PENGELOLAAN WAKAF
Nurul Huda1)
Desti Anggraini2)
Nova Rini 3)
Hudori2)
Yosi Mardoni2)
485
486 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 3, Desember 2014, Hlm. 485-497
digunakan untuk sarana ibadah dan seba- juga dari masyarakat. Lembaga pengelola
gian lagi letaknya tidak strategis. Di samping wakaf yang ada saat ini lebih banyak yang
itu, pengetahuan dan pemahaman nazhir dikelola oleh masyarakat bukan peme
terhadap peraturan perwakafan masih rintah. Lembaga pengelola wakaf yang
kurang. Dengan kondisi seperti ini, tanah- dikelola masyarakat adalah lembaga yang
tanah wakaf agak sulit untuk dikelola berwujud Non Government Organization
secara produktif sesuai dengan ketentuan (NGO). Menurut Fikri et al. (2010) lembaga
hukum Islam maupun ketentuan peraturan Non Government Organization (NGO) memi-
perundang-undangan yang berlaku karena liki banyak kelemahan terkait akuntabilitas,
para nazhir kurang profesional dan kesu- karena minimnya penyampaian informasi
litan dana untuk biaya pengelolaannya. kepada masyarakat. Fikri et al. (2010) juga
Padahal, harta benda wakaf jika dikelola mengungkapkan bahwa rendahnya akunta
dan dikembangkan secara produktif, maka bilitas NGO disebabkan, karena Interaksi
dapat diperuntukkan sebagai salah satu antara NGO, donatur, dan masyarakat bukan
alternatif untuk membantu menanggulangi semata murni hubungan ekonomi dan tidak
kemiskinan. Suhadi (1995) mengemukakan selalu besifat formal (meskipun terkadang
bahwa penggunaan tanah wakaf adalah terdapat hubungan formal). Kepercayaan,
untuk membantu kepentingan atau kese- emosi, kata hati, kontrak sosial, hubungan
jahteraan umum sebagai ibadah (pengab- timbal balik, misalnya bercampur sehingga
dian) kepada Allah SWT dan penggunaan ini aturan formal untuk menentukan apakah
perlu dinyatakan dalam bentuk ikrar wakaf. organisasi akuntabel atau tidak sering
Wakaf di Indonesia saat ini diatur kali menjadi bias. Riset yang dilakukan
dalam Undang-Undang Nomor 41 tahun oleh Fikri et al. (2010) tersebut merupakan
2004 tentang Perwakafan. Undang-undang riset mengenai akuntabilitas NGO non
ini selain menyempurnakan peraturan keagamaan. Sementara, lembaga pengelola
perwakafan yang telah ada, juga mengatur wakaf adalah NGO keagamaan. Riset sebe-
masalah-masalah baru, seperti pengelolaan lumnya yang membahas mengenai akunta
harta benda wakaf harus secara produktif bilitas NGO keagamaan adalah riset yang
dan peruntukannya dirinci secara jelas, dilakukan oleh Randa et al. (2011). Randa
diantaranya untuk membantu fakir miskin, et al. (2011) melakukan penelitian tentang
pembentukan badan wakaf Indonesia, akuntabilitas NGO keagamaan dalam
pengaturan wakaf uang, dan materi-materi sebuah gereja. Hasil penelitian Randa et al.
lainnya yang dibutuhkan sesuai perkem- (2011) menunjukkan bahwa akuntabilitas
bangan kontemporer. Walaupun Peraturan gereja berbeda dengan akuntabilitas NGO
Pemerintah telah dilengkapi dengan beberapa non kegamaan antara lain akuntabilitas
peraturan pelaksanaannya, termasuk spiritualitas. Riset Fikri et al. (2010) dan
kompilasi hukum Islam, tetapi dalam pelak- riset Randa et al. (2011) menunjukkan
sanaannya masih terjadi pelanggaran. bahwa akuntabilitas NGO non keagamaan
Beberapa agenda yang perlu difokuskan berbeda dengan NGO keagamaan yaitu pada
untuk menyelesaikan beberapa persoalan sisi spiritualitas. NGO non keagamaan tidak
wakaf adalah: pertama, memberikan pema- memiliki akuntabilitas spiritualitas, semen-
haman kepada masyarakat yang baik dan tara NGO keagamaan memiliki akuntabilitas
benar tentang hukum wakaf, baik dari spiritualitas.
