Konsep Dasar DM Print
Konsep Dasar DM Print
OLEH:
AMITA PRATAMA PUTRI (P27820715010)
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D IV KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
2017-2018
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELLITUS
A. Pengertian
Diabetes melitus ( DM ) dari bahasa Yunani: diabainein yang artinya “tembus”
atau “pancuran air”, dan kata Latin mellitus, “rasa manis”, yang umum dikenal sebagai
kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar
gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes melitus
merupakan penyakit kronik yang kompleks yang melibatkan kelainan metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak, berkembangnya komplikasi makrovaskuler,
mikrovaskuler dan neurologis (Long, 1996)
Diabetes Melitus ialah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price,
2005).
Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal
bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah (Smeltzer, 2002).
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah
tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara tepat.
(http://www.diabetesmellitus.com, maryland 2009).
Dari berbagai definisi diatas tentang Diabetes Melitus diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa Diabetes Melitus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
gangguan hormonal (dalam hal ini adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas)
dan melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein dimana seseorang
tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang
diproduksi dengan baik, karena proses autoimmun, dipengaruhi secara genetik dengan
gejala yang pada akhirnya menuju tahap perusakan imunologi sel – sel yang
memproduksi insulin.
D. Patofisiologi
Bermacam-macam penyebab diabetes mellitus yang berbeda-beda, akhirnya akan
mengarah kepada defisiensi insulin. Diabetes Mellitus mengalami defisiensi insulin,
menyebabkan glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula baru
(glukoneugenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat. Kemudian terjadi
proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton didalam plasma
akan menyebabkan ketonuria (keton dalam urin) dan kadar natrium menurun serta pH
serum menurun yang menyebabkan asidosis.
Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun,
sehingga kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia). Jika hiperglikemia ini parah
dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul Glukosuria. Glukosuria ini akan
menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan
timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi.
Glukosuria mengakibatkan keseimbangan kalori negatif sehingga menimbulkan rasa
lapar yang tinggi (polipagi). Penggunaan glukosa oleh sel menurun mengakibatkan
produksi metabolisme energi menjadi menurun, sehingga tubuh menjadi lemah.
Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil sehingga
suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang akan menyebabkan luka
tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat akan
menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadinya gangguan.
Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke retina menurun,
sehingga suplai makanan dan oksigen ke retina berkurang, akibatnya pandangan menjadi
kabur. Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada
struktur dan fungsi ginjal, sehingga terjadi nefropati
Diabetes mempengaruhi syaraf-syaraf perifer, sistem syaraf otonom dan sistem
syaraf pusat sehingga mengakibatkan neuropati (Price, 2005)
Pathways Keperawatan
Obesitas, obat-obatan, penyakit pankreas
kerusakan pankreas
Defisiensi insulin
Glukosa meningkat
Glukosa tidak dapat larut dan
Glukoneogenesis terserap ke dalam sel
Ketoagenesis
Hiperglikemia >140 mg/dl
Ketonemia
F. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin
dan glukosa dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapi dari setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadnya hipoglikemia dan gangguan serius pada
pola aktivitas pasien. Penatalaksanaan untuk diabetes mellitus terdiri dari
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan (Smeltzer, 2002)
1. Penatalaksanaan secara keperawatan
a. Penyuluhan/pendidikan kesehatan
Penyuluhan tentang diabetes, adalah pendidikan dan pelatihan
mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes yang
bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk meningkatkan
pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai
keadaan sehat optimal, dan penyesuaian keadaan psikologik serta
kualitas hidup yang lebih baik (Long, 1996)
b. Perencanaan makan
Pada konsensus perkumpulan endokrinologi indonesia
(PERKENI) telah ditetapkan bahwa standart yang dianjurkan adalah
santapan dengan komposisi yang seimbang. Pada saat ini,
Perhimpunan diabetes amerika dan perhimpunan diabetes amerikan
merekomendasikan bahwa untuk semua tingkat asupan kalori, makan
50 % hingga 60 % kalori berasal dari karbohidrat, 20-30 % berasal dari
lemak dan 12-20 % lainya berasal dari protein. Rekomendasi ini juga
konsisten dengan rekomendasi dari the american heart asociation dan
american cancer sosiety. Apabila diperlukan santapan dengan
komposisi karbohidrat sampai 70-75 % juga memberikan hasil yang
baik. Terutama untuk golongan ekonomi yang rendah. Jumlah kalori
disesuiakan dengan pertumbuhan, usia, statrus gizi, stress akut dan
kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal (Mirza, 2009)
Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah
agar berat badan tidak menjadi berlebihan dengan cara: kurangi kalori,
kurangi lemak, konsumsi karbohidrat komplek, hindari makanan manis
dan perbanyak makanan banyak serat.
