Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4

AULIYA

EDWIN PUJI HARTONO

EKA PUTRI RAHAYU

FEDRI ANDANA

NEOVRIA HAPSARI

UMI ANISA

YULIYANI

ZANNATUL HIKMAH

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM KALIMANTAN TIMUR

AKADEMI KEPERAWATAN YARSI SAMARINDA

2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Terapi Aktivitas Kelompok”
Stimulus Persepsi Halusinasi” tepat pada waktunya. Tak lupa sholawat serta salam senantiasa
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga dapat berada di zaman terang
benderang ini.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan pengaruh yang baik untuk pembaca. Kami
menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah

Samarinda, 25 Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu asuhan keperawatan dengan
gangguan jiwa tidak hanya difokuskan pada aspek psikologis, fisik, dan sosial tetapi juga
kognitif. Ada beberapa terapi modalitas yang dapat diterapkan salah satunya adalah terapi
Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi.
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok klien
bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh
seorang therapis.
Pengertian TAK stimulasi persepsi menurut adalah terapi yang bertujuan untuk
membantu klien yang mengalami kemunduruan orientasi, menstimulasi persepsi dalam
upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaftif.
Pengertian yang lain menurut Budi Anna Keliat dan Akemat (2005) TAK stimulasi persepsi
adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman
dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat
berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi ?
2. Apa saja yang terkandung dalam trapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi ?
3. Bagaimana proses keperawatan terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi?

1.3 Tujuan
1. Supaya mahasiswa mengerti dan memahani terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi
2. Supaya mahasiswa mengerti dan memahami Apa saja yang terkandung
dalam terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi
3. Supaya mahasiwa mengerti dan memahami proses keperawatan terapi
aktivitas kelompok persepsi halusinasi
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Agar mendapatkan pengetahuan tentang terapi aktivitas kelompok persepsi halusinasi
Bagi Pembaca
Agar dapat mengetahui pentingnya memahami tentang terapi aktivitas
2 kelompok persepsi halusinasi untuk lebih menambah wawasan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR HALUSINASI

2.1.1 Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien dengan gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihaan,
pengecapan, perabaan, atau penghidupan tanpa stimulus nyata. (Budi Anna Keliat, 2011)
Halusinasi adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau
persepsi sensori yang tidak sesuai dengan relitas/kenyataan seperrti melihat bayangan atau
suara-suara yang sebenarnya tidak ada. Pencerapan tanpa adanya rangsang apapun dari
panca indra, dimana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang disebabkan
oleh psikotik, gangguan fungsional, organic atau histerik. (Wijayaningsih, 2015)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan,.Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak
ada (Damaiyanti & Iskandar, 2012).

2.1.2. Etiologi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

A. Faktor Predisposisi

1. Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon


neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami

2. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan


kondisi psikologis klien.Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.

3. Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:


kemiskinan, konflik sosial budaya dan kehidupan yang terisolasi disertai stres.

B. Faktor Prespitasi

Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya.Penilaian individu terhadap stresor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).Menurut Stuart (2007),
faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

1. Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2. Stress Lingkungan

Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan


untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3. Sumber Koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dari pengalaman
yang menakutkan berhubungan dengan respon neurobiology termasuk : Regresi,
berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengurangi
ansietas, hanya mempunyai sedikit energy untuk aktivitas hidup sehari-hari.
Projeksi, sebagai upaya untuk menjelaskan keracunan persepsi.

4. Menarik diri.
2.1.3 Patofisiologi

Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab


halusinasi itu berasal dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi
adalah kebutuhan perlindungan secara psikologi terhadap kejadian traumatic sehubungan
dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang dicintai,
tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaaan sendiri. Secara umum
dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga diri (self esteem) dan keutuhan diri
dan kebutuhan keluarga dapat merupakan penyebab terjadinya halusinasi. Ancaman
terhadap harga diri dan keutuhan keluarga meningkatkan kecemasan, gejala dengan
meningkatkan kecemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsi,
mengenal perbedaan anatara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun,
sehingga segala sesuatu diartikan berbeda dan proses rasionalisasi tidak efektif lagi. Hal
ini mengakibatkan lebih sukar lagi membedakan mana rangsangan yang berasal dari
pikirannya sendri dan mana yang dari lingkungannya.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Menurut (Kusumawati, 2010), tanda dan gejala halusinasi yang mungkin muncul
yaitu: Menarik diri, Tersenyum sendiri, Duduk terpaku, Bicara sendiri, Memandang satu
arah, Menyerang, Tiba-tiba marah, Gelisah. Berdasarkan jenis dan karakteristik halusinasi
tanda dan gejalanya sesuai. Berikut ini merupakan beberapa jenis halusinasi dan
karakteristiknya menurut (Stuart, 2007) meliputi :

