MINI SKRIPSI
Oleh:
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh lingkungan kerja, pelatihan kerja, dan
motivasi kerja terhadap kinerja pegawai pada DIREKTORAT PENGOPERASIAN KAPAL
PENGAWAS, DITJEN PSDKP, KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN,
merupakan salah satu unit kerja yang tugas utamanya adalah untuk mewujudkan terciptanya
laut Indonesia yang aman dan sejahtera dari segala hal yang akan merusaknya seperti
penangkapan ikan secara ilegal, penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dan lain-
lain, agar kekayaan sumber daya laut Indonesia menjadi sumber ekonomi bangsa. Jenis
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Kuantitatif. Sedangkan metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi sederhana dan regresi berganda. Data
untuk penelitian ini dikumpulkan melalui studi pustaka, wawancara, dan membagikan
kuesioner kepada pegawai DIREKTORAT PENGOPERASIAN KAPAL PENGAWAS,
DITJEN PSDKP, KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN yang merupakan
responden dalam penelitian ini.
Kata kunci : Lingkungan kerja, Pelatihan kerja, Motivasi kerja, Kinerja pegawai
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan skripsi kami yang berjudul “PENGARUH
LINGKUNGAN KERJA, PELATIHAN KERJA, DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DIREKTORAT PENGOPERASIAN
KAPAL PENGAWAS, DITJEN PSDKP, KEMENTERIAN KELAUTAN DAN
PERIKANAN”.
Skripsi ini kami susun dan kami ajukan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam kelengkapan studi untuk jenjang pendidikan Strata-1 jurusan Manajemen pada Institut
Teknologi Bisnis Ahmad Dahlan.
Dalam penyusunan skripsi ini, kami sebagai peneliti memperoleh banyak bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Mukhaer Pakkanna, SE., MM. selaku Rektor Institut Teknologi dan Bisnis
Ahmad Dahlan
2. Bapak
3. Bapak
4. Ibu Peni Ikhtiarti Nugraheni, S.E. M.M selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing kepada penulis sehingga penelitian tugas ini dapat menjadi lebih terarah
dan selesai pada waktunya.
5. Bapak Goenaryo, A.Pi, M.Si selaku Direktur Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen
PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian ini.
6. Bapak Ir. Suharta, M.Si selaku Kepala Bagian Program, Direktorat Pengoperasian
Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
7. Bapak Rusmin, S.St.Pi selaku Kepala Seksi Pengawakan, Direktorat Pengoperasian
Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
8. Ibu Ernawati, A.Pi, M.Si selaku Kepala Sub.Bagian Tata Usaha, Direktorat
Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
9. Kepada seluruh jajaran Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP,
Kementerian Kelautan dan Perikanan selaku objek penelitian ini.
10. Seluruh staf pengajar Jurusan Manajemen Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad
Dahlan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan selama penulis
menjadi mahasiswa
11. Orang tua dan keluarga besar yang telah memberikan dukungan moral maupun
materil yang tidak ternilai harganya.
12. Teman-teman dan seluruh pihak yang sudah ikut membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung yang namanya tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang ditujukan untuk
menyempurnakan skripsi ini sangat diharapkan.
Akhir kata, penulis ingin memohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan di
hati pembaca. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang
membacanya.
1.1 Latarbelakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan sumber daya laut di
Indonesia sangat berpotensi untuk dijadikan sumber pendapatan terutama dalam segi
ekonomi bangsa, sehingga potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang dimiliki bangsa
Indonesia dapat dioptimalkan pengelolaannya, demi mewujudkan kesejahteraan rakyat,
kelestarian sumber daya laut dan lingkungannya, serta peningkatan peran sektor kelautan dan
perikanan dalam pembangunan ekonomi nasional.
Dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan terdapat beberapa
permasalahan, diantaranya adalah terjadinya penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing).