segi Rukun dan Syarat wakaf dan tujuan Riset sebelumnya mengenai akunta-
disyari’atkannya wakaf. Kedua, perlu bilitas lembaga pengelola wakaf yang meru-
dilakukan sosialisasi Undang-undang Wakaf pakan NGO keagamaan khususnya agama
kepada masyarakat. Ketiga, penyediaan Islam adalah riset yang dilakukan Budiman
sumber daya manusia nazhir yang profe- (2011). Budiman (2011) melakukan pene-
sional sekaligus sebagai pekerja khusus litian mengenai Akuntabilitas Lembaga
yang diserahi tugas untuk mengelola insti- Pengelola Wakaf. Hasil penelitian Budiman
tusi wakaf yang mendapat imbalan dari (2011) menunjukkan bahwa Penerapan
pekerjaannya itu. (Hasanah 2012). prinsip akuntabilitas telah meningkatkan
Ketiga agenda yang difokuskan dalam kepercayaan publik terhadap lembaga
menyelesaikan persoalan wakaf menun- wakaf. Akuntabilitas merupakan proses
jukkan perlu adanya akuntabilitas dalam dimana suatu lembaga menganggap dirinya
pengelolaan wakaf. Pengelolaan wakaf bertanggung-jawab secara terbuka mengenai
tidak hanya dari unsur pemerintah, tapi apa yang dilakukan dan tidak dilakukannya.
Huda, Anggraini, Rini, Hudori, Mardoni, Akuntabilitas Sebagai Sebuah Solusi...487
konsisten, maka bobot prioritas elemen yang data tahun 2010 ini, provinsi Riau termasuk
telah ada dapat digunakan sebagai dasar provinsi 5 besar daerah yang memiliki tanah
untuk analisis data dan interpretasi hasil. wakaf terluas di Indonesia. Daftar urut 5
Informan dalam penelitian ini terdiri besar tersebut terlihat pada Tabel 1.
atass tiga kelompok, yaitu regulator berupa Data pada Tabel 1 tersebut, menun-
pengelola Badan Wakaf Indonesia di daerah jukkan bahwa luas tanah wakaf di Provinsi
atau Kanwil Kemenag, nazhir sebagai Riau sebesar 97.448.625,81 m2 dengan
pengelola wakaf, dan wakif adalah orang jumlah lokasi sebanyak 7.897 lokasi. Aset
yang menyerahkan hartanya untuk wakaf. wakaf di Provinsi Riau belum produktif,
Wilayah yang dijadikan objek penelitian ada sementara pengelolaan wakaf di Sumatera
dua propinsi yaitu Propinsi Riau dan Propinsi Barat, selain wakaf tanah juga telah dikem-
Sumatera Barat. Sehingga setiap propinsi bangkan wakaf uang (cash waqf). Beberapa
tersebut diwawancara informan dari ketiga nazhir yang berbentuk lembaga, seperti
kelompok tersebut. Total informan dalam Badan Pengelola Wakaf Uang Muham-
penelitian ini adalah sebanyak 6 orang. madiyah Sumatera Barat sudah membuka
wakaf uang sejak tahun 2011, dengan total
HASIL DAN PEMBAHASAN uang yang sudah terkumpul sebesar Rp 400
Data direktorat wakaf Kementrian juta lebih dalam kurun waktu dua tahun.
