Anda di halaman 1dari 28

1

CEPHALGIA

TENSION TYPE HEADACHE (TTH)

Pembimbing :

dr. Edy Purnomo, Sp. S

Disusun Oleh :

Azmilla N. Adha (201620401011136)

Indri Sulviana P. (201620401011087)

Mahdi Yusuf (201620401011106)

SMF NEUROLOGI RS BHAYANGKARA KEDIRI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2017
2

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

CEPHALGIA:

TENSION TYPE HEADACHE (TTH)

Referat dengan judul “Cephalgia: Tension Type Headache” ini telah diperiksa dan
telah memenuhi persyaratan sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi
kepaniteraan klinik Dokter Muda di Bagian Ilmu Neurologi pada tanggal

Kediri, Maret 2017

PEMBIMBING

dr. Edy Purnomo, Sp. S


3

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR ISI................................................................................................

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................

DAFTAR TABEL................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................


1.2 Tujuan Penulisan........................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyeri Kepala.................................................................................

2.2 Klasifikasi Nyeri Kepala....................................................................

2.2.1 Nyeri kepala primer..............................................................

2.2.2 Nyeri kepala sekunder............................................................

2.3 Tension Type Headache...................................................................

2.3.1 Definisi................................................................................

2.3.2 Klasifikasi tension type headache...............................................

2.3.3 Epidemiologi.........................................................................

2.3.4 Etio-patofisiologi.....................................................................

2.3.5 Manifestasi klinik..................................................................

2.3.6 Diagnosis..................................................................................

2.3.7 Diagnosis banding......................................................................

2.3.8 Penatalaksanaan......................................................................

2.3.9 Pencegahan.........................................................................
4

2.2.10 Prognosis................................................................................

BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................

DAFTAR PUSTAKA
5

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 International Classification of Headache Disorders, Second Edition


Diagnostic Criteria for Tensin-Type Headach...........................................

Gambar 2.2 Patofisiologi TTH...................................................................................


6

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Terapi Akut TTH......................................................................................

Tabel 2.2. Terapi Preventif TTH.........................................................................

Tabel 2.3. Terapi Preventif Non-Farmakologis TTH...............................................


7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam literatur kedokteran, Tension-Type Headache (TTH) memiliki

multisinonimi, seperti: tension headaches, muscle contraction headache, sakit kepala

tegang otot, nyeri kepala tegang otot. Dahulu, TTH pernah dinamai stress headache.

Tension-type Headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang menekan

(pressing/squeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak

diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan hingga sedang, tidak disertai (atau

minimal) mual dan/atau muntah, serta disertai fotofobia atau fonofobia.

Sekitar 93% laki-laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri kepala.

TTH dan nyeri kepala servikogenik adalah dua tipe nyeri kepala yang paling sering

dijumpai. TTH adalah bentuk paling umum nyeri kepala primer yang mempengaruhi

hingga dua pertiga populasi. Sekitar 78% orang dewasa pernah mengalami TTH

setidaknya sekali dalam hidupnya. TTH episodik adalah nyeri kepala primer yang

paling umum terjadi, dengan prevalensi 1-tahun sekitar 38-74%. Suatu survei

populasi di USA menemukan prevalensi tahunan TTH episodik sebesar 38,3% dan

TTH kronis sebesar 2,2%. TTH dapat menyerang segala usia. Usia terbanyak adalah

25-30 tahun, 25% penderita TTH juga menderita migren.


8

1.2 Tujuan Penulisan

Penyusunan referat ini bertujuan untuk membahas mengenai penyebab TTH,

gambaran klinis TTH, cara menegakkan diagnosis TTH dan penatalaksanaan TTH.

Selain itu, referat ini juga bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik (Koass) di RS Bhayangkara Kediri,

Departemen Ilmu Penyakit Saraf, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Malang.
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyeri Kepala

Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakan di seluruh daerah

kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala. Nyeri kepala

merupakan keluhan utama yang paling sering dikeluhkan pasien kepada dokter.