Kegiatan illegal fishing yang sering terjadi di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia (WPP-NRI) adalah pencurian ikan oleh kapal-kapal perikanan asing
(KIA) yang berasal dari beberapa negara tetangga (neighboring countries). Berdasarkan hasil
pengawasan yang dilakukan selama ini, dapat disimpulkan bahwa illegal fishing oleh KIA
sebagian besar terjadi di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI), dan juga cukup banyak
terjadi di perairan kepulauan (teresterial waters). Pada umumnya, jenis alat tangkap yang
digunakan oleh KIA atau kapal eks asing ilegal di perairan Indonesia adalah alat-alat tangkap
produktif seperti purse seine dan trawl. Kegiatan illegal fishing juga dilakukan oleh kapal
perikanan Indonesia (KII).
(sumber:http://www.djpsdkp.kkp.go.id/arsip/c/53/DIREKTORAT-JENDERAL-
PENGAWASAN-SUMBER-DAYA-KELAUTAN-DAN-
PERIKANAN/?category_id=31diakses tanggal 1 Desember 2016).
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan negara yang
memiliki masalah dalam pengelolaan sumber daya alam. Kegiatan illegal fishing merupakan
salah satu kegiatan yang merugikan negara karena proses penangkapan ikan tidak memiliki
izin negara atau dapat dikatakan tidak resmi. Bahwa siapapun yang melakukan illegal fishing
harus dapat ditindak tegas agar tidak merugikan negara.
Bedasarkan Surat Badan Informasi Geospasial No.: B-3.4/SESMA/IGD/07/2014
wilayah lautan Indonesia mencapai dua per tiga dari seluruh wilayah Indonesia, yaitu 6,32
(enam koma tiga dua) juta kilometer persegi (km2), 17.504 (tujuh belas ribu lima ratus empat)
pulau dan garis terpanjang kedua di dunia setelah Kanada yaitu 99.093 (Sembilan puluh
Sembilan ribu Sembilan puluh tiga) km2 (Direktorat Jendral PUM Kementerian Dalam
Negeri Republik Indonesia, 2012). Maka sudah selayaknya Indonesia mengaktualisasikan diri
sebagai poros maritim dunia, terutama dengan mengoptimalkan kekayaan sumber daya
kelautan dan perikanan. Sejak dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia, Bapak H. Joko
Widodo telah menegaskan bahwa masa depan bangsa Indonesia ada dilautan dan hal ini
dinyatakan dalam komitmennya pada pidato kenegaraan pada Pelantikan Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia, di Gedung MPR, Senayan, Jakarta 20 Oktober 2014 “Kita telah
terlalu lama memunggungi laut, memungguni samudera dan memunggungi selat dan teluk.
Kini saatnya kita mengembalikan semuanya, sehingga ‘Jalesveva Jayamahe’, di laut justru
kita kaya, sebagai semboyan nenek moyang di masa lalu bisa kembali lagi membahana.”
(sumber:http://setkab.go.id/pidato-presiden-joko-widodo-pada-pelantikan-presiden-dan-
wakil-presiden-republik-indonesia-di-gedung-mpr-senayan-jakarta-20-oktober-2014/. diakses
tanggal 1 Desember 2016).
Komitmen Bapak Presiden menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia tentu
saja harus dimulai dengan menjadikan Indonesia sebagai negara yang dapat memanfaatkan
laut secara mandiri dan bertanggung jawab, salah satu diantaranya adalah membuat sektor
kelautan dan perikanan menjadi salah satu prioritas pembangunan Indonesia, demi
tercapainya salah satu pilar sebagai poros maritim dunia yaitu tercapainya kedaulatan pangan
laut. Perlu disadari untuk dapat berdaulat dalam pangan laut berarti Indonesia juga harus
membuktikan ketahanan pangan laut yang hanya bisa dicapai jika pemanfaatan sumber daya
kelautan dan perikanan dilaksanakan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Namun
demikian, eksploitasi dan penangkapan ikan secara berlebihan (overfishing) menjadi
tantangan untuk mewujudkan visi besar pemerintah Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Tingginya aktivitas IUU fishing di WPP-NRI terkonfirmasi dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh University of British Columbia, Kanada (UBC)
Kanada) pada tahun 2014. Penelitian tersebut mencatat bahwa pada tahun 2011
terdapat sekitar 20-35% (dua puluh s.d. tiga puluh lima persen) ikan tuna, dengan volume
sekitar 3.889 (tiga ribu delapan ratus delapan puluh Sembilan) ton – 6.805 (enam ribu
delapan ratus lima) ton, diekspor ke Amerika Serikat secara illegal dan tidak dilaporkan
dalam G. Pramod (2014:102-113).