c. Latihan/olahraga
Latihan atau olahraga selain dapat menurunkan kadar gula
darah karena membuat kerja insulin lebih efektif dengan cara
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki
pemakaian insulin. Olahraga sangat bermanfaat pada diabetes karena
dapat menurunkan berat badan, mengurangi rasa stress, mengurangi
faktor resiko kardiovaskuler dan mempertahankan kesegaran tubuh.
Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik,
tetapi jangan melakukan olahraga yang berat-berat.
2. Penatalaksanaan secara medis
a. Obat Hipoglikemik Oral
a) Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan dengan
obat golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau
insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan
produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi
pilihan utama para penderita DM tipe 2 dengan berat badan
berlebihan.
b) Golongan Biguanad /metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati,
memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer)
dianjurkan sebagai obat tinggal pada pasien kelebihan berat badan.
c) Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran
pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan.
Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih
normal.
b. Insulin
Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 yang Human Monocommponent Insulin (40 UI dan
100 UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid. Injeksi insulin dapat
diberikan kepada penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan
secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan
anti DM dengan dosis maksimal atau mengalami kontra indikasi
dengan obat-obatan tersebut. Bila mengalami ketoasidosis,
hiperosmolar asidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik,
pasien operasi berat , wanita hamil dengan gejala DM yang tidak dapat
dikontrol dengan pengendalian diet.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa darah yang
meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa yang
besarnya di atas 140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl pada
satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan criteria diagnostik penyakit DM.
H. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner,
1990).
2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a. Neuropati diabetik
b. Retinopati diabetik
c. Nefropati diabetik
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0 : tidak ada luka
2) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III : terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
KONSEP DASAR
KEPERAWATAN KELUARGA
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang yang
hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, tingga
bersama dan saling menguntungkan, empunyai tujuan bersama, mempunyai generasi
peneus, saling pengertian dan saling menyayangi. (Murray & Zentner, 1997) dikutip
dari (Achjar, 2010). Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social
dari individu-individu yang ada didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling
ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama. (Friedman, 1998)
Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
Keluarga adalah unit terkecil dari mastarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih
dengan ikatan perkawinan, kelahiran atau adopsi yang tinggal di satu tempat/ rumah,
saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masing-masing dan
mempertahankan suatu kebudayaan.
B. Ciri-ciri Keluarga
a. Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip dari (Setiadi, 2008)
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
3. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
4. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak.
5. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.
C. Tipe Keluarga
Dalam (Murwani, 2007) di sebutkan beberapa tipe keluarga yaitu :
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak-anak.
2) Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu,
paman, bibi dan sebagainya.
3) Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
4) “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat
disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5) “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah)
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah
2) The Stepparent Family Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa
melelui pernikahan.
5) Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami – istri (marital partners).
6) Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alas an tertentu.
7) Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga
bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk
sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama atau
berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang –
barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau
saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.
10) Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanent karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.
D. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1986) mengidentifikasi lima fungsi keluarga, sebagai berikut:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif
tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut
dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam
keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi
afektif, seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi
afektif adalah :
Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain. Maka kemampuannya untuk
memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta
hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubbungan intim
didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memeberikan
hubungan dengan orang lain diluar keluarga/ masyarakat.
Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan
melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek
kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses
identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku
yang positif dari kedua orang tuanya.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah
keluarga, timbul karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat
terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan
menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang ada di sekitarnya Kemudian
beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar
meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.
Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi
atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain
untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk
keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan
makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat
dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri, hal ini
menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan
atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat
dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat
melaksanakana tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan.
1. Pengkajian
Proses pengakajian keluarga dapat berasal dari berbagai sumber seperti wawancara,
observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga.
a. Data umum
1) Yang perlu dikaji pada data umum antara lain nama kepala keluarga dan anggota
keluarga, alamat, jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan. Pada pengkajian
pendidikan diketahui bahwa pendidikan berpengaruh pada kemampuan dalam
mengatur pola makan dan kemampuan pasien dalam pengelolaan serta perawatan
diabetes mellitus. Umur juga dikaji karena faktor usia berpengaruh terhadap
terjadinya diabates mellitus dan usia dewasa tua ( >40 tahun ) adalah resiko tinggi
diabetes mellitus (Harmoko, 2012).
2) Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui adanya faktor genetik atau faktor keturunan
untuk timbulnya diabetes mellitus pada pasien.
3) Tipe Keluarga
Menjelaskan mengenai tipe / jenis keluarga beserta kendala atau masalah-masalah
yang terjadi pada keluarga tersebut. Biasanya dapar terjadi pada bentuk keluarga
apapun.
4) Suku
Mengakaji asal usul suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
dan kebiasaan adat penderita tersebut terkait dengan penyakit diabetes melitus.
5) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi terjadinya diabetes melitus.
6) Status sosial ekonomi keluarga
Pada pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial ekonomi
berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Diabetes Melitus sering terjadi pada
keluarga yang mempunyai status ekonomi menengah keatas. Karena faktor
lingkungan dan gaya hidup yang sehat, seperti makan berlebihan, berlemak, kurang
aktivitas fisik, dan strees berperan penting sebagai pemicu diabetes (Friedmann, 2010).
7) Aktifitas Rekreasi Keluarga
Rekreasi keluarga dapat dilihat dari kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjungi tempat rekreasi tertentu, kegiatan menonton televisi serta mendengarkan
radio.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Biasanya diabetes mellitus sering terjadi pada laki-laki atau perempuan yang berusia
> 40 tahun. Tahap perkembangan keluarga yang beresiko mengalami masalah
Diabetes Melitus adalah tahap perkembangan keluarga dengan usia pertengahan dan
lansia. Karena pada tahap ini terjadi proses degenerative yaitu suatu kemunduran
fungsi system organ tubuh, termasuk penurunan fungsi dari sel beta pankreas.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Biasanya keluarga dengan diabetes mellitus kurang peduli terhadap pengontrolan
kadar gula darah jika belum menimbulkan komplikasi lain.
3) Riwayat keluarga inti
Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga karena diabetes mellitus juga merupakan
salah satu dari penyakit keturunan, disamping itu juga perlu dikaji tentang perhatian
keluarga terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami dan istri untuk
mengetahui kemungkinan jika diabetes melitus yang terjadi pada pasien merupakan
faktor keturunan.
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Penataan lingkungan yang kurang pas dapat menimbulkan suatu cidera, karena pada
penderita diabetes melitus bila mengalami suatu cidera atau luka biasanya sulit
sembuh.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan / kesepakatan penduduk setempat, budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan penderita diabetes melitus.
3) Mobilitas geografis keluraga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan keluarga berpindah
tempat tinggal.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dalam masyarakat Menjelaskan mengenai waktu
yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan
sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat.