Setiap nyeri kepala memiliki dasar organik, walaupun pada sebagian terdapat juga

faktor etiologi yang bersifat psikogenik.

2.2 Klasifikasi Nyeri Kepala

2.2.1 Nyeri Kepala Primer

1. Migrain

2. Tension Type Headache

3. Cluster Headache

4. Nyeri kepala primer lain

2.2.2 Nyeri Kepala Sekunder

1. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala atau leher

2. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler kranial atau

cervical

3. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler

intracranial

4. Nyeri kepala yang berkaitan dnegan substansi

5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis


10

6. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik

7. Neuralgia kranial dan sentral yang menyebabkan nyeri wajah

2.3 Tension Type Headache

2.3.1 Definisi

Tension Type Headache (TTH) disebut juga nyeri kepala tegang, nyeri

kepala kontraksi otot, nyeri kepala psikomiogenik, nyeri stres, nyeri kepala

esensial, nyeri kepala idiopatik, nyeri kepala psikogenik. Tension Type

Headache merupakan suatu keadaan yang melibatkan sensasi nyeri atau rasa

tidak nyaman di daerah kepala, kulit kepala atau leher yang biasanya

berhubungan dengan ketegangan otot.

2.3.2 Klasifikasi Tension Type Headache

Gambar 2.1 International Classification of Headache Disorders, Second Edition


Diagnostic Criteria for Tensin-Type Headache
11

A. Tension Type Headache Episodik

1) Tension Type Headache Episodik infrequent

Nyeri kepala episodik yang infrequent berlangsung beberapa menit

sampai beberapa hari, nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat

dengan intensitas ringan sampai sedang. Nyeri tidak bertambah

pada aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual, tetapi bisa

terdapat fotofobia atau fonofobia.

Kriteria Diagnosis:

a. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata < 1

hari/bulan (< 12 hari/tahun).

b. Nyeri Kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.

c. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas yaitu :

- Lokasi bilateral

- Menekan atau mengikat (tidak berdenyut)

- Intensitasnya ringan sampai sedang

- Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau

naik tangga.

d. Tidak didapatkan :

- Keluhan mual atau muntah (bisa anoreksia)

- Lebih dari satu keluhan : fotofobia atau fonofobia

2) Tension Type Headache Episodik yang frequent


12

Nyeri kepala episodik yang frequent berlangsung beberapa

menit sampai beberapa hari, nyeri bilateral, rasa menekan atau

mengikat (tidak berdenyut), intensitas ringan sampai sedang, nyeri

tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual /

muntah, tetapi mungkin terdapat fotofobia atau fonofobia.

Kriteria Diagnosis :

a. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15

hari/bulan selama paling tidak 3 bulan.

b. Nyeri Kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.

c. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas yaitu :

- Lokasi bilateral

- Menekan atau mengikat (tidak berdenyut)

- Intensitasnya ringan sampai sedang

- Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau

naik tangga.

d. Tidak didapatkan :

- Keluhan mual atau muntah (bisa anoreksia)

- Lebih dari satu keluhan (fotofobia atau fonofobia).

B. Tension Type Headache Kronik (CTTH)

Nyeri kepala yang berasal dari Tension Type Headache

Episodik (ETTH) dengan serangan tiap hari atau serangan episodik

nyeri kepala lebih sering yang berlangsung beberapa menit sampai

beberapa hari, nyeri kepala bersifat bilateral, menekan atau mengikat


13

(tidak berdenyut) dengan intensitas ringan sampai sedang, dan nyeri

tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, kemungkinan terdapat mual

fotofobia atau fonofobia ringan.

Kriteria diagnostik :

1) Nyeri kepala timbul ≥ 15 hari/bulan, berlangsung > 6 bulan.

2) Nyeri Kepala berlangsung beberapa jam atau terus menerus.

3) Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas yaitu :

- Lokasi bilateral

- Menekan atau mengikat (tidak berdenyut)

- Intensitasnya ringan sampai sedang

- Tidak diperberat oleh aktifitas rutin seperti berjalan atau

naik tangga.