Kegiatan illegal fishing dan destructive fishing di WPP-NRI telah mengakibatkan
kerugian yang besar bagi Indonesia. Overfishing, overcapacity, ancaman terhadap kelestarian
sumber daya ikan, iklim usaha perikanan yang tidak kondusif, melemahnya daya saing
perusahaan lokal dan termarjinalkannya nelayan, merupakan dampak nyata dari kegiatan
illegal fishing dan destructive fishing. Sebagaimana dikutip dalam World Bank, The Case for
Inclusive Green Growth (World Bank, 9 Juni 2015), Bank Dunia (World Bank) mencatat
bahwa eksploitasi sumber daya kelautan dan perikanan secara berlebih (overexploitation)
telah mengancam sekitar 65%(enam puluh lima persen) terumbu karang Indonesia yang
merupakan habitat dan tempat reproduksi ikan.
(sumber:http://www.worldbank.org/en/news/speech/2015/06/09/the-case-for-inclusive-green-
growth diakses tanggal 1 Desember 2016)
Kerugian lain masih banyak yang tidak dapat dinilai secara materiil namun sangat
terkait dengan harga diri bangsa, adalah citra negatif bangsa Indonesia dikalangan dunia
internasional karena dianggap tidak mampu mengelola sumber daya kelautan dan perikanan
dengan baik, secara ekonomi penangkapan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur (illegal,
unreported, and unregulated fishing) di Indonesia telah mengakibatkan kerugian negara
sebesar 20 (dua puluh) miliar dolar AS per tahun (World Bank, Op.cit,2015). Oleh sebab itu
Indonesia perlu menjaga kekayaan lautnya dan mengelolanya dengan baik agar sumber daya
kelautan dan perikanan yang selama ini hilang di curi, berbalik menjadi sumber ekonomi
bangsa Indonesia dan menjadi salah satu sumber pendapatan negara Indonesia sehingga bisa
mensejahterakan bangsa Indonesia.
Kementerian Kelautan dan Perikanan merupakan salah satu kementerian yang tugas
dan fungsinya mengelola kekayaan sumber daya kelautan dan perikanan untuk kesejahteraan
masyarakat, dengan Visi mewujudkan sektor kelautan dan perikanan yang mandiri, maju,
kuat dan berbasis kepentingan nasional, serta 3 Pilar Misi Pembangunan yaitu Kedaulatan
(Sovereignty), Keberlanjutan (Sustainability), Kesejahteraan (Prosperity). Direktorat
Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan,
merupakan salah satu unit kerja yang sangat penting untuk terciptanya laut Indonesia yang
aman dan sejahtera dari segala hal yang akan merusaknya seperti illegal fishing, destructive
fishing dan lain-lain.
Tercatat bahwa sejak diberlakukannya pemberantasan illegal fishing oleh Direktorat
Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah
menenggelamkan total 176 kapal, sejak Oktober 2014 – April 2016 yang telah melakukan
illegal fishing, destructive fishing dan lain-lain.
Untuk mencapai keberhasilan pemberantas illegal fishing oleh Direktorat
Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kemeterian Kelautan dan Perikanan perlu
meningkatkan kualitas SDM didalamnya, karena SDM merupakan salah satu unsur utama
yang menetukan baik dan buruknya organisasi dalam menjalankan tugas atau tujuan, maka
salah satu cara yang ditempuh untuk meningkatkan kualitas SDM pada Direktorat
Pengoperasian Kapal Pengawas adalah dibentuknya SDM yang profesional, berintegritas dan
berkompetensi di bidangnya. SDM yang berkualitas berasal dari hasil kinerja pegawainya.
