Nim : 06161052
Metalurgi II
Digit kedua menunjukkan modifikasi dari unsur paduannya, jika digit kedua
bernilai 0 maka paduan tersebut murni terdiri dari alumunium dan unsurpaduan.
Jika nilainya 1 - 9, maka paduan tersebut memiliki modifikasi dengan unsur
lainnya. Dua angka terakhir untuk seri 2xxx - 8xxx tidak memiliki arti khusus,
hanya untuk membedakan paduan alumunium tersebut. Paduan alumunium tuang
penamaannya memakai sistem tiga digit diikuti dengan satu bilangan desimal.
Tabel 2 menunjukkan seri paduan alumunium tuang berdasarkan unsur
paduannya.
Dalam standar AA, angka pertama menunjukkan kelompok paduan. Jadi, untuk
paduan Al-Si dinyatakan dengan angka 4xx.x, angka kedua dan ketiga
menunjukkan kemurnian minimum untuk alumunium tanpa paduan dan sebagai
nomor identifikasi untuk paduan tersebut
Tembaga (Cu)
Alumunium dipadukan dengan Cu agar dapat menaikkan kekuatan dan kekerasan
alumunium, namun menurunkan elongasi pada alumunium tersebut. Kandungan
Cu dalam alumunium yang paling optimal adalah antara 4-6%.
Seng (Zn)
Alumunium dipadukan dengan Zn untuk menaikkan nilai tensile pada alumunium
paduan.
Mangan (Mn)
Alumunium dipadukan dengan Mn untuk menaikkan kekuatan dalam temperatur
tinggi.
Magnesium (Mg)
Alumunium dipadukan dengan Mg untuk menaikkan kekuatan alumunium dan
menurunkan nilai ductility-nya. Ketahanan korosi dan weldability juga baik.
Silikon (Si)
Alumunium dipadukan dengan Si agar paduan alumunium tersebut bisa
diperlakukan panas untuk menaikkan kekerasannya.
Lithium (Li)
Alumunium dipadukan dengan Li untuk memperbaiki sifat tahan oksidasinya
Skandium (Sc)
Alumunium dipadukan dengan Sc untuk membatasi pemuaian yang terjadi pada
paduan, baik ketika pengelasan maupun ketika paduan berada di lingkungan yang
panas. Paduan ini semakin jarang diproduksi, karena terdapat paduan lain yang
lebih murah dan lebih mudah diproduksi dengan karakteristik yang sama, yaitu
paduan titanium.
Besi (Fe)
Paduan alumunium dengan besi menyebabkan berkurangnya kekuatan tensil
secara signifikan, namun diikuti dengan penambahan kekerasan dalam jumlah
yang sangat kecil.
Paduan cor
Paduan alumunium dengan paduan cor bertujuan memperkeras logam alumunium
paduan.
Nikel (Ni)
Paduan alumunium dengan Ni untuk mempertahankan sifat-sifat paduan pada
kenaikan termperatur.
Titanium (Ti)
Paduan alumunium dengan Ti adalah sebagai penghalus butir pada paduan
alumunium hasil pengecoran.
2.Proses pemurnian
Proses pemurnian biji bauksit akan dilakukan dengan metode Bayer untuk
menghasilkan alumunium murni. Metode bayer adalah serangkaian proses
pemurnian bauksit hingga menjadi alumina dengan cara melarutkan bauksit
dengan natrium hidroksida (NaOH). Dalam metode bayer ini ada serangkaian
siklus yang harus dilewati hingga bauksit bisa dimurnikan menjadi alumina, yang
biasa disebut dengan siklus bayer. Ada 4 proses dalam siklus bayer, diantaranya
adalah digestion, clarification (klasifikasi), precipation (pengendapan), dan
kalkinasi.
3. Proses Peleburan
Selanjutnya akan masuk ke tahap peleburan alumunium, metode yang digunakan
dalam proses peleburan ini adalah metode Hall Herault.
Pada awalnya alumunium oksida akan dilarutkan dengan kriolit, proses peralutan
ini berlangsung bejana yang terbuat dari baja yang berlapis grafit yang sekaligus
berperan sebagai katoda(+) dan batang grafit digunakan sebagai anoda(-).
Selanjutnya proses elektrolisis akan berlangsung dalam temperatur 950oC .
Dalam proses elektrolisis ini akan dihasilkan alumunium pada katoda dan gas O2
dan CO2 pada anoda. Alumunium yang terbentuk dalam keadaan zat cair dan
akan dikeluarkan dengan cara dialirkan secara bertahap ke dalam cetakan untuk
menjadi alumunium batangan.
8. Pengolahan limbah alumunium
Penggunaan Alumunium yang sangat luas akan mengakibatkan timbulnya limbah
yang dampaknya akan sangat berbahaya pada lingkungan. Sehingga perlu
dilakukan daur ulang dari limbah Alumunium untuk digunakan sebagai material
teknik. Salah satu cara daur ulang tersebut adalah dengan melakukan pengecoran
kembali limbah alumunium menjadi bahan baku. Pengecoran merupakan suatu
proses manufaktur yang menggunakan logam cair dan cetakan untuk
menghasilkan komponen otomotif .Pengecoran logam dilakukan dengan cara
memanaskan limbah alumunium sampai temperatur cair, kemudian setelah
berbentuk logam cair yang panas selanjutnya dituang ke cetakan. Setelah
membeku cetakan kemudian dibongkar sehingga terlihat hasil corannya.
Kemudian dilanjutkan dengan proses finishing untuk menghaluskan hasil
coran.Dengan adanya pelatihan ini diharapkan kepada para generasi muda untuk
ikut