Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Definisi
Demam adalah peninggian suhu tubuh dari variasi suhu normal
sehari-hari yang berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di
hipotalamus. Demam terjadi pada oral temperature >37,20. Demam
biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur atau parasit),
penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat-obatan (Kaneshiro & Zieve,
2010).
Febris (demam) adalah kenaikan suhu tubuh di atas variasi
sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat
termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior.Suhu tubuh normal
dapat dipertahankan, ada perubahan suhu lingkungan, karena adanya
kemampuan pada pusat termoregulasi untuk mengatur keseimbangan
antara panas yang diproduksi oleh jaringan, khususnya oleh otot dan hati,
dengan panas yang hilang.Dalam keadaan febris, keseimbangan tersebut
bergeser hingga terjadi peningkatan suhu dalam tubuh. (Ngastiyah, 2005)

B. Klasifikasi Febris

Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain adalah:

1. Demam septic
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada
malam hari dan turun kembali ketingkat di atas normal pada pagi
hari.Sering disertai keluhan mengigil dan berkeringat.Bila demam yang
tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai
suhu badan normal.Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat
demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badanturun ketingkat yang normalselama beberapa jam
dalamsatu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali
disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu
derajat.Pada tingkat demam yang etrus menerus tinggi sekali disebut
hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti
oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu penyakit
tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang pasien
dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas seperti: abses, pneumonia, infeksi saluran kencing,
malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan
suatu sebab yang jelas. (Nurarif & Kusuma, 2013)
C. Etiologi
Penyebab febris selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan
toksemia, keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada
gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya : perdarahan otak, koma).
Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
antara lain: ketelitian pengambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit, dan evaluasi
pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan holistic.
Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah cara
timbul demam, lama demam, tinggi demam serta keluhan dan gejala lain
yang menyertai demam. (aplikasi nanda)
Febris umumnya terjadi akibat adanya gangguan pada hipotalamus,
atau sebaliknya dapat disebabkan oleh setiap gangguan berikut:
1. Penyebab umum febris pada bayi antara lain infeksi saluran pernapasan
atas dan bawah, faringitis, otitis media, dan infeksi virus umum dan
enteric. Reaksi vaksinasi dan pakaian yang terlalu tebal juga
seringmenjadipenyebab demam pada bayi.
2. Penyebab febris yang lebih serius antara lain infeksi saluran kemih,
pneumonia, bakteremia, meningitis, osteomielitis, atritis septic, kanker,
gangguan imunologik, keracunan atau overdosis obat, dan dehidrasi.
(Muscari, 2001)

D. Manifestasi Klinis
1. Pasien gelisah (suhu lebih tinggi dari 37,8 C-40C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan

(Nurarif & Kusuma, 2013)

E. Patofisiologi
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set
point, tetapi ada peningkatan suhu tubuh karena pembentukan panas
berlebihan tetapi tidak disertai peningkatan set point (Julia,2000)
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun)
klien terhadap infeksi atau zatasing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila
ada infeksi atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem
pertahanan tubuh dengan dilepaskannya pirogen.Pirogen adalah zat
penyebab demam, ada yang berasal dari dalam tubuh (pirogen endogen)
dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa berasal dari infeksi oleh
mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik terhadap benda asing
(noninfeksi).
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima
(reseptor) yang terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur
panas di hipotalamus. Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang
pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan produksi
prostaglandin (PGEZ). Ini akan menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh
dengan cara menyempitkan pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi
kelenjar keringat.Pengeluaran panas menurun, terjadilah
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas sel makrofag dan sel limfosit T untuk memerangi zat
asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang menghasilkan asam
amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
systemkekebalantubuh. Sedangkan sifat-sifat demam dapat berupa
menggigil ataukrisis/flush.
Menggigil, bila pengaturan termostat dengan mendadak diubah dari
tingkat normal ke nilai yang lebih tinggi dari normal sebagai akibat dari
kerusakan jaringan,zat pirogen atau dehidrasi. Suhu tubuh biasanya
memerlukan beberapa jam untuk mencapai suhu baru.
Krisis/flush, bila faktor yang menyebabkan suhu tinggi dengan
mendadak disingkirkan, termostat hipotalamus dengan mendadak berada
pada nilai rendah, mungkin malahan kembali ke tingkat normal. (Corwin,
2000)
F. Pathway

