut coa sempit sehingga timbul glaukoma

sekunder.

Peradangan di badan silier dapat juga menyebabkan kekeruhan dalam badan kaca oleh sel-sel

radang, yang tampak sebagai kekeruhan seperti debu. Peradangan ini menyebabkan

metabolisme lensa terganggu dan dapat menimbulkan kekeruhan lensa, hingga terjadi

katarak.Pada kasus yang sudah lanjut, kekeruhan badan kaca pun mengalami jaringan

organisasi dan tampak sebagai membrana yang terdiri dari jaringan ikat dengan

neovaskularisasi yang berasal dari sistem retina, disebut retinitis proliferans.Bila membrana
ini mengkerut, dapat menarik retina sehingga robek dan cairan badan kaca melalui robekan

itu masuk ke dalam celah retina potensial dan mengakibatkan ablasi retina.3,4

Katarak
Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan Latin

Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan

seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan

pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein

lensa terjadi akibat keduanya.7

Klasifikasi

Katarak di klasifikasikan menjadi 3 bagian. Yakni katarak kongenital, katarak juvenil,

dan katarak senilis.8 Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut. Yaitu diatas 50 tahun.1,2,4Hal ini terjadi karena suatu perubahan degenerasi dari lensa

atau karena proses penuaan. Dalam perlangsungannya katarak senilis dibagi dalam 4 stadium

: stadium insipien, imatur, matur, dan hipermatur.8,9

Penyebab katarak senilis sampai sekarang belum diketahui dengan pasti. Tetapi,

seiring dengan meningkatnya usia, maka lensa seseorang akan mengalami perubahan-

erubahan yaitu bertambahnya tekanan dan ketebalan lensa, serta berkurangnya kekuatan

akomodasi dari lensa.9

Patofisiologi

Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan

termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi, kondtrikdi pupil, akibat

penuaan, dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata, yaitu katarak. Semakin

bertambhanya usia, lemak akan berakumulasi disekitar kornea dan membentuk lingkaran
berwarna putih atau kekuningan di antara iris dan sklera. Kejadian ini disebut arkus sinilia

atau biasanya ditemukan pada lansia hingga sekarang sering disebut katarak sinilis.9

Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Namun diduga katarak

senilis terjadi karena:

1. Proses pada nukleus

Oleh karena serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu selalu terdorong ke

arah tengah muka serabut-serabut lensa bagian tengah akan menjadi lebih padat

(nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion Calcium (Ca) dan sklerosis.

Pada nukleus ini kemudian terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa

menjadi kurang hipermetrop.

2. Proses pada korteks

Timbul celah-celah diantara serabut serat lensa, yang berisi air dan penimbunan

ion Ca sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan membengkak

menjadi lebih miop.

Berdasarkan kekeruhan pada lensa maka katarak senilis dibedakan atas:

1. Katarak insipien

Kekeruhan berupa bercak-bercak seperti baji dengan dasar di perifer dan jernih di

antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior atau posterior.

Kekeruhan ini mula-mula hanya dapat tampak bila pupil dilebarkan sedangkan

pada stadium lanjut puncak baji dapat tampak pada pupil normal. Kekeruhan ini

dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada

semua bagian lensa.

2. Katarak imatur

Kekeruhan yang belum mengenai seluruh lapisan lensa, sehingga masih

ditemukan bagian-bagian yang jernih. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi
korteks sehingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang

memberikan miopisasi. Pencembungan lensa ini akan menyebabkan bilik depan

mata menjadi dangkal dan dapat memberikan penyulit glaukoma. Hal ini disebut

katarak intumesen.

3. Katarak matur

Kekeruhan yang telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi

akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.

4. Katarak hipermatur

Terjadi akibat korteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat keluar melalui

kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus “tenggelam” ke arah bawah

(jam 6) (Katarak Morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang

keluar ke dalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis

fakotoksik tau glaukoma fakolitik.10

Penatalaksanaan

Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila

tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-

hari atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma.10


Bab III
Penutup

Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma. Etiologi dari
ulkus kornea adalah infeksi dan non infeksi.Ulkus kornea dapat didiagnosis berdasarkan
anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium.Pengobatan pada ulkus kornea
tergantung penyebabnya.Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya
komplikasi yang timbul.

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat keduanya. Didiagnosis
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan opthalmologi, pengobatan terhadap katarak adalah
pembedahan.
Daftar Pustaka

1. Paul, R.E. John, P.W. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17.2012. Penerbit
Buku Kedokteran ECG:Jakarta

2. Sidarta,I. Yuliantini,R. Ilmu Penyakit Mata.2014. Fakultas Kedokteran


Indonesia:Jakarta

3. Coaster, J.D. Fundamental of Clinical Ophthalmology Cornea. 2002. London:


BMJ:41-64

4. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit
Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran Edisi 2. 2002. Penerbit
Sagung Seto, Jakarta.

5. Tovee, J.M. An Introduction to The Visual System Second Edition. 2008.


UK:Cambridge University Press

6. Crick, R.P. Textbook of Clinical Ophthalmology 3rd Edition.2003. USA: World


Scientific Publishing.

7. Ilyas S, Katarak, Dalam : Penuntun Ilmu Penyakit Mata, FKUI, Jakarta, 2005

8. Wijaya N, Lensa (Katarak), Dalam : Ilmu Penyakit Mata, FK UI Jakarta, 1990 : 40-
72.

9. Nazira A, Kowara RA, Amalia, Yunaidah A, Putri RA, Rahyuningtias, dkk. Katarak

senilis, risiko bagi orang yang berusia lanjut. Dalam: Jurnal EPTM Katarak. 2014. pp

1-12.

10. Riordan-Eva P, Whitcher JP,. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum, Jakarta, 2010.

Anda mungkin juga menyukai

  • Laporan Kasus CKD
    Laporan Kasus CKD
    Dokumen38 halaman
    Laporan Kasus CKD
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Human
    Human
    Dokumen15 halaman
    Human
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • KTI Kaki Diabetik
    KTI Kaki Diabetik
    Dokumen8 halaman
    KTI Kaki Diabetik
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat
  • Agama
    Agama
    Dokumen11 halaman
    Agama
    Fatimah Hartina Faradillah
    Belum ada peringkat