5) Sistem Pendukung Keluarga
Pengelolaan pasien yang menderita Diabetes Melitus dikeluarga sangat membutuhkan
peran aktif seluruh anggota keluarga, petugas dari pelayanan kesehatan yang ada
dimasyarakat. Semuanya berperan dalam pemberian edukasi, motivasi dan monitor
atau mengontrol perkembangan kesehatan anggota keluarga yang menderita Diabetes
Melitus.
d. Struktur Keluarga
Menjelaskan mengenai pola komunikasi antar keluarga, struktur kekuatan keluarga yang
berisi kemampuan keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
prilaku, struktur peran yang menjelaskan peran formal dan informal dari masing-masing
anggota keluarga serta nilai dan norma budaya yang menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan
dimiliki dalam keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga terhadap anggota keluarga lainnya dan seberapa jauh keluarga saling asuh
dan saling mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa empati,
perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010). Keluarga yang kurang memperhatikan
keluarga yang menderita DM akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut.
2) Fungsi Sosialisasi
Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota keluarga yang menderita DM
untuk berinteraksi dengan lingkungan akan mengurangi tingkat stress keluarga.
Biasanya penderita DM akan kehilangan semangat oleh karena merasa jenuh dengan
pengobatan yang berlaku seumur hidup. Pada kasus penderita diabetes mellitus yang
sudah komplikasi, dapat mengalami gangguan fungsi sosial baik didalam keluarga
maupun didalam komunitas sekitar keluarga.
3) Fungsi Perawatan Keluarga
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan
serta merawat anggota keluarga yg sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenai sehat sakit. Kesanggupan keluarga didalam melaksanakan perawatan
kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas pokok
keluarga
f. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah berapa jumlah anak,
apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga, metode yang digunakan
keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah anggota keluarga. Biasanya pada penderita
diabetes yang laki-laki akan mengalami beberapa masalah seksual seperti disfungsi ereksi
atau bahkan kehilangan gairah seksual, sedangkan pada wanita biasanya akan mengalami
radang vagina yang disebabkan infeksi jamur.
g. Fungsi ekonomi
Menjelaskan sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
serta sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat dalam upaya
peningkatan status kesehatan keluarga. Pada keluarga dengan tingkat ekonomi yang
mencukupi akan memperhatikan kebutuhan perawatan penderita diabetes, misalnya
dengan menggunakan susu diabetasol.
h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di gunakan pada
pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe, untuk
pemeriksaan fisik untuk diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda - tanda vital. Biasanya pada penderita diabetes didapatkan berat badan yang
diatas normal / obesitas.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada pembesaran pada leher, kondisi mata,
hidung, mulut dan apakah ada kelainan pada pendengaran. Biasanya pada penderita
diabetes mellitus ditemui penglihatan yang kabur / ganda serta diplopia dan lensa
mata yang keruh, telinga kadang-kadang berdenging, lidah sering terasa tebal, ludah
menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah.
3) Sistem Integumen
Biasanya pada penderita diabetes mellitus akan ditemui turgor kulit menurun, kulit
menjadi kering dan gatal. Jika ada luka atau maka warna sekitar luka akan memerah
dan menjadi warna kehitaman jika sudah kering. Pada luka yang susah kering
biasanya akan menjadi ganggren.
4) Sistem Pernafasan
Dikaji adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Biasanya pada penderita
diabetes mellitus mudah terjadi infeksi pada sistem pernafasan.
5) Sistem Kardiovaskuler
Pada penderita diabetes mellitus biasanya akan ditemui perfusi jaringan menurun,
nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi / bradikardi, hipertensi / hipotensi,
aritmia, kardiomegalis.
6) Sistem Gastrointestinal
Pada penderita diabetes mellitus akan terjadi polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,
konstipasi, dehidrasi, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen dan
obesitas.
7) Sistem Perkemihan
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya poliuri, retensio urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
8) Sistem Muskuluskletal
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penyebaran lemak,
penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya
gangren di ekstrimitas.
9) Sistem Neurologis
Pada penderita diabetes mellitus biasanya ditemui terjadinya penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi
dan rasa kesemutan pada tangan atau kaki.
