Disusun oleh:
Claudia Lendeon
18202111034
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa penulis juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
(PENDAHULUAN)
1.3 Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui tentang limbah cair dan limbah B3.
1.3.2. Untuk mengetahui pengelolaan limbah cair dan limbah B3.
1
BAB II
(ISI)
2
Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik
sehingga memudahkan di dalam pengolahannya. Sebaliknya, limbah industri
lebih sulit pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat,
dan zat-zat organik yang bersifat toksik.
3
3. Kandungan zat anorganik (mis. P, Pb, Cd, Mg)
4. Kandungan gas (mis. O2, N, CO2)
5. Kandungan bakteri (mis. E. Coli)
6. Kandungan pH
7. Suhu
4
3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di
air didalam penggunaannya sehari-hari.
4. Tidak dihinggapi oleh vector atau serangga yang menyebabkan
penyakit.
5. Tidak terbuka dan harus ditutup.
6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap.
5
3. Sumur resapan (seepage pit)
Sumur resapan merupakan sumur tempat menampung air limbah
yang telah mengalami pengolahan dalam sistem lain, misalnya dari
aqua privy atau septic tank. Dengan cara ini, air hanya tinggal
mengalami peresapan kedalam tanah. Sumur resapan ini dibuat pada
tanah yang porous, dengan diameter 1-2,5 m dan kedalaman 2.5 m.
lama pemakaian dapat mencapai sekitar 6-10 tahun.
4. Septic tank
Septic tank menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk
mengelola air limbah walau biayanya mahal, rumit dan memerlukan
tanah yang luas.
Septic tank memiliki 4 bagian antara lain :
a. Ruang pembusukan
Dalam ruangan ini, air kotor akan tertahan 1-3 hari dan akan
mengalami penguraian oleh bakterti pembusuk yang akan
menghasilkan gas, cairan dan lumpur. Gas dan cairan akan
kedalam dosing camber melalui pipa. Lumpu akan masuk ke
ruang lumpur.
b. Ruang lumpur
Ruang lumpur merupakan tempat penampung lumpur apabila
ruang sudah penuh, lumpur dapat dipmpa keluar.
c. Dosing chamber
Dalam dosing chamber terdapat siphon Mc Donald’s yang
berfungsi untuk mengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke
bidang resapan agar merata.
d. Bidang resapan
Bidang ini akan mnyerap cairan keluar dari dosing chamber dan
menyaring bakteri pathogen maupun bibit penyakit lain. Panjang
minimal bidang resapan ini 10 m dan dibuat pada tanah porous.
5. Sistem Riool (sewage)
Sistem riool menampung semua air kotor dari rumah maupun dari
perusahaan, dan terkadang menampungn kotoran dari lingkungan.
6
Apabila dipakai untuk menampung air hujan, sisteo riool ini disebut
combined system, sedangkan jika bak penampung air hujannya
dipisahkan maka disebut separated system. Agar tidak merugikan
kepentingan lain, air kotor dialirkan ke ujung kotak, misalnya ke
daerah peternakan, pertanian, atau perikanan darat. Air kotor itu
masih memerlukan pengolahan.
Proses pengolahan yang dilakukan antara lain :
a. Penyaringan (screening)
Penyaringan ditujukan untuk menangkap benda-benda yang
terapung di atas permukaan air.
b. Pengendapan (sedimentation)
Pada proses ini air limbah, dialirkan ke dalam bak besar (sand
trap) sehingga aliran menjadi lambat dan lumpur serta pasir
mengendap.
c. Proses biologis
Proses ini menggunakan mikroba untuk memusnahkan zat
organic di dalam limbah baik secara aerob maupun anaerob.
d. Disaring dengan saringan pasir (sand filter)
e. Desinfeksi
Desinfeksi dengan kaporit (10 kg/1 juta liter air limbah) untuk
membunuh mikroba pathogen.
f. Pengenceran
Terakhir, air limbah dibuang ke sungai, danau atau laut sehingga
mengalami pengenceran.
Semua proses pengolahan air limbah ini dilakukan dalam suatu instalasi
khusus yang dibangun di ujung kota.
2.2 Limbah B3
2.2.1 Pengertian Limbah B3
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3
adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya
dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
7
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Limbah industry (industrial waste) yang berbentuk cair dapat berasal
dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada proses produksinya.
Selain itu limbah cair juga dapat berasal dari bahan baku yang mengandung
air sehingga didalam proses pengolahannya, air harus di buang. Jenis-jenis
industri yang menghasilkan limbah cair antara lain, industri pulp dan rayon,
pengolahan crumb rubber, minyak kelapa sawit, baju dan besi, minyak
goreng, kertas, tekstil, kaustik soda, elektor plating, plywood, tepung tapioka,
pengalengan, pencelupan dan pewarna, daging, dll.
