Anda di halaman 1dari 6

KECELAKAAN

REAKTOR NUKLIR CHERNOBYL

KELOMPOK 1 :
1. Mita Nur Fitriyani 1609065024
2. Paradilla Apriliani 1609065037
3. Desy Kalapadang 1609065025
4. Romi Andrian 1609065029
5. Siti Aminah 1609065034
6. Muhammad Rifaldiannur 1609065023
7. Muhammad Yanggi A 1609065022
ABSTRAK
ANALISA KRONOLOGI KECELAKAAN REAKTOR CHERNOBYL. Pemanfaatan te
knologi nuklir untuk pembangkitan energi telah memberikan sumbangan 17% kebutuhan
listrik dunia saat ini. Hingga dewasa ini beberapa pihak menentang penggunaan energi nu
klir terkait tiga hal, yaitu ketakutan akan risiko terjadinya kecelakaan nuklir(nuclear safet
y issue), kekhawatiran penyalahgunaan tenaga nuklir untuk senjata(nuclear nonproleferat
ion issue), dan keberadaan limbah radioaktif sebagai residu kegiatan(radioactive waste m
anagement issue). Kebanyakan kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia yang tidak bis
a terlepas dari kondisi ideologi politik, sosial budaya, ekonomi, dan pertahanan keamanan
negara bersangkutan. Kecelakaan Chernobyl memberikan pengalaman berharga untuk pe
ngembangan sumber daya manusia nuklir yang kompeten dan berdisiplin tinggi, peningka
tan standar keselamatan, dan budaya keselamatan.
Kata kunci: kecelakaan nuklir, faktor manusia, kecelakaan Chernobyl.

PENDAHULUAN

Pasca Perang Dunia II, pemanfaatan tenaga nuklir berkembang di luar sektor persenja
taan militer. Salah satu bidang yang berkembang pesat adalah penggunaan tenaga
nuklir di bidang energi pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

Di akhir tahun 2006, 439 PLTN telah beroperasi dan 55 PLTN baru dalam tahap konstru
ksi di 33 negara di seluruh dunia. Keseluruhan PLTN tersebut memberikan sumban
gan kurang lebih 17% bagi kebutuhan listrik dunia. Di beberapa negara seperti Pranci
bahkan kontribusi listrik dari PLTN melebihi 70%, dan sebagian diantaranya diekspor
ke negara tetangga. PLTN memproduksi listrik dengan tingkat kehandalan tinggi, ramah
lingkungan dan tanpa menghasilkan gas rumah kaca.

Pengalaman operasional dari tahun ke tahun, juga pelajaran dari beberapa insi
den dan kecelakaan kritikalitas (criticality accidents) di beberapa fasilitas pemro
sesan bahan nuklir, maupun kecelakaan (Three Mile Island dan Chernobyl) membe
rikan pelajaran yang sangat berarti untuk peningkatan standar keselamatan di masa
depan. Disamping perbaikan dari sisi teknologi, standar, persyaratan dan pedoman
pengoperasian PLTN juga senantiasa ditinjau ulang oleh International Atomic
Energy Agency maupun oleh pemegang otoritas di masing-masing negara yang
memanfaatkan tenaga nuklir.
Kasus kecelakaan reaktor Chernobyl merupakan ”hantu” yang selalu menakuti di setiap
saat dan menjadi trauma tersendiri bagi sebagian masyarakat yang pernah
mendengar bencana teknologi tersebut.Oleh karena itu dalam pemaparan laporan ini akan
disampaikan mengenai analisa kecelakaan Chernobyl untuk memberikan sedikit
gambaran mengenai kronologinya.

TUJUAN

Adapun tujuan dilakukannya analisa kronologi kecelakaan Chernobyl,


diantaranya adalah:

a. Memberikan gambaran peristiwa yang melatar belakangi kecelakaan tersebut


b. Menganalisa penyebab utama pemicu kecelakaan
c. Memberikan sarana pembelajaran bagi perbaikan di masa depan.