Infeksi zat asing masuk ke Merangsang sistem Melapaskan


dalam tubuh pertahanan pirogen

Dari dalam tubuh Dari luar tubuh


(pirogen endogen)
(pirogen eksogen)

Reaksi menaikkan Dirangsang pelepasan asam


suhu tubuh arakidonat & produksi Membawa pesan ke
prostaglandin meningkat hipotalamus

Pembuluh di arteri sempit


&sekresi kelenjar keringat febris hipertermi Metabolisme basal meningkat
terhambat

Kekurangan volume Oksigen ke otak menurun Ketidakseimbangan nutrisi


cairan kurang dari kebutuhan
tubuh

Kejang demam TIK meningkat

Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer

Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC. Jakarta: MediAction.

G. Pemeriksaan Penunjang
Sebelum meningkat ke pemeriksaan yang lebih mutakhir yang siap
untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atau scanning, masih
dapat diperiksa uji coba darah, pembiakan kuman dari cairan tubuh/lesi
permukaan atau sinar tembus rutin.Dalam tahap melalui biopsi pada
tempat-tempat yang dicurigai.Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti
anginografi, aortografi atau limfangiografi.
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit
perdarahan usus.
b. Kimia darah
Pemeriksaan elektrolit, kadar glukosa, blood urea nitrogen dan
kreatinin harus dilakukan.
c. Imunorologi
Widal : pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya
antibody di dalam darah terhadap antigen kuman Salmonella typhi.
Hasil positif dinytakan dengan adanya aglutinasi. Hasil negative
palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah
mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang
dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien buruk, dan adanya
penyakit imunologik lain.
d. Urinalis
Protein: bervariasi dari negative sampai positif (akibat demam)
Leukosit dan eritrosit normal : bila meningkat kemungkinan terjadi
penyulit
e. Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks dan
vagina harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum
diperlukan untuk pasien yang demam disertai batuk-
batuk.Pemeriksaan kultur darah dan kultur cairan abnormal serta urin
diperlukan untuk mengetahui komplikasi yang muncul.
f. Radiologi
Pembuatan foto toraks biasanya merupakan bagian dari pemeriksaan
untuk setiap penyakit demam yang signifikan.
g. Biologi molekuler
Dengan PCR (Polymerase Chain Reaction), dilakukan dengan
perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan
DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman
yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensifitas tinggi) serta kekhasan
(spesifitas) yang tinggi pula. Specimen yang digunakan dapat berupa
darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi (Soedarto,
2007)

H. Penatalaksanaan
1. Secara fisik
a. Mengawasi kondisi klien dengan pengukuran suhu secara berkala
setiap 4-6 jam. Perhatikan apakan klien tidur gelisah, sering terkejut
atau mengigau. Perhatikan pula apakah mata klien cenderung melirik
keatas atau apakah klien mengalami kejang-kejang. Demam yang
disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi perkembangan
otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya
suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam
keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya
fungsi intelektual tertentu.
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan napas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai
oksigen ke otak yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya
e. Tidur yang cukup agar metabolism berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya
untuk menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh klien.
2. Obat-obatan antipiretik
Antipiretik bekerja secarasentral menurunkan suhu di pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah
pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim
cyclooxygenase sehingga set poin hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas di atas
normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi (Suriadi dan
Yuliani, R., 2001)

G. KOMPLIKASI FEBRIS
Menurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya:
1. Takikardi
2. Insufisiensi jantung
3. Insufisiensi pulmonal
4. Kejang demam