Limbah cair industri mengandung bahan pencemar yang bersifat racun
dan berbahaya yang dikenal dengan sebutan B3 (bahan beracun dan
berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan yang dalam jumlah relative
sedikit tetapi mempunyai potensi untuk mencemarkan dan merusak
kehidupan dan sumber daya. Apabila ditinjau secara kimia, bahan-bahan
tersebut mengandung 60.000 jenis bahan kimia dari 5 juta jenis bahan kimia
yang sudah dikenal.
Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah ini bergantung pada
jenis dan karakteristiknya, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Mengingat sifat, karakteristik dan akibat yang ditimbulkan limbah
di masa sekarang maupun di masa yang akan datang, diperlukan langkah-
langkah pencegahan, penanggulangan, dan pengelolaannya secara efektif.
Air dan pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang larut
maupun mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan halus. Kerapkali air dari
pabrik berwarna keruh dan temperaturrnya tinggi.
Air yang mengandung senyawa kimia beracun dan berbahaya
mempunyai sifat tersendiri. Air limbah yang telah tercemar memberikan ciri
yang dapat diidentifikasi secara visual maupun melalui pemeriksaan
laboratorium. Identifikasi secara visual dapat diketahui melalui kekeruhan,
warna air, rasa, bau yang ditimbulkan, dan indikasi lain. Sementara itu,
identifikasi secara laboratorium diatandai dengan terjadinya perubahan sifat
8
kimia air karena air telah mengandung bahan kimia yang beracun dan
berbahaya dalam konsentrasi yang melebihi batas yang dianjurkan.
Jumlah limbah yang dikeluarkan masing-masing industri bergantung
pada hasil produksi yang dihasilkan beserta jenis produknya. Sebagai
gambaran, industri pulp dan rayon menghasilkan limbah air sebanyak 30
meter kubik setiap ton pupl yang diproduksi. Contoh lainnya, industri ikan
dan makanan laut menghasilkan limbah air berkisar antara 79-500 meter
kubik per hari, sedankan industri pengolahan crumb rubber menghasilkan
antara 100-1000 meter kubik limbah per hari.
9
b. Pengolahan primer (primary treatment)
Pada tahapan ini dilakukan penyaringan terhadap padatan halus
atau zat warna terlarut maupun tersuspensivyang tidak terjaring
pada penyaringan terdahulu. Ada dua metode utama yang dapat
dilakukan yaitu pengolahan secara kimia dan fisika.
Pengolahan secara kimia dilakukan dengan cara mengendapkan
bahan padatan melalui penambahan zat kimia. Reaksi yang
terjadi akan menyebabkan berat jenis bahan padatan menjadi
lebih besar daripada air. Tidak semua reaksi dapat berlaku untuk
semua senyawa kimia (terutama senyawa organik).
Pengolahan secara fisika dilakukan melalui pengendapan maupun
pengapungan yang ditujukan untuk bahan kasar yang terkandung
dalam air limbah. Pengapungan dilakukan dengan memasukkan
udara ke dalam air dan menciptakan gelembung gas sehingga
partikel halus terbawa bersama gelembung ke permukaan air.
Sementara itu, pengendapan (tanpa penambahan bahan kimia)
dilakukan dengan memanfaatkan kolam berukuran tertentu untuk
mengendapkan partikel-partikel dari air yang mengalir di atasnya.
c. Pengolahan sekunder (secondary treatment)
Tahap ini melibatkan proses biologis yang bertujuan untuk
menghilangkan bahan organik melalui proses oksidasi biokimia.
Di dalam proses biologis ini, banyak dipergunakan reaktor
lumpur aktif dan trickling filter.
d. Pengolahan tersier (tertiary treatment)
Pengolahan tersier merupakan tahap pengolahan tingkat lanjut
yang ditujukan terutama untuk menghilangkan senyawa organik
maupun anorganik. Proses pada tingkat lanjut ini dilakukan
melalui proses fisik (filtrasi, destilasi, pengapungan, pembekuan,
dan lain-lain), proses kimia (absorbsi karbon aktif, pengendapan
kimia, pertukaran ion, elektrokimia, oksidasi dan reduksi), dan
proses biologi (pembusukan oleh bakteri dan nitrifikasi alga).
2. Pengolahan Berdasarkan Karakteristik
10
Proses pengolahan berdasarkan karakteristik air limbah dapat
dilakukan secara :
a. Proses fisik, dapat dilakukan melalui :
1) Pengahancuran
2) Perataan air (mis. Mengubah sistem saluran dan membuat
kolam)
3) Penggumpalan (mis. Menggunakan aluminium sulfat dan
terrosulfat)
4) Sedimentasi
5) Pengapungan
6) Filtrasi
b. Proses kimia, dapat dilakukan melalui :
1) Pengendapan dengan bahan kimia
2) Pengolahan dengan lagoon atau kolam
3) Netralisasi
4) Penggumpalan atau koagulasi
5) Sedimentasi (misalnya dengan discrete setting, floculant
setting, dan zone setting)
6) Oksidasi dan reduksi
7) Klorinasi
8) Penghilangan klor (biasanya menggunakan karbon aktif atau
natrium sulfat)
9) Pembuangan fenol
10) Pembuangan sulfur
c. Proses biologi, dapat dilakukan dengan :
1) Kolam oksidasi
2) Lumpur aktif (mixed liquid suspended solid, MLSS)
(Chandra, 2007).
