DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan nikmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Ginekologi, yang berjudul : “Penyakit
Kandungan Radang Pada Genitalia Eksterna” tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini bersumber dari semua data yang kami peroleh baik dari media
cetak, media elektronik, serta bimbingan dari dosen mata kuliah. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih kepada Bunda Hj.Rachmawati,S.Sos,M.Kes. selaku dosen mata kuliah
Ginekologi, rekan-rekan prodi DIV Kebidanan tingkat 1 Poltekkes Kemenkes Bengkulu yang
kami banggakan, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi isi maupun penulisannya. Dalam hal ini kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak dalam menyusun makalah ini
sehingga dapat menjadi makalah yang baik dan bermanfaat bagi kita semua, terutaman
mahasiswa Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Penyusun
DAFTAR ISI
2.1 Bartonilitis
A. Pengertian
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan
pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa
nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan
pada kelamin yang memerah.
B. Etiologi
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di bagian
dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea, dan sebagainya. Infeksi ini
kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas vagina.
a. Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
Jamur : kandida albikan.
Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
Bakteri : neiseria gonore.
b. Infeksi alat kelamin wanita bagian atas :
Virus : klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.
Jamur : asinomises.
Bakteri : neiseria gonore, stafilokokus dan E.coli
C. Patofisiologi
Lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar sehingga disebut sebagai kista
(kantong berisi cairan). “Kuman dalam vagina bisa menginfeksi salah satu kelenjar bartolin
hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak ada infeksi, tak akan menimbulkan keluhan.
E. Pengobatan
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan: antibiotika golongan cefadroxyl
500 mg, diminum 3×1 sesudah makan, selama sedikitnya 5-7 hari, dan asam mefenamat 500 mg
(misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 3×1 untuk meredakan rasa nyeri dan
pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Vullva
3. In speculo
G. Penatalaksanaan
Tatalaksana Infeksi Alat Kelamin Wanita
Berikut ini adalah beberapa infeksi alat kelamin wanita yang sering dijumpai di
Puskesmas dan tatalaksana yang disesuaikan dengan sarana diagnosis dan obat-obatan yang
tersedia.
1. Gonore (GO)
Anamnese :
a. 99 kasus GO pada wanita menyerang servik uteri dan 50-75 % kasus pada wanita
tidak ada gejala atau keluhan.
b. Kalau ada keluhan biasanya disuria dan lekore, yang sering diabaikan oleh
penderita.
c. Sering anamnese hanya didapatkan riwayat kontak dengan penderita.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan dengan spekulum : ostium uteri eksternum bisa tampak normal, kemerahan
atau erosif. Tampak vaginal discharge dengan sifat mukoid keruh, mukopurulen atau
purulen. Mungkin didapatkan komplikasi seperti : bartolinitis, salpingitis, abses tubo
ovarii bahkan pelvik peritonitis. Ketiga komplikasi tersebut terahir disebut Pelvis
Inflamatory Disease (PID).
Laboratorium :
Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus gram negatif intraseluler lekosit.
2. Uretritis Non Gonore
Anamnese :
Biasanya tidak ada keluhan. Kalau ada, keluhan biasanya adalah disuria dengan atau
tanpa discharge. Sering juga dikeluhkan keluar darah pada akhir dari buang air kecil
(terminal dysuria). Sering bersifat kumat-kumatan (yang membedakan dengan GO)
Riwayat kontak sering (+)
Pemeriksaan :
Mungkin ada discharge uretra. Bila disertai sistitis, mungkin ada nyeri tekan suprapubis.
Laboratorium :
Uretral discharge : diplokokus (-), lekosit >10/lapangan pandang.
Urin : berawan atau didapat benang-benang pendek (threads)
3. Trikomoniasis
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah adanya keputihan dengan jumlah banyak, berwarna
kuning atau putih kehijauan. Sakit pada saat berhubungan sex (dyspareunia) juga sering
dikeluhkan. Riwayat suami kencing nanah perlu ditanyakan, karena > 50% penderita
GO wanita disertai dengan trikomoniasis.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan in speculo : terasa sakit, fluor albus cair dengan jumlah banyak dan
berwarna kuning atau putih kehijauan, khas : didapat bintik-bintik merah (punctatae red
spots atau strawbery cervix) di dinding vagina.
Laboratorium :
Fluor albus : dengan mikroskup cahaya Trichomonas vaginalis (+).
4. Kandidiasis
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah keputihan dan gatal di vagina. Mungkin juga dikeluhkan
adanya rasa sakit waktu melakukan aktivitas sexual. Faktor predisposisi : diabetes
militus, pemakaian Pil KB, dan pemakaian antibiotika yang tidak terkontrol serta
kegemukan.
Pemeriksaan :
Vulva : tampak merah, udem, adanya plak putih, mungkin didapat juga fisura atau erosi
(Vulvovaginitis).
In speculo : Terasa sakit, Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan biasanya
menutup portio.
Laboratorium :
Sel ragi (yeast cells) atau tunas (budding body) dan pseudohypha atau spora.