REAKTOR RBMK

Reaktor Chernobyl merupakan reaktor jenis RBMK 1000 (reaktor bolshoi moshno
sti-kanalye), atau reaktor air didih dengan tenaga tinggi, atau disebut juga sebagai
high power pressure tube reaktor. Chernobyl terletak di negara Ukraina (dulu merupaka
n bagian USSR) sebelah barat daya Rusia. Kota Chernobyl berpenduduk 12.500
jiwa berada 15 km sebelah tenggara reaktor. Reaktor RBMK-1000 unggul dalam
efisiensi (34 %, bandingkan dengan reaktor-reaktor tipe tekan/pressurized reaktor yang
berkisar 29 – 31 %) dan penggantian bahan bakar saat tetap menyala.

Namun reaktor RBMK memiliki “masalah gelembung”, kondisi dimana adanya


gelembung-gelembung dalam pendingin saat proses pembentukan uap bisa mengacaukan
pengendalian reaktor, karena gelembung-gelembung itu meningkatkan jumlah neutron
lambat. Kondisi ini sangat dirasakan RBMK-1000 ketika berada dalam daya rendah, baik
ketika dalam proses dinyalakan (start-up) maupun dimatikan (shut-down). Kelemahan
lain ada pada batang kendalinya. Grafit dan ruang kosong berisi air di batang kendali
mengakibatkan peningkatan daya temporal di detik-detik pertama saat batang kendali
masuk ke reaktor, karena sifat grafit dan air pendingin yang memoderasi neutron. Bila
terjadi kondisi batang kendali gagal masuk sepenuhnya karena macet sehingga bagian
boron karbidanya tidak bisa masuk, maka reaktor tidak bisa mati, justru dayanya malah
melambung terus.
KRONOLOGI KECELAKAAN

Jumat 25 April 1986, reaktor unit 4 akan menjalani perawatan dan perbaikan rutin setelah
menyala selama dari setahun penuh. Eksperimen sudah siap dijalankan pada tengah hari
25 April. Sebagai awalnya sistem pendingin darurat (ECCS : emergency core coolant
system) dimatikan, meski dalam prosedur operasi standar hal ini sama sekali tidak
diperbolehkan. Namun mendadak otoritas kelistrikan Kiev meminta manajemen PLTN
Chernobyl menjaga pasokan listriknya ke jaringan sampe jam 11 malam untuk
mengantisipasi lonjakan penggunaan daya. Manajemen menyetujui hal itu sehingga daya
reaktor yang sudah terlanjur diturunkan ke 1.600 MWt tidak direduksi lagi. Selama 12
jam kemudian reaktor beroperasi dengan output 50 % dari normal dan tanpa ECCS.

Eksperimen dilanjutkan kembali pasca jam 23:00 setempat, kali ini oleh dua operator
malam yang kedua-duanya berlatarbelakang teknik listrik dan tak satupun yang
sebelumnya pernah bekerja di lingkungan reaktor. Daya reaktor diturunkan ke 700 –
1.000 MWt dengan memasukkan batang-batang kendali otomatis, namun rupanya dua kru
tak terlatih ini tak menyadari penurunan dayanya terlalu cepat. Pada kondisi ini produksi
radioisotop Xenon-135 (salah satu produk samping reaksi fissi) jadi berlebih, padahal
radioisotop ini dikenal sebagai “racun reaktor” karena menyerap neutron lambat dalam
jumlah besar. Kontan daya reaktor anjlok ke 30 MWt. Operator tak menyadari adanya
peracunan ini dan menganggap anjloknya daya lebih karena kegagalan daya, sehingga
memutuskan menaikkan kembali batang kendali otomatis. Tindakan ini sangat menyalahi
aturan, karena pada prosedur standarnya, begitu daya anjlok maka reaktor harus segera
dimatikan.