1. Halusinasi pendengaran

Karakteristik : Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang. Suara dapat berkisar
dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai klien. Jenis lain
termasuk pikiran yang dapat didegar yaitu pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu yang kadang-kadang berbahaya.
2. Halusinasi penglihatan

Karakteristik : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar geometris, gambar


karton atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang
menyenangkan atau sesuatu yang menakutkan seperti monster.

3. Halusinasi penciuman

Karakteristik : Membau bau-bau seperti darah, urine, feses umumnya bau bau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya berhubungan dengan stroke,
tumor, kejang dan demensia.

4. Halusinasi pengecapan

Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan seperti darah, urine,
atau feses.

5. Halusinasi perabaan
Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Halusinasi senestetik
Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,
makanan dicerna, atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinestetik
Karakteristik : Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri.

2.1.5 Tanda dan Gejala

1. bicara atau tertawa sendiri


2. marah-marah tanpa sebab
3. mengarahkan telinga kearah tertentu
4. menutup telinga
5. menunjuk-nunjuk kearah tertentu
6. ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7. muntah
8. menutup hidung
9. sering meludah
10. mencium sesuatu seperti bau-bauan tertentu
11. mengaruk-garuk permukaan kulit

2.1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan klien skizoprenia yang mengalami Halusinasi adalah dengan


pemberian obat – obatan dan tindakan lain, (Stuart, Laraia, 2005) yaitu:

1. Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran


yang merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia adalah obat anti psikosis.
Adapun kelompok yang umum digunakan adalah: Fenotiazin Asetofenazin (Tindal),
Klorpromazin (Thorazine), Flufenazine (Prolixine, Permitil), Mesoridazin (Serentil),
Perfenazin (Trilafon), Proklorperazin (Compazine), Promazin (Sparine), Tioridazin
(Mellaril), Trifluoperazin (Stelazine), Trifluopromazin (Vesprin) 60-120 mg,
Tioksanten Klorprotiksen (Taractan), Tiotiksen (Navane) 75-600 mg, Butirofenon
Haloperidol (Haldol) 1-100 mg, Dibenzodiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg,
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg, Dihidroindolon Molindone
(Moban) 15-225 mg
2. Terapi kejang listrik/Electro Compulsive Therapy (ECT)
3. Terapi aktivitas kelompok (TAK)

2.2 KONSEP DASAR (TAK) STIMULASI PERSEPSI


2.2.1 Pengertian
Pengertian TAK stimulasi persepsi menurut adalah terapi yang bertujuan untuk
membantu klien yang mengalami kemunduruan orientasi, menstimulasi persepsi dalam
upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku maladaftif.
Pengertian yang lain menurut Budi Anna Keliat dan Akemat (2005) TAK stimulasi
persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan
pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
2.2.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah pasien mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya.
B. Tujuan khusus:
a. Pasien dapat mengenal halusinasi
b. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan menghardik.
c. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
d. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan aktivitas terjadwal.
e. Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan meminum obat.

2.2.3 Waktu dan Tempat


Hari/tanggal , Jam , Tempat

2.1.4 Metode
Diskusi dalam Kelompok

2.1.5 Media dan Alat


a. Papan nama sejumlah pasien dan terapis dalam TAK.
b. Whiteboard
c. Spidol
d. Formulir/jadwal kegiatan
e. Contoh obat