4) Tidak didapatkan :

- keluhan mual sedang atau berat, maupun muntah

- lebih dari satu keluhan : fotofobia, fonofobia, mual yang

ringan.

Tension Type Headache Kronik (CTTH) diklasifikasikan menjadi 2

yaitu:

1) Tension Type Headache Kronik yang berhubungan dengan

nyeri tekan perikranial. Hal ini ditandai dengan meningkatnya

nyeri tekan perikranial pada palpasi manual.

2) Tension Type Headache Kronik yang tidak berhubungan

dengan nyeri tekan perikranial


14

2.3.3 Epidemiologi

Sekitar 93% laki-laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri

kepala. TTH dan nyeri kepala servikogenik adalah dua tipe nyeri kepala yang

paling sering dijumpai. TTH adalah bentuk paling umum nyeri kepala primer

yang mempengaruhi hingga dua pertiga populasi. Sekitar 78% orang dewasa

pernah mengalami TTH setidaknya sekali dalam hidupnya.

TTH episodik adalah nyeri kepala primer yang paling umum terjadi,

dengan prevalensi 1-tahun sekitar 38–74%. Rata-rata prevalensi TTH 11-93%.

Satu studi menyebutkan prevalensi TTH sebesar 87%. Prevalensi TTH di

Korea sebesar 16,2% sampai 30,8%, di Kanada sekitar 36%, di Jerman

sebanyak 38,3%, di Brazil hanya 13%. Insiden di Denmark sebesar 14,2 per

1000 orang per tahun. Suatu survei populasi di USA menemukan prevalensi

tahunan TTH episodik sebesar 38,3% dan TTH kronis sebesar 2,2%.

TTH dapat menyerang segala usia. Usia terbanyak adalah 25-30 tahun,

namun puncak prevalensi meningkat di usia 30-39 tahun. Sekitar 40%

penderita TTH memiliki riwayat keluarga dengan TTH, 25% penderita TTH

juga menderita migren. Prevalensi seumur hidup pada perempuan mencapai

88%, sedangkan pada laki-laki hanya 69%. Rasio perempuan:laki-laki adalah

5:4. Onset usia penderita TTH adalah dekade kedua atau ketiga kehidupan,

antara 25 hingga 30 tahun. Meskipun jarang, TTH dapat dialami setelah

berusia 50-65 tahun.


15

2.3.4 Etio-Patofisiologi

Secara umum diklasifikasikan sebagai berikut: a. organik, seperti:

tumor serebral, meningitis, hidrosefalus, dan sifilis, b. gangguan fungsional,

misalnya: lelah, bekerja tak kenal waktu, anemia, gout, ketidaknormalan

endokrin, obesitas, intoksikasi, dan nyeri yang direfleksikan.

Buruknya upaya kesehatan diri sendiri (poor self-related health), tidak

mampu relaks setelah bekerja, gangguan tidur, tidur beberapa jam setiap

malam, dan usia muda adalah faktor risiko TTH. Pencetus TTH antara lain:

kelaparan, dehidrasi, pekerjaan/ beban yang terlalu berat (overexertion),

perubahan pola tidur, caffeine withdrawal, dan fluktuasi hormonal wanita.

Stres dan konflik emosional adalah pemicu tersering TTH. Gangguan

emosional berimplikasi sebagai faktor risiko TTH, sedangkan ketegangan

mental dan stres adalah faktor-faktor tersering penyebab TTH.


16

Gambar 2.2 Patofisiologi TTH


(Sumber: Chen Y. Advances in the Pathophysiology of Tension-type Headache: From Stress to Central
Sensitization. Current Pain & Headache Reports 2009;13:484–94.28. Jensen)

TTH episodik dapat berevolusi menjadi TTH kronis:

a. Pada individu yang rentan secara genetis, stres kronis menyebabkan

elevasi glutamat yang persisten. Stimulasi reseptor NMDA mengaktivasi

NFκB, yang memicu transkripsi iNOS dan COX-2, di antara enzim-

enzim lainnya. Tingginya kadar nitric oxide menyebabkan vasodilatasi


17

struktur intrakranial, seperti sinus sagitalis superior, dan kerusakan

nitrosative memicu terjadinya nyeri dari beragam struktur lainnya seperti

dura.