Kinerja pegawai dalam penelitian ini di ukur dari jumlah kapal ilegal di wilayah perairan laut
Indonesia yang berhasil ditangkap dan diperiksa, karena hal itu merupakan salah satu tugas
utama Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas yaitu pengawasan kelautan dan perikanan
di wilayah Indonesia. Kapal-kapal yang berhasil diperiksa merupakan kapal-kapal yang
berindikasi bermasalah di wilayah laut Indonesia, seperti melanggar undang-undang kelautan
dan perikanan Indoneisa, illegal fishing, destructive fishing, overfishing, dan eksploitasi
semakin banyak kapal yang berhasil ditangkap dan diperiksa maka semakin baik terjaganya
wilayah laut Indonesia. Untuk mendukung pemberatasan illegal fishing, destructive fishing,
overfishing, dan eksploitasi Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP,
Kementerian Kelautan dan Perikanan menggunakan teknologi untuk pengoperasian kapal
pengawasnya seperti penggunaan radar, satellite obvservation, Airbourne survilaince, Vessel
Monitoring system (VMS), dan Automatic identification system (AIS), yang dikontrol dari
kantor pusat pengendalian untuk diintregrasikan ke kapal pengawas.
Tugas dan fungsi pegawai dalam Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas
Ada 3 yaitu sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil), Awak kapal (Pelaut) dan Penegak
hukum. Oleh karena itu para pagawai harus dibekali pelatihan yang bertujuan untuk
menunjang tugas dan fungsi kerja mereka sehingga para pegawai memiliki kemampuan yang
kompleks selain sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) bisa menjadi Awak kapal (Pelaut) dan
Penegak hukum. Pelatihan kerja dalam Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas ada 2 yaitu
struktural dan fungsional, struktural artinya terkait dengan kepemimpinan, contohnya:
DIKLATPIM 4 untuk pejabat eselon 4.
DIKLATPIM 3 untuk pejabat eselon 3.
DIKLATPIM 2 untuk pejabat eselon 2.
DIKLATPIM 1 untuk pejabat eselon 1.
Kemudian, fungsional artinya pelatihan yang dilakukan untuk mendukung tugas dan
jobdesk masing-masing pegawai, contohnya:
DIKLAT Pengawasan Dasar.
Pelatihan Awak Kapal.
DIKLAT Lanjutan.
DIKLAT Pengukuran.
DIKLAT Penyidik.
Untuk membentuk pegawai yang mumpuni dan memenuhi kualifikasi, Direktorat
Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan
memiliki pelatihan kerja yang berguna untuk memenuhi tugas dan fungsi kerja pegawainya
agar para pegawai memiliki kompetensi yang baik. Berikut ini merupakan pelatihan kerja
Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, DITJEN PSDKP, Kementerian Kelautan dan
perikanan.
Dalam sebuah organisasi, motivasi kerja menjadi hal yang sangat penting karena
motivasi dapat memacu pegawai untuk bekerja keras agar dapat melaksanakan tugasnya
secara baik, dengan motivasi kerja yang tinggi pegawai akan bekerja lebih giat didalam
melaksanakan pekerjaannya. Sebaliknya dengan motivasi kerja yang rendah pegawai tidak
mempunyai semangat bekerja, mudah menyerah dan kesulitan dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Motivasi kerja yang diberikan untuk pegawai pada Direktorat Pengoperasian
Kapal Pengawasan antara lain:
Pemenuhan Hak Pegawai:
1. Cuti, bisa digunakan 12 kali dalam 1 tahun
2. Gaji (Tunjangan Kinerja), dalam pemberian tunjangan kinerja ada 3 tunjangan
yang bisa diberikan, yaitu: Pertama, pertimbangan kehadiran jam kerja dan
sasaran SKP (Sasaran Kerja Pegawai) tercapai atau tidak yang kemudian akan
dinilai oleh atasan. Kedua, apresiasi (insentif) diberikan kepada kapal pengawas
yang berhasil menangkap kapal ilegal dan tergantung besarnya kapal, semakin
besar kapal yang berhasil ditangkap maka semakin besar apresiasi (insentif) yang
akan di dapat. Ketiga, pengawas teladan akan mendapat insentif sesuai kriteria
pengawasan yang berlaku, dan diberikan biaya pulang dinas dua kali dalam
setahun, jika rumah atau kampung halamannya jauh dari tempat pegawai
melakukan dinas kerja.