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien dengan febris adalah :
1. Aktivitas atau istirahat
Gejala yang ditemukan pada kasus febris antara lain kelemahan,
malaise, kelelahan, merasa gelisah dan ansietas, cepat lelah dan
insomnia.
2. Sirkulasi
Tanda takikardi, kemerahan, tekanan darah hipotensi, kulit membrane
mukosakotor,turgor buruk, kering dan lidah pecah-pecah akan
ditemukan pada pasien febris.
3. Integritas ego
Gejala seperti ansietas, emosi, kesal dan faktor stress serta tanda
seperti menolak dan depresi juga akan ditemukan dalam pengkajian
integrits ego pasien.
4. Eliminasi
Pengkajian eiminasi akan menemukan gejala tekstur feses yang
bervariasi dari lunak sampai bau atau berair, perdarahan per rectal dan
riwayat batu ginjal dengan tanda menurunnya bising usus, tidak ada
peristaltik dan ada haemoroid.
5. Makanan dan cairan
Pasien akan mengalami anoreksia, mual, muntah, penurunan berat
badan dan tidak toleran terhadap diet. Dan tanda yang ditemukan
berupa penurunan lemak sub kutan, kelemahan hingga inflamasi
rongga mulut.
6. Hygiene
Pasien akan mengalami ketidakmampuan mempertahankan perawatan
diri dan bau badan.
7. Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah akan dialami pasien dengan titik
nyeri yang dapat berpindah.
8. Keamanan
Pasien mengalami anemia hemolitik, vaskulotis, arthritis dan
peningkatan suhu tubuh dengan kemungkinan muncul lesi kulit.

B. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi, proses penyakit.


b. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi mikroorganisme.
c. Resiko kurang cairan berhubungan dengan intake yang kurang dan diaforesis.
d. Ansietas berhubungan dengan hipertermi, efek proses penyakit

7. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
berhubungan dengan keperawatan selama…x24jam  Monitir suhu sesering mungkin
proses infeksi, proses klien menunjukkan temperatur  Monitor IWL
penyakit. dalam batas normal dengan  Monitor warna dan suhu kulit
Batasan karakeristik : kriteria hasil:  Monitor tekanan darah, nadi
 Kenaikan suhu tubuh  Suhu Tubuh dalam batas normal dan RR
diatas rentang normal  Bebas dari kedinginan  Monitor penurunan tingkat
 Serangan atau konvulsi  Suhu tubuh stabil 36,50-37,50c kesadaran
(kejang)  Termoregulasi dbn  Monitor WBC, HB dan HCT
 Kulit kemerahan  Nadi dbn  Monitor intake dan output
 Pertambahan RR <1 bln : 90-170  Kolaborasikan pemberian
 Takikardi <1 thn : 80-160 antipiretik
 Saat disentuh tangan 2 thn : 80-120  Berikan pengobatan untuk
terasa hangat 6 thn : 75-115 mengatasi penyebab demam
10 thn : 70-110  Selimuti pasien
14 thn : 65-100  Berikan cairan intravena
>14thn : 60-100  Kompres pasien pada lipat paha
 Respirasi dbn dan aksila
BBL : 30-50 x/m  Tingkatkan sirkulasi udara
Anak-anak : 15-30 x/m  Berikan pengobatan untuk
Dewasa : 12-20 x/m mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation
 Monitor suhu minimal tiap 2
jam
 Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
 Monitor TD, nadi dan RR
 Monitor warna dan suhu kulit
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative dari
kedinginan
 Berikan antipiretik bila perlu
Vital Sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS pada saat pasien
berbaring, duduk atau berdiri
 Monitor TD , nadi, RR,
sebelum, selama dan sesudah
aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
dari pernafasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernafasan
abnormal
 Monitor warna, suhu dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2. Resiko injuri Setelah dilakukan tindakan  Sediakan lingkungan yang
berhubungan dengan keperawatan selama …x24jam aman untuk pasien
infeksi mikroorganisme. anak bebas dari cidera dengan  Identifikasi kebutuhan
kriteria hasil: keamanan pasien sesuai
 Menunjukan homeostatis dengan kondisi fisik dan fungsi
 Tidak ada perdarahan mukosa kognitif pasien dan riwayat
dan bebas dari komplikasi lain penyakit terdahulu pasien
 Menghindari lingkungan yang
berbahaya misalnya
memindahkan perabotan
 Memasang side rail tempat
tidur
 Menyediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih
 Membatasi pengunjung
 Memberikan penerangan yang
cukup
 Menganjurkan keluarga untuk
menemani pasien
 Mengontrol lingkungan dari
kebisingan
 Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan
 Berikan penjelasan pada pasien
dan keluarga atau pengunjung
adanya perubahan status
kesehatan dan penyebab
penyakit.
3. Resiko kurang cairan Setelah dilakukan tindakan Fluid management:
berhubungan dengan keperawatan selama …x24jam  Pertahankan catatan intake dan
intake yang kurang dan volume cairan adekuat dengan output yang akurat
diaphoresis, faktor yang kriteria hasil:  Monitor status dehidrasi
mempengaruhi  Mempertahankan urine output (kelembaban membrane mukosa,
kebutuhan cairan sesuai dengan usia dan BB, BJ urine nadi adekuat, tekanan darah
(hipermetabolik). normal, HT normal ortostatik)
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh  Monitor vital sign
dalam batas normal  Monitor asupan makanan/
 Tidak ada tanda- tanda dehidrasi, cairan dan hitung intake kalori
elastisitas turgor kulit baik, harian
membrane mukosa lembab, tidak  Lakukan terapi IV
ada rasa haus yang berlebihan.  Monitor status nutrisi
 Berikan cairan
 Berikan cairan IV pada suhu
ruangan
 Dorong masukan oral
 Berikan penggantian nasogastrik
sesuai output
 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
 Anjurkan minum kurang lebih 7-
8 gelas belimbing perhari
 Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
memburuk
 Atur kemungkinan transfusi
4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan  Kaji dan identifikasi serta
dengan hipertermi, efek keperawatan selama 2x24jam luruskan informasi yang dimiliki
proses penyakit ansietas klien/keluarga hilang klien/keluarga mengenai
dengan kriteria hasil: hipertermi
 Klien/keluarga dapat  Berikan informasi pada
mengidentifikasi hal-hal yang dapat klien/keluarga yang akurat
meningkatkan dan menurunkan tentang penyebab hipertermi
suhu tubuh  Validasi perasaan klien/keluarga
 Klien/keluarga mau berpartisipasi dan yakinkan klien/keluarga
dalam setiap tidakan yang bahwa kecemasan merupakan
dilakukan respon yang normal
 Klien/keluarga mengungkapkan  Diskusikan dengan
penurunan cemas yang klien/keluarga rencana tindakan
berhubungan dengan hipertermi, yang dilakukan berhubungan
proses penyakit dengan hipertermi dan keadaan
penyakit
DAFTAR PUSTAKA

Corwin. (2000). Hand BookOf Pathofisiologi. Jakarta:EGC

Huda Nurarif, Amin & Kusuma, Hardhi.(2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda-NIC NOC. Jakarta: MediAction

Johnson, M., et all. (2010). Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Julia Klaartje Kadang, SpA (2015). Metode Tepat Mengatasi Demam. www.
Google.Com diakses tanggal 22 Januari 2018.

Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. (2010). Fever. University of Washington.


Available from
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm. Diakses
pada tanggal 22 Januari 2018 pukul 22.00

Nanda.(2015). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan


Klasifikasi. Jakarta : Prima Medika.

Robert, (2007), Penyakit – Penyakit Tropis, Artikel diakses dari


ww.who_peditric.com

Santosa, Budi. (2007). Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika.

Sinarty hartanto.(2003). Klien Demam Perlu Kompres.www.


Pediatrik.Com/knal.php.diakses tanggal 22 Januari 2018.

Soedarto, (2007), Sinopsis Kedokteran Tropis.Surabaya: Airlangga Universitas


Press.

Anda mungkin juga menyukai