H. Pencegahan
Untuk menghadang radang, berbagai cara bisa dilakukan. Salah satunya adalah gaya hidup bersih
dan sehat :
1. Konsumsi makanan sehat dan bergizi. Usahakan agar Anda terhindar dari kegemukan
yang menyebabkan paha bergesek. Kondisi ini dapat menimbulkan luka, sehingga
keadaan kulit di sekitar selangkangan menjadi panas dan lembap. Kuman dapat hidup
subur di daerah tersebut.
2. Hindari mengenakan celana ketat, karena dapat memicu kelembapan. Pilih pakaian dalam
dari bahan yang menyerap keringat agar daerah vital selalu kering.
3. Periksakan diri ke dokter jika mengalami keputihan cukup lama. Tak perlu malu
berkonsultasi dengan dokter kandungan sekalipun belum menikah. Karena keputihan
dapat dialami semua perempuan.
4. Berhati-hatilah saat menggunakan toilet umum. Siapa tahu, ada penderita radang yang
menggunakannya sebelum Anda.
5. Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan gerakan membasuh dari
depan ke belakang.
6. Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
7. Jika tidak dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner. Perempuan seringkali salah
kaprah. Mereka merasa nyaman jika pakaian dalamnya bersih. Padahal penggunaan
pantyliner dapat meningkatkan Kelembapan kulit di sekitar vagina.
8. Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman yang merugikan
kesehatan. Produk pembersih dan pengharum vagina yang banyak diperdagangkan
sebetulnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika digunakan berlebihan bisa berbahaya.
9. Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat, kuman juga bisa
berasal dari pasangan Anda. Jika Anda berganti-ganti pasangan, tak gampang mendeteksi
sumber penularan bakteri. Peradangan berhubungan erat dengan penyakit menular
seksual dan pola seksual bebas.
2.2 VAGINITIS
A. Definisi
Vaginitis adalah suatu peradangan pada lapisan vagina. vulvitis adalah suatu peradangan
pada vulva (organ kelamin luar wanita). vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva dan
vagina.
B. Etiologi
Penyebabnya bisa berupa:
1. Infeksi
- Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)
- Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan
pemakai antibiotic
- Protozoa (misalnya trichomonas vaginalis)
- Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes)
2. Zat atau benda yang bersifat iritatif
- Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons
- Sabun cuci dan pelembut pakaian
- Deodoran
- Zat di dalam air mandi
- Pembilas vagina
- Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap keringat
- Tinja
3. Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
4. Terapi penyinaran obat-obatan
5. Perubahan hormonal
C. Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari vagina.
Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal
dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal
dan warnanya bermacam-macam. misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan atau
kemerahan.
Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu
atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan hubungan seksual atau mencuci
vagina dengan sabun, bau cairannya semakin menyengat karena terjadi penurunan keasaman
vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh. Vulva terasa agak gatal dan mengalami
iritasi.
Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada vulva
dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina keluar cairan kental seperti keju.
Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi
antibiotik.
Infeksi karena trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih,
hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap. Gatal-gatalnya sangat hebat.
Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan oleh kanker
vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium. Polip pada serviks bisa menyebabkan
perdarahan vagina setelah melakukan hubungan seksual. Rasa gatal atau rasa tidak enak pada
vulva bisa disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker
stadium awal yang belum menyebar ke daerah lain).
Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi herpes atau
abses. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan ole kanker atau sifilis. Kutu kemaluan
(pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di daerah vulva.
D. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan karakteristik cairan
yang keluar dari vagina. Contoh cairan juga diperiksa dengan mikroskop dan dibiakkan untuk
mengetahui organisme penyebabnya. Untuk mengetahui adanya keganasan, dilakukan
pemeriksaan pap smear.
Pada vulvitis menahun yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan biasanya
dilakukan pemeriksaan biopsi jaringan.
E. Pengobatan
Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air bisa membantu
mengurangi jumlah cairan. Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai
dengan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-
virus, tergantung kepada organisme penyebabnya. Untuk mengendalikan gejalanya bisa
dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh
dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya peradangan
panggul.
Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi menempel satu
sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari.
Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan
vagina lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri. Pada infeksi meular seksual,
untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual diobati pada saat yang sama.
Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen. Estrogen
bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva
dan vagina.
Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak terlalu
ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya terbuat dari katun)
serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sabun gliserin). Untuk mengurangi nyeri dan
gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin.
Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim
atau salep corticosteroid dan antihistamin per-oral (tablet). Krim atau tablet acyclovir diberikan
untuk mengurangi gejala dan memperpendek lamanya infeksi herpes. Untuk mengurangi nyeri
bisa diberikan obat pereda nyeri.
C. Patofisiologi
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp. pada sel epitel vagina. Kemampuan
melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies Candida lainnya. Kemudian, Candida sp.
mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan-ikatan protein sel
pejamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida sp. juga mengeluarkan
mikotoksin diantaranya gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan menekan
sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasi Candida sp. memudahkan proses invasi tersebut
berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada pejamu.
