Analisis Pembahasn Kadar Co2
Analisis Pembahasn Kadar Co2
Suhu rendah
a. Dengan kecambah (kelompok 6)
Perlakuan suhu rendah, volume HCl yang di butuhkan saat menjadi bening rata-rata = 64,75
ml
= A grol
100ml
= 0,5 X gram mol
1000
= 0,05 grol
KOH sisa habis dititer oleh HCl 0,5 N, karena jumlah grol peniter = jumlah yang dititer, maka
grol KOH sisa dapat dicari sebagai berikut
KOH sisa (B)
64,75
Grol KOH = 0,5 x 1000 grol = 0,032375 grol
Dari persamaan reaksi di atas, maka jumlah grol KOH equivalen dengan 0,5 grol CO2.
Jadi tiap grol gas CO2 yang berkaitan dengan KOH (D)
D = 0,5 x C = 0,5 x 0,017625 grol = 0,0088125 grol
Jika tiap grol gas (0 0C, 76 Cm Hg) banyaknya gas terlarut = 22,4 liter, maka volume gas CO2
yang di hasilkan selama respirasi dapat di hitung sebagai berikut :
V1 V 2
=
T1 T2
Keterangan : V1 = Volume gas terlarut dalam 0 0C, P 76 CmHg, untuk tiap grol =
22,4 liter
T1 = 00 C = 273 0K
V2 = Volume gas yang dicari
T2 = suhu pengamatan (dalam Kelvin) = 2 + 273 = 275o K
V1 V 2
=
T1 T2
22,4 𝑉2
= = 275
273
22,4 𝑥 275 𝑥 0,088125
= V2 = = 1,98846154 liter
273
1,98846154
Jadi volume CO2 respirasi tiap jam = = 0,0828256 liter/jam
24
2. Suhu Tinggi
b. Dengan kecambah (kelompok 4)
Perlakuan suhu tinggi, rata-rata volume HCl yang dibutuhkan untuk menjadi bening = 57,95
ml
= A grol
100ml
= 0,5 X gram mol
1000
= 0,05 grol
KOH sisa habis dititer oleh HCl 0,5 N, karena jumlah grol peniter = jumlah yang dititer, maka
grol KOH sisa dapat dicari sebagai berikut
KOH sisa (B)
57,95
Grol KOH = 0,5 x 1000 grol = 0,028975 grol
Dari persamaan reaksi di atas, maka jumlah grol KOH equivalen dengan 0,5 grol CO2.
Jadi tiap grol gas CO2 yang berkaitan dengan KOH (D)
D = 0,5 x C = 0,5 x 0,021025 grol = 0,0105125 grol
Jika tiap grol gas (0 0C, 76 Cm Hg) banyaknya gas terlarut = 22,4 liter, maka volume gas CO2
yang di hasilkan selama respirasi dapat di hitung sebagai berikut :
V1 V 2
=
T1 T2
Keterangan : V1 = Volume gas terlarut dalam 0 0C, P 76 CmHg, untuk tiap grol =
22,4 liter
T1 = 00 C = 273 0K
V2 = Volume gas yang dicari
T2 = suhu pengamatan (dalam Kelvin) = 37 + 273 = 310o K
V1 V 2
=
T1 T2
22,4 𝑉2
= = 310
273
22,4 𝑥 310 𝑥 0,0105125
= V2 = = 0,26739487 liter
273
0,26739487
Jadi volume CO2 respirasi tiap jam = = 0,01114145 liter/jam
24
3. Suhu ruang
c. Dengan kecambah (kelompok 5)
Perlakuan suhu tinggi, rata-rata volume HCl yang dibutuhkan untuk menjadi bening = 79,2 ml
= A grol
100ml
= 0,5 X gram mol
1000
= 0,05 grol
KOH sisa habis dititer oleh HCl 0,5 N, karena jumlah grol peniter = jumlah yang dititer, maka
grol KOH sisa dapat dicari sebagai berikut
KOH sisa (B)
79,2
Grol KOH = 0,5 x 1000grol = 0,0396 grol
0,12885333
Jadi volume CO2 respirasi tiap jam = = 0,00536889 liter/jam
24
4. Suhu Timgi
d. Dengan kecambah (kelompok 3)
= A grol
100ml
= 0,5 X gram mol
1000
= 0,05 grol
KOH sisa habis dititer oleh HCl 0,5 N, karena jumlah grol peniter = jumlah yang dititer, maka
grol KOH sisa dapat dicari sebagai berikut
KOH sisa (B)
15,35
Grol KOH = 0,5 x 1000 grol = 0,007675 grol
0,53828082
Jadi volume CO2 respirasi tiap jam = = 0,02242837 liter/jam
24
5. Suhu ruang
e. Dengan kecambah (kelompok 3)
= A grol
100ml
= 0,5 X gram mol
1000
= 0,05 grol
KOH sisa habis dititer oleh HCl 0,5 N, karena jumlah grol peniter = jumlah yang dititer, maka
grol KOH sisa dapat dicari sebagai berikut
KOH sisa (B)
83
Grol KOH = 0,5 x 1000grol = 0,0415 grol
Dari persamaan reaksi di atas, maka jumlah grol KOH equivalen dengan 0,5 grol CO2.