2.1.6 Setting Tempat


Keterangan Gambar
L : Leader
CL : Co Leader
F : Fasilitator
O : Observer
P : Pasien
2.1.7 Pembagian Tugas
A. Peran Leader
1) Memimpin jalannya kegiatan
2) Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
3) Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
4) Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
5) Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
6) Memberi reinforcement positif pada klien
7) Menyimpulkan kegiatan (Lilik, 2011)
B. Peran Co-Leader
1) Membantu tugas leader
2) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
3) Mengingatkan leader tentang kegiatan
4) Bersama leader menjadi contoh kegiatan
C. Peran Observer
1) Mengobservasi jalannya acara
2) Mencatat jumlah klien yang hadir
3) Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
4) Mencatat tanggapan tanggapan yang dikemukakan klien
5) Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas
6) Membuat laporan hasil kegiatan
D. Peran Fasilitator
1) Memfasilitasi jalannya kegiatan
2) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
3) Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
4) Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar kelompok

2.1.8 Peran Pasien


Kriteria Pasien:
a. Klien yang kooperatif dengan riwayat halusinasi, waham, ilusi
b. Klien dengan gangguan stimulasi persepsi: halusinasi sudah dapat berinteraksi dengan
orang lain
c. Klien yang sehat secara fisik dan bertoleransi terhadap aktivitas
d. Klien tidak membahayakan diri dan orang lain
e. Klien yang telah diberitahu oleh terapis sebelumnya.
f. Klien dapat berkomunikasi verbal dengan baik (Lilik, 2011)
3.1 Proses Keperawatan

TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI


Sesi 1 : Mengenal Halusinasi

A. Tujuan
1. Klien mengenal halusinasi
2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3. Klien mengenal frekuensi halusinasi
4. Klien mengenal perassan bila mengalami halusinasi
B. Setting
1. Kelompok berada diruang yang tenang
2. Klien duduk melingkar
C. Alat
1. Sound system
2. Spidol
3. Papan tulis (white borad)
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
E. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan perubahan sensori persepsi;
halusinasi
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. SOrientasi
a. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam
b. Evaluasi validasi : terapis menanyakan perasaan peserta hari ini
c. Kontrak :
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan main:
a) masing masing klien memperkenalkan diri nama, nama panggilan
b) jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin pada
terapis
c) lama kegiatan 45 menit
d) setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Kerja
a. Terapis memperkenalkan diri (nama dan nama panggilan). Terapis meminta klien
memperkenalkan nama dan nama panggilan secara berurutan, dimulai dari klien
yang berada di sebelah kiri terapis, searah jarum jam.
b. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu masing-masing klien
membagi pengalaman tentang halusinasi yang mereka alami dengan menceritakan :
1) Isi halusinasi
2) Waktu terjadinya
3) Frekuensi halusinasi
4) Perasaan yang timbul saat mengalami halusinasi.
c. Meminta klien menceritakan halusinasi yang dialami secara
berurutan dimulai dari klien yang ada di sebelah kiri terapis, seterusnya bergiliran
searah jarum jam.
d. Saat seorang klien menceritakan pengalaman hausinasi, setelah cerita selesai terapis
mempersilakan klien lain untuk bertanya sebanyak-banyaknya 3 pertanyaan.
e. Lakukan kegiatan (b) sampai semua klien selesai mendapat giliran.
f. Setiap kali klien bisa menceritakan halusinasiny, terapis memberikan pujian.
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota kelompok
b. Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan kepada peserta jika mengalami halusinasi segera
menghubungi perawat atau teman lain .
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien kegiatan TAK berikutnya yaitu
belajar mengontrol halusinasi.
2) Terapis membuat kesepakatan dengan klien waktu dan tempat TAK berikutnya.

F. Evaluasi dan Dokumentasi


No Aspek yang dinilai Nama peserta TAK
1 Menyebutkan isi
halusinasi
2 Menyebutkan waktu
halusinasi
3 Menyebutkan
frekuensi halusinasi
4 Menyebutkan
perasaan bila
halusinasi timbul

Petunjuk dilakukan = 1 tidak dilakukan = 0


TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI
Sesi 2 : Mengontrol Halusinasi : Menghardik