Adapun bentuk motivasi kerja diluar insentif dan tidak berbentuk materi yang berguna
sebagai bentuk penghargaan kerja, antara lain: Penunjukan sebagai ketua tim pengawasan,
menjadi wakil dari Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk dinas ke luar negeri, wakil
dari Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menjalin kerjasama dengan negara lain
maupun institusi yang terkait, employee of the month dan mendapat undangan kenegaraan
seperti undangan makan malam serta diskusi santai bersama Presiden Republik Indonesia
atau Menteri-Menteri Republik Indonesia. Meskipun hanya berbentuk penghargaan,
kehormatan, dan sertifikat hal tersebut sangat berharga dan membanggakan karena bisa
dijadikan pengalaman yang langka serta tidak bisa dibeli dengan uang. Berbagai bentuk
motivasi tersebut tujuan utamanya adalah untuk mendorong semangat bekerja para pegawai,
pegawai akan mendapat rasa hormat atas penghargaan dan kepercayaan yang diberikan
Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta pegawai akan mendapat banyak pengalaman
kerja yang bisa membuat mereka bekerja lebih baik dari sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas dan disertai beberapa jurnal pendukung yang digunakan
untuk mendukung penelitian pada objek penelitian yaitu Direktorat Pengoperasian Kapal
Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka peneliti tertarik untuk
meneliti dan membahas mengenai peran dari Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas,
Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan yang memegang peran sangat penting
untuk menjaga laut Indonesia agar kedaulatan sumber daya kelautan dan perikanan terjaga
untuk kesejahteraan masyarakat dan bisa dijadikan sumber ekonomi bangsa. Sehingga
berbagai bentuk pencurian ikan seperti illegal fishing dan destructive fishing bisa diberantas.
Dalam skripsi ini Penulis mengangkat judul: "Pengaruh Lingkungan Kerja, Pelatihan
Kerja, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Direktorat Pengoperasian
Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan".
1.3 RuangLingkup
Ruang lingkup penelitian dalam skripsi ini adalah mengenai pengaruh lingkungan
kerja, pelatihan kerja, dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai pada Direktorat
Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Berdasarkan hasil tabel 4.1, jumlah responden laki-laki berjumlah 58,3% atau
49 orang dan responden perempuan berjumlah 41,7% atau 35 orang dari total pegawai
yaitu 84 orang. Dari hasil tersebut dapat kita simpulkan bahwa bidang pekerjaan di
dalam Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian
Kelautan dan Perikanan lebih banyak didominasi oleh laki-laki dibandingkan dengan
perempuan.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir Diploma sebesar 33,3%,
pendidikan terakhir S1 sebesar 60,7%, dan pendidikan S2 keatas sebesar 6,0%. Dapat dilihat
dari hasil tabel tersebut bahwa pendidikan terakhir yang dimiliki oleh para pegawai terbanyak
ada di jenjang S1 dan selanjutnya di jenjang Diploma, Kementerian membutuhkan tenaga
ahli yang memiliki pengetahuan yang baik sehingga pendidikan terakhir S1 yang penempati
angka terbanyak.
Berdasarkan hasil tabel 4.1, jumlah responden laki-laki berjumlah 58,3% atau
49 orang dan responden perempuan berjumlah 41,7% atau 35 orang dari total pegawai
yaitu 84 orang. Dari hasil tersebut dapat kita simpulkan bahwa bidang pekerjaan di
dalam Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian
Kelautan dan Perikanan lebih banyak didominasi oleh laki-laki dibandingkan dengan
perempuan.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir Diploma sebesar 33,3%,
pendidikan terakhir S1 sebesar 60,7%, dan pendidikan S2 keatas sebesar 6,0%. Dapat dilihat
dari hasil tabel tersebut bahwa pendidikan terakhir yang dimiliki oleh para pegawai terbanyak
ada di jenjang S1 dan selanjutnya di jenjang Diploma, Kementerian membutuhkan tenaga
ahli yang memiliki pengetahuan yang baik sehingga pendidikan terakhir S1 yang penempati
angka terbanyak.
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir Diploma
sebesar 33,3%, pendidikan terakhir S1 sebesar 60,7%, dan pendidikan S2 keatas
sebesar 6,0%. Dapat dilihat dari hasil tabel tersebut bahwa pendidikan terakhir yang
dimiliki oleh para pegawai terbanyak ada di jenjang S1 dan selanjutnya di jenjang
Diploma, Kementerian membutuhkan tenaga ahli yang memiliki pengetahuan yang
baik sehingga pendidikan terakhir S1 yang penempati angka terbanyak.