Agama tahun 2010 menyebutkan bahwa di Pengelolaan wakaf uang juga menuntut
Indonesia terdapat total 415.980 obyek atau profesionalisme nazhir, bagaimana dana
lokasi tanah wakaf seluas 935 hektar yang wakaf bisa berkembang tanpa mengurangi
tersebar di seluruh propinsi Indonesia. Dari jumlah pokok dari dana wakaf tersebut.
Huda, Anggraini, Rini, Hudori, Mardoni, Akuntabilitas Sebagai Sebuah Solusi...489
akta wakaf yang dibuat oleh orang Badan Wakaf Indonesia yang baru terbentuk
itu, belum kepada sertifikatnya.” belum melakukan kerjasama secara optimal
dengan instansi-instansi pemerintah yang
Kepala Seksi Pemberdayaan Wakaf
lain dalam mengoptimalkan penghimpunan
Kanwil Kemenag Provinsi Riau menyim-
dan pengelolaan wakaf. Badan Wakaf
pulkan bahwa dana APBN untuk serti-
Indonesia (BWI) masih mengoptimalkan
fikat tanah wakaf tersebut masih sangat
pembentukan perwakilan BWI di seluruh
minim. Salah satu bentuk program yang
provinsi yang ada di Indonesia. Hal ini
dilakukan Kanwil Kemenag Riau untuk
menunjukkan juga akuntabilitas penge-
sertifikat tanah tersebut adalah melakukan
lolaan wakaf dari aspek regulator cukup
kerjasama dengan pemerintah Kabupaten/
rendah dalam menjalin komunikasi dengan
Kota, dimana Pemerintah Kabupaten/Kota
instansi lain berkaitan mengenai pengelo-
membantu pembiayaan sertifikat tanah
laan harta wakaf, dan menyebabkan penge-
wakaf tersebut. Badan Wakaf Indonesia yang
lolaan wakaf kurang optimal.
dibentuk Kemenag untuk mengoptimalkan
Prioritas masalah pada pengelola wakaf
penghimpunan wakaf dan pengelolaan
(nazhir) adalah: 1) rendahnya kompetensi
wakaf memiliki sumber dana operasional
nazhir dalam pengelolaan wakaf; 2) nazhir
dari anggaran Kemenag, bukan dari APBN.
bukan sebagai profesi utama; 3) pengelolaan
Hal ini memberikan dampak pengelolaan
wakaf belum optimal.
wakaf khususnya dalam sertifikasi tanah
Masalah rendahnya kompetensi nazhir
wakaf yang sudah ada kurang optimal.
dalam pengelolaan wakaf merupakan salah
Masih banyaknya tanah wakaf yang
satu masalah yang menjadi prioritas dalam
belum tersertifikasi, menunjukkan bahwa
pengelolaan wakaf. Informan dari Ketua BWI
akuntabilitas regulator dalam mening-
Sumatera Barat menyatakan bahwa:
katkan sertifikasi wakaf masih kurang. Hal
ini juga menunjukkan bahwa kinerja regu- "...Karena yang Selama ini kan
lator dalam membantu masyarakat untuk persoalan mindset. Mindset yang
sertifikasi wakaf masih belum optimal. tertanam di kaum muslimin dise-
Sementara, program kerja utama regulator luruh indonesia termasuk sumbar
adalah semua harta wakaf sudah tersertifi- ini, bahwasanya harta wakaf itu
kasi, sehingga permasalahan-permasalahan dikelola apa adanya,…”
pengalihan harta wakaf oleh ahli waris wakif
Ketua BWI Sumatera Barat menyim
dapat dikurangi. Permasalahan minimnya
pulkan bahwa nazhir yang ada saat ini
biaya APBN untuk sertifikasi wakaf membuat
belum memiliki kompetensi dalam menge-
akuntabilitas regulator dalam mengelola
lola wakaf. Masyarakat yang menjadi nazhir
wakaf di Indonesia kurang optimal.