b. Nyeri kemudian ditransmisikan melalui serabut-serabut C dan neuron-

neuron nociceptive Aδ menuju dorsal horn dan nukleus trigeminal di

TCC (trigeminocervical complex.), tempat mereka bersinap dengan

second-order neurons.

c. Pada beragam sinap ini, terjadi konvergensi nosiseptif primer dan neuron-

neuron mekanoreseptor yang dapat direkrut melalui fasilitasi

homosinaptik dan heterosinaptik sebagai bagian dari plastisitas sinaptik

yang memicu terjadinya sensitisasi sentral.

d. 1. Pada tingkat molekuler, sinyal nyeri dari perifer menyebabkan

pelepasan beragam neuropeptida dan neurotransmiter (misalnya:

substansi P dan glutamat) yang mengaktivasi reseptor-reseptor di

membran postsynaptic, membangkitkan potensial-potensial aksi dan

berkulminasi pada plastisitas sinaptik serta menurunkan ambang nyeri

(pain thresholds).

2. Sirkuit spinobulbospinal muncul dari RVM (rostroventral medulla)

secara normal melalui sinyal-sinyal fine-tunes pain yang bermula dari

perifer, namun pada individu yang rentan, disfungsi dapat memfasilitasi

sinyal-sinyal nyeri, serta membiarkan terjadinya sensitisasi sentral.


18

e. Pericranial tenderness berkembang seiring waktu oleh recruitment

serabut-serabut C dan mekanoreseptor Aβ di sinap-sinap TCC,

membiarkan perkembangan allodynia dan hiperalgesia.

f. Intensitas, frekuensi, dan pericranial tenderness berkembang seiring

waktu, berbagai perubahan molekuler di pusatpusat lebih tinggi seperti

thalamus memicu terjadinya sensitisasi sentral dari neuron-neuron tersier

dan perubahan-perubahan selanjutnya pada persepsi nyeri.

2.3.5 Manifestasi Klinis

TTH dirasakan di kedua sisi kepala sebagai nyeri tumpul yang

menetap atau konstan, dengan intensitas bervariasi, juga melibatkan nyeri

leher. Nyeri kepala ini terkadang dideskripsikan sebagai ikatan kuat di sekitar

kepala. Nyeri kepala dengan intensitas ringan–sedang (nonprohibitive) dan

kepala terasa kencang. Kualitas nyerinya khas, yaitu: menekan (pressing),

mengikat (tightening), tidak berdenyut (non-pulsating). Rasa menekan, tidak

enak, atau berat dirasakan di kedua sisi kepala (bilateral), juga di leher,

pelipis, dahi. Leher dapat terasa kaku.

TTH tidak dipengaruhi aktivitas fisik rutin. Dapat disertai anorexia,

tanpa mual dan muntah. Dapat disertai photophobia (sensasi nyeri/tidak

nyaman di mata saat terpapar cahaya) atau phonophobia (sensasi tak nyaman

karena rangsang suara).


19

TTH terjadi dalam waktu relatif singkat, dengan durasi berubah-ubah

(TTH episodik) atau terus-menerus (TTH kronis). Disebut TTH episodik bila

nyeri kepala berlangsung selama 30 menit hingga 7 hari, minimal 10 kali, dan

kurang dari 180 hari dalam setahun. Disebut TTH kronis bila nyeri kepala 15

hari dalam sebulan (atau 180 hari dalam satu tahun), selama 6 bulan. Penderita

TTH kronis sangat sensitif terhadap rangsang.