Jadi tiap grol gas CO2 yang berkaitan dengan KOH (D)
D = 0,5 x C = 0,5 x 0,0085 grol = 0,00425 grol
Jika tiap grol gas (0 0C, 76 Cm Hg) banyaknya gas terlarut = 22,4 liter, maka volume gas CO2
yang di hasilkan selama respirasi dapat di hitung sebagai berikut :
V1 V 2
=
T1 T2
Keterangan : V1 = Volume gas terlarut dalam 0 0C, P 76 CmHg, untuk tiap grol =
22,4 liter
T1 = 00 C = 273 0K
V2 = Volume gas yang dicari
T2 = suhu pengamatan (dalam Kelvin) = 29 + 273 = 302o K
V1 V 2
=
T1 T2
22,4 𝑉2
= = 302
273
22,4 𝑥 302 𝑥 0,00425
= V2 = = 0,10531282 liter
273
0,10531282
Jadi volume CO2 respirasi tiap jam = = 0,00438803 liter/jam
24
6. Suhu Rendah
f. Dengan kecambah (kelompok 3)
= A grol
100ml
= 0,5 X gram mol
1000
= 0,05 grol
KOH sisa habis dititer oleh HCl 0,5 N, karena jumlah grol peniter = jumlah yang dititer, maka
grol KOH sisa dapat dicari sebagai berikut
KOH sisa (B)
5,0
Grol KOH = 0,5 x 1000grol = 0,0025 grol
Dari persamaan reaksi di atas, maka jumlah grol KOH equivalen dengan 0,5 grol CO2.
Jadi tiap grol gas CO2 yang berkaitan dengan KOH (D)
D = 0,5 x C = 0,5 x 0,0475 grol = 0,02375 grol
Jika tiap grol gas (0 0C, 76 Cm Hg) banyaknya gas terlarut = 22,4 liter, maka volume gas CO2
yang di hasilkan selama respirasi dapat di hitung sebagai berikut :
V1 V 2
=
T1 T2
Keterangan : V1 = Volume gas terlarut dalam 0 0C, P 76 CmHg, untuk tiap grol =
22,4 liter
T1 = 00 C = 273 0K
V2 = Volume gas yang dicari
T2 = suhu pengamatan (dalam Kelvin) = 2 + 273 = 275o K
V1 V 2
=
T1 T2
22,4 𝑉2
= = 275
273
22,4 𝑥 275 𝑥 0,02375
= V2 = = 0,53589744 liter
273
0,53589744
Jadi volume CO2 respirasi tiap jam = = 0,02232906 liter/jam
24
Respirasi sangat dipengaruhi dengan adanya faktor umur dan jenis tumbuhan. Masing-masing
dari beberapa jenis tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme sehingga kebutuhan respirasi
berbeda pula. Tumbuhan yang lebih muda menunjukkan respirasi yang lebih cepat daripada
tumbuhan yang lebih tua (Hopkins, 1999). cepat daripada tumbuhan yang lebih tua. Respirasi
adalah proses oksidasi dalam sel untuk melepaskan energi yang diperlukan dalam berbagai
aktivitas organisme hidup. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi
didalam sel berlangsung secara aerobik dan anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan
oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob
oksigen tidak tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondioksida, misalnya seperti alkohol,
asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997).