merupakan sekelompok masyarakat yang
Permasalahan tanah wakaf yang masih
memiliki kesadaran untuk mengelola wakaf,
banyak tidak memiliki sertifikat dan kurang
walaupun nazhir belum memiliki ilmu dalam
produktif salah satunya menurut informan
mengelola wakaf. Nazhir yang bertugas
adalah sosialisasi Undang Undang wakaf yang
mengelola harta wakaf tanpa memiliki
masih kurang. Hal ini sesuai dengan hasil
kompetensi, menunjukkan bahwa penge-
penelitian yang dilakukan Fathurrahman
lolaan wakaf tersebut kurang profesional,
(2012) bahwa salah satu masalah yang diha-
sehingga akuntabilitas pengelolaan wakaf
dapi dalam pengelolaan tanah-tanah wakaf
menjadi rendah. Hal ini berkaitan, bahwa
secara produktif adalah pengetahuan dan
nazhir tidak paham dengan pengelolaan
pemahaman nazhir terhadap peraturan
wakaf melalui organisasi pengelolaan wakaf
perwakafan masih kurang. Sehingga, dapat
yang harus memberikan laporan setiap saat
disimpulkan bahwa sosialisasi mengenai
kepada para stakeholder wakaf. Sehingga
pengelolaan wakaf yang terdapat dalam
banyak terdapat nazhir-nazhir baik secara
Undang Undang wakaf masih belum optimal
individu maupun lembaga tidak memiliki
dilakukan oleh regulator baik dari Badan
laporan rutin. Permasalahan ini mengaki-
Wakaf Indonesia maupun Kemenag.
batkan pengelolaan wakaf kurang optimal
Prioritas masalah ketiga mengenai
baik dari penghimpunan maupun peman-
pengelolaan wakaf dari sisi regulator adalah
faatan harta wakaf tersebut.
rendahnya koordinasi Badan Wakaf Indonesia
Informan dalam penelitian ini yaitu
dengan instansi terkait untuk optimalisasi
Ketua BWI Sumatera Barat mengungkapkan
wakaf. Informan mengungkapkan bahwa
bahwa:
Huda, Anggraini, Rini, Hudori, Mardoni, Akuntabilitas Sebagai Sebuah Solusi...491
berharga dan sudah mulai mengalami penu- solusinya adalah: 1) koordinasi dengan
runan dalam bentuk jumlah atau kuan- badan/lembaga amil zakat; 2) koordinasi
titas. Sehingga, masyarakat makin kurang dengan pemerintah daerah; 3) koordinasi
berminat untuk mewakafkan hartanya dengan BPS.
dalam bentuk tanah. Hal ini membuat Prioritas solusi terhadap masalah pada
jumlah wakaf di Indonesia masih kurang aspek nazhir, rendahnya kompetensi nazhir
optimal. Informan dari Kanwil Kemenag Riau dalam pengelolaan wakaf; 1) pelatihan
menyatakan: intensif bagi nazhir oleh kanwil kemenag;
2) sertifikasi bagi nazhir; 3) sinergi dengan
"...Tadi masalah wakaf di Riau
perguruan tinggi setempat. Untuk masalah
sepengetahuan kami. Memang
Nazhir bukan sebagai profesi utama, prior-
dominan masalah wakaf itu
itas solusinya adalah: 1) meningkatkan
adalah “tanah wakaf” saja, tanah.
insentif bagi nazhir; 2) menstransfor-
Belum ada yang bersifat uang
masi nazhir perorangan menjadi lembaga.
seperti yang ada di Undang-Un-
Masalah pengelolaan wakaf belum optimal,
dang itu, seperti kendaraan atau
prioritas solusinya adalah: 1) kerjasama
benda-benda lain..."
dengan lembaga keuangan syaraiah; 2) pela-
Kanwil Kemenag Riau menunjukkan tiahan materi investasi bagi para nazhir; 3)
bahwa wakif kurang mengetahui mengenai pembentukan tabungan wakaf atau wakaf
Undang Undang wakaf terbaru yang uang.
