C. Auskultasi
Mendengarkan bunyitertentu dengan bantuan stetoskop dapat menggambarkan berbagai
perubahan dalam tubuh.Auskultasi pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat
mengidentifikasi“ bruit“. Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada
pembuluh darah tiroidea. Dalam keadaan normal, bunyi ini tidak terdengar. Dapat
diidentifikasi bila terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak
peningkatan aktivitas kelenjar tiroid. Auskultasi dapat pula dilakukan untuk mengidentifikasi
perubahan pada pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate jantung
yang dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan
perubahan metabilisme tubuh.
1.1.2 Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Adrenal
Berikut ini beberapa observasi yang penting dilakukan pada saat melakukan pengkajian:
1. Penampilan umum : kurus kering (esimiasai) pada Addison disease, sedangkan pada
Cushing’s Syndrome klien tampak : wajah bulat membesar (moon face), peningkatan lemak
di daerah leher dan punggung
2. Adanya tanda-tanda syok dan kelemahan yang ekstrim.
3. Tanda-tanda vital, lakukan pengecekan nadi setiap 4 jam, catat adanya perubahan tekanan
darah atau adanya perubahan ortostatik (baik penurunan atau peningkatan tekanan darah).
Tekanan darah; adanya hipotensi pada penyakit Addison dan hipertensi pada Cushing’s
Syndrome.
4. Dehidrasi atau overhidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit karena jika terapi steroid tidak
adekuat maka akan terjadi kehilangan natrium dan retensi kalium, tetapi jika terapi steroid
dosisnya terlalu tinggi, maka jumlah natrium akan berlebihan dan air diretensi tetapi ekskresi
kalium akan tinggi.
5. Kondisi fisik dan emosional atau psikosis karena pasien dengan gangguan cortex adrenal
sangat tidak toleran terhadap stress (Addison crisis).
6. Serak pada tenggorokan dan rasa terbakar pada perkemihan.
7. Timbang berat badan setiap hari, untuk mengukur penambahan atau pengurangan cairan.
8. Kelumpuhan akibat hipokalemia, fatique, kelemahan, osteoporosis.
9. Penurunan tingkat kesadaran.
10. Distribusi lemak, moon face dan dorsocervical fat pad (buffalo hump) pada bagian
posterior leher serta daerah supraklavikular, badan yang besar serta ekstremitas yang relatif
kurus, truncal obesity.
11. Peningkatan kadar androgen karena menyebabkan virilisme (maskulinisme) pada wanita,
penipisan pada rambut, tetapi menyebabkan hirsutisme pada tubuh dan wajah).
12. Status mental termasuk kehilangan memory, kurang konnsentrasi dan cognitive, euporia
dan depresi,kadang2 disebut “steroid psicosis”.
13. Integument : seperti adanya striae, kulit mudah, luka, ekomosis (memar), tipis dan rapuh.
14. Kaji adanya perubahan warna kulit pada area leher, wajah, tangan area tubuh yang lain,
adakah kulit terlihat terlalu lembab berair atau sangat kering.
15. Kaji apakah klien merasakan terlalu panas atau terlalu dingin.
16. Kaji apakah klien merasakan nervus atau tremor untuk melakukan sesuatu.
Pemeriksaan fisik secara menyeluruh dapat dilakukan secara head to toe atau secara spesifik
menemukan tanda dan gejala akibat penyakit pada korteks adrenal. Pemeriksaan fisik klien
yang dicurigai mengalami gangguan pada korteks adrenal secara spesifik dilakukan
berdasarkan gejala-gejala yang sering ditemukan akibat kelebihan (Cussing Syndrome) atau
kekurangan (Addison Desease) produksi hormon yang disekresi oleh kelenjar korteks
adrenal. Berikut ini metode pemeriksaan fisik pada klien dengan gangguan pada korteks
adrenal :
1. Inspeksi
Pemeriksaan fisik secara inspeksi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan untuk mengetahui
apakah ada kelainan yang dialami kllien yang ada kaitannya dengan penyakit pada gangguan
kelenjar adrenal tersebut.
a. Penyakit Addison
• Pigmentaasi pada kulit
• Buku-kuku jari, lutut, siku, membran mukosa
• Warna kulit; pucat, sianosis
• RR cepat
• Suhu tubuh diatas normal
• Tanda-tanda dehidrasi
• Bibir tampak kering
• Kelemahan umum
• Pasien tampak haus
• Membran mukosa kering
b. Cushing Sindrom
• Kifosis
• Buffalo hump
• Moon face
• Kulit wajah berminyak dan tumbuh jerawat.