Praktikum ini menggunakan kecambah yang dibungkus oleh kain kasa. Kain kasa
memiliki pori-pori yang cukup besar sehingga nantinya memberi ruang atau celah yang dapat
dilewati oleh O2 dan CO2 pada saat respirasi. Selanjutnya kecambah dimasukkan ke dalam
botol yang ditutup rapat dengan ikatan plastik yang berisi larutan KOH fungsi dari ditutup rapat
supaya tidak ada gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi hasil seperti oksigen dari luar
yang masuk ke dalam botol dan tidak ada karbondioksida yang keluar botol. . Larutan didalam
botol merupakan larutan basa kuat, KOH berfungsi sebagai larutan yang dapat berikatan
dengan karbondioksida hasil dari respirasi kecambah. KOH yang mengikat
karbondioksida akan membentuk kalium bikarbonat yang merupakan karbondioksida terlarut.
Persamaan reaksinya sebagai berikut :
KOH + CO2 K2CO3 + H2O
Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri yaitu titrasi penetralan basa (KOH)
dengan menggunakan senyawa asam. Senyawa asam yang digunakan adalah asam kuat HCl.
Fungsi titrasi ini untuk mengetahui jumlah CO2 yang terikat NaOH. Sebelum dititrasi dengan
HCl, larutan dari rangkaian praktikum diatas diambil sebanyak 10 ml dan ditambahan BaCl2
sebanyak 5 ml. Penambahan BaCl berfungsi untuk mengendapkan karbondioksida yang telah
diikat oleh KOH. Persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :
BaCl2 + K2CO3 BaCO3 + 2 KCl
Larutan yang awalnya berwarna bening kemudian berubah menjadi keruh hal ini
disebabkan karena terbentuk endapan putih dari hasil penambahan larutan BaCl2. Kemudian
larutan tersebut diteteskan indikator fenolptalein (indicator pp). Indikator yang berwarna merah
ini menyebabkan perubahan warna pada larutan menjadi merah muda. Indikator pp berfungsi
untuk memudahkan mengamati perubahan warna ketika larutan dititrasi. Setelah itu larutan
dititrasi dengan asam kuat yaitu HCl hingga larutan berubah warna menjadi bening kembali.
Warna dapat kembali bening menunjukkan bahwa larutan basa telah bereaksi sempurna dengan
asam sehingga larutan menjadi netral. Larutan yang dititrasi adalah KOH sisa yaitu KOH yang
tidak berikatan dengan CO2. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
KOH + HCl KCl + H2O
Jumlah karbon dioksida yang dilepaskan oleh kecambah pada proses repirasi aerob berbanding
terbalik dengan jumlah HCl yang diteteskan ketika titrasi. Semakin banyak CO2 yang
dilepaskan maka semakin banyak juga KOH yang terikat dengan CO2. Hal ini menyebabkan
KOH sisa sedikit dan titrasi dengan HCl juga sedikit.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu juga berpengaruh terhadap laju
respirasi aerob. Rangkaian praktikum respirasi yang diletakkan di suhu tinggi dapat dihitung
jumlah CO2 yang dilepaskan dengan melihat banyaknya HCl yang dibutuhkan saat titrasi.
Kecambah yang diletakkan pada suhu kamar jumlah volume HCl pada saat titrasi yang
dibutuhkan kelompok 3 yaitu 83 ml dan volume CO2 respirasi tiap jam 0,02242837 liter/jam,
pada kelompok 5 79,2 ml volume CO2 respirasi tiap jam nya 0,00536889 liter/jam. Kecambah
yang ditempatkan pada refrigator (kulkas) volume HCl pada saat titrasi pada rata-ratai tiap
kelompok 6 adalah adalah 64,75 ml dan volume CO2 respirasi tiap jam 0,0828256 liter/jam,
kelompok 3 5,0 ml volume CO2 respirasi tiap jam 0,02232906 liter/jam. Sedangkan kecambah
yang ditempatkan di inkubator volume HCl pada saat dititrasi adalah kelompok 4 rata-rata 57,9
dan volume CO2 respirasi tiap jam adalah 0,01114145 liter/jam dan kelompok 3 Hcl yang
dibutuhkan 15,35 ml volume CO2 respirasi tiap jam 0,02242837 liter/jam.
Hopkins, W.G. 1999. Introduction of Plant Physiology. Toronto: John Wiley and Sons, Inc