menyatakan bahwa wakaf tidak saja dalam Prioritas solusi terhadap masalah pada
bentuk tanah, tetapi juga bisa dalam bentuk aspek wakif, budaya pemberian wakaf lang-
uang. Sehingga prioritas masalah wakaf dari sung kepersonal adalah: 1) kemudahan
aspek wakif berupa rendahnya pemahaman layanan nazhir; 2) kemudahan mendapatkan
wakif merupakan salah satu prioritas informasi mengenai wakaf; 3) mendorong
masalah dalam penelitian ini. kesadaran masyarakat untuk berawakaf
Permasalahan berupa wakif tidak pada lembaga wakaf. Pada masalah wakif
koordinasi dengan ahli waris ketika meny- tidak koordinasi dengan alhi waris, prioritas
erahkan harta wakafnya kepada nazhir, dan solusinya adalah: 1) kejelasan surat wakaf;
kurangnya pengetahuan wakif mengenai 2) koordinasi antara nazhir dan wakif dalam
Undang Undang wakaf, menunjukkan pemberian wakaf; 3) penyerahan wakaf
bahwa masalah tersebut timbul, karena dibuatkan berita acara di depan ahli waris
akuntabilitas para pengelola wakaf yang wakif. Terakhir masalah terkait rendahnya
rendah. Pengelola wakaf terdiri dari aspek pemahaman wakif, prioritas solusinya
regulator dan nazhir. Sehingga tingkat adalah: 1) edukasi wakaf pada masyarakat;
kepercayaan wakif terhadap pengelola wakaf 2) sosialisasi wakaf melalui berbagai media.
menjadi rendah dan wakif mengambil kepu- Solusi-solusi yang ditawarkan dalam
tusan tanpa berdiskusi dengan ulama yang mengatasi permasalahan pengelolaan wakaf
akhirnya memberikan masalah setelah wakif di atas, menunjukkan adanya pengelolaan
meninggal. wakaf yang lebih profesional. Solusi ini
Prioritas solusi wakaf. Solusi pada sesuai dengan penelitian Budiman (2011)
setiap aspek dipecah berdasarkan masalah yang menyatakan bahwa akuntabilitas
pada tiap aspek tersebut. Prioritas solusi regu- merupakan salah satu proses manajemen
lator untuk masalah minimnya biaya APBN yang vital, sehingga dalam pengelolaan
untuk sertifikasi wakaf adalah: 1) penam- wakaf, akuntabilitas memainkan peranan
bahan alokasi dana APBN; 2) sinergi dengan yang signifikan sebagai parameter profesion-
BPN untuk sertifikasi wakaf; 3) penggunaan alitas penanganan wakaf.
dana APBD untuk masing-masing wilayah. Solusi-solusi yang ditawarkan dari
Pada masalah sosialisasi UU yang masih aspek regulator, nazhir, dan wakif di atas
kurang, prioritas solusinya adalah: 1) sinergi juga menunjukkan tiga filosofi dasar dalam
dengan organisasi dakwah (IKADI/DKM); 2) pengelolaan wakaf yang profesional menurut
pembuatan buletin wakaf masing-masong Antonio (2008). Menurut Antonio (2008)
kanwil Kemenag; 3) Optimalisasi melalui dalam pengelolaan wakaf yang profesional
media online (facebook,twitter,website); 4) terdapat tiga filosofi dasar, yaitu: pertama,
sinergi dengan menkominfo. Pada masalah pola manajemennya harus dalam bingkai
rendahnya koordinasi BWI dengan instansi proyek yang terintegrasi. Kedua, mengede-
terkait untuk optimalisasi wakaf, prioritas pankan asas kesejahteraan nazhir, yang
Huda, Anggraini, Rini, Hudori, Mardoni, Akuntabilitas Sebagai Sebuah Solusi...493
thawalib parabek itu sudah kon- antara nilai skor prioritas model AHP
sultasi juga bagaimana caranya Sumbar dan Riau dalam penentuan prioritas
menetapkan nazirnya, saya sa- masalah wakaf secara keseluruhan. Aspek
rankan memang nazhirnya orang yang paling bermasalah pada wakaf menurut
yang mempunyai mental bisnis, model AHP Sumbar adalah nazhir. Kondisi
itu saya sarankan punya pengeta- ini sebagaimana yang dikatakan ketua BWI
huan agama tentang wakaf…” Sumbar “nazhir itu mereka tidak profesional,
jadi nazhir itu guru, pegawai kemenag, jadi
Ketua BWI Sumatera Barat menun- mereka mengurus harta wakaf itu di sela
jukkan bahwa profesional nazhir merupakan sela waktu, jadi tidak fokus”. Nazhir bukan
salah satu solusi dalam mengoptimalkan sebagai profesi utama merupakan prioritas
pengelolaan wakaf. Profesionalitas dalam masalah yang ada diSumatera Barat.