Naiknya batang kendali otomatis hanya sanggup mengangkat daya ke 200 MWt saja, atau
sepertiga dari daya nominal yang dibutuhkan untuk eksperimen. Namun operator merasa
pada daya rendah itupun eksperimen bisa dilakukan. Maka pada pukul 01:05 setempat,
operator menghidupkan seluruh pompa pendingin cadangan yang mengirimkan air
pendingin berlebihan ke dalam reaktor, melampaui batas maksimum volume air dalam
reaktor yang diperkenankan. Selanjutnya batang kendali manual pun diangkat, hal yang
lagi2 menyalahi prosedur operasi standar. Reaktor kini jadi sangat berbahaya karena tidak
lagi memiliki batang kendali. Jika pada saat itu daya reaktor masih tetap rendah, alias
jumlah neutron lambatnya tetap kecil, itu lebih disebabkan oleh kombinasi berlebihnya
air dan Xenon-135 yang bisa menggantikan peran batang kendali.
Dalam keadaan demikian operator memutuskan untuk memulai eksperimen. Pukul 01:23,
operator menutup katup uap ke turbogenerator. Putaran turbogenerator pun berkurang
sehingga pasokan listrik ke pompa pendingin berkurang dan aliran pendingin jadi
menyusut. Di dalam reaktor kini terbentuk lebih banyak uap dan celakanya diikuti dengan
pembentukan gelembung-gelembung air. Permasalahan gelembung pun terjadi, sehingga
daya reaktor segera menanjak. Dalam 5 detik pertama daya reaktor sudah bergerak ke
angka 510 MWt. Pada tahap ini Xenon-135 mulai menghilang seiring makin banyaknya
jumlah neutron. Sehingga dengan makin banyaknya air pendingin yang berubah menjadi
uap, menghilangnya Xenon-135 dan dimatikannya ECCS, pengontrol daya reaktor
menjadi tidak ada. Terjadilah ekskursi nuklir : kenaikan daya teramat cepat secara
eksponensial pada waktu teramat singkat.

Operator yang panik segera menekan tombol SCRAM guna memasukkan semua batang
kendali (baik manual maupun otomatis) ke dalam reaktor. Namun butuh waktu 20 detik
agar batang kendali bisa masuk sepenuhnya ke dalam reaktor. Ketika suhu reaktor kian
tinggi, gerak batang kendali pun macet, hanya bagian ujung grafit dan ruang kosong saja
yang sempat masuk. Ini malah makin meningkatkan intensitas ekskursi nuklir. Dalam 20
detik itu daya reaktor sudah meningkat hingga 30.000 MWt alias sepuluh kali lipat dari
daya normalnya.

Peningkatan daya luar biasa menghasilkan penguapan teramat brutal dimana semua
cairan berubah jadi uap. Ini menghasilkan tekanan teramat besar yang merusak batang
kendali, bahan bakar, grafit dan akhirnya menjebol atap beton reaktor yang tipis dalam
ledakan uap. Andai kata reaktor dilindungi kubah double containment Mark-II setebal 2
meter seperti yang diterapkan pada reaktor-reaktor lainnya, maka ledakan uap ini tidak
akan terjadi. Ledakan uap ini segera disusul oleh reaksi uap air dengan grafit dan oksigen
(dari udara luar yang masuk lewat lubang) dengan grafit sehingga timbul ledakan kedua
yang tak kalah besarnya.

KESIMPULAN

a. Kecelakaan Reaktor Chernobyl Unit 4 disebabkan oleh faktor manusia.


b. Faktor manusia yang paling berpengaruh sebagai penyebab
kecelakaan adalah pelanggaran prosedur kerja, keahlian operator yang kur
ang memadai, dan rendahnya budaya keselamatan di lingkungan kerja.
c. Kondisi lingkungan kerja yang kurang mendukung tidak bisa dilepaskan
dari sistem ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keama
nan negara Uni Soviet pada saat itu.
d. Badan dunia yang berwenang mengawasi pemanfaatan tenaga nuklir seringkali
tidak dapat menjangkau negara-negara adi kuasa, yang berakibat lemahnya pe-
negakan standar yang telah ditetapkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Hermawan, Nanang Triagung Edi. 2009. Analisa Kronologi Kecelakaan Reaktor


Chernobyl. Prosiding seminar keselamatan nuklir

Hudaya, Chairul. 2008. Fakta dan Kronologi Kecelakaan PLTN Chernobyl.

Anda mungkin juga menyukai