11
dan bakteri total coliform di kelurahan Malendeng Kota Manado di dapat bahwa
hasil laboraturium parameter BOD, COD, dan Bakteri Total Coliform pada minggu
pertama pagi hari di bak outlet yaitu : BOD : 9 mg/l, COD : 107 mg/l, Bakteri Total
Coliform : 2400 MPN/100 ml. Pada waku siang hari di bak outlet yaitu : BOD : 110
mg/l, COD : 97 mg/l, Bakteri Total Coliform : 2400 MPN/100 ml. Pada minggu
kedua pagi hari di bak outlet yaitu : BOD : 30 mg/l, COD : 65 mg/l, Bakteri Total
Coliform : 2400 MPN/100 ml. Pada waktu siang hari di bak outlet BOD : 77 mg/l,
COD : 168 mg/l, Bakteri Total Coliform : 2400 MPN/100 ml. Berdasarkan hasil
diatas dapat disimpulkan bahwa IPAL komunal gerbang dapat dikatakan kurang
efektif walaupun ada parameter dibawah baku mutu tetapi masih ada beberapa
parameter pada waktu tertentu diatas baku mutu sehingga harus dilakukan
perbaikan terhadap IPAL komunal gerbang.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Rompas (2016) tentang
Kandungan Fosfat (Po₄) Pada Limbah Cair Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud)
Kota Bitung Tahun 2016 diperoleh hasil bahwa kandungan fosfat di RSUD Kota
Bitung pada waktu pengambilan pagi hari di bak outlet tidak memenuhi syarat
standar baku mutu menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun
2014 sedangkan kandungan fosfat pada waktu pengambilan malam hari di bak
outlet memenuhi syarat standar baku mutu. Perlu dilakukan pemeriksaan secara
berkala, perawatan dan pengontrolan untuk mengetahui penurunan kualitas air hasil
olahan IPAL dan perlu adanya perbaikan peralatan IPAL yang rusak, agar dapat
meningkatkan efisiensi penguraian dan penurunan zat-zat organik sebelum air
limbah dibuang ke lingkungan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sedua (2016) tentang gambaran sanitasi
lingkungan pada balita penderita diare di Kelurahan Pondang Kecamatan Amurang
Timur Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2016 di dapat bahwa hasil penelitian
menunjukkan bahwa kejadian diare di Kelurahan Pondang Kecamatan Amurang
Timur Kabupaten Minahasa Selatan sangat di pengaruhi oleh sanitasi lingkungan
yang masih kurang baik dikarenakan masih ada balita yang buang tinja
sembarangan, sampah tidak di pisahkan, dan masih banyak masyarakat yang belum
memiliki saluran pembuangan air limbah. Sanitasi lingkungan di Kelurahan
12
Pondang masih kurang baik dikarenakan masyarakat belum menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Lamato (2016) tentang Analisis
Kualitas Kimia Air Limbah Rumah Sakit Di RSUD Dr. Sam Ratulangi Tondano
Tahun 2016 diperoleh hasil kualitas kimia air limbah rumah sakit di RSUD DR.
Sam Ratulangi Tondano untuk parameter BOD, COD, dan pH sudah memenuhi
syarat. Untuk mempertahankan kualitas air limbah perlu dilaksanakan pemantauan
dan pengawasan terhadap air limbah baik sesudah pengolahan atau sebelum
dialirkan ke lingkungan.
13
BAB III
(PENUTUP)
3.1 Kesimpulan
Limbah cair merupakan salah satu jenis sampah. Adapun sampah (waste)
adalah zat – zat atau benda – benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik yang berasal
dari rumah maupun sisa – sisa proses industri.
Metode pengelolaan limbah cair yaitu pengenceran ( disposal by dilution),
cesspool, sumur resapan (seepage pit), septic tank, sistem riool (sewage).
Sedangkan untuk pengelolaan limbah cair b3 yaitu pengolahan berdasarkan tingkat
perlakuan yang terbagi atas prapengolahan (pretreatment), pengolahan primer
(primary treatment), pengolahan sekunder (secondary treatment), pengolahan
tersier (tertiary treatment). Dan pengolahan berdasarkan karakteristik yang terbagi
atas proses fisik, proses kimia, proses biologi.
3.2 Saran
Saran dari penulis yaitu Limbah cair merupakan limbah yang berbahaya bagi
semua makhluk hidup jika tidak di buang ataupun di olah sesuai dengan prosedur
yang benar, maka kita sebagi warga negara yang baik harusnya mampu menjaga
kelestarian lingkungan dengan tidak membuang limbah secara sembarangan dan
pemerintahpun juga harus bersiikap tegas terhadap orang yang melanggar.
14
DAFTAR PUSTAKA
15