pengelolaan wakaf menunjukkan bahwa Model AHP Riau menyatakan bahwa
akuntabilitas pengelolaan wakaf sudah aspek paling bermasalah pada wakaf adalah
optimal. Menurut Budiman (2011) akunta pada aspek wakifnya. Prioritas masalah
bilitas pada pengelolaan wakaf akan berim- yang ada pada wakif adalah masih banyak
plikasi pada semakin kuatnya legitimasi ditemui pemberian wakaf yang langsung
sosial, dimana lembaga itu akan mendapat ke personal. Sedangkan prioritas masalah
public trust. Legitimasi dari masyarakat nazhir dari model AHP Riau adalah pada
akan menaikkan dukungan masyarakat rendahnya kompetensi nazhir dalam penge-
dalam pengelolaan wakaf. Hal ini sesuai lolaan wakaf.
dengan pernyataan Ketua BWI Sumatera Sosialisasi Undang Undang yang
Barat, bahwa nazhir yang profesional akan masih kurang adalah prioritas masalah
menimbulkan kepercayaan pada masyarakat Regulator berdasarkan model AHP Sumbar
untuk mewakafkan hartanya melalui nazhir. dan Riau. Hasil ini sesuai dengan hasil riset
Gambar 2 adalah model yang dibangun Fathurrohman (2012) bahwa pengetahuan
dengan metode AHP. Model ini bersifat dan pemahaman nazhir terhadap peraturan
hirarkis. Pada model AHP seluruh hubungan perwakafan masih kurang.
yang terbentuk selalu berawal dari node Model AHP Sumbar menyatakan
bahwa pada aspek wakif prioritas masalah
(simpul) atas ke node bawah (top down).
wakaf adalah wakif tidak koordinasi dengan
Hasil kuantifikasi model. Setelah
ahli waris. Hal ini merupakan dampak dari
model AHP terbentuk, tahapan selanjutnya
pengetahuan wakif maupun nazhir yang
adalah mengkuantifikasi model dengan
masih kurang mengenai Undang Undang
melakukan perbandingan berpasangan (pair- atau peraturan wakaf yang berlaku di
wise comparison). Hasil pairwise comparison Indonesia.