A. Tujuan
1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan mangatasi halusinansi .
2. Klien dapat memahami dinamika halusinasi.
3. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi .
4. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
B. Setting
1. Klien duduk melingkar .
2. Kelompok di tempat yang tenang.
C. Alat
Sound system
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab.
3. Stimulasi.
E. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. mempersiapkan alat
b. mempersiapkan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam .
b. Evaluasi/validasi:
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini.
2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang telah terjadi
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan atusan main:
a) Lama kegiatan 45 menit.
b) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal dan akhir.
c) Jika akan meninggalkan kelompok ,klien harus meminta izin .
3. Kerja
a. Terapis meminta massing masing klien secara berurutan searah dengan jarum jam
menceritakan pa yang dilakukan jika mangalami halusinasi dan apakah itu bisa
mengatasi halusinasinya.
b. Setiap selasai klien menceritakan pengalamanya,terapis memberikan pujian dan
mengajak peserta lain memberikan tepuk tangan .
c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat
halusinasi muncul .
d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi
e. Terapis meminta masing masing klien memperagakan menghardik halusinasi
dimulai dari peserta disebelah kiri terapis berurutan searah jarum jam sampai
semua peserta mendapatkan giliran
f. Terapis memberikan pujian dan megajak semua klien bertepuk tangan saat setiap
klien selesai memperagakan menghardik halusinasi
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang sudah dipelajari jika
halusinasi muncul
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya yaitu belajar
mengontrol halusinasi dengan cara lain
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK
No Aspek yang Nama Peserta TAK
dinilai
1 Menyebutkan cara
yang selama ini
digunakan
mengatasi
halusinasi
2 Menyebutkan
efektifitas
cara
3 Menyebutkan cara
mengatasi
halusinasi dengan
menghardik
4 Memperagakan
menghardik
halusinasi
TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI
Sesi 3 : Menyusun Jadwal Kegiatan

A. Tujuan
1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan aktivitas untuk mencegah munculnya
halusinasi
2. Klien dapat menyusun jadwal aktivitas dari pagi sampai tidur malam
B. Setting
1. Klien duduk melingkar mengelilingi meja
2. Lingkungan tenang dan nyaman
C. Alat
1. Kertas HVS sejumlah peserta
2. Pensil
3. Spidol
4. White board
D. Metode
1. Diskusi
2. Latihan
E. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dari tempat TAK
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
2. Orientasi
a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam
b. Evaluasi / validasi :
1) Terapis menanyakan keadaan klien hari ini
2) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik
halusinasi
c. Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan peraminan
a) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
b) Jika klien ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada
terapis
c) Waktu TAK adalah 90 menit
3. Kerja
a. Terapis menjelaskan langkah-langkah kegiatan
b. Terapis membagikan kertas satu lembar dan masing – masing sebuah pensil
untuk masing – masing klien
c. Terapis menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur dalam mencegah
terjadinya halusinasi
d. Terapis memberi contoh cara menyusun jadwal dengan menggambarkannya
dipapan tulis
e. Terapis meminta masing – masing klien menyusun jadwal aktivitas dari bangun
pagi sampai dengan tidur malam
f. Terapis membimbing masing – masing klien sampai berhasil menyusun jadwal
g. Terapis memberikan pujian kepada masinng – masing klien setelah berhasil
menyusun jadwal
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah bisa menyusun jadwal
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut : terapis menganjurkan klien melaksanakan jadwal aktivitas
tersebut
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya
2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK
F. Evaluasi dan Dokumentasi

No Aspek yang Nama peserta TAK


dinilai
1 Menyebutkan
pentingnya
aktivitas
mencegah
halusinasi
2 Membuat jadwal
kegiatan
harian
TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI
Sesi 4 : Cara Minum Obat yang Benar