• Virilitas pada wanita
• Hirsutisme (tumbuhnya bulu wajah yang berlebihan)
2. Palpasi
Pemeriksaan fisik secara palpasi pada kelenjar adrenal ini, bertujuan untuk mengetahui
apakah ada kelainan yang dialami kllien yang ada kaitannya dengan penyakit pada gangguan
kelenjar adrenal tersebut.
a. Penyakit Addison
• Nadi cepat dan lemah
• Nyeri abdomen
• Turgor kulit
b.Cushing Sindrom
• Kulit tipis, rapuh dan mudah luka
• Atropi payudara
• Klitoris yang membesar
3. Perkusi
a. Penyakit Addison
b. Cushing Sindrom
4. Auskultasi
a. Penyakit Addison
• Tekanan darah rendah
b.Cushing Sindrom
• Suara yang dalam
B. Palpasi Dalam
- Gunakan metode bimanual
- Tekan dinding abdomen sekitar 4 - 5 cm
- Catat adanya massa dan struktur organ dibawahnya. Jika terdapat massa, catat ukuran,
lokasi, mobilitas, kontur, dan kekakuan
C. Auskultasi :untuk mendengarkanbising usus meningkat.
- Hangatkan bagian diafragma dan bell stetoskop
- Letakkan sisi diafragma stetoskop tadi diatas kuadran kanan bawah pada area sekum.
- Berikan tekanan yang sangat ringan. Minta klien agar tidak berbicara
- Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi dan karakternya.
- Jika bising usus tidak mudah didengar, lanjutkan pemeriksaan sistematis, dengarkan setiap
kuadran abdomen
- Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada, hiperaktif atau hipoaktif
- Letakkan bagian bell/sungkup stetoskop diatas aorta, arteri renalis, arteri iliaka dan arteri
femoral.
1.1.3 Pemeriksaan Fisik Pada Kelenjar Paratiroid
Pada pemeriksaan fisik kelenjar paratiroid ini, difokuskan untuk mengetahui gangguan pada
kekuatan otot, persendian yang berkaitan dengan kelenjar paratiroid.
A. Inspeksi otot
- Inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain dan amati adanya atrofi atau
hipertrofi
- Jika didapatkan perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya dengan menggunakan mistar.
- Amati adanya otot dan tendo untuk mengetahui kemungkinan kontraktur yang ditujukan oleh
malposisi suatu bagia tubuh
- Lakukan palpasi pada saat otot istrahat dan pada saat otot bergerak secara aktif dan pasif
untuk mengetahui adanya kelemahan (lasiditas), kontraksi tiba-tiba secara
involunter(spastisitas)
- Uji kekuatan otot dengan cara menyeluruh klien menarik atau mendorong tangan pemeriksa,
bandingkan kekuatan otot ekstremitas kiri dengan ekstremitas kiri.
- Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara memberi penahanan secara resisten
- Amati kenormalan susunan dan deformitas.
- Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan
- Amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.
B. Inspeksi persendian
- Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian
- Palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan, gerakan, bengkak dan nodul
- Kaji rentang gerak persendian (Range of motion, ROM)
3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan
akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik
dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak.
Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi,
beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Pemeriksaan fisik pada kelenjar tiroid dapat dilakukan dengan teknik inspeksi,
palpasi, dan auskultasi.
3.2 Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini, mengharapkan kritik dan masukkan yang positif,
untuk penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.Semoga makalah kami, dapat menjadi
inspirasi bagi para pembaca, khususnya perawat