TINJAUAN TEORITIS
6
7
2. Anatomi fisiologi
a. Anatomi jantung
http://www.penyakitjantungkoroner.net/images/anatomijantungmanusia.com
lapisan tengah yang terdiri dari otot- otot jantung dan merupakan
lapisan inti jantung disebut dengan miokardium dan lapisan
jantung sebelah luar yang merupakan selaput pembungkus yang
disebut dengan pericardium. Lapisan pericardium dibagi menjadi
lapisan pariental dan visceral, dimana keduanya bertemu di
pangkal membentuk kantung jantung.
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu atrium kanan dan kiri, serta
ventrikel kanan dan kiri. Belahan kanan dan kiri dipisahkan oleh
septum. Ketebalan atrium dan ventrikel dipengaruhi oleh beban
kerja yang diperlukan oleh setiap ruang. Tebal dinding atrium
kanan adalah 2 mm, ventrikel kanan 4-5 mm, atrium kiri 3 mm,
dan ventrikel kiri 8- 12 mm. Dinding atrium lebih tipis dari pada
ventrikel karena rendahnya tekanan yang timbul oleh atrium
untuk menahan darah kemudian menyalurkannya ke ventrikel
karena ventrikel kiri mempunyai beban kerja lebih berat dari
ventrikel kanan maka dinding ventikel kiri lebih tebal dari dinding
ventikel kanan.
b. Fisiologi jantung
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang
yang terletak di rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga,
sedikit ke sebelah kiri sternum.
1. Ruang jantung
Jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu dua ruang yang berdinding
tipis disebut atrium ( serambi ) dan dua ruang yang berdinding
tebal disebut ventrikel (bilik).
a) Atrium kanan
Berfungsi sebangi tempat penyimpanan darah dan sebagai
penyalur darah dari vena- vena sirkulasi sistemik kedalam
ventrikel kanan kemudian ke paru- paru. Darah yang berasal
9
2. Katup jantung
Katub jantung terdiri atas katub atrioventrikular dan katub
seminular.
a) Katup antrioventrikular
Letaknya berada antara atrium dan ventrikel yang
terbagi menjadi 2 yaitu : katup trikuspidalis yang terletak
antara atrium kanan dengan ventrikel kanan yang
mempunyai tiga buah daun katub, dan katub mitral yang
10
c) Sirkulasi koroner
Jantung kaya akan pasokan darah, yang barasal dari arteri
koronaria kiri dan kanan. Arteri- arteri ini muncul secara
terpisah dari sinus aorta pada dasar aorta, dibelakang
tonjolan katub aorta. Arteri koronaria kanan berjalan di
antara trunkus pulmonalis dan arteri kanan, menuju sulkus
AV. Arteri koronaria kiri berjalan di belakang trunkus
pulmonalis dan kemudian berjalan di antara trunkus
pulmonalis dan atruim kiri. Arteri ini terbagi menjadi cabang
sirkumfleksa, marginal kiri, dan desendens anterior.
5. Siklus jantung
Siklus jantung adalah Mekanik yang terjadi sela satu denyut
jantung tunggal. Katup antara atrium dan ventrikel terbuka
(katup AV: kanan, trikuspidalis, kiri dan mitral), karena tekanan
atrium tetap lebih besar dari pada tekanan ventrikel sampai
ventrikel benar- benar mengembang. Katub aliran keluar
pulmonal dan aorta ( seminular) menutup, saat arteri
pulmonalis dan tekanan aorta lebih besar dari pada tekanan
ventikel. Sirkus dimulai ketika nodus sonoatrial menginisiasi
denyut jantung.
6. Curah jantung
Curah jantung adalah jumlah darah yang dipompa masuk
aorta setiap menit. Ini sama dengan jumlah darah yang
dipompa keluar pada setiap denyut jantung ( volume secukup)
dikalikan dengan jumlah denyutan permenit. Saat volume
secukup normalnya kira- kira 70 ml, dan jumlah denyut
permenit 70- 75 kali, maka curah jantung normal adalah 5 liter
permenit. Namun selama latihan jumlah ini cenderung
meningkat sampai 15 liter atau lebih permenit.
13
c) Tekanan darah
Tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang
menampung, mengakibatkan tekanan ini berubah- ubah
pada setiap sirkulasi jantung. Pada waktu diastol tekanan
turun sampai mencapai titik terendah yang di sebut diastole.
Faktor- faktor yang mempertahankan tekanan darah :
(1) Kekuatan jantung memompa darah.
(2) Elastisitas dinding aliran darah.
(3) Viskositas (Kekentalan) darah.
Di sebabkan oleh protein plasma dan jumlah sel darah
yang beredar dalam aliran darah.
(4) Tekanan tepi
Tahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalir dalam
pembuluh darah, sirkulasi darah besar yang berada
dalam pembuluh darah arterial. Turunnya tekanan
mengakibatkan denyut pada kapiler vena dan vena tidak
teraba.