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan diabetes
mellitus yaitu (NANDA, 2015) :
a. Resiko ketidakstabilan gula darah
b. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
c. Gangguan rasa nyaman
d. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Resiko komplikasi
f. Defisit pengetahuan
g. Resiko syok hipovolemik
h. Resiko kerusakan integritas kulit
i. Resiko cidera
Setelah dilakukan skoring menggunakan skala prioritas, maka didapatkan diangnosa
keperawatan keluarga berdasarkan NANDA (2015) dengan etiologi menurut Friedman
(2010), sebagai berikut :
a. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
b. Resiko komplikasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
anngota keluarga yang sakit
Skor
X Bobot
Angka Tertingi
2 Resiko komplikasi Setelah 1. Setelah • Keluarga mampu • Komplikasi diabetes • Gali pengetahuan keluarga
berhubungan dengan dilakukan Dilakukan menyebutkan defenisi melitus adalah tentang pengertian
ketidakmampuan kunjungan kunjungan 1 x komplikasi diabetes gabungan atau komplikasi diabetes
keluarga dalam sebanyak 5 x 50 50 menit mellitus dengan hadirnya penyakit baru mellitus
merawat anggota menit keluarga keluarga bahasa sendiri. yang bersarang dalam • Diskusikan dengan
keluarga yang sakit. mampu mampu tubuh sebagai keluarga tentang
mengenaldan mengenal dan tambahan dari penyakit komplikasi diabetes
memahami memahami diit diabetes melitus yang mellitus dengan
pencegahan pada pasien sebelumnya sudah ada menggunakan lembar balik
komplikasi diabetes dan biasanya dan leaflet
diabetes mellitus mellitus disebabkan karena • Beri kesempatan keluarga
penanganan yang untuk bertanya
lambat. • Berikan reinforcement
positif
mampu • Keluarga
3. Setelah mampu • Kaji pengetahuan keluarga
• Keluarga
dilakukan
merawat anggota memahami bagaimana tentang cara perawatan kaki
kunjungan 1 x perawatan kaki pada anggota keluarga dengan
keluarga dengan
50 menit diabetes mellitus dan pasien diabetes yaitu diabetes mellitus
keluarga Periksa kaki secara • Diskusikandengan
Mampu
mampu teratur setiap hari, cuci keluarga tentang cara
mendemonstrasikan
merawat kaki setiap hari dengan perawatan kaki anggota
bagaimana cara
anggota
perawatan kaki pasien sabun yang lembut, keluarga dengan diabetes
keluarga potonglah kuku-kuku mellitus
diabetes
dengan di jari kaki dengan • Menjelaskan dan
diabetes hati-hati, olesi kaki mendemonstrasikan pada
mellitus dengan krim pelembab keluarga mengenai cara
agar tidak retak, perawatan kaki anggota
gunakan alas kaki, keluarga ddengan masalah
pilih kaus kaki dengan diabates mellitus
kandungan katun yang • Evaluasi kembali tentang
tinggi dan jadwalkan cara perawatan kaki
kunjungan ke dokter. • Berikan kesempatan
keluarga untuk bertanya
• Berikan pujian pada
keluarga atas jawaban yang
benar.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan keluarga adalah proses untuk menilai keberhasilan
keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatannya sehinga memiliki
produktivitas yang tinggi dalam mengembangkan setiap anggota keluarga.
Sebagai komponen kelima dalam proses keperawatan, evaluasi adalah tahap
yang menetukan apakah tujuan yang telah ditetapkan akan menentukan
mudah atau sulitnya dalam melaksanakan evaluasi (Sudiharto,2012).
DAFTAR PUSTAKA
Hasdianah, H.R. 2012. Mengenal Diabetes Melitus pada Orang Dewasa dan Anak-
Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika.
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rendy dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika
Setyowati Sri dan Murwani Arita. 2008. Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan
Aplikasi Kasus. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press
Smeltzer, S.C. dan B.G Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Jakarta : EGC