dari kedua model di atas ditampilkan dalam Hasil pairwise comparison selanjutnya
tabel-tabel terebut. adalah prioritas solusi wakaf. Perbandingan
Tabel 2 menggambarkan perbandingan nilai skor prioritas solusi antara model AHP
Huda, Anggraini, Rini, Hudori, Mardoni, Akuntabilitas Sebagai Sebuah Solusi...495
Tabel 3. Perbandingan Prioritas Solusi Antara Model AHP Sumbar Dan Riau Penentuan
Prioritas Solusi Wakaf Secara Keseluruhan
Aspek Masalah Solusi Sumbar Riau
1.Regulator 1. biaya APBN untuk 1. Penambahan alokasi APBN 0,001 0,045
sertifikasi wakaf 2. Sinergi dengan BPN untuk sertifikasi 0,001 0,038
3. Penggunaan APBD untuk tiap wilayah 0,016 0,020
2. Sosialisasi UU masih 1. Sinergi dengan lembaga dakwah 0,170 0,046
kurang 2. Pembuatan buletin wakaf 0,029 0,096
3. Optimalisasi melalui media online 0,061 0,018
4. Sinergi dengan menkominfo 0,030 0,011
3. Rendahnya 1. Koordinasi dengan BAZ atau LAZ 0,026 0,010
koordinasi BWI 2. Koordinasi dengan pemda 0,026 0,032
dengan instansi 3. Koordinasi dengan BPS 0,026 0,010
terkait untuk
optimalisasi wakaf
2. Nazhir 1. Rendahnya 1. Pelatihan intensif nazhir 0,040 0,062
kompetensi nazhir 2. Sertifikasi nazhir 0,040 0,023
dalam pengelolaan 3. Sinergi degan PT setempat 0,040 0,019
wakaf
Sumbar dan Riau disajikan dalam tabel 3. koordinasi Badan Wakaf Indonesia bersama
Prioritas masalah di Sumbar ada pada Kementrian Agama Provinsi, Kabupaten
aspek Nazhir, dengan prioritas masalah dan Kota di Sumatera Barat. Pembinaan
adalah nazhir bukan sebagai profesi utama, nazhir tersebut dalam bentuk pelatihan dan
maka pada tabel 3 diperlihatkan bahwa orientasi nazhir. Pembinaan ini awalnya
prioritas solusi menurut AHP Sumbar berupaya mengubah mindset para nazhir
adalah meningkatkan insentif nazhir. terlebih dahulu, untuk pengembangan harta
Peningkatan isentif bagi nazhir mendorong
wakaf kearah yang lebih produktif, sehingga
totalitas nazhir dalam mengelola aset wakaf,
bisa lebih berdaya bagi umat dan juga bagi
sehinggga profesionalisme nazhir akan
terwujud dengan sendirinya. nazhir secara personal, sehingga nazhir
Upaya pembinaan nazhir terus kedepannya lebih profesional, dan tidak lagi
dilakukan oleh pemerintah melalui menganggap pekerjaan sebagai nazhir hanya
sebagai pekerjaan sampingan.
496 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 3, Desember 2014, Hlm. 485-497
Pengelolaan wakaf di Riau memi- Sumbar adalah nazhir bukan sebagai profesi
liki prioritas masalah pada aspek nazhir. utama, sementara di Riau adalah rendahnya
Prioritas masalah dari aspek nazhir dalam kompetensi nazhir dalam mengelola wakaf.
pengelolaan wakaf di Riau adalah rendahnya Prioritas permasalahan wakif di Riau adalah
kompetensi nazhir dalam mengelola wakaf. pemberian wakaf secara langsung kepada
Permasalahan rendahnya kompetensi nazhir personal, sementara di Sumbar adalah wakif
yang merupakan prioritas masalah dalam tidak koordinasi dengan ahli waris. Prioritas
pengelolaan wakaf di Riau dapat diatasi masalah dalam pengelolaan wakaf di Sumbar
dengan solusi berupa pelatihan intensif bagi dan di Riau dari aspek regulator adalah
nazhir. sosialisasi UU yang masih kurang. Prioritas
Pengelolaan wakaf di Riau yang kurang masalah pengelolaan wakaf tersebut menun-
optimal juga disebabkan dari masalah di jukkan permasalahan dalam akuntabilitas
aspek wakif. Wakif di Riau melakukan pengelolaan wakaf khususnya dari aspek
pemberian wakaf langsung kepersonal. nazhir.