3. Etiologi
Pada infark miokard dapat ditemukan beberapa penyakit penyebab
yang dapat menimbulkan keadaan tersebut antara lain:
a. Penyempitan kritis arteri koroner akibat ateroklerosis atau oklusi
arteri akibat emboli atau trombus.
b. Penurunan aliran darah koroner yang disebabkan oleh syok dan
hemoragi.
c. Hipertensi
d. Hipertrofi ruang jantung
e. Sterosis aorta / aorta inufisiensi
f. Faktor resiko:
1. Obesitas
2. Perokok berat
15
3. Ras
4. Umur diatas 40 tahun
5. Jenis kelamin ; > laki- laki
4. Patofisiologi
Proses terjadinya infark didahului oleh deposit lemak dalam
lapisan intima pembuluh darah arteri. Pembuluh darah terpajan oleh
berbagai iritan yang terdapat dalam hidup keseharian, diantaranya
adalah faktor- faktor hemodinamik, hipertensi, hiperlipidemia, serta
merokok dan toksik (misalnya homositin atau LDL-C). Dari semua
agen ini, efek sinergis gangguan hemodinamik yang menyertai fungsi
sirkulasi normal yang digabungkan dengan efek meningkat,
hiperkolesterolemia dianggap merupakan faktor terpenting dalam
pathogenesis arterosklerosis.
Deposit lemak dalam lapisan intima pembuluh darah arteri
berinteraksi dengan trombosit, monosit, makrofag, limposit T, dan
sel-sel otot polos melalui sitokinin dan faktor pertumbuhan.
Selanjutnya akan terjadi gangguan integritas lapisan media dan
intima pada aterosklerosis sehingga menyebabkan terbentuknya
ateroma.
Umumnya infark miokard didahului oleh aterosklerosis pembuluh
darah koroner akibat terjadinya penyumbatan total. Kebutuhan
oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah
miokard yang mengalami aterosklerosis yang menyebabkan
terjadinya iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat
sementara akan mengakibatkan perubahan reversible pada tingkat
sel dan jaringan, dan menekan fungsi miokardium. Berkurangnya
kadar oksigen mengiring miokardium untuk mengubah metabolisme
aerob menjadi metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob melalui
jalur glikolitik jauh lebih tidak efisien apabila dibandingkan dengan
metabolisme aerob melalui fosforilasi oksidafit dan siklus krebs.
16
5. Manifestasi Klinik
a. Nyeri dada di tengah seperti di tekan, yang dapat menjalar ke
lengan , rahang atau leher. nyeri berlangsung selama 30 menit
dan tidak mereda dengan nitrogliserin.
b. Pasien seringkali berkeringat dan dapat tampak dingin dan
lembab.
c. Mual atau muntah
Terjadi pembesaran vena dan statis vena di dalam rongga
abdomen.
d. Cemas yang kuat.
e. Tampak atipikal.
f. Denyut nadi dapat terjadi takikardia atau bradikaria.
g. Dapat ditemui bunyi jantung ke-2 yang pecah paradoksal, irama
gallop.
h. Kulit dingin atau pucat
i. Peningkatan enzim spesifik miokardium
17
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik utama pada klien infark miokard akut adalah
EKG, dan pemeriksaan enzim jantung
a. Pemeriksaan elektrokardiogram
EKG memberi informasi mengenai elektrofisiologi jantung. melalui
pembacaan dari waktu ke waktu, dokter mampu memantau
perkembangan dan resolusi untuk infark miokardium (IM). Lokasi
dan ukuran relatif infark juga dapat di tentukan dengan EKG.
Perubahan EKG pada miokardium, inferse gelombang T, elevasi
segmen ST, dan gelombang T diakibatkan karena iskemia dan
akan menghilang sesudah jangka waktu tertentu.
b. CK- MB merupakan enzim yang spesifik untuk menandakan
adanya kerusakan otot jantung, enzim ini meningkat pada 6-10
jam setelah nyeri dada dan kembali normal dalam 48-72 jam.
Walapun kurang spesifik, aspartate amino transferase (AST)
dapat membantu bila penderita datang ke rumah sakit sesudah
hari ke-3 nyeri dada atau laktat dehidrogenasi (LDH) akan
meningkat sesudah hari ke-4 dan menjadi normal sesudah hari
ke-10. Troponin T adalah protein yang mengatur kontraksi otot
jantung dan rangka yang di perantarai oleh kalsium, pada
keadaan normal Troponin T tidak terdeteksi dalam darah, tetapii
setelah IMA kadar Troponin T meningkat pada 2-4 jam dan
memuncak pada 48 jam, kadar Troponin T tetap meningkat
selama 7-10 hari setelah kejadian akut.
c. SGPT (serum glutamik pyruvik transaminasi) merupakan enzim
transaminasi yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan
tubuh terutama hati. Peningkatan dalam serum darah
mengindikasikan adanya trauma atau kerusakan pada hati.
d. SGOT merupakan transaminasi sering juga disebut AST( aspartat
amino transferase). Enzim ini berada pada serum dan jaringan
terutama hati dan jantung. Pada penderita infark jantung, SGOT
18
7. Penatalaksanaan medik
a. Terapi farmakologi
Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi O2 melalui istirahat / pembatasan aktivitas.