2.3.6 Diagnosis

a. Anamnesis

 H : History (riwayat)

 S : Site (tempat)

 O : Origin (tempat asal)

 C : Character (karakter)

 R : Radiation (penjalaran)

 A : Associated symptoms (kumpulan gejala yang terkait)

 T : Timing (waktu)

 E : Exacerbating & relieving (hal yang memperparah dan

memperingan)

 S : Severity (derajat keparahan/ intensitas)

 S : State of health between attacks (kondisi kesehatan di antara

serangan)
20

b. Pemeriksaan Fisik

Pada palpasi manual gerakan memutar kecil dan tekanan kuat

dengan jari ke-dua dan ke-tiga di daerah frontal, temporal, masseter,

pterygoid, sternocleidomastoid, splenius, dan otot-otot trapezius,

dijumpai pericranial muscle tenderness. Palpasi dilakukan dengan

gerakan rotasi kecil selama 4-5 detik.

Pada TTH juga dijumpai variasi TrPs, yaitu titik pencetus nyeri

otot (muscle trigger points). Baik TrPs aktif maupun laten dijumpai di

otot-otot leher dan bahu penderita TTH. TrPs berlokasi di otot-otot

splenius capitis, splenius cervicis, semispinalis cervicis, semispinalis

capitis, levator scapulae, upper trapezius, atau suboccipital. TrPs di otot-

otot superior oblique, upper trapezius, temporalis, sub occipital, dan

sternocleidomastoid secara klinis relevan untuk diagnosis TTH episodik

dan kronis.

c. Pemeriksaan Penunjang

Diagnostik penunjang TTH adalah pencitraan (neuroimaging)

otak atau cervical spine, analisis CSF (cerebro spinal fluid)-peningkatan

konsentrasi metenkephalin dijumpai pada CSF penderita TTH kronis atau

pemeriksaan serum dengan laju endap darah (erythrocyte sedimentation

rate) atau uji fungsi tiroid. Neuroimaging terutama direkomendasikan

untuk: nyeri kepala dengan pola atipikal, riwayat kejang, dijumpai

tanda/gejala neurologis, penyakit simtomatis seperti: AIDS (acquired

immunodefi ciency syndrome), tumor, atau neurofibromatosis.


21

2.3.7 Diagnosis Banding

Sebagian besar nyeri kepala dalam konteks gangguan medis, antara

lain: hipotiroidisme, gangguan tidur, dan krisis hipertensif memiliki gambaran

klinis yang tumpang-tindih dengan TTH.

TTH primer sulit dibedakan dengan nyeri kepala servikogenik

sekunder jika hanya didasarkan pada kriteria klinis. Selain itu, penderita

cervical spine discogenic dan gangguan spondilotik juga sering disertai TTH.

Pada kondisi tertentu, koneksi mekanistik TTH juga perlu dibedakan dari

disfungsi sendi temporomandibular atau cervical spine disease.

Beberapa penyakit/kondisi yang mirip TTH: cervical spondylosis,

nyeri kepala akibat over-use obat, nyeri kepala pasca cedera yang kronis. Juga

nyeri kepala yang berkaitan dengan: penyakit mata/rongga sinus di hidung,

gangguan sendi temporomandibular, kondisi kejiwaan, tumor otak.

2.3.8 Penatalaksanaan

a. Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Terapi abortif

Terapi ini digunakan untuk menghentikan atau mengurangi intensitas

serangan. Terapi abortif tersebut antara lain : aspirin 500-1000 mg/hari,

acetaminophen 1000 mg/hari, NSAID (Naproxen 375-550 mg/hari,


22

ketoprofen 25-50 mg/hari, tolfenamic 200-400 mg/hari, ibuprofen 200-

800 mg/hari, diclofenac 12,5-100 mg/hari).

2) Terapi preventif

Terapi preventif tersebut antara lain : Amitriptilin (dosis 10-50 mg

sebelum tidur) dan nortriptilin (dosis 25-75 mg sebelum tidur) yang

merupakan antidepresan golongan trisiklik yang paling sering dipakai.

selain itu juga, selective serotonin uptake inhibitor (SSRI) juga sering

digunakan seperti fluoksetin, paroksetin, sertralin.

b. Terapi Non-Farmakologis

Disamping mengkonsumsi obat, terapi non farmakologis yang dapat

dilakukan untuk meringankan nyeri TTH antara lain:

1) EMG (Electromyography) biofeedback

2) Cognitive behavioral therapy

3) Acupuncture

4) modifikasi perilaku dan gaya hidup. Misalnya: istirahat di tempat tenang

atau ruangan gelap. Peregangan leher dan otot bahu 20-30 menit, idealnya

setiap pagi hari, selama minimal seminggu.