4.6.1 Analisis Hubungan Lingkungan Kerja (X1) dan Kinerja Pegawai (Y)
Bedasarkan tabel 4.20 dapat dilihat hubungan antara Lingkungan kerja dengan
variabel kinerja pegawai menggunakan korelasi Pearson yang melihat hubungan satu
arah antara dua variabel saja tanpa memperhitungkan pengaruh faktor lain.
Hipotesis:
Ho: Tidak ada hubungan signifikan variabel Lingkungan kerja (X1) dengan
variabel kinerja pegawai (Y) pada Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas,
Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Ha: Ada hubungan signifikan variabel Lingkungan kerja (X1) dengan
variabel kinerja pegawai (Y) pada Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas,
Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Dasar Pengambilan Keputusan:
Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak
Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima
Hasil:
Sig = 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak.
Kesimpulan:
Jadi dapat dilihat melalui uji signifikasi pada tabel 4.20 yang menunjukkan
bahwa antara lingkungan kerja (X1) dengan kinerja pegawai (Y) memiliki
hubungan signifikan, yang dimana bersifat rendah dan searah. Hubungan
bersifat rendah karena nilai korelasinya sebesar 0,354 berada dalam range
0,20 – 0,399. Hubungannya dapat dikatakan searah karena korelasi bernilai
positif, jika nilai variabel lingkungan kerja (X1) semakin baik, maka nilai
variabel kinerja pegawai (Y) juga akan semakin baik. Begitu juga sebaliknya,
jika variabel lingkungan kerja (X1) memburuk, maka nilai variabel kinerja
pegawai (Y) juga akan memburuk
.
4.6.2 Analisis Hubungan Pelatihan Kerja (X2) dan Kinerja Pegawai (Y)
Bedasarkan tabel 4.20 dapat dilihat hubungan antara variabel pelatihan kerja
(X2) dengan variabel kinerja pegawai (Y) menggunakan korelasi Pearson yang
melihat hubungan satu arah antara dua variabel saja tanpa memperhitungkan pengaruh
faktor lain.
Hipotesis:
Ho: Tidak ada hubungan signifikan variabel pelatihan kerja (X2) dengan
Kinerja Pegawai (Y) pada Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
Ha: Ada hubungan signifikan variabel pelatihan kerja (X2) dengan kinerja
pegawai (Y) pada Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Dasar Pengambilan Keputusan:
Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak.
Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima.
Hasil:
Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak.
Kesimpulan:
Jadi dapat dilihat melalui uji signifikasi pada tabel 4.20 yang menunjukkan
bahwa antara pelatihan kerja (X2) dengan kinerja pegawai (Y) memiliki
hubungan yang signifikan, yang dimana bersifat kuat dan searah. Hubungan
bersifat kuat karena nilai korelasinya sebesar 0,710 berada dalam range 0,60 –
0,799. Hubungannya dapat dikatakan searah karena korelasi bernilai positif,
jika nilai variabel pelatihan (X2) semakin baik, maka nilai variabel kinerja
pegawai (Y) juga akan semakin baik. Begitu juga sebaliknya, jika variabel
pelatihan (X2) memburuk, maka nilai variabel kinerja pegawai (Y) juga akan
memburuk.
4.6.3 Analisis Hubungan Motivasi Kerja (X3) dan Kinerja Pegawai (Y)
Bedasarkan tabel 4.20 dapat dilihat hubungan antara Lingkungan kerja dengan
variabel kinerja pegawai menggunakan korelasi Pearson yang melihat hubungan satu
arah antara dua variabel saja tanpa memperhitungkan pengaruh faktor lain.
Hipotesis:
Ho: Tidak ada hubungan signifikan variabel motivasi kerja (X3) dengan
variabel kinerja pegawai (Y) pada Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas,
Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Ha: Ada hubungan signifikan variabel motivasi kerja (X3) dengan variabel
kinerja pegawai (Y) pada Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen
PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Dasar Pengambilan Keputusan:
Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak.
Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima.