1) Vasodilator
Vasodilator pilihan yang digunakan untuk mengurangi nyeri
jantung adalah Nitrogliserin (NTG) intravena. NTG
menyebabkan dilatasi arteri dan vena yang mengakibatkan
pengumpulan darah diperifer, sehingga menurunkan jumlah
darah yang kembali kejantung (pre load) dan mengurangi
beban kerja (work load) jantung.
2) Antikoagulan
Heparin adalah antikoagulan pilihan untuk membantu
mempertahankan integritas jantung. Heparin memperpanjang
waktu pembekuan darah sehingga dapat menurunkan
19
8. Komplikasi
a. Gagal jantung
Suatu infark yang meliputi lebih dari 40% LV menyebabkan syok
kardiogenik.
b. Ruptur
Dinding ventrikel secara bebas hampir selalu fatal. Ruptur
miokardium yang mendasari otot papilaris, atau yang lebih jarang
ruptur otot papilaris itu sendiri.
c. Aritmia
Pada fase akut mencakup denyut ektopik ventrikular, atau fibrilasii
ventrikular. Aritmia supraventrikular mencakup fibrilasi atrium.
d. Bradiaritmia
Umumnya terjadi mencakup sinus bradikardia, dan blokade AV
derajat satu, dua, dan tiga.
20
e. Syok kardiogenik
Syok kardiogenik terjadi akibat disfungsi nyata ventrikel kiri
sesudah mengalami infark, yang masih merupakan perubahan
hemodinamik progresif hebat yang ireversibel : penurunan perfusii
perifer, penurunan perfusi koroner, peningkatan kongensi paru,
hipotensi, asidosis metabolik, dan hipoksemia selanjutnya akan
menekan fungsi miokardium.
f. Emboli pulmonal
Dengan berkurangnya kemampuan venterikel kiri untuk
mengosongkan diri, maka besar volume semakin berkurang
sehingga volume sisa ventrikel meningkat. Hal ini menyebabkan
peningkatan tekanan jantung sebelah kiri, kenaikan tekanan ke
vena pulmonalis. Bila tekanan hidrostatik dalam kapiler paru
melebihi tekanan onkotik vaskuler maka terjadi proses transudasi
kedalam ruang interstisial. Bila tekanan ini masih terjadi lagi, maka
akan tejadi odem paru akibat pembesaran cairan kedalam alveoli.
c. Pola Eliminasi
1) DO : - Normal atau bunyi usus menurun
- Penurunan perfusi organ (ginjal)
- Peningkatan natrium / retensi air
2) DS : - Riwayat IMA
- Penyakit jantung koroner
- Masalah tekanan darah
- Diabetes melitus
- Sesak nafas, pucat
-Tekanan darah: dapat normal, naik-turun, perubahan
postular dicatat dari tempat tidur/berdiri.
- Nadi: dapat normal penuh/tak kuat, lemah/kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak
teratur (disritmia) mungkin terjadi.
- Bunyi jantung: Bunyi jantung ekstra S3/S4 mungkin
menunjukan gagal jantung, penurunan kontraktilitas
atau komplain ventrikel.
- Murmur: Bila ada menunjukan gagal katup atau
disfungsi otot kapiler.
- Irama jantung : Dapat teratur/tidak
- Edema: Distensi vena jugular, edema dependen/perifer,
krekels mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel.
- Warna: Pucat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri dada b/d iskhemia jaringan sekunder terhadap sumbatan
arteri koroner.
b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplay oksigen
miokard dan kebutuhan tubuh.
c. Ansietas/kecemasan b/d rasa takut akibat perubahan status
kesehatan
d. Resiko tinggi menurunnya curah jantung b/d kerusakan
jaringan miokard
e. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume caiaran b/d
penurunan fungsi organ (ginjal )
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi kebutuhan
pengobatan b/d kurang informasi tentang fungsi jantung.
3. Intervensi
a. Nyeri dada berhubungan dengan Iskhemia jaringan sekunder
terhadap sumbatan arteri koroner ditandai dengan:
Intervensi :
1. Pantau karakteristik nyeri, laporan verbal, petunjuk non verbal
dan respon hemodinamik (gelisah, berkeringat, napas cepat,
tekanan darah, frekuensi jantung)
Rasional : Untuk membandingkan nyeri yang ada, riwayat
verbal dan penyelidikan lebih dalam terhadap
faktor pencetus harus ditindak agar nyeri hilang.
2. Anjurkan klien untuk melaporkan saat nyeri dirasakan
Rasional: Penundaan pelaporan nyeri menghambat
peredaran nyeri dan memerlukan peningkatan
dosis.
24