Solusi mengatasi perilaku wakif yang masih Kesimpulan kedua adalah: pada aspek
banyak memberikan wakaf langsung ke regulator masalah sosialisasi UU yang masih
personal adalah kemudahan informasi bagi kurang, memperlihatkan prioritas solusi
wakif dalam berwakaf. yang berbeda antara pengelolaan wakaf di
Pengelolaan wakaf di Sumbar memiliki Sumbar dan di Riau. Prioritas solusi terhadap
prioritas masalah dari aspek wakif. Wakif di masalah sosialisasi UU yang masih kurang
Sumbar tidak koordinasi dengan ahli waris di Sumbar adalah optimalisasi melalui media
ketika berwakaf. Solusi mengatasi perilaku online, sedangkan di Riau adalah pembuatan
wakif yang tidak koordinasi dengan ahli buletin wakaf. Prioritas solusi aspek nazhir
waris ketika berwakaf adalah membuat di Sumbar adalah meningkatkan insentif
berita acara didepan ahli waris ketika menye nazhir, sedangkan di Riau prioritas solusi
rahkan harta wakif untuk diwakafkan. terhadap masalah aspek nazhir adalah pela-
Tabel 2 memperlihatkan prioritas tihan intensif bagi nazhir. Prioritas solusi
masalah pada apek regulator di Sumbar aspek wakif sebagai aspek prioritas masalah
dan Riau adalah terkait dengan sosialisasi di Riau adalah kemudahan mendapatkan
UU yang masih kurang. Solusi bagi masalah informasi mengenai wakif, sedangkan di
sosialisasi UU wakaf yang masih kurang Sumbar prioritas solusi terha dap perma-
adalah adalah optimalisasi melalui media salah pada aspek wakif adalah adanya
online di Sumbar dan pembuatan buletin koordinasi antara nazhir dengan ahli waris
wakaf di Riau. Berdasarkan uraian di atas, dalam pemberian wakaf. Solusi yang dita-
maka dapat disimpulkan bahwa perma- warkan tersebut menunjukkan hal-hal yang
salahan dan solusi dalam pengelolaan wakaf berkaitan dengan peningkatan akuntabi
di Sumbar dan di Riau memiliki banyak litas pengelolaan wakaf. Sehingga terbentuk
kesamaan hasil (priorities). Hal ini kemung- profesionalitas pengelolaan wakaf yang dapat
kinan dipengaruhi oleh kemiripan hierarki meningkatkan kepercayaan masyarakat.
model connections antar node yang telah Kesimpulan ketiga adalah: Pengelolaan
terbentuk di dalam software super decisions. wakaf di provinsi Sumbar dan Riau memiliki
banyak kesamaan hasil prioritas (priorities),
SIMPULAN meskipun menggunakan dua objek pene-
Berdasarkan hasil dan pembahasan litian yang berbeda. Hal ini kemungkinan
penelitian yang telah diuraikan di atas, dipengaruhi oleh adanya kemiripan hierarki
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai model dalam connections (hubungan) antar
berikut:Pertama, terdapat tiga macam node (simpul) yang telah terbentuk di dalam
prioritas masalah dan solusi pengelolaan software super decisions. Hasil penelitian
wakaf yang dibagi berdasarkan pemangku ini dibandingkan dengan penelitian Fikri et
kepentingan (stakeholder) wakaf, yaitu regu- al. (2010) dan Randa et al. (2011) adalah
lator, pengelola wakaf (Nazhir), serta wakif solusi mengatasi masalah akuntabilitas
(orang yang memberi wakaf). Aspek paling NGO khususnya NGO keagamaan. Riset
bermasalah dalam pengelolaan wakaf di Fikri et al. (2010) hanya mampu mengiden-
Sumbar adalah nazhir, sedangkan di Riau tifikasi permasalahan NGO non keagamaan
aspek paling bermasalah adalah wakif. tanpa ada solusi yang ditawarkan dari riset
Permasalahan nazhir yang paling utama di tersebut. Riset Randa et al. (2011) tidak jauh
berbeda dengan Fikri et al. (2010), namun
Huda, Anggraini, Rini, Hudori, Mardoni, Akuntabilitas Sebagai Sebuah Solusi...497