A. Tujuan
1. Klien dapat mengetahui jenis – jenis obat yang harus diminumnya
2. Klien mengetahui perlunya minum obat secara teratur
3. Klien mengetahui 5 benar minum obat
4. Klien mengetahui efek terapi dan efek samping obat
5. Klien mengetahui akibat jika putus obat
B. Setting
1. Klien duduk melingkar
2. Kelompok berada diruang yang tenang dan nyaman
C. Alat
1. Contoh obat – obatan
2. Spidol white board
3. White board
D. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Simulasi
E. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
2. Orientasi
a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam kepada klien
b. Evaluasi / validasi :
1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini
2) Terapis menanyakan apakah jadwal aktivitas telah dikerjakan
(TL TAK sebelumnya).
c. Kontrak 081233413147
1) Terapis menjelaskan tujuan TAK
2) Terapis menjelaskan aturan main TAK
a) Klien mengikuti dari awal sampai akhir
b) Jika klien akan keluar dari kelompok, harus meminta izinkepada terapis
c) Lama waktu TAK 60 menit
3. Kerja
a. Terapis membagikan contoh obat, sesuai obat yang diberikan kepada masing –
masing klien
b. Terapis menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur, sesuai anjuran
c. Terapis meminta klien untuk menjelaskan ulang pentingnya minum obat, secara
bergantian, searah jarum jam, dimulai dari klien yang berada disebelah kiri terapis
d. Terapis mejelaskan akibat jika tidak minum obat secara teratur
e. Terapis meminta klien menyebutkan secara bergantian akibat jika tidak minum
obat secara teratur
f. Terapis menjelaskan lima benar ketika menggunakan obat: benar obat, benar klien,
benar waktu, benar cara, benar dosis.
g. Terapis menjelaskan efek terapi dan efek samping masing-masing obat sesuai
contoh obat yang yang ada pada klien.
h. Terapi meminta klien menyebutkan jenis obat, dosis masing masing obat, cara
penggunakan , waktu dan efek obat (efek terapi dan efek samping) sesuai dengan
contoh obat yang ada di tangan klien masing-masing. Secara berurutan secara
jarum jam, dimulai dari sebelah kiri terapi.
i. Terapi memberikan pujian dan mengajar klien bertepuk tangan setiap kali klien
menyebutkan dengan benar.
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Menayakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk meminum obat secara teratur
2) Menganjurkan jika ada pertanyaan lain tentang obat, klien dapat menghubungi
perawat yg saat itu bertugas.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapi menyepakati kegiatan TAK berikutnya.
2) Terapi menyepakati tempat dan waktu TAK

F. Evaluasi dan Dokumentasi

No Aspek yang Nama peserta TAK


dinilai
1 Menyebutkan
pentingnya
minum obat
secara teratur
2 Menyebutkan
akibat jika tidak
minum obat
secara teratur
3 Menyebutkan
jenis obat
4 Menyebutkan
dosis obat
5 Menyebutkan
waktu minum
obat
6 Menyebutkan
cara minum
obat yang tepat
7 Menyebutkan
efek terapi obat
8 Menyebutkan
efek samping
obat
TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI
Sesi 5 : Mengontrol Halusinasi dengan Bercakap-Cakap

A. Tujuan
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain
2. Klien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika mulai mengalami halusinasi
B. Setting
1. Tempat TAK di ruangan yang tenang dan nyeman.
2. Klien duduk melingkar
C. Alat
1. Spidol
2. White board
D. Metode
1. Diskusi kelompok
2. Simulasi
E. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK
b. Terapis membuat kontrak dengan klien
2. Orientasi
a. Salam; terapi mengucapkan salam ke klien
b. Evalusi/validasi;
1) Terapis menanyakan kabar klien hari ini;
2) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah
menerapkan 3 cara lainya
c. Kontrak
1) Terpi menjelaskan tujuan TAK
2) Terapi menjelaskan waktu kegiatan
3. Kerja
a. Terapi menjelaskan pentingnya berbincang dengan orang lain untuk mengatasi
halusinasi.
b. Terapi meminta kepada klien setiasi yang sering dialami sehingga mengalami
halusinasi. Klien secara bergantian bercerita
c. Terapi memperagakan becakap cakap dangan orang lain jika ada tanda halusinasi
muncul
d. Klien meminta memperagakan hal yang sama secara bergantian.
e. Terapi memberikan pujian kepada klien setiap selesai memperagakan
4. Terminasi
a. Evalusi;
1) Terapi menyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK
2) Terapi memberikan pujian atas kebersihan kelompok
b. Tindak lanjut
1) Terapi menganjurkan klien untuk menerapkan bercakap cakap dengan orang lain
bila mulai mengalami halusinasi
2) Mendorong klien untuk memulai bercakap cakap bila ada klien lain yang mulai
mengalami halusinasi
c. Kontrak yang akan datang;
1) Terapi menyepakati kegiatan TAK berikutnya
2) Terapi menyapakati tempat dan waktu TAK berikutnya.
F. Evaluasi dan Dokumentasi

No Aspek yang Nama peserta TAK


dinilai
1 Menyebutkan
pentingnya
bercakapcakap
ketika halusinasi
muncul
2 Menyebutkan
cara
bercakapcakap
3 Memperagakan
saat mulai
percakapan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai