Anda di halaman 1dari 14

30

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Kesehatan Lingkungan

5.1.1 Definisi Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan

masyarakat modern yang meliputi terhadap semua aspek manusia dalam

hubungannya dengan lingkungan, dengan tujuan untuk meningkatkan dan

memperttahankan nilai-nilai kesehatan manusia pada tingkat setinggi-tingginya

dengan jalan memodifisir tidak hanya faktor social dan lingkungan fisik semata

mata, tetapi juga terhadap semua sifat-sifat dan kelakkan-kelakuan lingkungan

yang dapat membawa pengarh terhadap ketenangan, kesehatan dan keselamatan

organisme umat manusia ( Mulia Ricky M, 2005).

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah

suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar

dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Menurut Himpunan Ahli Kesehatan

Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi

lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara

manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia

yang sehat dan bahagia.

5.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :

1) Penyediaan Air Minum

2) Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran

3) Pembuangan Sampah Padat

4) Pengendalian Vektor

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


31

5) Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

6) Higiene makanan, termasuk higiene susu

7) Pengendalian pencemaran udara

8) Pengendalian radiasi

9) Kesehatan kerja

10) Pengendalian kebisingan

11) Perumahan dan pemukiman

12) Aspek kesling dan transportasi udara

13) Perencanaan daerah dan perkotaan

14) Pencegahan kecelakaan

15) Rekreasi umum dan pariwisata

16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan

epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.

17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22

ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan lingkungan ada 8, yaitu:

1) Penyehatan Air dan Udara

2) Pengamanan Limbah padat/sampah

3) Pengamanan Limbah cair

4) Pengamanan limbah gas

5) Pengamanan radiasi

6) Pengamanan kebisingan

7) Pengamanan vektor penyakit

8) Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


32

5.1.3 Pencemaran Lingkungan

Menurut pasal 1 angka 7 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 1982, Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat, energy, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan

atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh prses alam

sehingga kualiatas klingkungan turun samapai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai

dengan peruntukannya. (H.J Mukono, 2003)

Unsur-unsur atau syarat mutlak untuk disebut suatu lingkungan telah

tercemar haruslah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Masuk atau dimasukkanya komponen-komponen (makhluk hidup, zat, energi,

dan lain-lain)

2. Ke dalam lingkungan atau ekosistem lingkungan

3. Kegiatan manusia

4. Timbul perubahan, atau menurunkan mutu yang lebih rendah hingga ke tingkat

tertentu

5. Fungsi lingkungan menjadi berkurang atu tidak dapat berfungsi

6. Menurut perutukannya

Dari unsur-unsur pencemaran lingkungan tersebut, nyatalah bahwa suatu

perbuatan atau aksi yang menimbulkan keadaan sebagai pencemaran lingkungan

hidup haruslah memenuhi berbagai unsur tersebut (Siahaan, 2004). Dampak

pencemaran lingkungan tidah hanya berpengaruh dan berakibat kepada

lingkungan alam saja, akan tetapi berakibat dan berpengaruh pula terhadap

kehidupan tanaman, hewan dan juga manusia. Kalau lingkungan alam telah

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


33

tercemar sudah tentu tanaman yang tumbuh di lingkungan tersebut akan ikut

tercemar, demikian pula denga hewan yang hidup di situ. Pada akhirnya manusia

sebagai makhluk hidup yang omnivore akan ikut pula merasakan dampak

pencemaran tersebut ( Wardhana, 2004).

Tujuan kesehatan lingkungan yaitu melakukan kolerasi, memperkecil

terjadinya bahaya dari lingkungan terhadap kesehatan serta kesejahteraan hidup

manusia dan untuk pencegahan dengan cara mengefisienkan pengaturan berbagai

sumber lingkungan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan hidup

manusia serta untuk mencegah dari bahaya penyakit.

Salah satu dampak dari penyebab kesehatan lingkungan adalah terjadinya

penyakit ISPA yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Akut.

Berdasarkan hasil Survei Mawas Diri (SMD) yang dilaksanakan penulis di

Desa Pamekarsari diketahui bahwa dari 306 responden terdapat 118 responden

yang tidak memenuhi syarat Rumah Sehat, 142 responden yang membuang

SPALnya ke selokan, dan 126 responden membuang sampah dihalaman rumah

dengan cara di bakar. Sehingga hal tersebut berdampak pada kejadian ISPA.

ISPA disebabkan oleh adanya infeksi pada bagian saluran pernapasan.

Adapula penyebab ISPA yang lainnya, yaitu salah satunya dikarenakan polusi

udara dan Sumber air yang tercemar oleh SPAL. Mengenai hal tersbut, apabila

dikaitkan dengan penyebab kejadian ISPA di Desa Pamekarsari sangat berkaitan,

Karena sebagian besar warga di Desa Pamekarsari suka merokok didalam rumah.

Penyebab kejadian ISPA di Desa Pamekarsari bukan hanya warga yang suka

merokok didalam rumah saja. Akan tetapi ada penyebab lain, misalnya

lingkungan dengan polusi udara dari pembakaran sampah, Pembuangan Air

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


34

Limbah di halaman atau keselokan. Dari hasil Survei Mawas Diri yang

dilaksanakan di Desa Pamekarsari penulis menemukan suatu masalah salah

satunya yaitu tentang pencemaran lingkungan.

1. Rumah Sehat

Rumah berfungsi sebagai tempat tinggal serta digunakan untuk berlindung

dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya. Rumah juga merupakan tempat

berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya.

Kriteria rumah sehat adanya ventilasi, pencahayaan, penghawaan dan

suhu/kelembaban udara. Rumah dengan ventilasi yang tidak baik, termasuk

penghawaan akan menyebabkan kelembaban udara didalam rumah.

2. Pembuangan Air Limbah

Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang

dibuang tanpa pengolahan ke dalam badan air. Menurut Peraturan Pemerintah RI

Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan

yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga maupun industri

(Mulia, 2005).

3. Pembuangan Sampah

Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak

disenangi, atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak

terjadi dengan sendirinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah

sampah adalah sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk

2. Sistem pengumpulan atau pembuangan sampah yang dipakai

3. Pengambilan bahan-bahan yang ada pada sampah untuk dipakai kembali

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


35

4. Faktor geografis

5. Faktor waktu

6. Faktor sosial, ekonomi dan budaya

7. Kebiasaan masyarakat

8. Kemajuan teknologi

9. Jenis sampah (Chandra, 2007).

Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia perlu pengaturan

pembuangan sampah. Hal-hal yang dapat diakibatkan oleh sampah antara lain

sebagai berikut :

1. Menimbulkan penyakit

2. Tidak enak dipandang mata

3. Menyebabkan polusi udara (bau yang tidak enak)

4. Pembuangan dan pengolahan sampah

Penampungan sampah dalam bak sampah, yaitu :

1. Membedakan antara sampah basah dan sampah kering

2. Membuang sampah kering dalam bak sampah dari kayu/plastik

3. Sampah basah diletakkan pada bak sampah dari plastik tebal atau logam ringan

yang tahan karat dan kedap air

4. Dasar bak sampah setengah bulat agar mudah dibersihkan

5. Sampah yang telah ditampung harus dapat diangkat oleh satu orang (Widyati R,

2002).

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang

mencakup perumahan, pembuangan kotoran dan penyediaan air bersih dan

sebagainya.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


36

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan cara Gaya Hidup yang

Sehat. Pencegahan lebih baik dari pada mengobati, perinsip ini sangat penting

untuk kita terapkan dalam mencegah penyakit yang disebabkan oleh gaya hidup

yang kurang sehat, gaya hidup disini yang dimaksud adalah perilaku masyarakat

dalam dalam menjaga diri, keluarga maupun masyarakat untuk berprilaku Hidup

yang Sehat Seperti menjaga lingkungan tetap sehat. Lingkungan yang tercemar

dari pembakaran sampah, SPAL dan rumah yang tidak sehat karena asap rokok

akan menimbulkan penyakit seperti penyakit ISPA yang terjadi di Desa

Pamekarsari.

Salah satu penyebab terjadinya ISPA di Desa Pamekarsari adalah

kurangnya pengetahuan dan pemahaman responden. Untuk mengatasi dari

kurangnya pengetahuan dan pemahaman ini adalah melalui kegiatan Promosi

Kesehatan. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menambah pengetahuan

masayarakat terhadap Kesehatan Lingkungan.

Pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan

menahan agar sesuatu tidak terjadi. Dengan demikian, pencegahan merupakan

tindakan yang identik dengan perilaku. Perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari

manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain :

berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

sebagainya. Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah

semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang

tidak dapat siamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku dilatarbelakangi oleh tiga

faktor pokok yaitu :

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


37

a) Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu diantaranya pengetahuan,

sikap, kepercayaan, tradisi, nilai, pengalaman dan sebagainya.

b) Faktor yang mendukung (enabling facrtors), yaitu diantaranya

ketersediaan sumber daya, fasilitas kesehatan, fasilitas transportasi,

fasilitas pelayanan dan sebagainya.

c) Faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors), yaitu

diantaranya sikap dan perilaku petugas, sikap tokoh masyarakat, kebijakan

pemerintah dan sebagainya.

Bloom, seorang ahli psikologi pendididkan (1908, dalam Notoatmodjo,

2007) membagi perilaku ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), yaitu kognitif

(cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Dalam

perkembangannya teori Blom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan

kesehatan menjadi pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan praktik

(practice). Salah satu penyebab dari rendahnya dalam PHBS yaitu kurangnya

pengetahuan mengenai PHBS.

Pengetahuan adalah diatas, penulis menyimpulkan bahwa warga Desa

Pamekarsari masih rendah dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang dilakukan

atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya

sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan

di masyarakat. (Maryunani A, 2013).

Pengetahuan ialah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


38

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. (Soekidjo, Notoadmodjo, 2003). Sedangkan, ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: pendidikan, media masa sosial

budaya dan ekonomi. (Notoatmodjo, 2010). Apabila hal tersebut dikaitkan dengan

penyebab kejadian ISPA di Desa Pamekarsari, maka pengetahuan warga Desa

Pamekarsari dapat diukur oleh tingkat pendidikan warga di Desa tersebut.

Menurut UU No.20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

5.2 Analisis Akar Penyebab Masalah

Berdasarkan uraian dari Pembahasan dari penyebab permasalahan kejadian

ISPA di Desa Pamekarsari, yaitu :

1) PHBS : Rumah sehat

2) Lingkungan : Sampah, SPAL

3) Pengetahuan : Tingkat pendidikan masyarakat

5.3 Analisis Pemecahan Masalah

Berdasarkan analisa akar penyebab masalah kejadian ISPA di Desa

Pamekarsari Kecamatan Banyuresmi Kabupaten Garut adalah melalui kegiatan

penyuluhan kepada masyarakat tentang PHBS dan Lingkungan. Analisa kegiatan

penyuluhan ini adalah dengan menggunakan metode analisis SWOT, hasil analisa

penulis adalah sebagai berikut :

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


39

Dengan mengetahui strenght (kekuatan), weakness (kelemahan),

Opportunity (peluang) dan Threatment (Ancaman). Dengan mengetahui empat

unsur tersebut maka akan mempermudah tercapainya tujuan pemecahan masalah.

Berikut ini analisis SWOT dari permasalahan ISPA di Desa Pamekarsari :

Tabel 5.3
Analisis Pemecahan Masalah Kejadian ISPA di Desa Pamekarsari
dengan Analisis SWOT

Strength Weakness Opportunity Threatment


Kegiatan
(Kekuatan) (kelemahan) (Peluang) (Ancaman)
Melaksanak  Petugas  Masyarakat  Adanya Biaya yang
an promosi promkes dari yang tidak dukungan ditimbulkan
kesehatan puskesmas dapat dari kader, dari kegiatan
tentang  Ada fasilitas berkumpul TOGA promkes
pentingnya promkes dalam dan tinggi
PHBS, dan dari waktu yang TOMA. sehingga
lingkungan puskesmas bersamaan.  Kerjasama tidak ada
bebas polusi sehingga dan yang mau
udara yang memudahka gotong menanggung
tercemar. n dalam royong nya.
penyampaia masyaraka
n materi. t yang
masih
kuat.

Setelah memberikan penyuluhan tentang pentingnya PHBS dalam

kehidupan sehari-hari maka untuk mengukur keberhasilan penyampaian materi,

kita dapat mengadakan lomba cerdas cermat misalnya di tingkat SD dengan tema

PHBS. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang antusias masyarakat mulai dari

anak-anak sampai dewasa.

Kekuatan dari kegiatan penyuluhan kesehatan adalah keberadaan

partisipan kesehatan baik orang yang menjadi kader ataupun orang-orang yang

mengurus desa siaga, adanya petugas promosi kesehatan dari puskesmas yang

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


40

mendukung kegiatan tersebut. Selain itu, Desa Pamekarsari memiliki aula desa,

yang dapat dijadikan tempat untuk melaksanakan promosi kesehatan.

Kelemahannya adalah petugas promosi kesehatan masih kurang dan

masyarakat sulit berkumpul dalam satu waktu yang bersamaan. Sedangkan

kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi hal ini adalah masyarakat

desa yang memiliki rasa gotong royong yang tinggi dan memiliki kepedulian

terhadap kesehatan.

Peluang dari penyuluhan ini adalah adanya dukungan yaitu TOGA,

TOMA, Kader dan masyarakat. Gotong royong dan kerjasama masyarakat yang

masih kuat.

Yang menjadi ancaman dalam kegiatan ini diantaranya lokasi desa yang

jauh dari puskesmas, biaya yang ditimbulkan untuk melaksanakan promosi

kesehatan cukup tinggi sehingga puskesmas kekurangan biaya untuk itu.

5.4 Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut atau yang sering kita kenal Planning of actions

adalah tindakan nyata dari rencana pemecahan masalah yang telah dibahas

sebelumnya. Rencana tindak lanjut pada masalah kejadian ISPA di Desa

Pamekarsari dapat kita lihat pada tabel berikut ini :

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


41

Tabel 5.4
Rencana Tindak Lanjut Masalah Kejadian ISPA di Desa Pamekarsari
No Kegiatan Input Proses Output Outcome Benefit Impact
1. Penyuluhan a. Man Penyampaia Masyarakat Masyara PHBS Meningkatnya
kesehatan - petugas promkes n materi mengerti kat hidup meningkat, dan Derajat Kesehatan
tentang b. Money PHBS, dan akan sehat dan lingkungan Masyarakat
pentingnya - APBD lingkungan pentingnya pedulii sehat
PHBS, dan c. Metode Sehat. PHBS, dan terhadap meningkat.
lingkungan - Diskusi lingkungan lingkung
Sehat. - Tanya Jawab Sehat an
d. Market sekitar
- petugas promkes
- Kader Kesehatan
e. Machine
- In Focus
- Laptop
- Sound System
f. Material
- Gedung Desa

Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa rencana tindak lanjut dalam masalah kejadian ISPA di Desa Pamekarsari

yaitu diadakannya kegiatan penyuluhan kesehatan mengenai pentingnya PHBS. Setelah memberikan penyuluhan tentang PHBS

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


42

dalam kehidupan sehari-hari maka untuk mengukur keberhasilan penyampaian

materi, kita dapat mengadakan lomba kebersihan lingkungan misalnya tingkat

RW dengan tema PHBS. Hal ini dimaksudkan untuk merangsang antusias

masyarakat.

Yang menjadi input di rencana tindak lanjut masalah kejadian ISPA di

Desa Pamekarsari, diantaranya: Sumber daya manusia (SDM) yang diperlukan

yaitu petugas promkes yang akan memberikan penyuluhan kepada masyarakat di

Desa Pamekarsari. Dana (money) yang akan digunakan dalam pelaksanaan

penyuluhan tersebut yaitu menggunakan dana APBD. Penyuluhan kesehatan

tersebut dilaksanakan dengan menggunakan metode diskusi dan tanya jawab, agar

masyarakat berperan aktif dalam penyuluhan tersebut. Yang menjadi market

dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan tersebut, yaitu petugas promkes yang

bekerja sama dengan kader masyarakat, supaya masyarakat mau untuk mengikuti

penyuluhan tersebut. Sarana (machine) yang diperlukan dalam pelaksanaan

penyuluhan kesehatan, diantaranya In Focus, Laptop dan Sound System. Tujuan

tersebut supaya masyarakat dapat lebih mudah untuk mencerna materi yang akan

disampaikan. Kemudian input yang terakhir yaitu materi (material) yang

digunakan untuk melaksanakan penyuluhan kesehatan tersebut, yaitu gedung

desa.

Prosesnya adalah penyampaian materi tentang Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) serta pentingnya menjaga lingkungan. Sehingga outputnya yaitu

supaya masyarakat mengerti akan pentingnya PHBS, dan lingkungan yang sehat.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut


43

Yang menjadi outcome (hasil) dalam rencana tindak lanjut masalah

kejadian ISPA di Desa Pamekarsari, yaitu program sesuai dengan rencana yang

telah disiapkan sebelumnya. Sehingga menimbulkan benefit (manfaat) yang baik,

yaitu PHBS meningkat, dan lingkungan pun terjaga. Dan juga menimbulkan

dampak (impact) yang baik, yaitu meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Garut

Anda mungkin juga menyukai