Hasil:
Sig = 0,003 < 0,05 maka Ho ditolak
Kesimpulan:
Jadi dapat dilihat melalui uji signifikasi pada tabel 4.20 yang menunjukkan
bahwa antara lingkungan kerja (X3) dengan kinerja pegawai (Y) memiliki hubungan
signifikan, yang dimana hubungan tersebut bersifat rendah dan searah. Hubungan
bersifat rendah karena nilai korelasinya sebesar 0,323 berada dalam range 0,20 –
0,399. Hubungannya dapat dikatakan searah karena korelasi bernilai positif, jika nilai
variabel lingkungan kerja (X3) semakin baik, maka nilai variabel kinerja pegawai (Y)
juga akan semakin baik. Begitu juga sebaliknya, jika variabel lingkungan kerja (X3)
memburuk, maka nilai variabel kinerja pegawai (Y) juga akan memburuk
50,4%
Pelatihan Kerja Kinerja Pegawai
Lingkungan Kerja
58,8%
Pelatihan Kerja Kinerja Pegawai
Motivasi Kerja
Dilihat dari pengolahan data yang telah dilakukan diatas, maka dapat disimpulkan
hal–hal sebagai berikut:
1. Hipotesis pertama, terdapat hubungan yang signifikan antara variabel lingkungan
kerja (X1) dengan variabel kinerja pegawai (Y) dengan nilai korelasi 0,354.
Hubungan ini bersifat rendah dan searah karena memiliki hasil yang positif. Variabel
lingkungan kerja (X1) memberikan pengaruh sebesar 12,6% terhadap kinerja pegawai
(Y), dan sisanya sebesar 87,4% dipengaruhi oleh variabel lain. Persamaan regresi
yang menjelaskan hubungan variabel lingkungan kerja (X1) terhadap kinerja pegawai
(Y) adalah Y = 1,965 + 0,320X1 persamaan tersebut menyatakan bahwa jika nilai dari
variabel X1 dianggap nol maka nilai variabel Y adalah 1,965 satuan. Setiap
penambahan 1 satuan pada variabel X1 akan memberikan kenaikan sebesar 0,320
satuan.
2. Hipotesis kedua, terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pelatihan kerja
(X2) terhadap variabel kinerja pegawai (Y) dengan nilai korelasi 0,710. Hubungan ini
bersifat kuat dan searah karena memiliki hasil yang positif. Variabel pelatihan kerja
(X2) memberikan pengaruh sebesar 50,4% terhadap kinerja pegawai (Y), dan sisanya
sebesar 49,6% dipengaruhi oleh variabel lain. Persamaan regresi yang menjelaskan
hubungan variabel pelatihan kerja (X2) terhadap kinerja pegawai (Y) adalah Y =
0,672 + 0,767X2 persamaan tersebut menyatakan bahwa jika nilai dari variabel X2
dianggap nol maka nilai variabel Y adalah 0,672 satuan. Setiap penambahan 1 satuan
pada variabel X2 akan memberikan kenaikan sebesar 0,767 satuan.
3. Hipotesis ketiga, terdapat hubungan yang signifikan antara variabel motivasi kerja
(X3) dengan variabel kinerja pegawai (Y) dengan nilai korelasi 0,323. Hubungan ini
bersifat rendah dan searah karena memiliki hasil yang positif. Variabel motivasi kerja
(X3) memberikan pengaruh sebesar 10,4% terhadap kinerja pegawai (Y), dan sisanya
sebesar 89,6% dipengaruhi oleh variabel lain. Persamaan regresi yang menjelaskan
hubungan variabel motivasi kerja (X3) terhadap kinerja pegawai (Y) adalah Y = 1,981
+ 0,314X3 persamaan tersebut menyatakan bahwa jika nilai dari variabel X3 dianggap
nol maka nilai variabel Y adalah 1,981 satuan. Setiap penambahan 1 satuan pada
variabel X3 akan memberikan kenaikan sebesar 0,314 satuan.
4. Hipotesis keempat, terdapat hubungan yang signifikan antara variabel lingkungan
kerja (X1), pelatihan kerja (X2), motivasi kerja (X3) dengan variabel kinerja pegawai
(Y) dengan nilai korelasi 0,767. Hubungan ini bersifat kuat dan searah karena
memiliki hasil yang positif. Variabel lingkungan kerja (X1) pelatihan kerja (X2),
motivasi kerja (X3) memberikan pengaruh sebesar 58,8% terhadap kinerja pegawai
(Y), dan sisanya sebesar 41,2% dipengaruhi oleh variabel lain. Persamaan regresi
yang menjelaskan hubungan variabel lingkungan kerja (X1) pelatihan kerja (X2),
motivasi kerja (X3) terhadap kinerja pegawai (Y) adalah Y= -0,176 + 0,170X1 +
0,691X2 + 0,199X3 persamaan tersebut menyatakan bahwa jika nilai dari variabel X1,
X2, X3 dianggap nol maka nilai variabel Y adalah -0,176 satuan. Setiap penambahan
1 satuan pada variabel X1 akan memberikan kenaikan sebesar 0,170 satuan. Setiap
penambahan 1 satuan pada variabel X2 akan memberikan kenaikan sebesar 0,691
satuan pada variabel Y. Koefisien regresi variabel X3 sebesar 0,199 satuan
menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan pada variabel X3 akan
memberikan kenaikan sebesar 0,199 satuan pada variabel Y.
5.1 Simpulan
Dari hasil analisis penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya yang telah
dilakukan mengenai pengaruh lingkungan kerja, pelatihan kerja, dan motivasi kerja terhadap
kinerja pegawai pada Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Lingkungan kerja secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja pegawai, dimana hal ini menunjukkan lingkungan kerja memiliki hubungan
yang rendah dan searah terhadap kinerja pegawai Direktorat Pengoperasian Kapal
Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
2. Pelatihan kerja secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
pegawai dimana hal ini menunjukkan pelatihan kerja memiliki hubungan yang kuat
dan searah terhadap kinerja pegawai Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas,
Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
3. Motivasi kerja secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
pegawai, dimana hal ini menunjukkan motivasi kerja memiliki hubungan yang rendah
dan searah terhadap kinerja pegawai Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas,
Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
4. Lin,./gkungan kerja, pelatihan kerja, dan motivasi kerja secara simultan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai, dimana hal ini menunjukkan
bahwa lingkungan kerja, pelatihan kerja, dan motivasi kerja memiliki hubungan yang
kuat dan searah terhadap kinerja pegawai Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas,
Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
5.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian pada Direktorat Pengoprasian Kapal Pengawas, Ditjen
PSDKP, Kementrian Kelautan dan Perikanan, maka saran yang bisa menjadi suatu masukan
untuk Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan
Perikanan adalah sebagai berikut:
1. Pada variabel lingkungan kerja, pegawai belum menerima dan merasakan penerangan
yang baik dalam lingkungan kerja, oleh karena itu Direktorat Pengoperasian Kapal
Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan sebaiknya,
menambahkan penerangan secara marata terutama pada titik-titik penting yang
membutuhkan penerangan lebih.
2. Pada variabel pelatihan kerja, pegawai merasa belum mendapatkan narasumber yang
benar-benar kompeten dalam bidangnya, oleh karena itu Direktorat Pengoperasian
Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan sebaiknya,
lebih memperhatikan pemilihan kompetensi narasumber dan didukung dengan
penyediaan sarana serta media yang memadai sehingga pelatihan lebih mudah untuk
dimengerti, hal ini berguna agar pelatihan tersebut bisa diterapkan dalam pekerjaan.
3. Pada variabel motivasi kerja, dalam kebutuhan pegawai pada saat menjalankan tugas,
pegawai merasa belum terpenuhi. Oleh karena itu Direktorat Pengoperasian Kapal
Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan sebaiknya,
menyiapkan anggaran untuk setiap tugas dan kegiatan kerja yang membutuhkan biaya
operasional serta menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang lengkap dan memadai
untuk membantu pegawai dalam kelancarannya menjalankan tugas.
4. Pada variabel kinerja pegawai, dalam penggunaan teknologi pada saat bekerja,
pegawai belum memahami penggunaan teknologi yang terus berkembang, oleh karena
itu Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan
dan Perikanan sebaiknya, memberikan sosialisasi terlebih dahulu terutama Tutorial
tata cara penggunaan teknologi yang akan dipergunakan dengan menyesuaikan
keadaan internal agar pegawai bisa menggunakan teknologi tersebut.