D. Manifestasi Klinis
Vulvovaginal gejala kandidiasis, yaitu, suatu pertumbuhan berlebih dari Candida
albicans, meliputi:
- Gatal, nyeri dan / atau pembakaran ketidaknyamanan pada vagina dan vulva
- Berat dadih putih seperti vagina
- Ruam merah terang yang mempengaruhi bagian dalam dan luar dari vulva, kadang-kadang
menyebar luas di pangkal paha untuk memasukkan daerah kemaluan, daerah inguinal dan
paha.
Ini bisa berlangsung hanya beberapa jam atau bertahan selama berhari-hari, berminggu-
minggu, atau jarang, bulan. Gejala mungkin kadang-kadang diperparah oleh hubungan seksual.
E. Komplikasi
- Ketidaknyamanan yang tidak hilang
- Infeksi kulit (dari garukan)
- Komplikasi karena penyebab kondisi (seperti gonore dan infeksi kandida)
F. Pencegahan
Untuk mencegah infeksi jamur, mengenakan pakaian katun agar udara dapat bersirkulasi.
Walaupun sejumlah obat untuk mengobati infeksi jamur baru-baru ini akan tersedia over-the-
counter, berhati-hati dalam membuat diagnosis diri terburu-buru.
Penggunaan kondom selama hubungan seksual bisa mencegah sebagian besar infeksi
menular seksual vagina. Tepat pas dan memadai penyerap pakaian, dikombinasikan dengan baik
kebersihan daerah genital juga mencegah banyak kasus infeksi non-vulvovaginitis.
Anak-anak harus diajarkan bagaimana cara benar membersihkan daerah genital saat
memandikan atau mandi. Tepat menyeka setelah menggunakan toilet juga akan membantu (anak
harus selalu menyeka dari depan ke belakang untuk menghindari memperkenalkan bakteri dari
anus ke vagina). Serta tangan harus dicuci bersih sebelum dan setelah menggunakan kamar
mandi.
G. Penatalaksanaan
Kadang-kadang Candida albicans infeksi tetap ada meski terapi konvensional yang
memadai. Pada beberapa wanita hal ini mungkin merupakan tanda kekurangan zat besi , diabetes
melitus atau masalah imun, dan tes yang sesuai harus dilakukan.
Perempuan yang mengalami berulang Vulvovaginal Candida albicans melakukannya
karena infeksi persisten, daripada infeksi ulang. Tujuan dari perawatan dalam situasi ini adalah
untuk menghindari pertumbuhan berlebih dari kandida yang mengarah ke gejala, daripada harus
mampu mencapai pemberantasan menyelesaikan atau menyembuhkan.
Ada beberapa bukti bahwa langkah-langkah berikut dapat membantu:
- Kapas atau uap air-wicking pakaian dalam dan pakaian longgar, menghindari stoking
nilon.
- Perendaman dalam garam mandi. Hindari sabun
- Menggunakan pembersih non-sabun atau krim untuk mencuci berair.
- Terapkan hidrokortison krim untuk mengurangi gatal dan mengobati sekunder dermatitis
mempengaruhi vulva.
- Perlakukan dengan krim anti jamur sebelum setiap periode menstruasi dan sebelum terapi
antibiotik untuk mencegah kambuh. Sebuah perjalanan panjang sebuah antijamur topikal
agen kadang-kadang diperlukan (tapi hal ini mungkin sendiri menyebabkan dermatitis atau
hasil dalam non-proliferasi candida albicans).
- Antijamur oral obat-obatan (itrakonazol atau flukonazol) dapat diambil secara teratur dan
sebentar-sebentar (misalnya sekali sebulan). Dosis dan frekuensi yang cukup bervariasi,
tergantung pada keparahan gejala. Oral agen antijamur mungkin tidak sesuai pada
kehamilan. Mereka membutuhkan resep.
- Asam borat (boraks) 600mg sebagai supositoria pada malam hari dapat membantu untuk
mengasamkan vagina dan mengurangi kehadiran khamir (albicans dan non-candida
albicans).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bartolinitis merupakan Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Infeksi alat kelamin wanita bagian
bawah biasanya disebabkan oleh : Virus ( kondiloma akuminata dan herpes simpleks), Jamur
(kandida albikan), Protozoa ( amobiasis dan trikomoniasis) dan Bakteri (neiseria gonore)
Vaginitis merupakan suatu peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah suatu
peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita).
Vovaginitis adalah peradangan pada vulva dan vagina. Penyebabnya adalah Bakteri
(misalnya klamidia, gonokokus), Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes,
wanita hamil dan pemakai Vulvovaginitis adalah iritasi/inflamasi pada kulit daerah vulva dan
vagina.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, oleh karena itu saran dan
kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/183809023/makalah-Radang-pada-genetalia-eksterna-dan-interna-docx
https://www.scribd.com/document/127763009/Jenis-Penyakit-Kandungan-Atau-Ginekologi