5) Hindari terlalu lama bekerja di depan komputer, beristirahat 15 menit

setiap 1 jam bekerja, berselang-seling, iringi dengan instrumen musik

alam/klasik.

6) Saat tidur, upayakan dengan posisi benar, hindari suhu dingin.

7) Bekerja, membaca, menonton TV dengan pencahayaan yang tepat.


23

8) Kompres hangat atau dingin pada dahi

9) Mandi air hangat

Tabel 2.1. Terapi Akut TTH


Medicamentosa Dosis Level Recomendasi
Paracetamol/Asetaminofen 500-1000 mg A
Aspirin 500-1000 mg A
Ibuprofen 200-800 mg A
Ketoprofen 25-50 mg A
Naproxen 375-550 mg A
Diclofenac 12,5-100 mg A
Caffeine 65-200 mg B
Keterangan: Level A: eff ective; Level B: probably eff ective
(Sumber: Bendtsen L, Evers S, Linde M, et al. EFNS (European Federation of Neurological Societies)
guideline on the treatment of tension-type headache: report of an EFNS task force. Eur J Neurol
2010;17(11):1318-25)

Tabel 2.2. Terapi Preventif TTH


Medicamentosa Dosis Harian Level Recomendasi
Amitriptyline 10-50 mg A
Nortriptilin 25-75 mg A
Mirtazapine 30 mg B
Venlafaxine 150 mg B
Clomipramine 75-150 mg B
Keterangan: Level A: eff ective; Level B; probably eff ective; Level C: possibly eff ective
(Sumber: Bendtsen L, Evers S, Linde M, et al. EFNS (European Federation of Neurological Societies)
guideline on the treatment of tension-type headache: report of an EFNS task force. Eur J Neurol
2010;17(11):1318-25)
24

Tabel 2.3. Terapi Preventif Non-Farmakologis TTH


Terapi Level Rekomendasi
EMG (Electromyography) biofeedback A
Cognitive behavioral therapy C
Pelatihan relaksasi C
Terapi fisik C
Acupuncture C
Keterangan: Level A: eff ective; Level B: probably eff ective; Level C: possibly eff ective
(Sumber: Bendtsen L, Evers S, Linde M, et al. EFNS (European Federation of Neurological Societies)
guideline on the treatment of tension-type headache: report of an EFNS task force. Eur J Neurol
2010;17(11):1318-25)

2.3.9 Pencegahan

Cara untuk mencegah terjadinya TTH adalah dengan menghindari

faktor pencetus seperti menghindari situasi yang menyebabkan stres,

kecemasan, kelelahan, rasa marah, dan posisi tubuh yang tidak baik.

Perubahan gaya hidup yang diperlukan untuk menghindari TTH kronis dapat

dilakukan dengan beristirahat dan berolahraga secara teratur, berekreasi, atau

merubah situasi kerja

2.3.10 Prognosis

Pada penderita TTH dewasa berobat jalan yang diikuti selama lebih

dari 10 tahun, 44% TTH kronis mengalami perbaikan signifi kan, sedangkan

29% TTH episodik berubah menjadi TTH kronis. Studi populasi

potonglintang Denmark yang ditindaklanjuti selama 2 tahun mengungkapkan

rata-rata remisi 45% di antara penderita TTH episodik frekuen atau TTH
25

kronis, 39% berlanjut menjadi TTH episodik dan 16% TTH kronis. Secara

umum, dapat dikatakan prognosis TTH baik.


26

BAB III

KESIMPULAN

Nyeri kepala adalah rasa nyeri di seluruh daerah kepala dengan batas bawah

dari dagu sampai ke belakang kepala. Nyeri kepala dibagi menjadi nyeri kepala

primer dan nyeri kepala sekunder. Salah satu nyeri kepala yang bersifat primer yaitu

Tension-type Headache (TTH). Tension-type Headache (TTH) merysuatu keadaan

yang melibatkan sensasi nyeri atau rasa tidak nyaman di daerah kepala, kulit kepala

atau leher yang biasanya berhubungan dengan ketegangan otot. Prevalensi sekitar

78% populasi orang dewasa, cenderung lebih sering pada wanita dengan onset usia

dekade kedua atau ketiga kehidupan, antara 25 hingga 30 tahun. Etiopatofisiologi

TTH adalah multifactorial, dapat dikarenakan oleh penyebab organik, seperti: tumor

serebral, meningitis, hidrosefalus, dan sifilis, ataupun gangguan fungsional, misalnya:

lelah, bekerja tak kenal waktu, anemia, gout, ketidaknormalan endokrin, obesitas,

intoksikasi, dan nyeri yang direfleksikan. Diagnostik klinis ditegakkan berdasarkan

kriteria International Classifi cation of Headache Disorders (ICHD). Pemeriksaan

fisik dapat menjumpai pericranial tenderness, yang dicatat dengan Total Tenderness

Score. Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi dan bila perlu. Penegakan

diagnosis mempertimbangkan aspek diagnosis banding dan komorbiditas.

Penatalaksanaan meliputi farmakologis dan nonfarmakologis. Pencegahan dengan

medikamentosa dan berpola hidup sehat-seimbang. Prognosis pada penyakit ini baik.
27

DAFTAR PUSTAKA

Anurogo, Dito. 2014. Tension Type Headache. Neuroscience Department, Brain and

Circulation Institute of Indonesia (BCII) Surya University, Indonesia. CDK-

214 Vol. 41 No. 3 2014

Bachrudin, Moch. 2013. Neurologi Klinis. Malang : UMM Pres, hal 190, 202-204

Basuki A. Neurology in Daily Practice. Padjajaran : Bagian Ilmu Penyakit Saraf

Fakultas Kedokteran UNPAD. 2011. Hal.107-115

Bendtsen L, Evers S, Linde M, et al. EFNS (European Federation of Neurological

Societies) guideline on the treatment of tension-type headache: report of an

EFNS task force. Eur J Neurol 2010;17(11):1318-25

Bendtsen L, Fernandez-de-la-Penas C. The role of muscles in tension-type headache.

Curr Pain Headache Rep Dec 2011;15(6):451-8.

BM, Grosberg, Friedman BW, Solomon S. 2013. Approach to the Patient with

Headache in Robbins MS, Grosberg BM, Lipton RB (Eds), Headache. Hong

Kong : Wiley Blackwell, pp16-25

Chen Y. Advances in the Pathophysiology of Tension-type Headache: From Stress to

Central Sensitization. Current Pain & Headache Reports 2009;13:484–

94.28.Jensen
28

Fernandez-de-las-Penas C, Lars Arendt-Nielsen L, Robert D. Gerwin RD (Eds).

Tension-Type and Cervicogenic Headache: Pathophysiology, Diagnosis, and

Management. Jones and Bartlell Publishers. USA. 2010.

Frishberg BM, Rosenberg JH, Matchar DB, et al. Evidence-based guidelines in the

primary care setting: neuroimaging in patients with nonacute headache.

Available at: www.aan.com/professionals/practice/pdfs/gl0088.pdf. Accessed

on February 28,2017.

Fumal A, Schoenen J. Tension-type headache: current research and clinical

management. Lancet Neurol 2008;7(1):70-83.

Hidayati, Hanik Badriyah. 2016. Pendekatan Klinisi Dalam Manajemen Nyeri

Kepala (The Clinician's Approach To The Management Of Headache).

Laboratorium Neurologi FK Universitas Airlangga/ RSUD Dr. Soetomo

Surabaya. MNJ, Vol.02, No.02, Juli 2016

Loder E, Rizzoli P. Tension-type headache. BMJ 2008;336:88-92.

Sacco S, Ricci S, Carolei A. Tension-type Headache and Systemic Medical

Disorders. Curr Pain Headache Rep 2011;15:438–43.

Anda mungkin juga menyukai